Pendahuluan
1.1 Sejarah Pengecoran
1.1.1 Mencairkan Logam
Coran dibuat dari logam yang dicairkan, dituang ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan
mendingin dan membeku. Oleh karena itu sejarah pengecoran dimulai ketika orang mengetahui
bagaimana mencairkan logam dan bagaimana membuat logam. Hal itu terjadi kira-kira 4000 SM,
sedangkan tahun yang lebih tepat tidak diketahui orang.
Awal penggunaan logam oleh orang, ialah ketika orang membuat perhiasan dari emas
atau perak tempaan, dan kemudian membuat senjata atau mata bajak dengan menempa tembaga.
Kemudian secara kebetulan orang menemukan tembaga mencair, selanjutnya mengetahui cara
untuk menuang logam cair kedalam cetakan, dengan demikian untuk pertama kalinya orang
dapat membuat coran yang berbentuk rumit.
Pengecoran perunggu dilakukan pertama di Mesopotamiakira-kira 3000 tahun SM, teknik
ini diteruskan ke asia tengah, india dan cina. Sementara itu teknik pengecoran Mesopotamia
diteruskan juga ke eropa dalam tahun 1500-1400 SM, barang-barang seperti mata bajak, pedang,
mata tombak perhiasan, tangki, dan perhiasan makam di spanyol, swis, jerman, dan perancis.
Pada abad ke 14 saja pengecoran besi kasar di lakukan secara besar-besaran, yaitu ketika
jerman dan itali meningkatkan tanur beralas datar yang primitive itu menjadi tanur tiup
berbentuk silinder. Kokas ditemukan di inggris di abad 18, yang kemudian di perancis
diikhtiarkan agar kokas dapat dipakai untuk mencairkan kembali besi kasar dalam tanur kecil
dalam membuat coran.
1.1.2 Cetakan
Telah dikatakan bahwa ketika pengecoran tembaga pertama kali ditemukan di
Mesopotamia, logam cair dituang ke dalam pasir, kemudian seperti halnya cara baru, dicari akal
untuk menuang logam cair kedalam rongga yang dibuat ke dalam batu. Bahan batu tersebut
adalah pasir, batu gamping atau serpentin yang mudah diolah, kadang-kadang dipergunakan juga
tanah liat untuk menguatkan.
Pada mulanya benda tipis yang berbentuk seperti kapak atau pedang dicor hanya dengan
mempergunakan drag (cetakan bawah) tidak dengan kup (cetakan atas). Kemudian keduanya
baik drag ataupun kup dipergunakan dan selanjutnya dicari akal untuk membuat coran berongga
dengan mempergunakan inti yang dibuat dari tanah lempung dan bubuk arang batu.
1.2 Membuat Coran
Untuk membuat coran, harus dilakukan proses-proses seperti: pencairan logam, membuat
cetakan, menuang, membongkar dan membersihkan coran. Untuk mencairkan logam bermacammacam tanur dipakai. Umumnya kupola atau tanur induksi frekwensi rendah dipergunakan untuk
besi cor, tanur busur listrik atau tanur induksi frekwensi tinggi dipergunakan untuk baja tuang
dan tanur krus untuk paduan tembaga atau coran paduan ringan, karena tanur-tanur ini dapat
memberikan logam cair yang baik dan sangat ekonomis untuk logam-logam tersebut.
Cetakan biasanya dibuat dengan jalan memadatkan pasir. Pasir yang dipakai kadang pasir
alam atau pasir buatan yang mengandung tanah lempung. Cetakan pasir mudah dibuat dan tidak
mahal asal dipakai pasir yang cocok. Kadang-kadang dicampurkan pengikat khusus, umpamanya
air-kaca, semen, resin furan, resin fenol, atau minyak pengering, karena penggunaan zat-zat
tersebut memperkuat cetakan atau mempermudah operasi pembuatan cetakan. Tentu saja
penggunaan itu mahal, sehingga perlu memilih dengan mempertimbangkan bentuk, bahan dan
jumlah produk.
Selain dari cetakan pasir, kadang-kadang dipergunakan cetakan logam. Pada penuangan,
logam cair mengalir, melalui pintu cetakan, maka bentuk pintu harus dibuat sedemikian sehingga
tidak mengganggu aliran logam cair.
1.3 Bahan-bahan pengecoran
1.3.1 Besi cor
Besi cor adalah paduan besi yang mengandung karbon, silisium, mangan, fosfor, dan
belerang. Besi cor ini digolongkan menjadi enam macam yaitu: besi cor kelabu, besi cor kelas
tinggi, besi kelabu paduan, besi cor bergrafit bulat, besi cor yang dapat ditempa dan besi cor
cil.Besi cor kelas tinggi mengandung lebih sedikit karbon dan silikon, lagi pula ukuran grafit
bebasnya agak kecil, disbanding dengan besi cor kelabu, sehingga kekuatan tariknya lebih tinggi
yaitu kira-kira 30-50 kg/mm2. Membuat besi cor kelas tinggi agak susah disbanding dengan besi
cor kelabu.
Besi cor kelabu paduan mengandung unsur-unsur paduan dan grafit, mempunyai struktur
yang stabil sehingga sifat-sifatnya lebih baik.Besi cor cil adalah besi cor yang mempunyai
permukaan terdiri dari besi cor putih dan bagian dalamnya terdiri dari struktur dengan endapan
dengan endapan grafit.
1.3.2 Baja cor
Baja cor digolongkan kedalam baja karbon dan baja paduan. Coran baja karbon adalah
paduan besi karbon dan digolongkan menjadi tiga macam, yaitu baja karbon rendah (C < 0,20%),
baja karbon menengah (0,20 0,50 % C) dan baja karbon tinggi (C > 0,5%).
Baja paduan adalah baja cor yang ditambah unsur-unsur paduan. Salah satu atau bebearpa
dari unsur-unsur paduan seperti mangan, khrom, molibden, atau nikel dibubuhkan untuk
memberikan sifat-sifat khususdari baja paduan tersebut, umpamanya sifat-sifat ketahanan aus,
ketahanan asam dan korosi atau keuletan. Contoh baja cor adalah baja cor tahan karat dan baja
cor tahan panas.
1.3.3 Coran paduan tembaga
Macam-macam coran paduan tembaga adalah: perunggu, kuningan, kuningan kekuatan
tinggi, perunggu alumunium dan sebagainya.
Perunggu adalah paduan antara tembaga dan timah, perunggu yang biasa dipakai
mengandung kurang dari 15% timah. Titik cairnya kira-kira 1.000oC, jadi lebih rendah dari titik
cair paduan besi, dan mampu cornya baik sekali sama halnya dengan besi cor.
1.3.4 Coran paduan ringan
Coran paduan ringan adalah coran paduan alumunium, coran paduan magnesium dan
sebagainya.Alumunium murni mempunyai sifat mampu cord an sifat mekanis yang jelek. Oleh
karena itu dipergunakan paduan alumunium karena sifat-sifat mekanisnya akan diperbaiki
dengan menambahkan tembaga, silisium, magnesium, mangan, nikel dan sebagainya.
BAB II
Penelaahan Dasar Mengenai Pengecoran
apabila gradient temperature yang besar terjadi pada permukaan coran besar, umpamanya pada
pengecoran dengan cetakan logam. Sebaliknya pengecoran dengan cetakan pasir menyebabkan
gradien temperatur yang kecil dan membentuk struktur kolom yang tidak jelas. Bagian tengah
coran mempunyai gradient temperatur yang kecil sehingga merupakan dari susunan dari butirbutir kristal segi banyak dengan orientasi yang sembarang.
Apabila permukaan beku diperhatikan, setelah logam yang belum membeku dituang
keluar dari cetakan pada waktu pendinginan, maka terdapat dua kasus bahwa permukaan itu bisa
halus atau kasar. Disamping itu cetakan logam menyebabkan permukaan halus dan cetakan halus
dan cetakan pasir menyebabkan permukaan kasar. Dalam kasus daerah beku yang lebar, kristalkristal dendrite tumbug dari inti-inti, dan akhirnya pembekuan berakhir pada keadaan bahwa
dendrite-dendrit tersebeut saling bertemu.
Pembekuan dari suatu coran maju perlahan-lahan dari kulit ke tengah. Jumlah waktu pada
pembekuan dari kulit ke tengah sebanding lurus dengan V/S , yaitu perbandingan antara volume
coran V dal luas permukaan S melalui mana panas dikeluarkan. Oleh karena itu apapun
bentuknya, umpamanya prisma, bujur sangkar, segitiga atau silinder atau sebangsanya, jumlah
waktu pembekuannya kira-kira akan sama kalau harga V/S sama pula.
BAB III
POLA
3.1 Pengertian Pola
Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola dapat dibuat dari
kayu, plastic/polimer atau logam. Pemilihan material pola tergantung pada bentuk dan ukuran
produk cor, akurasi dimensi, jumlah produk cor dan jenis proses pengecoran yang digunakan.
Pola dapat berguna agar menjaga ketelitian ukuran benda coran.
Pola yang dipergunakan untuk pembuatan cetakan benda coran, dapat digolongkan
menjadi pola logam dan pola kayu. Bahan dari pola logam bisa bermacam-macam sesuai dengan
penggunaannya. Sebagai contoh, logam tahan panas seperti : besi cor, baja cor, dan paduan
tembaga adalah cocok untuk pola pada permukaan cetakan kulit. Pola kayu dibuat dari kayu,
murah cepat dibuatnya dan mudah diolahnya dibandingkan dengan pola logam. Oleh karena itu
pola kayu umumnya dipakai untuk cetakan pasir.Hal yang diperhatikan dalam menentukan pola
1. Pola harus mudah dikeluarkan dari cetakan.
2. Penempatan inti harus mudah.
3. Sistem saluran harus dibuat sempurna untuk mendapat aliran logam cair yang optimum.
3.2 Jenis-jenis pola :
A. Pola tunggal (solid pattern)
Biasanya digunakan untuk bentuk produk yang sederhana dan jumlah produk sedikit. Pola ini
dibuat dari kayu dan tentunya tidak mahal.
B. Pola belah (split pattern)
Terdiri dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga cetak dari masingmasing pola. Dengan pola ini, bentuk produk yang dapat dihasilkan rumit dari pola tunggal.
Tetapi proses cetakannya lebih mudah dari pola tunggal.
C. Pola dengan papan menyambung (match plate pattern)
Digunakan untuk jumlah produksi yang lebih banyak. Pada pola ini dua bagian pola belah
masing-masing diletakkan pada sisiyang berlawanan dari sebuah papan kayu atau plat basi. Jenis
pola ini sering digunakan bersama-sama dengan mesin pembuatan cetakan dan dapat
menghasilkan laju produksi yang tinggi untuk produk-produk kecil.
D. Pola cope and drag:
Pola ini hampir sama dengan pola papan penyambung, tetapi pada pola ini dua bagian dari
pola belah masing-masing ditempelkan pada papan yang terpisah. Pola ini juga biasa dilengkapi
dengan sistem saluran masuk dan riser.
Saluran turun (sprue) berfungsi untuk meneruskan lagam cair dari cawan tuang ke runner dan
saluran masuk (gate).
3. Pengalir (runner)
Merupakan saluran utama didalam cetakan yang akan mendistribusikan logam cair kedalam
ingate. Selain itu runner berfungsi menahan pengotor atau impurities yang terbawa dalam logam
cair agar tidak masuk kedalam produk cor.
4. Saluran Masuk (Ingate)
Saluran yang mendistribusikan langsung logam cair kedalam rongga produk cor. Ingate harus
mudah dipotong untuk proses pelepasan produk cor dari bagian sistem salurannya atau biasa
disebut fettling, oleh karena itu dalam pembuatan ingate kita harus memperhatikan ukuran coran,
ketebalannya, kondisi cetakan, ukuran dan bentuk ingate itu sendiri.
BAB V
CARA-CARA PENGECORAN KHUSUS
Menurut jenis cetakan yang digunakan proses pengecoran dapat diklasifikan
menjadi dua katagori :
1. Pengecoran dengan cetakan sekali pakai.
2. Pengecoran dengan cetakan permanen.
5.1 Pengecoran dengan cetakan sekali pakai
Pada proses pengecoran dengan cetakan sekali pakai, untuk mengeluarkan produk
corannya cetakan harus dihancurkan. Jadi selalu dibutuhkan cetakan yang baru untuk setiap
pengecoran baru, sehingga laju proses pengecoran akan memakan waktu yang relatif lama.
Tetapi untuk beberapa bentuk geometri benda cor tersebut, cetakan pasir dapat menghasilkan
coran dengan laju 400 suku cadang
perjam atau lebih.
Pada proses cetakan permanen, cetakan biasanya di buat dari bahan logam, sehingga dapat
digunakan berulang-ulang. Dengan demikian laju proses pengecoran lebih cepat dibanding
dengan menggunakan cetakan sekali pakai, tetapi logam coran yang digunakan harus mempunyai
titik lebur yang lebih rendah dari pada titik lebur logam cetakan.
5.1.1 Cetakan Pasir
Cetakan Pasir merupakan cetakan yang paling banyak digunakan, karena memiliki
keunggulan :
1. Dapat mencetak logam dengan titik lebur yang tinggi, seperti baja, nikel dan titanium;
2. Dapat mencetak benda cor dari ukuran kecil sampai dengan ukuran besar;
3. Jumlah produksi dari satu sampai jutaan.
Tahapan pengecoran logam dengan menggunakan cetakan pasir sebagai berikut :
1. Pembuatan pola, sesuai dengan bentuk coran yang akan dibuat;
2. Persiapan pasir cetak;
3. Pembuatan cetakan;
4. Pembuatan inti (bila diperlukan);
5. Peleburan logam;
6. Penuangan logam cair kedalam cetakan;
7. Pendinginan dan pembekuan;
rongga cetak;
3. Pembuatan saluran masuk dan riser;
4. Pelapisan rongga cetak;
5. Bila coran memiliki permukaan dalam (mis : lubang), maka dipasang inti;
6. Penyatuan cetakan;
7. Siap untuk digunakan.
Cetakan dan Pembuatan Cetakan
Pasir cetak yang sering dipakai adalah :
Pasir silika (SiO2), atau Pasir silika yang dicampur dengan mineral lain (mis. tanah lempung)
atau resin organik (mis. resin phenolik, resin turan, dsb).
Ukuran butir yang kecil akan menghasilkan permukaan coran yang baik, tetapi ukuran
butir yang besar akan menghasilkan permeabilitas yang baik, sehingga dapat membebaskan gasgas dalam rongga cetak selama proses penuangan. Cetakan yang dibuat dari ukuran butir ynag
tidak beraturan akan menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi dari pada butir yang bulat, tetapi
permeabilitasnya kurang baik.
Beberapa indikator untuk menentukan kualitas cetakan pasir :
1. Kekuatan, kemampuan cetakan untuk mempertahankan bentuknya dan ketahanannya
terhadap pengikisan oleh aliran logam cair. Hal ini tergantung pada bentuk pasir, kualitas
pengikat dan faktor-faktor yang lain.
2. Permeabilitas, kemampuan cetakan untuk membebaskan udara panas dan gas dari dalam
cetakan selama operasi pengecoran melalui celah-celah pasir cetak.
3. Stabilitas termal, kemampuan pasir pada permukaan rongga cetak untuk menahan
keretakan dan pembengkokan akibat sentuhan logam cair.
4. Kolapsibilitas (collapsibility), kemampuan cetakan membebaskan coran untuk menyusut
tanpa menyebabkan coran menjadi retak.
5. Reusabilitas, kemampuan pasir (dari pecahan cetakan) untuk digunakan kembali (didaur
ulang).
Klarifikasi Cetakan Pasir :
a. Cetakan pasir basah.
b. Cetakan pasir kering, atau
c. Cetakan kulit kering.
A. Cetakan pasir basah
dibuat dari campuran pasir, lempung, dan air.
Keunggulan :
1. Memiliki kolapsibilitas yang baik.
2. Permeabilitas baik.
3. Reusabilitas yang baik, dan
4. Murah.
Kelemahan :
Uap lembab dalam pasir dapat menyebabkan kerusakan pada berberapa coran,tergantung pada
logam dan geometri coran.
B. Cetakan pasir kering
dibuat dengan menggunakan bahan pengikat organik, dan kemudian cetakan dibakar di
dalam sebuah oven dengan temperatur berkisar antara 204 o sampai 316o C. Pembakaran dalam
oven dapat memperkuat cetakan dan mengeraskan permukaan rongga cetakan.
Keunggulan :
Dimensi produk cetak lebih baik.
Kelemahan :
1. Lebih mahal dibandingkan dengan cetakan pasir basah;
2. Laju produksi lebih rendah karena dibutuhkan waktu pengeringan;
3. Pemakaian terbatas untuk coran yang medium dan besar dalam laju produksi (rendah atau
medium).
C. Cetakan kulit kering
diperoleh dengan mengeringkan permukaan pasir basah dengan kedalaman 1,2 cm sampai
dengan 2,5 cm pada permukaan rongga cetakan.Bahan perekat khusus harus ditambahkan pada
campuran pasir untuk memperkuat permukaan rongga cetak. Klasifikasi cetakan yang telah
dibahas merupakan klasifikasi konvensional. Saat ini telah dikembangkan cetakan yang
menggunakan pengikat bahan kimia. Beberapa bahan pengikat yang tidak menggunakan proses
pembakaran, seperti antara lain resin turan, penolik, minyak alkyd. Cetakan tanpa pembakaran
ini memiliki kendali dimensi yang baik dalam aplikasi produksi yang tinggi.
Proses Pengecoran dengan Cetakan Khusus :
Proses pengecoran telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan khusus.Perbedaan
antara metode ini dengan metode cetakan pasir terdapat dalam
komposisi bahan cetakan, cara pembuatan cetakan, atau cara pembuatan pola.
Cetakan kulit (shell molding) ditunjukkan dalam gambar 3.4 :
Menggunakan pasir dengan pengikat resin termoset
(1) Pada logam dipanaskan dan diletakan diatas kotak yang telah berisi campuran
pasir dengan resin termoset;
(2) Kotak dibalik sehingga campuran pasir dan resin jatuh diatas pola yang masih
panas, membentuk lapisan campuran yang melapisi permukaan pola sehingga
membentuk kulit keras;
(3) Kotak dikembalikan ke posisi semula, sehingga kelebihan campuran pasir
kembali jatuh kedalam kotak;
(4) Kulit pasir dipanaskan dalam oven selama beberapa menit hingga seluruhnya
mengering;
(5) Cetakan kulit dilepaskan dari polanya;
(6) Dua belahan cetakan kulit dirakit, di support dengan pasir atau butiran logam dalam sebuah
rangka cetak, dan kemudian dilakukan penuangan;
(7) Coran yang telah selesai dengan saluran turun dilepaskan dari cetakan.
Keuntungan dari cetakan kulit :
1. Permukaan rongga cetak lebih halus dibandingkan dengan cetakan pasir basah;
2. Permukaan yang halus tersebut memudahkan logam cair selama penuangan dan
dihasilkan permukaan akhir yang lebih baik;
3. Dimensi lebih akurat;
4. Memilki kolapsibilitas yang sangat baik, sehingga dapat dihindarkan terjadinya keretakan
pada hasil coran.
Kelemahan :
Pola logam lebih mahal dibandingkan dengan pola yang digunakan pada cetakan
pasir basah dan Kurang cocok bila digunakan untuk jumlah produksi yang rendah (hanya cocok
untuk produksi massal).
Contoh penggunaan : roda gigi, value bodies, bushing, camshaft.
5.1.2 Cetakan Vakum
Cetakan vakum disebut juga proses-V, menggunakan cetakan pasir yang disatukan
dengan tekanan vakum. Jadi istilah vakum pada proses ini adalah metode pembuatan cetakan,
bukan metode pengecoran.
Tahapan proses adalah : (lihat gambar(a) 5.1.2)
(1) Lembaran plastic ditarik diatas pola kup dan drug dengan vakum;
(2) Rangka cetak (flask) yang di desain secara khusus, ditaruh diatas pelat pola
dan diisi pasir, saluran turun (sprue) dan cawan tuang (cup) dibentuk dalam
pasir;
(3) Lembaran plastik yang lain ditempatkan diatas rongga cetak, dan ditarik
dengan tekanan vakum, sehingga buturan pasir disatukan membentuk cetakan
padat;
(4) Tekanan vakum dilepaskan, kemudian pola diangkat dari cetakan;
(5) Cetakan disatukan dengan pasangannya untuk membentuk kup dan drug,
kemudian divakum untuk memperkuat kedua bagian tersebut.
Selanjutnya dilakukan penuangan logam cair, lembaran plastik akan habis terbakar dengan cepat
setelah tersentuh logam cair. Setelah pembekuan, seluruh pasir dapat didaur ulang untuk
digunakan kembali.
2.
3.
(3) Pohon pola dilapisi dengan lapisan tipis bahan tahan api;
(4) Seluruh cetakan terbentuk dengan menutup pola yang telah dilapisi tersebut
dengan bahan tahan api sehingga menjadi kaku;
(5) Cetakan dipegang dalam posisi terbalik, kemudian dipanaskan sehingga lilin
meleleh dan keluar dari dalam cetakan;
(6) Cetakan dipanaskan kembali dalam suhu tinggi, sehingga semua kotoran
terbuang dari cetakan dan semua logam cair dapat masuk kedalam bagianbagian
yang rumit _ disebut proses preheating;
(7) Setelah logam cair dituangkan dan membeku cetakan dipecahkan, dan coran
dilepaskan dari sprue-nya.
Keuntungan dari pengecoran presisi :
1. Dapat membuat coran dalam bentuk yang rumit;
2. Ketelitian dimensi sangat baik (toleransi 0.076mm);
3. Permukaan hasil coran sangat baik;
4. Lilin dapat didaur ulang;
5. Tidak diperlukan pemesinan lanjut;
Kelemahan :
1. Tahapan proses banyak sehingga biayanya mahal;
2. Terbatas untuk benda cor yang kecil;
plaster, memanaskan cetakan dalam autoclave (oven yang menggunakan uap air
superpanas dan bertekanan tinggi), dan kemudian dikeringkan. Dengan cara ini akan dihasilkan
permeabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan cetakan plaster konvensional.
Keuntungan :
1. Permukaan akhir baik;
2. Dimensi akurat;
3. Mampu membuat bagian coran yang tipis.
Pengecoran dengan cetakan plaster digunakan untuk logam dengan titik lebur
rendah seperti : aluminium, magnesium, dan paduan tembaga.
Contoh Penggunaan :
1. Cetakan logam untuk mencetak plastik, karet,
2. Sudu-sudu pompa dan turbin, dan
3. Produk coran lainnya yang memiliki geometri yang rumit.
Cetakan keramik
Mirip dengan cetakan plaster, bedanya cetakan keramik
menggunakan bahan keramik tahan api yang lebih tahan temperatur tinggi
dibandingkan dengan plaster. Jadi cetakan keramik dapat digunakan untuk
mencetak baja, besi tuang, dan paduan lainnya yang mempunyai titik lebur tinggi.
Penggunaan sama dengan cetakan plaster hanya titik lebur logam coran lebih tinggi.
Kelebihan lainnya = cetakan plaster.
5.2 Proses Cetakan Permanen
Pengecoran cetakan permanen menggunakan cetakan logam yang terdiri dari dua
bagian untuk memudahkan pembukaan dan penutupannya. Pada umumnya cetakan ini
dibuat dari bahan baja atau besi tuang. Logam yang biasa dicor dengan cetakan ini
antara lain aluminium, magnesium, paduan tembaga, dan besi tuang. Pengecoran
dilakukan melalui beberapa tahapan seperti ditunjukkan dalam gambar 5.2 berikut
ini.
Gambar 5.2
BAB VI
CETAKAN PASIR DAN PASIR CETAK
Bab ini akan menguraikan tentang cetakan pasir yaitu cetakan yang paling lazim dipakai
dan juga tentang pasir cetak. Beberapa pasir cetak mengandung tanah lempung sebagai pengikat,
sedangkan yang lain mengandung pengikat khusus kebanyakan cetakan yang digunakan adalah
cetakan pasir.
Cetakan pasir merupakan cetakan yang paling banyak digunakan, karena memiliki keunggulan :
1. Dapat mencetak logam dengan titik lebur yang tinggi, seperti baja, nikel dan titanium;
2. Dapat mencetak benda cor dari ukuran kecil sampai dengan ukuran besar;
3. Jumlah produksi dari satu sampai jutaan.
1.
Pasir
Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika (SiO2). Pasir
merupakan produk dari hancurnya batu-batuan dalam jangka waktu lama. Alasan pemakaian
pasir sebagai bahan cetakan adalah karena murah dan ketahanannya terhadap temperatur tinggi.
Ada dua jenis pasir yang umum digunakan yaitu naturally bonded (banks sands)
dansynthetic (lake sands). Karena komposisinya mudah diatur, pasir sinetik lebih disukai oleh
banyak industri pengecoran.
Pemilihan jenis pasir untuk cetakan melibatkan bebrapa faktor penting seperti bentuk dan
ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan bulat akan menghasilkan permukaan produk yang
mulus/halus. Untuk membuat pasir cetak selain dibutuhkan pasir juga pengikat (bentonit atau
clay/lempung) dan air. Ketiga Bahan tersebut diaduk dengan komposisi tertentu dan siap dipakai
sebagi bahan pembuat cetakan.
Jenis cetakan pasir
1. Cetakan pasir basah (green-sand molds).
Cetakan pasir basah merupakan cetakan yang banyak digunakan dan paling murah. Kata basah
dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak itu masih cukup mengandung air atau lembab ketika
logam cair dituangkan ke cetakan itu. Istilah lain dalam cetakan pasir adalah skin dried. Cetakan
ini sebelum dituangkan logam cair terlebih dahulu permukaan dalam cetakan dipanaskan atau
dikeringkan. Karena itu kekuatan cetakan ini meningkat dan mampu untuk diterapkan pada
pengecoran produk-produk yang besar, dibuat dari campuran pasir, lempung, dan air.
Cetakan pasir basah juga banyak digunakan untuk besi tuang, paduan logam tembaga dan
aluminium yang beratnya relatif kecil (maksimum 100 kg).
Keunggulan :
Permeabilitas baik.
Murah.
Kelemahan :
Uap lembab dalam pasir dapat menyebabkan kerusakan pada berberapa coran, tergantung
pada logam dan geometri coran.
Komposisi :
Pasir (80-90) %.
Bentonit (10-15) %.
Air (4-5) %.
temperatur berkisar antara 204o sampai 316oC. Pembakaran dalam oven dapat memperkuat
cetakan dan mengeraskan permukaan rongga cetakan. Akurasi dimensi lebih baik dari cetakan
pasir basah dan sebagai konsekuensinya jenis cetakan ini lebih mahal.
Komposisi :
Pasir (80-90) %.
Pitch (1-1,5) %.
Milase (0,5-1) %.
Pemakaian terbatas untuk coran yang medium dan besar dalam laju produksi
rendah medium.
3. Cetakan kulit kering
Diperoleh dengan mengeringkan permukaan pasir basah dengan kedalaman 1,2 cm
sampai dengan 2,5 cm pada permukaan rongga cetakan. Bahan perekat khusus harus
ditambahkan pada campuran pasir untuk memperkuat permukaan rongga cetak.
Ada 2 (dua) cara yang dapat dilakukan disini:
1. Pasir disekitar pola setebal 10 mm dicampur dengan pengikat sehingga bila
pasir mengering terbentuk permukaan yang keras. bagian lainnya terdiri dari pasir basah biasa.
2. Seluruh cetakan dibuat dari pasir basah kemudian permukaannya yang
bersinggungan dengan pola disemprot atau dilapisi bahan yang mengeras bila dipanaskan.
Pelapis terdiri dari minyak cat, molas, sagu atau bahan sejenis. Permukaan harus dikeringkan
dengan hembusan udara atau pemanasan.
4. Lempung (Loam molds)
Untuk berida cor yang besar digunakan cetakan lempung. Kerangka cetakan terdiri dari
batu bata atau besi yang dilapis dengan lempung kemudian diperhalus permukaannnya. Cetakan
kemudian dikeringkan agar kuat menahan beban logam cair. Pembuatan cetakan lempung
memakan waktu yang lama sehingga agak jarang digunakan.
5. Cetakan Furan (Furan molds)
Pasir yang kering dan tajam dicampur dengan asam phospor yang dalam hal ini
merupakan reagens pemercepat. Resin furan ditambahkan secukupnya dan campuran diaduk
hingga resin merata. Pasir dibentuk dan dibiarkan mengeras, biasanya setelah 1 atau 2 jam bahan
cukup keras. Pasir resin furan dapat digunakan sebagai dinding atau permukaan pada pola sekali
pakai.
6. Cetakan CO2
Pasir yang bersih dicampur dengan natrium silikat dan campuran dipadatkan di sekitar
pola. Kemudian dialirkan gas CO2 dan campuran tanah akan mengeras. Cetakan CO2 diterapkan
untuk bentuk yang rumit dan dapat menghasilkan permukaan yang licin.
7.
Cetakan logam
Cetakan logam terutama digunakan pada proses cetak-tekan (die casting) logam dengan
suhu cair rendah. Coran yang dihasilkan mempunyai bentuk yang tepat dengan permukaan yang
licin sehingga pekerjaan permesinan berkurang.
Proses pembuatan cetakan yang dilakukan di pabrik-pabrik pengecoran dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1. Pembuatan cetakan di meja (Bench molding). Dilakukan untukbenda cor yang kecil.
2. Pembuatan cetakan di lantai (Floor-molding). Dilakukan untuk benda cor berukuran sedang atau
besar.
3. Pembuatan cetakan sumuran (Pit molding). Benda cor yang besar biasanya dituang dalam
sumuran. Sumuran tersebut merupakan drag dan di atasnya dibuat suatu kup. Sisi sumuran
diperkuat dengan lapisan bata dan alas ditutupi lapisan sinter yang tebal yang dihubungkan
dengan pipa-pipa pelepas gas ke lantai pabrik. Cetakan sumuran tahan terhadap tekanan tinggi
yang ditimbulkan oleh gas panas dan biaya pembuatannya tidak terlalu mahal.
Pembuatan cetakan dengan mesin (Machine molding). Kini sebagian besar pekerjaan yang
tadinya dilakukan dengan tangan, dilakukan dengan mesin. Memadatkan pasir, membalik
cetakan, dan membuat saluran masuk dilakukan dengan mesin dan jauh lebih efesien
dibandingkan dengan cara terdahulu.
Pembuatan cetakan
Pembuatan cetakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini,
Pertama-tama, belahan pola diletakan di atas papan kayu yang rata. Kemudian rangka
cetak bawah (drag) diletakan di atas kayu (Lihat gambar3.2). Drag diisi penuh dengan pasir,
yang dimampatkan secara manual atau mesin, tegantung pada besar kecilnya cetakan.
Pemampatan pasir memerlukan pengalaman; bila pasir kurang padat, cetakan mudah rusak pada
waktu pengerjaannya atau rusak akibat aliran logam cair. Bila terlalu padat, gas dan uap sulit
menguap, hal ini dapat rnenyebabkan terjadinya cacat dalam benda cor.
Setelah pemampatan pasir selesai, pasir yang berlebihan diratakan. Untuk memudahkan
pelepasan gas sewaktu penuangan, pasir ditusuk-tusuk di beberapa tempat. Cetakan bagian
bawah kemudian dibalik, dengan demikian kup dapat dipasangkan dan cetakan diselesaikan.
Sebelum dibalik, ditaburkan pasir kering dan di atasnya diletakan papan. Drag dibalik dan alas
cetakan diangkat dan tampaklah pola. Permukaan pasir diratakan dan ditaburi pasir kering. Pasir
kering yang ditaburkan adalah pasir silica kering yang halus dan tidak ada kekuatannya. pasir ini
mencegah melekatnya pasir dan kedua bagian cetakan.
Setelah itu kup di letakan di atas drag (Lihat gambar 3.2) pasak (pin) dipasang sehingga
tidak dapat terjadi pergeseran. Pada cetakan bagian atas perlu dibuat alur turun ( yang
merupakan saluran pengalir logam cair, suatu pin tirus (sprue pin) ditempatkan 25mm ke kirikanan pola. Kemudian kup diisi pasir, dipadatkan dan diberi lubang pelepasan gas, sama halnya
dengan persiapan cetakan bagian bawah tadi.
Cetakan hampir selesai, tinggal mengeluarkan pola dan pin alur turun. Pertama-tama pin
saluran turun dikeluarkan, kemudian dibuat cawan pada ujung alur turun sehingga terjadi lubang
yang agak besar untuk menuangkan logam cair. Kup kemudian dilepaskan dan dibalik. Sebelum
belahan bola dilepas, pasir disekitar rongga cetakan diseka dengan kain lembab untuk menjaga
agar tepi-tepi rongga cetakan tidak rontok. Belahan bola kemudian dilepas. Sebelum cetakan
ditutup, perlu dibuat saluran masuk (gate) antara rongga cetakan dengan saluran turun.
Penampang saluran masuk masuk dekat cetakan jangan terlalu besar untuk memudahkan
pematahannya. Untuk mengimbangi penyusutan logam, pada kup dibuat lubang yang memuat
logam cadangan dan lubang ini disebut riser atau panambah.
Permukaan rongga cetakan dibasahi, diseka atau ditaburi serbuk pelapis. Serbuk pelapis
terdiri dari tepung silicon dan grafit dengan komposisi tertentu tergantung pada jenis logam yang
dicor. Pelapisan permukaan bertujuan menghaluskan penyelesaian permukaan benda dan
mengurangi timbulnya cacat-cacat permukaan.
BAB VII
CACAT CORAN DAN PENCEGAHNYA
Pada coran terdapat terjadi berbagai macam cacat tergantung pada bagaimana keadaanya,
sedangkan cacat-cacat tersebut boleh dikatakan jarang berbeda menkurut bahan dan macam
coran. Banyak cacat ditemukan dalam coran secara biasa. Seandainya sebab-sebab dari cacatcacat tersebut diketahui, maka pencegahan terjadinya cacat dapat dilakukan.
Memproduksi coran harus melalui banyak proses, dan dalam proses tersebut banyak
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya cacat, sehingga sukar untuk meyakinkan sebab-sebab
dari cacat tersebut. Dalam hal ini banyak pengalaman teknik yang diperlukan untuk meyakinkan
sebab-sebabnya. Untuk itu teknik dan proses perlu di standardkan sebelumnya, kemudian perlu
menemukan hubungan antara cacat dan standard tersebut. Sebab-sebab cacat diamati dengan
mempelajari apakah ada perbedaan antara Praktek dan standard. Dalam hal ini kalau perlu dapat
dilaksanakan percobaan yang direncanakan. Faktor-faktor pentng dari cacat coran dan
pencegahannya diuraikan sebagai berikut.
7.1 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Cacat pada Coran
Proses pengecoran dilakukan dengan beberapa tahapan mulai dari pembuatan cetakan,
proses peleburan, penuangan dan pembongkaran. Untuk menghasilkan coran yang baik maka
semuanya harus direncanakan dan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Namun hasil coran sering
terjadi ketidak sempurnaan atau cacat. Cacat yang terjadi pada coran dipengaruhi oleh bebrapa
factor yaitu :
1. Desain pengecoran dan pola
2. Pasir cetak dan desain cetakan dan inti
3. Komposisi muatan logam
4. Proses peleburan dan penuangan
5. Sistim saluran masuk dan penambah.
7.2 Macam-macam Cacat Coran
Komisi pengecoran internasional telah membuat penggolongan cacat-cacat coran dan dibagi
menjadi 9 macam, yaitu :
1. Ekor tikus tak menentu atau kekasaran yang meluas
2. Lubang-lubang
3. Retakan
4. Permukaan kasar
5. Salah alir
6. Kesalahan ukuran
7. Inklusi dan struktur tak seragam
8. Deformasi
9. Cacat-cacat tak nampak
7.2.1 Cacat ekor tikus tak menentu atau kekasaran yang meluas.
Cacat ekor tikus merupakan cacat dibagian luar yang dapat dilihat dengan mata. Bentuk
cacat ini mirip seperti ekor tikus, yang diakibatkan dari pasir permukaan cetakan yang
mengembang dan logam masuk kepermukaan tersebut. Kekasaran yang meluas merupakan cacat
pada permukaan yang diakibatkan oleh pasir cetak yang tererosi. Bentuk cacat ekor tikus dan
kekasaran yang meluas dapat dilihat pada gambar 11.2.1.
a.
b.
c.
d.
e.
Temperatur penuangan
terlalu rendah
Penuangan terlalu lambat
Cetakan kurang kering
Temperatur penuangan
terlalu rendah
kecil
Pencegahan
Diusahakan pada saat
pencairan alas kokas dijaga
agar logam tidak berada di
daerah oksidasi.
Temperature tuang logam
sebelum
penuangan,
dipastikan sudah sesuai dan
penuangan dengan cepat.
Pembuatan cetakan yang
teliti baik permeabilitas,
pemadatan yang cukup,
lubang angin yang cukup
Diusahakan tekanan di atas
dibuat tinggi
f.
cil
a.
b.
c.
d.
Cetakan
runtuh.saat
penarikan pola
Pola
logam
harus
lempung yang kurang
dipanaskan mula
Menggunakan
bubuk
baik
pemisah yang baik
e.
Penetrasi logam
yang berlebihan
Temperatur tuang yang
terlalu tinggi
Pasir terlalu kasar
Pemadatan pasir kurang
Bahan pengikat terlalu
banyak
Tahanan panas pasir kurang
Logam cair memiliki
a. Inklusi terak
b. Inklusi pasir
c.
Cil
yang lemah
Ketahanan panas pasir
cetak kurang
Pembersihan
yang
Menentukan komposisi
memadahi
logam yang tepat
Pendinginan yang cepat
Pendinginan perlahan-lahan
Kadar karbon dan
silicon yang rendah
Logam cair mendapat
d. Cil terbalik
Menggunakan
bahan
pelapis ladel yang tahan
panasnya baik
Pembersihan bagian dalam
cetakan sebelum penuangan
Menggunakan pasir yang
tahanan panasnya tinggi
Pemadatan pasir harus
cukup
Kelebihan
kadar
belerang
Deformasi dikarenakan perubahan bentuk coran selama pembekuan akibat gaya yang timbul
selama penuangan dan pembekuan. Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat deformasi dapat
dilihat pada table 11.4
Tabel 7,2.8 Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat deformasi
Bentuk cacat permukaan kasar Penyebab
Pencegahan
a. Membengkak
Kekuatan tekan pasir cetak
Meningkatkan kekuatan
kurang
tekan pasir cetak
b. Pergeseran
c.
Perpindahan inti
d. Pelenturan
Cermat
pada
saat
cetakan
pemasangan
kup
dan
drag.
Pergeseran
setelah
pemasangan cetakan
Inti terapung
Penahan inti tidak kuat
Memperhitungkan bentuk
pendinginan
dan coran dengan cermat
penyusutan
BAB VIII
PELEBURAN DAN PENUANGAN BESI COR
8.1 Peleburan Besi Cor Dalam Kupola
Kupola adalah dapur yang digunakan untuk melebur besi tuang. Dapur ini berbentuk
silindrik tegak, terbuat dari baja dan bagian dalamnya dilapisi dengan batu tahan api, seperti
ditunjukkan dalam gambar D. Sebagai bahan bakar digunakan kokas (coke), dan batu kapur
digunakan sebagai fluks, sedang bahan bakunya adalah besi bekas dan seringkali ditambahkan
besi kasar.
Kupola dipergunakan secara luas untuk peleburan besi cor sebab mempunyai keuntungankeuntungan yang unik yaitu sebgai berikut :
a. Konstruksinya sederhana dan operasinya rendah
b. Memberikan kemungkinan peleburan kontinu
c. Memungkinkan utuk mendapat laju peleburan yang besar untuk tiap jamnya
d. Biaya yang rendah untuk alat-alat dan peleburan