Disusun Oleh:
00000009021
00000008536
00000008497
00000008424
00000009027
00000009233
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Sirosis hati adalah suatu kondisi di mana jaringan hati secara bertahap sekarat
(necrosis) dan digantikan oleh fibrosa jaringan (ikat). Karena penurunan fungsi hati
secara bertahap memburuk menyebabkan kematian, yang dikarenakan konsumsi
alcohol kronis dan infeksi virus hepatitis B, C, D.
Prevalensi yang tepat dari sirosis seluruh dunia tidak diketahui. prevalensi
sirosis diperkirakan 0,15% atau 400.000 di Amerika Serikat, di mana ia menyumbang
lebih dari 25.000 kematian. Selama tahun 2001, angka kematian di seluruh dunia
diperkirakan dari sirosis adalah 771.000 orang, peringkat ke-14 dan ke-10 sebagai
penyebab utama kematian di dunia dan di negara-negara maju. Pada tahun 2002
Sirosis menyebabkan 2,4% dari kematian pada orang dewasa berusia 15 sampai 59
tahun. Hal serupa telah dilaporkan dari Eropa, dan bahkan lebih tinggi di sebagian
besar negara-negara Asia dan Afrika di mana terjadi infeksi kronis virus hepatitis B
atau C. Kematian dari sirosis telah diperkirakan meningkat dan akan menjadikannya
sebagai 12 terkemuka penyebab kematian pada tahun 2020.
Menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata
prevalensi sirosis hati adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit
dalam, atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat.
Perbandingan prevalensi sirosis pada pria : wanita adalah 2,1 : 1 dan usia rata-rata 44
tahun (PPHI,2013). Pria lebih sering terkena sirosis hati dikarenakan gaya hidup
mereka yang sering mengkonsumsi alkohol.
Dari penjelasan diatas, maka kelompok memilih topik ini dengan tujuan untuk
memberikan informasi terkait sirosis hepatis, dan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien.
BAB II
SIROSIS HEPATICA
A. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan
fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian
besar fungsi hepar (M. B., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. 2008).
Sirosis hati adalah penyakit kronis progresif dicirikan dengan fobrosis luas
( jaringan parut ) dan pembentukan nodul ( M. Black, 2014 ).
Sirosis hati merupakan komplikasi penyakit hati yang ditandai dengan
menghilangnya sel-sel hati dan pembentukan jaringan ikat dalam hati yang
ireversibel (PPHI, 2013).
Sirosis hepatic adalah penyakit kronis progresif yang dikarakteristikan oleh
penyebaran inflamasi dan fibrosis pada hepar. Jaringan parut menggantikan sel-sel
parenkim hepar normal sebagai upaya hepar untuk meregenerasi sel-sel nekrotik
(Engram, B. 1999).
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatic yang berlansung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative (S. Aru, 2009).
Kesimpulannya, sirosis hati adalah penyakit kronis progresif pada hati yang
menimbulkan terjadinya jaringan parut dan pembentukan nodul dan menyebabkan
distorsi struktur hepar serta kegagalan fungsi hati
Klasifikasi
Sirosis hati dibagi menjadi 4 macam berdasarkan etiologi yaitu:
a. Sirosis Laennec
Sirosis ini disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi. Pada tahap awal ini,
hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir hepar mengecil dan
nodular.
b. Sirosis Pascanekrotik
Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena hepatotoksin biasanya,
berasal dari hepatitis virus. Hepar mengecil dengan adanya nodul dan jaringan
fibrosa.
c. Sirosis Bilier
karena
hepatotoksin.
Terdapat dua varietas utama tanpa makna etiologi, yaitu:
a. Makronoduler
Terdapat rentang yang sangat luas dari ukuran nodulerlebih dari 0.3 cm.
Sebagian besar ditemukan pola vaskuler dari radikel vena yang tak
dapatdiidentifikasi. Hepatosit memperlihatkan efek hiperplastik dan sebagian
besar traktus portal memperlihatkan kolaps dan kemiripan yang menunjukan
nekrosis sebelumnya.
b. Mikronoduler
Jaringan fibrosa agak lebih halus dan nodul-nodul lebih kecil dan
dengan ukuran kurang atau sama dengan 0.3 cm. secara histologis, radikel vena
hepatica jarang sekali ditemukan nodul-nodul terdiri dari lempeng sel hepar
yang berlapis banyak.
2. Etiologi
Penyebab dari sirosis hepatic adalah :
a. Virus Hepatitis B, C, D
VHB ditularkan melalui darah dan cairan tubuh seperti air liur, air mani,
cairan vagina dan air susu ibu. Virus masuk ke tubuh lewat kulit atau selaput
lendir tubuh yang rusak. Masa inkubasi 28 160 hari, rata rata 75 hari. Di
daerah endemik penularan sering terjadi pada waktu persalinan atau pada awal
pemberian makanan bayi. Penularan dari ibu ke bayi merupakan penyebab
terbesar hepatitis menahun yang mudah berkembang menjadi kanker hati.
VHC terutama ditularkan melalui darah. Transfusi darah merupakan cara
penularan yang ter-penting. Masa inkubasi rata rata 7 minggu.
Orang yang
tranfusi darah berulang, menjalani cuci darah, cangkok organ dll. Cara
penularan virus hepatits D sama dengan hepatitis virus B. Yang unik ialah
untuk bisa terinfeksi VHD diperlukan bantuan VHB, sehingga VHD hanya
dapat menginfeksi penderita yang terkena hepatitis B. Infeksi ini dapat terjadi
bersamaan maupun sebagai infeksi tambahan pada penderita VHB. Masa
inkubasi VHD ialah sekitar 35 hari.
b. Alkohol
Dr. Laurentius Panggabean, SpKJ, MS mengatakan batas maksimal tubuh
manusia terhadap minuman alkohol adalah 220 liter. Alkohol yang masuk
kedalam tubuh akan menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme dalam
hati dengan menurunkan pembentukan dan pelepasan lipoprotein sehingga
terjadinya nekrosis, fibrosis, dan kerusakan jaringan hati fungsional yang
berkelanjutan menjadi pembentukan nodul dan penyusutan organ hati.
c. Kelainan pada kantung empedu
Ketika saluran empedu di hati meradang dan menyumbat aliran empedu
dihati dari empedu yang dapat merusak sel hati dan menyebabkan sirosis hati
(pembentukan jaringan parut pada hati). Atresia bilier adalah suatu kondisi
yang disebabkan oleh saluran empedu tidak ada atau terluka, adalah penyebab
paling umum dari sirosis pada bayi.
d. Gagal jantung kanan
Kegagalan jantung kanan Kegagalan jantung dalam jangka waktu yang
panjang akan mengurangi pemasokan O2 kedalam hati yang dapat
mengakibatkan terjadinya nekrosis dan pembentukan jaringan ikat pada hati.
autoimun
Penyuntikan sebagai transmisi dari virus hepatitis B dan C
Intrahepatik dan ekstrahepatik
Hepatotoksin (toksik)
Obat-obatan yang menyebabkan lesi patologis bervariasi luas pada hati
contoh
obat
yang
mengakibatkan
gejala
seperti
siriosis
bilier:
b. Manifestasi Lanjutan
Gejala lanjutan mungkin akan lebih parah dan merupakan hasil dari gagal
hati dan hypertensi portal. Antara lain :
Jaundice atau kekuningan
Jaundice ini disebabkan oleh gangguan fungsi dari sel-sel hati dan
penekanan pada kantung empedu berhubungan dengan pertumbuhan
jaringan yang berlebihan.
Gangguan pada kulit
Pada pasien dengan sirosis hati, akan terlihat gangguan kulit seperti:
- Spider nevi (kondisi medis yang ditandai dengan terlihatnya, vena yang
sedikit terpilin bewarna merah, ungu atau biru yang terlihat seperti
cabang-cabang pohon atau sarang laba-laba pada permukaan kulit ) yang
biasa muncul dihidung, dipipi, bagian atas tubuh, leher dan bahu. Hal ini
otak).
Palmar erythema yang biasanya timbul ditangan. Kedua gangguan kulit
tersebut terjadi akibat meningkatnya sirkulasi estrogen karena gangguan
penderita.
Kulit kering
Pruritus karena produk garam empedu yang menumpuk di bawah kulit.
Ptechiae
Alopesia (kebotakan berkurangnya hormone testosteron)
Edema perifer akibat hipoalbuminemia dan retensi garam dan air dan
gagalnya sel hati untuk menginaktifkan aldosteron dan hormon
antidiuretik
Masalah hematologi
Pada pasien dengan sirosis hati , akan terjadi masalah hematologi
yang terjadi seperti :
-
penghancuran trombosit.
Leukopenia adalah rendahnya jumlah total sel darah putih (leukosit)
dibanding nilai normal. Sedangkan nilai normal jumlah total sel darah
bilirubin.
Gangguan koagulasi. Hal ini terjadi karena adanya pembesaran limfa.
proses
pembuangan
oleh hati.
Gangguan endokrin
Gangguan endokrin yang terjadi adalah :
Gangguan metabolisme dan ketidakaktifan hormon adrenocortical,
estrogen dan testosteron pada penderita. Pada pria biasanya terjadi
pertumbuhan payudara yang abnormal. Ini adalah akibat kelainan hormon
estrogen dan testosteron yang menyebabkan pertumbuhan jaringan payudara
secara berlebihan, kehilangan rambut pada axila dan pubis, penyempitan
testikular, impotensi, dan penurunan libido (gairah seksual). Pada wanita
muda terjadi amenorrhea, sedangkan pada wanita usia lanjut akan terjadi
perdarahan pada vagina.
Ascites juga terjadi pada kondisi pasien ini karena adanya tekanan
hidrostatis dan retensi usus serta retensi natrium dan air
Gangguan neurologis
Gangguan yang sering terjadi biasanya encefalopati hepatik akibat
kelainan metabolisme amonia dan peningkatan kepekaan otak pada racun,
penurunan mental.
Gangguan Respirasi
metionin
- Takipnea
Gangguan Eliminasi
Gangguan Eliminasi yang terjadi adalah :
-
jarang berkemih.
- Steatorrhea
Gangguan Muscoskeletal
Gangguan Muscoskeletal yang terjadi adalah :
Tingling
Baal
Tremor
Distensi
Gangguan Abdomen
4. Anotomi Fisiologi
a. Anatomi Hati
Hati adalah organ terbesar dalam tubuh, berat rata-rata sekitar 1.500 gr atau 2%
berat badan orang dewasa normal, dan ukuran hati bayi adala 10 % dari ukuran hati
orang dewasa. Hati merupakan organ lunak yang lentur dan tercetak oleh struktur
sekitarnya. Hati memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak di bawah
kubah kanan diagfragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk
cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung pancreas dan usus. Hati
memiliki empat lobus. Dua lobus yang berukuran besar dan jelas terlihat adalah
lobus kanan yang berukuran besar, sedangkan lobus yang berukuran lebih kecil,
berbentuk baji adlah lobus kiri. Dua lobus lainnya lobus kaudatus dan kuadratus
yang berada di permukaan posterior.Permukaan hati diliputi oleh peritoneum
viseralis, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung
pada diafragma. Di bawah peritoneum terdapat jaringan ikat yaitu kapsula Glisson,
bagian paling tebal kapsula ini membentuk rangka untuk cabang vena porta, arteri
hepatica, dan saluran empedu. Porta hepatis adalah fisura pada hati tempat
masuknya vena porta dan arteri hepatica serta tempat keluarnya duktus hepatica.
pada banyaknya vena hepatica yang meninggalkan permukaan posterior dan dengan
segera masuk ke vena kava tepat di bawah diafragma.
Deaminasi
asam amino.
4. Pemecahan eritrosit dan pertahanan tubuh terhadap mikroba.
Hal ini disebabkan sel Kupffer yang berada di sinusoid.
5. Detoksifikasi obat dan zat berbahaya.
Hal ini meliputi etanol dan toksin yang dihasilkan mikroba.
6. Inaktivasi hormon
Hal ini meliputi hormone insulin, glucagon, kortisol, aldosteron,hormone
seks dan hormone tiroid
7. Produksi panas
Hati menggunakan banyak energy, memiliki laju metabolic dan
menghasilkan panas. Hati merupakan organ penghasil panas utama.
8. Sekresi empedu
Hepatosit menyintesis empedu dari darah dan artei yang bercampur di
sinusoid. Sekresi ini meliputi garam empedu, pigmen empedu, dan kolesterol.
9. Cadangan
Hepatosit menyimpan glikogen, vitamin yang larut dalam lemak
( A,D,E,K), zat besi, dan kuprum, serta vitamin yang larut dalam air.
(misalnya vitamin B12).
10. Proses pembentukan bilirubin
Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin
pada sistem retikuloendotelial. Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada
neonatos lebih tinggi daripada bayi yang lebih tua. Satu gr hemoglobin dapat
menghasilkan 35mg bilirubin indirek. Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang
bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo, yang bersifat tidak larut
dalam air tetapi larut dalam lemak. Sel parenkim hepar mempunyai cara
selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma. Bilirubin ditransfer
melalui membran sel ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak. Proses ini
merupakan proses 2 arah, tergantung dari konsentrasi dan afinitas albumin
dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit. Sebagian besar bilirubin yang
masuk hepatosit dikonjugasi dan diekskresi ke dalam empedu. Dengan
adanya sitosol hepar, ligandin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak.
Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin
diglukoronide walaupun ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide.
Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi direk yang larut dalam air dan
diekskresi dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus. Dalam usus
bilirubin direk ini tidak diabsorbsi, sebagian kescil bilirubin direk dihidrolisis
menjadi bilirubin indirek dan direabsorbsi. Siklus ini disebut siklus
enterohepatis.
5. Patofisiologi
a. Patofisiologi Narasi
Sirosis hepatis merupakan suatu penyakit kronis progresif pada hepar dengan
inflamasi yang diakibatkan distorsi stuktur hepar dan pembentukan nodul dan
jaringan
ikat
sehingga
menyebabkan
kegagalan
fungsi
hati.
Sirosis hepatis disebabkan oleh banyak hal, yaitu karena pemakaian alcohol yang
berlansung bertahun-tahun, terjadi kelainan pada kantung empedu, terjadi gagal
jantung kanan dan juga disebabkan dari viorus hepatitis B, C, dan D.
Alkohol merupakan salah satu etiologi yang menyebabkan sirosis hepatis.
Berawal dari konsumsi alcohol yang terus menerus dalam jangka waktu yang
lama, mengakibatkan metabolisme di hati mengalami penurunan dan akan terjadi
penurunan pembentukan dan pelepasan lipoprotein. Hati merupakan tempat
metabolisme lemak, dan saat fungsi metabolismenya mengalami penurunan, maka
gangguan asam folat. Asam folat berfungsi untuk membentuk sel darah merah dan
saat terjadi gangguan, maka produksi sel darah merah akan menurun atau anemia,
sehingga dapat menyebabkan kelemahan dan memicu terjadinya masalah
keperawatan Intoleransi Aktivitas. Fungsi dari hepar juga sebagai tempat
metabolisnme vitamin dan pembentukan empedu. Saat terjadi gangguan
metabolism vitamin, maka sintesis vitamin C, Bkom, dan B12 yang turut bekerja
dengan asam folat untuk pembentukan sel darah merah sehingga bisa
menyebabkan produksi sel darah merah menurun dan terjadi intoleransi aktivitas
karena kelemahan. Gangguan pembentukan empedu yang terjadi ternyata
mengganggu emulsi lemak di hepar. Karena tak bisa diemulsi maka lemak juga
tidak dapat diserap oleh usus halus sehingga menyebabkan usus harus bekerja
ekstra dalam mencerna makanan. Terjadi peningkatan gerakan peristaltic di usus,
sehingga bisa menyebabkan diare dan muncul masalah keperawatan Gangguan
Ketidakseimbangan elektrolit. Lemak yang tidak teremulsi dan tidak dapat diserap
oleh usus juga menyebabkan masalah keperawatan Ketidskseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Selain fungsi hepar terganggu, ternyata terjadi
kelainan jaringan parenkim kronis di hati yang menyebabkan Hipertensi Portal.
Tekanan normal vena portal adalah 5-10 mmHg, saat terjadi hipertensi portal
maka tekanan vena portal meningkat sehingga dapat menyebabkan varises di
esophagus dan menyebabkan perdarahan gastrointestinal, dan terjadi hematemesis
melena. Karena terjadi perdarahan dan juga hematemesis melena, maka terjadi
kondisi hipokalemia dan anemia, karena darah dan elektrolit yang dikeluarkan
dari tubuh, sehingga terjadi kondisi alkalosis. Saat kondisi alkalosis makan terjadi
keadaan metabolic enselofatic dan dapat menyebabkan koma. Varises esophagus
juga
menyebabkan
peningkatan
tekanan
hidrostatik
dan
peningkatan
4,8 ), (normal globulin : 3,2 3,9 g/dL) Albumin turun menjadi 3.0 mgdL
Serum electrolytes : Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan
diuretik dan pembatasan garam dlm diet. (Kadar elektrolit normal Natrium :
sirosis
hati
akan
dijumpai
pemanjangan
waktu
protrombin
b. Pemeriksaan Radiologi
Scan / Biopsi hati : mendeteksi infiltrate lemak, fibrosis, kerusakan jaingan
hati.
Kolesistography/ kolangiografi : memperlihatkan penyakit duktus empedu
portal.
USG : melihat gambaran atau penampang hati ( hati yang tampak membesar,
berbentuk nodul besar dan kecil. Dapat terlihat juga pembesaran limfa.
CT- Scan
tubuh.
Positioning
Pasien dengan sirosis hati umumnya mengalami nyeri hebat, sehingga
perawat perlu memberikan intervensi mandiri pada pasien misalnya dengan
lain, sehingga
dapat
melupakan nyeri
yang
menyerangnya.
Membantu pasien mobilisasi
Pasien dnegan sirosis hati umumnya yang mengalami kelemahan tidak
mampu berpindah dari tempat tidur kekursi, atau pun jika pasien ingin
kekamar mandi, jadi, sebagai perawat perlu membantu pasien untuk
mobilisasi.
Membantu pasien memenuhi ADL
Pasien dengan sirosis hati umumnya tidak dapat memenuhi ADL nya
dengan baik, akibat kelemahan, edema atau nyeri yang menyerangnya,
perawat perlu membantu pasien untuk memenuhi ADL nya baik itu secara
yang biasanya diberikan adalah diet tinggi kalori hingga 3000kkl/hari, seperti:
Diet rendah protein
Diet ini sangat baik diberikan karena fungsi hati yang sudah terganggu dan
tidak bisa memetabolismen protein dengan baik, sehingga memungkinkan
tubuh
untuk
kelebihan
protein.
Diet
rendah
protein
secara
rutin
Parasentesis
Parasentesis adalah tindakan untuk melakukan pengambilan cairan di
dalam rongga tubuh untuk mengatasi penimbunan cairan secara tidak normal
di rongga peritoneum. Parasentesis dilakukan untuk alasan diagnostic dan bila
asites menyebabkan kesulitan bernafas yang berat akibat volume cairan yang
besar. Parasentesis cairan asites dapat dilakukan 5-10 ltr/hr, dengan catatan
harus dilakukan infuse albumin sebanyak 6-8 gr/L cairan asites yang
dikeluarkan. Efek dari parasentesis adalah hipovolemia, hipokalemia,
hiponatremia, ensefalopati hepatica dan gagal ginjal. Cairan asites dapat
mengandung 10-30 gr protein/L, sehingga albumin serum kemudian
mengalami deplesi, mencetuskan hipotensi dan tertimbunnya kembali cairan
asites.
Ligasi varises
Mengikat pembuluh darah yang sedang berdarah dengan pita elastis. Ini
adalah pengobatan pilihan untuk perdarahan varices esophagus. Selama
prosedur ini, dokter menggunakan endoskopi untuk menjerat varises dengan
band elastis, yang pada dasarnya mencekik pembuluh darah. Ligasi Variceal
biasanya menyebabkan komplikasi serius lebih sedikit daripada perlakuan
lainnya. Ini juga kurang kemungkinan mengakibatkan pendarahan berulang
Balon tamponade
terhadap
pembuluh
darah
sementara
dapat
menghentikan
pendarahan.
b. Farmakologi
Tidak ada obat yang begitu spesifik untuk sirosis hepatis. Namun, ada obatobat yang digunakan untuk mengobati tanda gejala dan komplikasi dari penyakit
hati. Antara lain sebagai berikut :
Obat Oral
Vasopressin (Pitressin)
magnesium,
LACTULAX 60 Ml Sirup
Obat ini berfungsi untuk mengatasi Konstipasi kronik dan ensefalopati
portal sistemik
Diuretics
- Spironolactone (Aldactone)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat terbuangnya kalium dari tubuh.
Karena itu, obat ini juga bisa mengatasi kadar potasium rendah dan
-
kalium
Triamterene (Dyrenium)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi natrium dan sekresi
kalium
Chlorothiazide (Diuril)
Ubat ini bekerja bekerja pada tubulus proksimal untuk mengurangi
Obat injeksi
- NaCl 0,9%
Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.
- Omeprazol inj
Untuk mengurangi nyeri pada ulu hati, namun obat ini memiliki efek
samping yang mempunyai kadar kalsium tubuh yang rendah atau
-
gangguan tulang.
Vit K inj
Vitamin K untuk membantu mengikat kalsium ke dalam tulang dan
menempatkannya di tempat yang tepat.
- Tutofusin
Cairan ini bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
pasien khususnya saat pasien mengalami dehidrasi isotonik dan kehilangan
cairan intraselular.
c. Pembedahan
Laparoskopi
Tindakan ini dilakukan untuk melihat kemungkinan pertumbuhan jaringan
parut pada hati dan sejauh maka telah terjadi pembentukan jaringan parut.
Transplantasi hati
Operasi transplantasi hati dimulai dengan mengambil organ hati dari
pasien dan menggantinya dengan hati yang berasal dari donor namun dengan
beberapa konplikasi. Usia harapan hidup setelah transplantasi hati sangat
beragam, tergantung dari kondisi masing-masing. Secara umum, lebih dari
70% pasien yang menjalani transplantasi hati berhasil bertahan hidup selama
setidaknya lima tahun setelah operasi.
8. Komplikasi
a. Perdarahan Gastrointestinal
Setiap penderita sirosis hepatis dekompensata terjadi hipertensi adalah koma
hepaticum dan timbul varises esophagus. Varises esophagus bisa pecah, sehingga
timbul perdarahan yang massif. Sifat perdarahan yang ditimbulkan adalah mual,
muntah darah atau hematemesis.
b. Koma Hepatikum
Timbulnya koma hepatikum adalah sebagai akibat dari faal hati sendiri
yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama
sekali. Hepatikum juga dapat timbul sebagai akibat perdarahan, parasentese,
gangguan elektrolit, obat-obatan dll.
c. Ulkus Peptikum
Timbulnya ulkus peptikum pada penderita sirosis hepatis lebih besar dari
penderita normal. Kemungkinan disebutkan diantaranya timbul hiperemi pada
mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang menurun pada mukosa dan
kemungkinan lai ialah timbul defisiensi makanan.
d. Karsinoma hepatoselular
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada sirosis hepatis terbentuk pada
bentuk postnekrotik ialah adanya hiperplasi noduler yang akan berubah
menjadi adenomata multiple kemudian berubah menjadi karsinoma yang
multiple.
e. Hipertensi Portal
Dikarenakan pembentukan jaringan parut mengobstruksi sinusoid dan
aliran darah dari vena portal menuju ke vena hepatic. Tekanan didalam sistem
vena portal, yang mengalir di jalur gastrointestinal, pancreas dan limfa
meningkat. Peningkatan tekanan ini membuka pembuluh darah di esophagus,
dinding anterior abdomen, dan rectum. Varises esofagus adalah kondisi
pembuluh darah abnormal di mana pembuluh darah membesar di bagian bawah
kerongkongan. Varises esofagus berkembang ketika aliran darah yang normal
ke hati diperlambat. Darah kemudian kembali ke pembuluh darah kecil di
dekatnya,seperti kearah kerongkongan, hingga menyebabkan pembengkakan
pembuluh. Ketika aliran darah ke hati diperlambat, darah akan membuat
cadangan, hingga menyebabkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah
besar (vena portal) yang membawa darah ke hati. Pembuluh darah yang rapuh
dan berdinding tipis ini kemudian mulai membengkak karena asupan darah
tambahan.
f. Hepatic Encephalophaty
Metabolisme pada produk nitrogen di saluran pencernaan menjadi produk
metabolic yang toksik bagi SSP. Degradasi urea dan protein ini akan menjadi
produk ammonia yang melalui aliran darah akan menenmbus sawar darah otak
dan mengakibatkan perubahan neuropsikiatrik di SSP.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
I.
kaku kuduk
8. Thorax: Umumnya bentuk dada normal, suara napas ronchi
9. Abdomen: Umumnya penderita tampak asites, umbilicus menonjol,
teraba hepar dan spleen, pekak beralih saat diperkusi, peristaltik
umumnya normal (5-30 x/menit)
10. Ektremitas: pada umumnya kedua kaki oedem dari lutut sampai
telapak kaki.
g Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Health perception and health promotion
Pada umumnya, pasien dengan sirosis hepatik tidak mengetahui
jika penyakitnya atau kebiasaan seperti akan berlanjut menjadi penyakit
yang lebih kronis. Dimulai dari pengelolaan makanan yang salah serta
sanitasi yang buruk dan mekanisme koping stress yang salah dengan
9. Eliminasi
Pada pasien sirosis hepatica, urine akan berwarna gelap jarang
berkemih, feses berwarna pucat, sering flatus, masalah dengan BAB
(diare atau konstipasi). Ditandai dengan feses mengandung lemak dan
protein.
10. Activity and exercise
Pasien sirosis hati akan mengalami kelemahan diakibatkan
berkurangnya metabolisme energi dan penurunan Hb serta peningkatan
tekanan vena porta.
11. Reproduksi dan seksualitas
Pada pria penumbuhan payudara, penyempitan testiskular,
impoten, penurunan libido (gairah seksual). Pada wanita terjadi
amenorrhea pada wanita muda dan perdarahan pada wanita tua. Karena
terjadinya gangguan metabolisme pada hormon estrogen dan testosteron.
1
h Data Objektif
General : Demam, cahexia, kelelahan pada ekstremitas
3
4
abdomen, liver dan spleen teraba, bau nafas; hematemesis; tinja berwarna
5
6
gelap; hemoroid
Neurologi: Attered mentation, asteriksis
Reproduktif: Gynecomastia dan testicular atrophy, impotence, penurunan
Analisa Data
Data
DO :
Etiologi
Pembentukan asites
bertambah
Bilirubin terkonjugasi
dan tak terkonjugasi
(meningkat)
Urobilinogen
(meningkat)
Masa
protrombin
(memanjang)
Trombosit, eritrosit,
leukosit (menurun)
Hypokalemia
Hiponatremia
Enzim-enzim serum;
urin
(meningkat)
Distensi
fosfatase
vena
Masalah Keperawatan
Kelebihan volume cairan
jugularis
Ansietas
DS :
-
Pasien
sesak napas
Pasien
mengeluh
mengeluh
jarang BAK
DO:
Gangguan
empedu
Anoreksi
Dispepsia
Flatulens
kembung)
Muntah
Perubahan
(perut
kebiasaan
BAB
(diare
atau
konstipasi)
Kerontokan
pada
DS:
-
Pasien
mengatakan
mual
Pasien
mengeluh
adanya
perubahan
kebiasaan
(diare
-
BAB
atau
konstipasi)
Pasien mengatakan
mengalami
penurunan
makan
nafsu
pembentukan
Ketidakseimbagan
kurang
tubuh
dari
nutrisi
kebutuhan
DO
-
Anemia
Intoleransi aktifitas
Kelemahan
Anemia
Takipnue
DS:
-
Pasien
mengatakan
mudah lelah
DO:
-
Perubahan
aktual
dan testosteron
pria
pertumbuhan
jaringan
payudara
secara
berlebihan,
kehilangan rambut
pada
axila
dan
pubis, penyempitan
testikular,
impotensi,
-
dan
penurunan libido
Ikterik
Bau apek manis
yang terdeteksi dari
nafas
DS:
DO:
-
Takipneu
Ekspansi
terhambat
DS:
-
Pasien
mengatakan
sesak napas
DO:
-
hepatomegali
Nyeri akut
Perubahan frekuensi
pernapasan
DS:
-
Klien
mengeluh
abdomen
Meningkatnya
Jaundice
spider
nevi
biasa
yang
muncul
dihidung,
dipipi,
biasanya
timbul ditangan.
Edema
Kulit kering
DS:
-
Pasien
mengeluh
merasakan gatal-gatal
DO:
-
Leukopenia
Anemia
Gangguan
koagulasi
Amenorhea
Perdarahan vagina
DS:
Pasien
mengeluh
sering
terjadi
perdarahan
-
pada
hidung, gusi
Pasien
mengeluh
mengalami
menstruasi berat
Pasien mengatakan
bahwa
dirinya
mudah memar
DO:
Gangguan
empedu
Diare
Disfungsi endokrin
Kelebihan cairan
Muntah
pembentukan
Resiko ketidakseimbangan
elektrolit
DS:
-
Pasien
mengatakan
Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif (b.d) Penurunan ekspansi dada
b. Ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat.
c. Kelebihan volume cairan b.d tekanan hidrostatik yang meningkat ditandai
dengan ascites.
d. Nyeri akut b.d pembesaran hati
e. Kerusakan integritas kulit b.d penumpukan garam empedu dibawah kulit
f. Gangguan citra tubuh b.d peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi ditandai
dengan ikterik diseluruh tubuh.
g. Intolerasi aktivitas b.d penurunan produksi sel darah merah ditandai
dengan kelemahan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pulse lips).
Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentan normal, tidak ada suara nafas
abnormal).
Tanda vital dalam rentan normal (tekanan darah, nadi dan pernafasan).
Intervensi
Rasional
NIC :
1
memaksimalkan ventilasi
2
nafas pasien
atau
dengan
suctioning
Monitor
respirasi
dan
4
status O2
jalan
nafas
kegagalan
pernafasan
4
adanya
suara
tambahan
b Diagnosa keperawatan: Ketidakseimbagan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 3 x 24 jam, kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi/adekuat
Kriteria hasil:
Intervensi
- Monitor adanya penurunan
Rasional
- Penurunan berat badan menunjukan
berat badan
Ht
- Monitor warna konjungtiva
-Monitor kalori dan intake
nutrisi
-
Apabila
konjungtiva
Pastikan
diet
berwarna pucat
yang
maka
itu
menunjukan
bahwa
- Edukasi pasien mengenai
nutrisi
yang diperlukan
kebutuhan nutrisi
Mengetahui
jumlah
kalori
Pasien
dapat
mengetahui dan
mencatat
kebutuhan
nutrisi
yang
diperlukan
c
kecemasan
atau
volume
sirkulasi,
kebingungan
Intervensi
Rasional
NIC:
1
Pertahankan
catatan
Menunjukkan
status
terjadinya/perbaikan
perpindahan
cairan,
akurat.
positif/peningkatan
berat
badan
sering
Monitor
hemodinamik
termasuk
CVP,
MAP,
Peningkatan
tekanan
darah
biasanya
berhubungan
dengan
kelebihan
volume
cairan,
mungkin
tidak
terjadi
karena
juguler
eksternal
dan
vena
Kaji
lokasi
dan
vaskuler..
luas
edema
Monitor
masukan
makanan/cairan
dan
hitung kalori
Peningkatan
darah
biasanya
tekanan
mungkin
tidak
terjadi
karena
Peningkatan
tekanan
darah
biasanya
d.
nyeri
Mampu menganalisis nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi
Rasional
NIC :
1
kompherensi
termasuk PQRSTU
2
2
yang
kenyamanan
seperti
mengurangi nyeri
suhu,
pencahayaan,
ruangan,
kondusif
untuk
pasien
meningkatkan
dan
membantu
dan
kebisingan.
3
3
Ajarkan
tentang
teknik
non farmakologi
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
mengurangi nyeri.
e.
Intervensi
Rasional
NIC :
1
pakaian
membuarkan
meningkatkan
yang longgar.
luka
proses
terbuka
akan
penyembuhan dan
sekali
Pasien
yang
kekurangan
nutrisi
dari
pasien
5. Monitor
kulit
akan
semakin parah
adanya kemerahan
f.
Intervensi
NIC :
1 Kaji
Rasional
verbal
dan
terhadap tubuhnya
Monitor
frekuensi
mengkritik dirinya
Dorong
klien
untuk
mengungkapkan
konsep
perasaanya
dan
rasa
takut/kesalahan
menghadapinya
secara
langsung.
4
Fasilitasi
kontak
Pasien
mungkin
saja
membutuhkan
panjang/
ketidakmampuan
menghadapi masalah.
5
Jelaskan
tentang
pengobatan,
perawatan, kemajuan
dan
tentang dirinya.
prognosis
penyakit
g.
Intolerasi aktivitas b.d penurunan produksi sel darah merah ditandai dengan
kelemahan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam, intoleransi aktivitas dapat
diatasi dengan kriteria hasil:
Toleransi aktivitas yang bisa dilakukan pasien
Tanda-tanda vital pasien dalam rentan normal
Pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri
Pasien mampu berpindah dengan atau tanpa alat bantu
Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat kemampuan 1. Sebagai dasar untuk memberikan alternative
Rencanakan
program
latihan
kemampuan pasien
3. Ajarkan
klien
bagaimana
tentang 3.
Dapat
meningkatkan
pergerakan
dan
aktivitas sehari-hari
4. Libatkan keluarga untuk 4. Dapat mendukung pasien untuk melakukan
melatih mobilitas pasien
5.
Bantu
pasien
aktivitasnya
h.
Intervensi
Rasional
NIC :
1
Pertahankan
catatan
akurat
adekuat.
(kelembaban membrane
tambah memburuk
Intervensi
Rasional
NIC :
1.Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan
membatasi aktifitas
menyebabkan
terjadinya
perdarahan.
3.Lindungi
trauma
pasien
yang
dari
dapat
menyebabkan perdarahan
lembut
untuk
mengurangi
nilai
lab
pembuluh
darah
dan
kemungkinan
penyebab
Untuk
dapat
segera
melakukan
Referensi
C. N. (2015, August 14). Cirrhosis of the Liver: Causes, Symptoms and Treatments.
Retrieved
May
24,
2016,
from
http://www.medicalnewstoday.com/articles/172295.php
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldof, G. (2014). Medical-Surgical Nursing: Pearson
New
International Edition: Critical Thinking in Patient Care Pearson custom library (5th
ed.). London, England: Pearson Education.
Long, G. (2007). Virtual clinical excursions--medical-surgical for Lewis, Heitkemper,
Dirksen, O'Brien and Bucher: Medical -surgical nursing: Assessment and management
of clinical problems (7th ed., Vol. 2). St. Louis: Mosby/Elsevier.
M. B., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguuan Hati.
Jakarta, Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC
N.
(n.d.).
Cirrhosis.
Retrieved
May
23,
2016,
from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMHT0022024/
P. (2013, February 19). Artikel Umum: Sirosis Hati. Retrieved May 20, 2016, from
http://pphi-online.org/alpha/?p=570
S. H., Prof.Dr. (2002). Sirosis Hepatis (Prof.Dr.Sujono Hadi). Retrieved May 23, 2016,
from
http://www.budilukmanto.org/index.php/sirosis-hepatis/41-sirosis- hepatis/89-sirosishepatis?tmpl=component
Thomson, A. D., & Cotton, R. E. (1997). Catatan Kuliah Patologi (3rd ed.). Indonesia:
EGC.
Waugh, A. (2006). Ross and Wilson Anatomy and Physiology: In health and illness (10th ed.).
Edinburgh: Churchill Livingston.