Anda di halaman 1dari 6

@ Fadhilah, [25.03.

16 10:53]

HADITS HUKUM ISBAL


Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar ibnu Rifai

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,



Sarung yang berada di bawah kedua mata kaki, ada di dalam neraka (kaki
tersebut).
Sarung, celana, jubah, atau yang semisal, biasanya dikenakan oleh kaum
musbil hingga menutupi mata kaki. Kebiasaan yang perlu dikritisi secara
tinjauan syariat Islam. Mengapa hal remeh semacam ini dibahas? Itulah
kesempurnaan ajaran Islam. Cara berpakaian pun ada aturannya.
Takhrij Hadits
Hadits dengan lafadz di atas diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5450), anNasai (no. 5330), dan Ahmad (2/498), dari sahabat Abu Hurairah
radhiyallahu anhu. Seluruhnya dari riwayat Syubah, dari Said al-Maqburi,
dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Hadits lain yang lafadznya senada
cukup banyak, antara lain,
1. Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma riwayat ath-Thabarani dalam
al-Kabiir (3/138).
2. Hadits Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu anhu riwayat an-Nasai
dan Ibnu Majah (no. 3572).
3. Hadits Aisyah x riwayat Ahmad (6/59, 254, 257).
4. Hadits Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu riwayat Ahmad dan
lainnya. (ash- Shahihah, no. 2037) Isbal dan Musbil Isbal artinya
menggunakan pakaian yang menutupi mata kaki, baik dalam bentuk
sarung, celana, maupun jubah. Musbil adalah sebutan untuk orang
yang melakukan isbal. Isbal telah menjadi pandangan sehari-hari dari
kalangan kaum muslimin. Ada yang sama sekali tidak mengerti
tentang keharamannya, ada yang sekadar mengikuti mode dan tren,
juga ada yang tidak menaruh perhatian sedikit pun tentang hal ini.
Sebenarnya, bagaimanakah hukum isbal itu? Hukuman apa yang
diancamkan atas kaum musbil? Apakah hal ini termasuk masalah
furumenurut kalangan tertentu, sehingga tidak layak untuk
diperdebatkan? Benarkah hal ini hanya masalah adat dan budaya
orang Arab yang tidak berlaku di negeri kita, Indonesia? Adakah
perbedaan antara musbil yang sombong dan musbil yang tidak
sombong? Simaklah penjelasan ringkas berikut ini, barakallahu fikum.

Hukum Isbal
Isbal hukumnya haram, bahkan dapat dikategorikan sebagai kabair (dosa
besar). Hukum ini berlandaskan pada keterangan Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam di dalam hadits Abu Dzar radhiyallahu anhu riwayat Muslim
(no. 106) dan lainnya, Ada tiga golongan manusia pada hari kiamat nanti.
Allah Subhanahu wataala tidak berbicara kepada mereka, tidak memandang
ke arah mereka, juga tidak menyucikan mereka. Untuk mereka azab yang
pedih. Kata-kata ini diulang sebanyak tiga kali oleh Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam. Sampai-sampai para sahabat bertanya, Siapakah ketiga
golongan tersebut, wahai Rasulullah? Beliau menjawab,
Orang musbil, orang yang selalu mengungkitungkit kebaikan, dan orang yang menjual barang dagangan dengan sumpah
palsu. (Fatwa al-Utsaimin, Nur alad Darb)
Artinya, masalah isbal bukanlah masalah kecil. Tidak tepat juga jika masalah
isbal dinilai sebagai masalah furu. Anggapan sebagian kalangan bahwa
masalah isbal hanyalah adat dan budaya orang Arab juga tidak benar.
Ternyata, isbal termasuk dosa besar sesuai dengan sabda Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam. Hukum isbal hanya berlaku untuk kalangan lakilaki. Sebab, ada hukum tersendiri bagi kaum wanita. Kekhususan hukum ini
hanya untuk kaum laki-laki, telah dinukilkan ijma ulama oleh Ibnu Raslan
dalam Syarah Sunan. (Aunul Mabud, Syarah Sunan Abi Dawud)
Apakah Isbal Hanya Berlaku untuk Sarung?
Sesuai lafadz hadits di atas, seolaholah, zahirnya menunjukkan hukum isbal
hanya berlaku untuk sarung saja. Benarkah demikian? Al-Imam al-Bukhari
rahimahullah memberi judul bab untuk hadits di atas bab Pakaian yang
Berada di Bawah Mata Kaki Akan Masuk Neraka. Kemudian al-Hafizh Ibnu
Hajar rahimahullah menjelaskan, Demikianlah, al-Bukhari rahimahullah
menyebutkan secara mutlak dan tidak memberikan taqyid (pembatasan)
dengan sarung sebagaimana yang terdapat di dalam lafadz hadits. Ini
adalah isyarat bahwa hukum isbal berlaku secara umum baik untuk sarung,
jubah, maupun pakaian lainnya. Sepertinya, al-Bukhari rahimahullah
mengisyaratkan pada lafadz hadits Abu Said radhiyallahu anhu yang
diriwayatkan oleh Malik, Abu Dawud, an-Nasai, dan Ibnu Majah; yang
dinyatakan sahih oleh Abu Awanah dan Ibnu Hibban. (Fathul Bari, Syarah

Shahih al-Bukhari) Hukum isbal yang tidak hanya terbatas pada sarung juga
dapat dipahami dari hadits-hadits lain tentang isbal yang disebutkan pada
kajian kita ini.
Musbil Tanpa Disertai Sikap Sombong
Ada sekelompok orang yang kurang bisa menerima hukum isbal secara
mutlak. Alasan mereka adalah sebuah hadits dari Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 3665) dan Muslim
(no. 2085) dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma. Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Barang siapa menyeret pakaiannya (melebihi mata kaki) karena sombong,
Allah Subhanahu wataala tidak akan memandangnya pada hari kiamat
nanti. Kata mereka, Larangan isbal hanya berlaku untuk orang yang
sombong saja! Jika tidak disertai sikap sombong, tidak mengapa. Jika
berdasarkan ilmu kita berbicara, bukan hawa nafsu; jika di atas sikap hormat
kepada hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kita berhukum, tidak dengan
menurutkan kesenangan hati; jika tidak mengambil sikap seenaknya kita
sendiri, menerima satu hadits dan menolak hadits yang lain, walau tidak
diakui secara lisan; tentu setiap hadits dapat diposisikan sebagaimana
mestinya. Lihat dan teladanilah sikap para ulama. Mengenai hal ini, mereka
merincinya menjadi dua masalah.
1. Musbil disertai sikap sombong
Orang semacam inilah yang dimaksud oleh hadits Abu Dzar
radhiyallahu anhu di atas. Orang seperti inilah yang diancam dalam
sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Ada tiga golongan manusia
pada hari kiamat nanti. Allah Subhanahu wataala tidak berbicara
kepada mereka, tidak memandang ke arah mereka, dan tidak
menyucikan mereka. Untuk mereka azab yang pedih.
2. Musbil tanpa diikuti oleh sikap sombong
Orang semacam ini siksanya di bawah tingkatan siksa jenis orang
pertama. Orang seperti inilah yang dimaksud dalam hadits Abu
Hurairah radhiyallahu anhu di atas. Orang semacam inilah yang
diancam dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Sarung yang
berada di bawah kedua mata kaki, ada di dalam neraka. (Fatwa alUtsaimin, Nur alad Darb)
Pendapat para ulama di atas didukung oleh sebuah riwayat dari Abu Said
radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4093), an-Nasai
(no. 97149717), Ibnu Majah (no. 3573), dan yang lain, dinyatakan sahih

oleh al-Albani dalam ash-Shahihah (no. 2017). Di dalam riwayat tersebut,


dua keadaan di atas disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
secara berbeda dalam satu konteks. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Pakaian yang
berada di bawah mata kaki, ada di dalam neraka. Barang siapa menyeret
pakaiannya (melebihi mata kaki) karena sombong, Allah Subhanahu wataala
tidak akan memandangnya.
Jadi, sabda Nabi, Barang siapa menyeret pakaiannya (melebihi mata kaki)
karena sombong, Allah Subhanahu wataala tidak akan memandangnya,
tidak berarti apabila isbal tidak disertai sikap sombong maka boleh. Bukan
seperti itu hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dipahami! Hal lain yang
perlu dicermati juga adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu. Beliau
adalah sahabat yang meriwayatkan hadits larangan isbal dengan disertai
sikap sombong. Bagaimanakah praktik Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu
dalam hal ini? Bukankah beliau lebih layak untuk diteladani dalam
memahami hadits tersebut? Ternyata, Abdullah bin Umar radhiyallahu
anhuma yang meriwayatkan hadits tentang larangan musbil dengan disertai
sikap sombong, pada praktiknya menggunakan kain sarung di atas mata
kaki, bahkan di pertengahan betis.
Al-Imam Muslim rahimahullah (no. 2086) meriwayatkan dari Ibnu Umar
radhiyallahu anhu, beliau bercerita, Aku pernah bertemu Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam, sedangkan kain sarungku turun. Lantas
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menegur, Wahai Abdullah, tinggikan
kain sarungmu! Aku pun mengangkatnya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam tetap mengatakan, Naikkan lagi! Aku pun mengangkatnya lebih
tinggi. Setelah itu, aku selalu menjaga kain sarungku dalam posisi seperti
itu. Ada yang bertanya, Sampai batas mana? Abdullah bin Umar
radhiyallahu anhuma menjawab, Sampai pertengahan betis. Bagaimana
dengan Atsar tentang Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu anhu? Sekelompok
kecil orang di atas ternyata masih berusaha mencari alasan dan
pembenaran, walau sangat dipaksakan. Kata mereka, Abu Bakr juga
terkadang musbil dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyatakan
kepada beliau, Sungguh, engkau tidak termasuk yang melakukan isbal
dengan disertai sikap sombong. Mereka memahami, Jadi, larangan itu
hanya berlaku pada orang musbil yang bersikap sombong. Jika tidak, bolehboleh saja! Pembaca, semoga Allah Subhanahu wataala menjaga Anda,
marilah kita mencermati hadits tentang Abu Bakr radhiyallahu anhu lebih
dekat. Abu Bakr radhiyallahu anhu berkata,


: Sungguh, salah
satu bagian pakaianku selalu turun, namun aku selalu menjaganya agar
tidak turun. Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya engkau tidak termasuk yang melakukannya karena sikap
sombong. (HR. al- Bukhari no. 5447)
Ada beberapa hal yang harus dicermati tentang keadaan Abu Bakr di atas:
1. Tidak ada faktor kesengajaan isbal dari Abu Bakr radhiyallahu anhu.
2. Upaya Abu Bakr radhiyallahu anhu untuk selalu menaikkan kembali
pakaiannya jika turun menutupi mata kaki.
3. Yang terkadang turun menutupi mata kaki Abu Bakr adalah salah satu
sisi pakaiannya. Artinya, sisi pakaian yang lain berada di atas mata
kaki.
4. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam merekomendasi Abu Bakr
radhiyallahu anhu sebagai orang yang tidak sombong. Pertanyaannya,
Apakah riwayat tentang Abu Bakr radhiyallahu anhu dapat
disamakan dengan kaum musbil yang dengan sengaja telah melakukan
isbal? Apakah mereka selalu berusaha menaikkan celana jika mulai
menutupi mata kaki? Siapa yang merekomendasi mereka bebas dari
sikap sombong?
Praktik Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan Para Sahabat. Lihatlah praktik
para sahabat dalam hal ini. Abu Ishaq bertutur, Aku pernah melihat
beberapa orang sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka
menggunakan sarung sampai di tengah betis, di antaranya Ibnu Umar, Zaid
bin Arqam, Usamah bin Zaid, dan al-Bara bin Azib . (Majma az- Zawaid).
Beberapa saat sebelum Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu meninggal
dunia, seorang pemuda datang menjenguk untuk mendoakan dan
menghibur Umar radhiyallahu anhu. Ketika pemuda itu mohon izin, Umar
melihat pakaiannya menutupi mata kaki. Umar pun menegur, Wahai anak
saudaraku, angkatlah pakaianmu. Itu lebih bersih dan bisa menambah takwa
kepada Allah Subhanahu wataala! (HR. al-Bukhari no. 3424)
Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu anhuma bercerita, Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam pernah memegang otot betisku dan bersabda,


Di sinilah letak sarung. Jika


engkau tidak ingin, bisa di bawahnya sedikit. Jika engkau masih juga tidak
ingin, tidak ada hak untuk sarung berada tepat pada mata kaki. (HR. atTirmidzi dalam Syamail Muhammadiyah dan dinyatakan sahih oleh al-Albani
no. 99)
Sebagai penutup, marilah kita meresapi kata-kata Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam di bawah ini. Ubaid bin Khalid al-Muharibi berkisah, Saat

aku berjalan di kota Madinah, tiba-tiba seseorang berkata dari belakangku,


Angkatlah pakaianmu! Sungguh, itu bisa menambah takwamu. Ternyata,
orang tersebut adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Aku
menjawab, Wahai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, hanya sekadar
burdah putih. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Apakah engkau tidak ingin meneladani diriku? Aku pun memerhatikan
sarung beliau, ternyata sampai di pertengahan betis. (HR. at-Tirmidzi dalam
Syamail Muhammadiyah dan dinyatakan sahih oleh al-Albani no. 97)
Sekarang, kita bisa menyampaikan kepada siapa saja yang bertanya tentang
hukum isbal, Apakah engkau tidak ingin meneladani diri Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam? Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
menggunakan pakaian di atas mata kaki, bahkan hingga di tengah betis.
Wallahu alam.

Telegram Hukum-hukum Dien


Channel :.......
telegram.me/LilHuda

Anda mungkin juga menyukai