Anda di halaman 1dari 133

SEMINAR BATCH AGUSTUS 2015

NO.301-390

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FORENSIK

301. KOHORT

Adalah
Penelitian epidemiologi analitik yang bersifat observasi
dimana dilakukan perbandingan antara sekelompok
orang yang terkena penyebab (terpapar) dengan
sekelompok lainnya yang tidak terkena penyebab (tidak
terpapar) kemudian dilihat akibat yang ditimbulkan
Karakteristik:
Diketahui penyebab,dilihat akibat
Sifat umum: mengacu pada masa depan (prospective
study)
Pengukuran tidak dilakukan secara bersamaan
Penelitian longitudinal (longitudinal study)
Morton, Richard. 2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistik. Jakarta: EGC

Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan
Kriteria responden
dapat disusun
berdasarkan keinginan

Semua keterangan yang


diinginkan dpt
diobservasi tanpa perlu
khawatir adanya bias
selection
Hasil lebih dapat
dipercaya

Kerugian
Membutuhkan waktu,
biaya, tenaga yang besar
Kemungkinan drop out
responden tinggi
Sulit dilakukan jika kasus
sedikit

Kemajuan ilmu bisa


merubah cara diagnosis

C
302. Strategi Penanggulangan DBD
PSN secara lintas sektoral mengikutsertakan
peran serta aktif masyarakat secara rutin dan
berkesinambungan.
Fogging massal
Fogging fokus
Abatisasi selektif
Pemberantasan terpadu
Promosi kesehatan
Depkes RI. Petunjuk Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue. Jakarta. 1992.

303. Media Penyuluhan

Media penyuluhan kesehatan yang baik


adalah media yang mampu memberikan
informasi atau pesan-pesan kesehatan yang
sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran,
sehingga sasaran mau dan mampu untuk
mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan.
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan. 2004. Pengembangan
Media Promosi Kesehatan, Jakarta

304. Skala Variabel

Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan untuk


memberikan kategori saja
Contoh: Wanita 1 Laki-laki 2
Skala ordinal adalah skala pengukuran yang sudah dapat
digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, akan
tetapi jarak atau interval antar tingkatan belum jelas.
Skala Interval adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan
untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval
antar tingkatan sudah jelas, namun belum memiliki nilai 0 (nol)
yang mutlak.
Contoh: skala Pada Termometer, skala Pada Jam

Skala Rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan


untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval
antar tingkatan sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak .
Contoh: Berat Badan, Pendapatan, Hasil Penjualan
Saryono. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ke-4, Yogyakarta : Mitra Cendekia Press, 2011.

305. LEVEL OF PREVENTION

Pencegahan Primer :
promosi kesehatan (health promotion)
proteksi spesifik (spesific protection)
Pencegahan Sekunder
deteksi dini dan penatalaksanaan segera (early

diagnosis and prompt treatment)


Pembatasan disabilitas (disability limitation)

Pencegahan Tersier
Pembatasan disabilitas (disability limitation)
Rehabilitasi (Rehabilitation)

Ryadi, Slamet dan T Wijayanti. 2011. Dasar-dasar epidemiologi.Salemba


Medika. Jakarta.

PELAYANAN KEDOKTERAN STRATA PERTAMA/PELAYANAN DOKTER KELUARGA


MODEL KOMPREHENSIF PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
MASYARAKAT
Stage of
Disease
continum

Tahap
Pencegahan

Bentuk
Intervensi

Sektor2 yang
Bertanggung
Jawab

TUJUAN

SEHAT

BERESIKO

PENYAKIT
AKUT

PENYAKIT
KRONIS

PENCEGAHAN
PRIMER

PENCEGAHAN & MANAJEMEN


PENCEGAHAN
SEKUNDER
PENYAKIT
TERSIER
Pelayanan dan
Skrining
Continuity care
Pengobatan
Penemuan
kasus
Promosi perilaku
Pemeliharaan
Penanganan
Pemeriksaan
kesehatan
dan lingkungan
Kesehatan
Komplikasi
berkala
sehat
Penanggulangan Rehabilitasi
Intervensi
Dini
Proteksi khusus
Gawat darurat Self
Kontrol
faktor
risiko,
(imunisasi, APD)
Management
-BLS
gaya
hidup
dan
Self Improvement
Paliatif Care
-ALS
pengobatan
Home Care
Rujukan
Perubahan Perilaku
UKM
UKP Strata I
UKP Strata II/III UKP Strata I
UKP Strata I UKM
UKBM/UKM
UKP Str. I
Sektor2 terkait
Cegah Komplikasi, gangguan
Cegah Pergeseran ke Cegah Berkembangnya
RS
kelompok beresiko
9
Penyakit dan hospitalisasi fungsi, dan cegah readmisi

306. HIPOTESIS

Berasal dari kata hipo dan thesis. Hipo artinya


sementara/lemah kebenarannya dan thesis
artinya pernyataan/teori.
Pernyataan sementara yang perlu diuji
kebenarannya. Untuk menguji kebenaran
sebuah hipotesis digunakan pengujian yang
disebut pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis dijumpai dua jenis
hipotesis, yaitu hipotesis nol (Ho) dan
hipotesis alternatif (Ha).
Uji Hipotesa - Rizanda MachmudBagian IKM/IKK FKUNAND

10

Hipotesis Nol (Ho)


Hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan sesuatu
kejadian antara kedua kelompok. Atau hipotesis yang
menyatakan tidak ada hubungan antara variabel satu dengan
variabel yang lain.
Contoh:
Tidak ada perbedaan berat badan bayi antara mereka yang
dilahirkan dari ibu yang merokok dengan mereka yang
dilahirkan dari ibu yang tidak merokok.
Tidak ada hubungan merokok dengan berat badan bayi.

Uji Hipotesa - Rizanda MachmudBagian IKM/IKK FKUNAND

11

Hipotesis Alternatif (Ha)


Hipotesis yang menyatakan ada perbedaan suatu kejadian
antara kedua kelompok. Atau hipotesis yang menyatakan ada
hubungan variabel satu dengan variabel yang lain.
Contoh :
Ada perbedaan berat badan bayi antara mereka yang
dilahirkan dari ibu yang merokok dengan mereka yang
dilahirkan dari ibu yang tidak merokok.
Ada hubungan merokok dengan berat badan bayi.

Uji Hipotesa - Rizanda MachmudBagian IKM/IKK FKUNAND

12

307. JENIS BIAS INFORMASI


Bias Mengingat kembali (Recall bias)
Bias Pewawancara (Interviewer bias)
Bias Follow-up (Loss to follow-up bias)
Efek Hawthorne (Hawthorne effect bias)

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :RinekaCipta

308. Chi Square

Adakah hubungan antara pemakaian BB lahir (BBLR dan BBLN) dengan


persalinan (nullipara dan multipara)?
Pemilihan uji hipotesis yang tepat dilakukan dalam 7 langkah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Variabel yang dihubungkan: BB lahir (kategorik) dan Persalinan (kategorik)


Jenis hipotesis: komparatif (kata membandingkan mengacu pada hipotesis
komparatif
Skala variabel: kategorik
Berpasangan/tidak berpasangan: tidak berpasangan
Jumlah kelompok: 2 kelompok
non parametrik test
Tabel BxK: 2 x 2

Maka uji hipotesis yang tepat adalah chi square

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :RinekaCipta

309. Jenis Referral

Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab


penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu
tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut
menanganinya
Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran
khusus saja
Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk
selamanya
Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter
konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

310. Prevalensi

Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang


berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/
negara pada waktu tertentu.
Prevalence Rate (PR):
Jumlah penyakit lama + baru
--------------------------------------- x 100%
Jumlah populasi berisiko

PR kasus= 100/5000 x 100%= 2%


Ryadi, Slamet dan T Wijayanti. 2011. Dasar-dasar epidemiologi.Salemba Medika. Jakarta.

311. Paired T-test

Apakah terdapat hubungan antara obat antidiabetes dengan kadar


gula darah sebelum dan sesudah (mg/dl)?
Pemilihan uji hipotesis yang tepat dilakukan dalam 7 langkah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Variabel yang dihubungkan: kadar gula darah sebelum dan sesudah


(numerik)
Jenis hipotesis: komparatif (kata membandingkan mengacu pada
hipotesis komparatif
Skala variabel: numeric
Berpasangan/tidak berpasangan: berpasangan, satu subjek dilakukan
pengukuran 2x.
Jumlah kelompok: dua kelompok (kadar riboflavin post vitamin 1 dan
kadar riboflavin post vitamin 2)
Parametrik test: tidak ada keterangan anggap distribusi normal
Tabel PxK: 2 x 2

Maka uji hipotesis yang tepat adalah paired T-test


Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :RinekaCipta

312. Konsep Bloom

Ryadi, Slamet dan T Wijayanti. 2011. Dasar-dasar epidemiologi.Salemba Medika. Jakarta.

313. LEVEL OF PREVENTION

Pencegahan Primer :
promosi kesehatan (health promotion)
proteksi spesifik (spesific protection)
Pencegahan Sekunder
deteksi dini dan penatalaksanaan segera (early

diagnosis and prompt treatment)


Pembatasan disabilitas (disability limitation)

Pencegahan Tersier
Pembatasan disabilitas (disability limitation)
Rehabilitasi (Rehabilitation)

Ryadi, Slamet dan T Wijayanti. 2011. Dasar-dasar epidemiologi.Salemba Medika. Jakarta.

PELAYANAN KEDOKTERAN STRATA PERTAMA/PELAYANAN DOKTER KELUARGA


MODEL KOMPREHENSIF PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
MASYARAKAT
Stage of
Disease
continum

Tahap
Pencegahan

Bentuk
Intervensi

Sektor2 yang
Bertanggung
Jawab

TUJUAN

SEHAT

BERESIKO

PENYAKIT
AKUT

PENYAKIT
KRONIS

PENCEGAHAN
PRIMER

PENCEGAHAN & MANAJEMEN


PENCEGAHAN
SEKUNDER
PENYAKIT
TERSIER
Pelayanan dan
Skrining
Continuity care
Pengobatan
Penemuan
kasus
Promosi perilaku
Pemeliharaan
Penanganan
Pemeriksaan
kesehatan
dan lingkungan
Kesehatan
Komplikasi
berkala
sehat
Penanggulangan Rehabilitasi
Intervensi
Dini
Proteksi khusus
Gawat darurat Self
Kontrol
faktor
risiko,
(imunisasi, APD)
Management
-BLS
gaya
hidup
dan
Self Improvement
Paliatif Care
-ALS
pengobatan
Home Care
Rujukan
Perubahan Perilaku
UKM
UKP Strata I
UKP Strata II/III UKP Strata I
UKP Strata I UKM
UKBM/UKM
UKP Str. I
Sektor2 terkait
Cegah Komplikasi, gangguan
Cegah Pergeseran ke Cegah Berkembangnya
RS
kelompok beresiko
22
Penyakit dan hospitalisasi fungsi, dan cegah readmisi

314. Positive Predictive Value

Nilai duga positif (Positif Predictive


Value (PPV)) yaitu persentase yang benar
benar menderita suatu penyakit dari semua
hasil uji tapis positif
Dalam tabel 2 x 2 sebagai a/a+b x 100 %.
PPV kasus= 40/ 50 = 80%
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :RinekaCipta

315. Rasio Prevalensi


Difteri
Vaksin

Ya

Tidak

Ya

10

30

Tidak

50

10

RR = a/(a+b)
c/ (c+d)
= 10/40
50/60
= 0,3
Budiarto, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar, Jakarta, EGC

D
1.

2.

3.

4.

5.

316. Program Pokok Puskesmas


Promosi Kesehatan (Promkes)
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Sosialisasi Program Kesehatan
Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
Surveilens Epidemiologi
Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS (Infeksi Menular Seksual),
Rabies
Program Pengobatan :
Rawat Jalan Poli Umum
Rawat Jalan Poli Gigi
Unit Rawat Inap : Keperawatan, Kebidanan
Unit Gawat Darurat (UGD)
Puskesmas Keliling (Puskel)
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana),
Persalinan, Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun
Upaya Peningkatan Gizi
Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi

Departemen Kesehatan RI. 1991. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid III. Jakarta : Depkes RI

6. Kesehatan Lingkungan :
Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air
minum-jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi pemerintah
Survey Jentik Nyamuk
7. Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
8. Program Tambahan/Penunjang Puskesmas :
Program penunjang ini biasanya dilaksanakan sebagai kegiatan tambahan, sesuai
kemampuansumber daya manusia dan material puskesmas dalam melakukan
pelayanan
Kesehatan Mata : pelacakan kasus, rujukan
Kesehatan Jiwa : pendataan kasus, rujukan kasus
Kesehatan Lansia (Lanjut Usia) : pemeriksaan, penjaringan
Kesehatan Reproduksi Remaja : penyuluhan, konseling
Kesehatan Sekolah : pembinaan sekolah sehat, pelatihan dokter kecil
Kesehatan Olahraga : senam kesegaran jasmani
Departemen Kesehatan RI. 1991. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid III. Jakarta : Depkes RI

317. Jamban Keluarga

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
(Departemen Kesehatan RI, 1996) :
Tidak mencemari sumber air minum, sehingga lubang penampungan kotoran
minimal berjarak 10 meter dari sumber air minum (sumur pompa, sumur gali, dan
lain-lain). Untuk tanah berkapur, tanah liat yang retak-retak pada musim kemarau,
atau bila letak jamban di sebelah atas dari sumber air minum pada tanah yang
miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih dari 15 meter.
Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus (tinja
harus tertutup rapat, misalnya dengan menggunakan leher angsa atau penutup
lubang yang rapat).
Air seni, air pembersih, dan penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya
(lantai jamban minimal berukuran 1 x 1 meter dan dibuat cukup landai/miring ke
arah lubang jongkok).
Mudah dibersihkan, aman digunakan (harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat,
tahan lama, dan agar tidak mahal hendaknya dipergunakan bahan-bahan yang ada
di daerah setempat).
Dilengkapi atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang.
Cukup penerangan, ventilasi cukup baik, dan luas ruangan cukup
Lantai kedap air
Tersedia air dan alat pembersih

E
a)

318. Pengolahan Limbah Cair


Dengan pengenceran (Disposal by dilution), Air limbah di buang kesungai, danau
atau laut agar mendapat pengenceran, dengan syarat:
Sungai atau danau itu airnya rtidak boleh di gunakan untuk keperluan lain.
Airnya harus cukup banyak sehingga pengecerannya paling sedikit 30 40 kali.
Airnya harus cukup mengandung O2 , artinya harus mengalir sehingga tidak bau.

b)

c)
d)

e)

Cesspool, menyerupai sumur tapi gunanya untuk pembuangan air limbah.


Dibuat pada tanah yang poreus (berpasir) agar air buangan mudah meresap ke
dalam tanah. Bagian atasnya ditembok agar tak tembus air. Bila sudah penuh (+ 6
bulan ) lumpurnya diisap keluar atau sejak semula dibuat cesspool secara
berangkai , sehingga bila yang satu penuh , airnya akan mengalir ke cesspool
berikutnya.
Seepage pit (sumur resapan),merupakan sumur tempat menerima air limbah
yang telah mengalami pengolahan dalam sistim lain, misalnya dari aqua putify
atau septic tank.
Septik tank
Merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan W.H.O, namun biayanya mahal ,
tekniknya mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas. Septik
tank terdiri atas 4 bagian : 1) Ruang pembusukan, 2) Ruang Lumpur,
3) Dosing chanber, dan 4) Bidang resapan.
Sistim riool (Sewerage), merupakan cara pembuangan sewage dikota-kota dan
selalu harus termasuk dalam rencana pembangunan kota.
Haryoto, Kusnoputranto, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Bursa Buku FKM UI. Jakarta, 1984

319. Grafik

Grafik Garis (Line Chart)


Diagram ini biasanya digunakan untuk menyajikan data statistik yang
diperoleh berdasarkan pengamatan dari waktu ke waktu secara berurutan.

Grafik Batang (Bar Chart)


Digunakan untuk membandingkan nilai antar deret dalam bentuk grafik
batang dengan beberapa model (silinder, kerucut, dan piramid) dengan posisi
horizontal.

Grafik Lingkaran (Pie Chart)


Fungsinya menunjukkan bagaimana point data berhubungan dengan
keseluruhan data.

Grafik Area (Area Chart)


dikenal dengan grafik atau diagram wilayah, grafik ini dipilih untuk
menggambarkan deret data sebagai garis komulatif dengan tampilan gambar
berbentuk garis yang bertumpuk. Fungsinya untuk menunjukkan perubahan
nilai relatif pada suatu periode waktu.

Budiarto, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar, Jakarta, EGC

320. Positive Predictive Value


Demensia
Hasil
Ya
Diagnosis Tidak

Ya

Tidak

40

17

10

416

PPV = a/(a+b)
= 40/57

Budiarto, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar, Jakarta, EGC

321. Klasifikasi Kasus

322. Metode Penyuluhan

Untuk kelompok kecil (<15 orang)


Diskusi kelompok, diskusi kelompok yang dipimpin oleg seorang ketua.
Curah pendapat (brain stroming), pemimpin kelompok memancing dengan satu
masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau
tanggapan yang ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.
Bola salju (snowballing), kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih
kurang 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka tetap
mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiaptiap pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan
pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi
seluruh anggota kelompok.
Buzz group, Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz
group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama
dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah
tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari
kesimpulannya.
Role play, Dalam metode ini beberapa anggota kelompok diunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan.
Simulation game, metode ini merupakan gabungan antara role play dengan
diskusi kelompok.
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan. 2004. Promosi Kesehatan, Jakarta

323. Suveilans Epidemiologi

Surveilans adalah proses pengumpulan,


pengolahan, analisis dan interprestasi data
secara sistematik dan terus menerus serta
penyebaran informasi kepada Unit yang
membutuhkan untuk diambil tindakan.

Ryadi, Slamet dan T Wijayanti. 2011. Dasar-dasar epidemiologi.Salemba Medika. Jakarta.

324. Insidens

Insiden digunakan untuk menentukan kejadian luar


biasa dan tingkat penyebaran penyakit. Karena temuan
kasus baru yang dini bisa mendeteksi kemungkinan
kejadian uar biasa pada hari-hari berikutnya sehingga
bila diketahui banyak terdapat kasus baru sebuah
penyakit maka puskesmas harus bersiapa mengahdapi
dan mencegah terjadinya kejadian luar biasa tersebut.
Prevalensi biasa digunakan untuk evaluasi pengobatan.
Misal: diketahui prevelensi panyakit tbc masih banyak
bisa dikatakan pengobatan tidak efektif sebab kasus
lama yang diharapkan sembuh masih saja ada.
.
Ryadi, Slamet dan T Wijayanti. 2011. Dasar-dasar epidemiologi.Salemba Medika. Jakarta.

325. Modern Hazard

Traditional hazard adalah ancaman kesehatan masyarakat yang


berasal dari segi aktivitas tradisional manusia dan fenomena alam
contohnya diantaranya adalah vektor penyakit, infectious agents,
perumahan yg tak memadai, sanitasi jelek dan air minum
berkualitas jelek, polusi di dlm rumah : masak, malnutrisi, bahaya
pada waktu melahirkan, hewan liar dan domestik, kecelakaan kerja
di pertanian.
Modern hazard adalah ancaman kesehatan masyarakat yang
berasal dari perkembangan aktivitas manusia, seperti
perkembangan teknologi, ekonomi, life style dan lain-lain,
contohnya adalah tobacco smoking, bahaya transportasi (KLL),
polusi dari air limbah dan industri, polusi udara dari industri &
kendaraan bermotor, overuse or misuse dari bahan kimia,
kecelakaan kerja di industri ( mesin-mesin ), makanan tak seimbang.

326. KOHORT

Adalah
Penelitian epidemiologi analitik yang bersifat observasi
dimana dilakukan perbandingan antara sekelompok
orang yang terkena penyebab (terpapar) dengan
sekelompok lainnya yang tidak terkena penyebab (tidak
terpapar) kemudian dilihat akibat yang ditimbulkan
Karakteristik:
Diketahui penyebab,dilihat akibat
Sifat umum: mengacu pada masa depan (prospective
study)
Pengukuran tidak dilakukan secara bersamaan
Penelitian longitudinal (longitudinal study)
Morton, Richard. 2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistik. Jakarta: EGC

Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan
Kriteria responden
dapat disusun
berdasarkan keinginan

Semua keterangan yang


diinginkan dpt
diobservasi tanpa perlu
khawatir adanya bias
selection
Hasil lebih dapat
dipercaya

Kerugian
Membutuhkan waktu,
biaya, tenaga yang besar
Kemungkinan drop out
responden tinggi
Sulit dilakukan jika kasus
sedikit

Kemajuan ilmu bisa


merubah cara diagnosis

327. Skala Variabel

Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan untuk


memberikan kategori saja
Contoh: Wanita 1 Laki-laki 2
Skala ordinal adalah skala pengukuran yang sudah dapat
digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, akan
tetapi jarak atau interval antar tingkatan belum jelas.
Skala Interval adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan
untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval
antar tingkatan sudah jelas, namun belum memiliki nilai 0 (nol)
yang mutlak.
Contoh: skala Pada Termometer, skala Pada Jam

Skala Rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan


untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval
antar tingkatan sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak .
Contoh: Berat Badan, Pendapatan, Hasil Penjualan
Saryono. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ke-4, Yogyakarta : Mitra Cendekia Press, 2011.

328. Odds Ratio

Interpretasi
OR = 1 , faktor risiko bersifat netral
OR > 1 ; Confident Interval (CI) > 1 , faktor risiko menyebabkan sakit
OR < 1 ; Confdient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah sakit

OR= ad/ bc = (23 x 270) : (10 x 277)


Budiarto, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar, Jakarta, EGC

329. Relative Risk

Resiko Relatif dipergunakan untuk mengetahui besarnya


pengaruh faktor resiko terhadap kejadian suatu penyakit.
Relative Risk = IR terpapar / IR tidak terpapar.
Interpretasi
RR = 1 , faktor risiko bersifat netral; risiko kelompok
terpajan sama dengan kelompok tidak terpajan.
RR > 1 ; Confident Interval (CI) > 1 , faktor risiko
menyebabkan sakit
RR < 1 ; Confdient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah
sakit

Budiarto, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar, Jakarta, EGC

330. Relative Risk


Malaria
Kelambu

Ya

Tidak

Tidak

80%

20%

Ya

20%

80%

RR = a/(a+b)
c/ (c+d)
= 80/100
20/100
=4
Budiarto, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar, Jakarta, EGC

331. Penyakit Akibat Kerja

Tujuh langkah diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK):


1. Menentukan diagnosis klinis
2. Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan:
identifikasi semua pajanan, dilakukan anamnesis pekerjaan yang lengkap,
pengamatan ditempat kerja dan mengkaji data sekunder yang ada
3. Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit:
berdasarkan bukti dan evidence based.
4. Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besar, dilakukan secara
kuantitatif dengan melihat data pengukuran lingkungan dan masa kerja atau
secara kualitatif dengan mengamati cara kerja pekerja
5. Menentukan apakah ada peranan faktor-faktor individu itu sendiri
Hal-hal yang dapat mempercepat terjadinya penyakit akibat kerja atau sebaliknya
menurunkan kemungkinan penyakit akibat hubungan kerja seperti faktor genetik
atau kebiasaan memakai alat pelindung yang baik
6. Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan
Misalnya Kanker paru dapat disebabkan oleh asbes dan bisa juga disebabkan
oleh kebiasaan merokok
7. Menentukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Apabila dapat dibuktikan bahwa paling sedikit ada satu faktor pekerjaan yang
berperan sebagai penyebab penyakit dapat dikategorikan penyakit akibat kerja.
Direktorat Bina Kesehatan Kerja. Pedoman Tata Laksana Penyakit Akibat Kerja bagi Petugas Kesehatan, Departemen
Kesehatan,2008

332. Mandala of Health

333. Metode Penyuluhan

Untuk kelompok kecil (<15 orang)


Diskusi kelompok, diskusi kelompok yang dipimpin oleg seorang ketua.
Curah pendapat (brain stroming), pemimpin kelompok memancing dengan satu
masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau
tanggapan yang ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.
Bola salju (snowballing), kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih
kurang 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka tetap
mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiaptiap pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan
pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi
seluruh anggota kelompok.
Buzz group, Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz
group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama
dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah
tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari
kesimpulannya.
Role play, Dalam metode ini beberapa anggota kelompok diunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan.
Simulation game, metode ini merupakan gabungan antara role play dengan
diskusi kelompok.
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan. 2004. Promosi Kesehatan, Jakarta

334. Kaidah Dasar Moral

Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.

Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan

Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien

7. Melaksanakan informed consent


8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi

12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien


13. Menjaga hubungan (kontrak)

E 335. Pelepasan Informasi Medik


PERMENKES 269/MENKES/PER/III/2008
PASAL 12
AYAT (1) Berkas rekam medis milik sarana pelayanan
kesehatan
AYAT (2) Isi rekam medis merupakan milik pasien
AYAT (3) Isi rekam medis sebagaimana yang dimaksud
pada ayat 2 dalam bentuk ringkasan rekam medis
AYAT (4) Ringkasan medis tersebut dapat diberikan,
dicatat/ dikopi oleh pasien/ orang yang diberi kuasa

336. Euthanasia

Berdasarkan dari cara pelaksanaannya, euthanasia dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh dokter atau tenaga
kesehatan untuk mencabut atau mengakhiri hidup sang pasien, misalnya dengan memberikan
obat-obat yang mematikan melalui suntikan, maupun tablet. Pada euthanasia aktif ini, pasien
secara langsung meninggal setelah diberikan suntikan mati. Euthanasia aktif hanya
diperbolehkan di Belanda, Belgia, dan Luxemburg.
2. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif dilakukan pada kondisi dimana seorang pasien, keluarga/ ahli waris secara
tegas menolak untuk menerima perawatan medis. Pada kondisi ini, sang pasien sudah
mengetahui bahwa penolakannya tersebut akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya.
Dengan penolakan tersebut, ia membuat sebuah codicil, yaitu pernyataan yang tertulis. Pada
dasarnya eutanasia pasif adalah euthanasia yang dilakukan atas permintaan sang pasien itu
sendiri. Euthanasia pasif ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, misalnya dengan tidak
memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam bernapas, menolak
untuk melakukan operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup pasien, dan
sebagainya. Tindakan yang dilakukan tidak membuat pasien langsung mati setelah
diberhentikan asupan medisnya, tetapi secara perlahan-lahan.
Amri Amir, Bunga Rampai Hukum Kesehatan (Jakarta: Widya Medika,1997), hlm.66-67.

337. Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan

338. Informed Consent

Setiap tindakan medis harus mendapatkan


persetujuan dari pasien (informed consent).
Hal itu telah diatur sebagai hak pasien dalam UU
No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53 ayat 2
dan Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medis.
Dalam keadaan gawat darurat di mana harus
segera dilakukan tindakan medis pada pasien
yang tidak sadar dan tidak didampingi pasien,
tidak perlu persetujuan dari siapapun (pasal 11
Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989).
Guwandi, J. 2008. Informed consent. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

339. KDRT

Dalam pengajuan delik KDRT perlu diketahui trauma fisik dan psikis
yang dialami korban, oleh karena itu perlu dibuatkan Visum et
Repertum.
Dalam hal pembuatan visum et repertum, permintaan harus
diajukan oleh penyidik kepolisian.
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat.
Abdul Munim Idries,2009. Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik.

340. Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia

7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)


8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan

12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran


13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle

E 341. Pembuatan VeR Tindak Asusila


Harus ada permintaan tertulis dari penyidik yang
berwenang dan korban harus diantar polisi.
Buat visum berdasarkan keadaan yang didapatkan pada
tubuh korban saat surat permintaan VeR diterima dokter.
Hasil pemeriksaan korban yang diperiksa datang atas
inisiatif sendiri, bukan atas permintaan polisi, tidak dapat
dijadikan VeR, tetapi hanya sebatas surat keterangan.
Untuk membuat VeR, korban harus datang dengan polisi
yang membawa surat permintaan VeR.
VeR dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan saat
permintaan diajukan.

Abdul Munim Idries,2009. Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik.

A 342. Langkah-langkah Komunikasi


Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi, yaitu SAJI
Salam:
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengannya..
Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien mau dan dapat
mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat
memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan
terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali informasi.
Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan
dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru.
Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.
Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai materi secara luas,
yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang
penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah
mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak
serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting.

(Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999).

C 343. Kepemilikan Rekam Medis


Pada prinsipnya isi Rekam Medis adalah milik pasien, sedangkan berkas
Rekam Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau institusi
kesehatan.
Pasal 10 Permenkes No. 749a menyatakan bahwa berkas rekam medis itu
merupakan milik sarana pelayanan kesehatan, yang harus disimpan
sekurang-kurangnya 5 tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien
berobat.
Karena isi Rekam Medis merupakan milik pasien, maka pada prinsipnya
tidak pada tempatnya jika dokter atau petugas medis menolak
memberitahu tentang isi Rekam Medis kepada pasiennya, kecuali pada
keadaan-keadaan tertentu yang memaksa dokter untuk bertindak
sebaliknya.
Sebaliknya, karena berkas Rekam Medis merupakan milik institusi, maka
tidak pada tempatnya pula jika pasien meminjam Rekam Medis tersebut
secara paksa, apalagi jika institusi pelayanan kesehatan tersebut
menolaknya.

344. Keracunan Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida (CO) adalah racun yang


tertua dalam sejarah manusia.
Gas CO adalah gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak meransang selaput lendir,
sedikit lebih ringan dari udara sehingga
mudah menyebar.

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu


Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta : 1997

Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan


anamnesis adanya kontak dan di temukannya gejala keracunan CO.
Pada korban yang mati tidak lama setelah keracunan CO, ditemukan
lebam mayat berwarna merah terang (cherry pink colour) yang
tampak jelas bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih.
Lebam mayat merah terang juga dapat ditemukan pada mayat yang
didinginkan dan pada keracunan CN.
Pada keracunan CN penampang ototnya berwarna biasa, tidak
merah terang. Juga pada mayat yang di dinginkan warna merah
terang lebam mayatnya tidak merata selalu masih ditemukan
daerah yang keunguan (livid). Sedangkan pada keracunan CO,
jaringan otot, visera dan darah juga berwarna merah terang.
Selanjutnya tidak ditemukan tanda khas lain. Kadang-kadang dapat
ditemukan tanda asfiksia dan hiperemia 9 visera. Pada otak besar
dapat ditemukan petekiae di substansia alba bila korban dapat
bertahan hidup lebih dari jam.

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu


Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta : 1997

B 345. Luka Bacok (Chop Wounds)


Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata
tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan
disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit,
kapak, baling-baling kapal. Kehadiran luka iris yang terdapat
pada kulit, dengan fraktur comminuted mendasari atau
terdapat alur yang dalam pada tulang, menunjukkan bahwa
disebabkan oleh senjata yang bersifat membacok.
Karakteristik pada luka bacok:

Luka biasanya besar


Pinggir luka rata
Sudut luka tajam
Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat
memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu


Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta : 1997

346. Tes Apung Paru

Cara melakukan test apung paru adalah sebagai berikut:


Keluarkan paru-paru dengan mengangkatnya mulai dari trachea
sekalian dengan jantung dan timus. Kesemuanya ditaruh dalam
baskom berisi air. Bila terapung artinya paru-paru telah terisi udara
pernafasan.
Untuk memeriksa lebih jauh, pisahkan paru-paru dari jantung dan
timus, dan kedua belah paru juga dipisahkan. Bila masih terapung,
potong masing-masing paru-paru menjadi 12 20 potonganpotongan kecil. Bagian-bagian ini diapungkan lagi. Bagian kecil paru
ini ditekan dipencet dengan jari di bawah air. Bila telah bernafas,
gelembung udara akan terlihat dalam air. Bila masih mengapung,
bagian kecil paru-paru ditaruh di antara 2 lapis kertas dan dipijak
dengan berat badan. Bila masih mengapung, itu menunjukkan bayi
telah bernafas. Sedangkan udara pembusukan akan keluar dengan
penekanan seperti ini, jadi ia akan tenggelam.
Amir A. Infanticide. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Medan. 1995

347. Keracunan Sianida

Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan.


Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam
dan ada pada setiap produk yang biasa kita makan atau
gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur
dan ganggan. Sianida juga ditemukan pada rokok, asap
kendaraan bermotor, dan makanan seperti bayam,
bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong.
Gejala yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini
bermacam-macam; mulai dari rasa nyeri pada kepala,
mual muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu
berkeringat sampai korban tidak sadar dan apabila
tidak segera ditangani dengan baik akan
mengakibatkan kematian.
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu
Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta : 1997

348. VeR kejahatan susila


Pemeriksaan terhadap dugaan korban
perkosaan
persetubuhan terhadap wanita tak berdaya
persetubuhan terhadap wanita belum cukup umur
Yang dapat ditentukan oleh dokter:
ada tidaknya persetubuhan (kapan?)
ada tidaknya tanda kekerasan
keadaan korban (tidak berdaya?)
perkiraan umur

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu


Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta : 1997

349. KKI

TUGAS, KKI mempunyai tugas (Pasal 7 Undang-undang


Praktik Kedokteran nomor 29 tahun 2004):
Melakukan registrasi dokter dan dokter gigi;
Mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi;
dan
Melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik
kedokteran yang dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai
dengan fungsi masing-masing.

FUNGSI
KKI mempunyai fungsi (Pasal 6 Undang-undang Praktik
Kedokteran nomor 29 tahun 2004), yaitu fungsi pengaturan,
pengesahan, penetapan, serta pembinaan dokter dan dokter
gigi yang menjalankan praktik kedokteran, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan medis.

350. Pola Hubungan Dokter-Pasien

Priestly Model (paternalistik): Dokter dominan


Collegial Model : Dokter dan Pasien adalah
MITRA
Engineering Model : Pasien dominan

Djaja Surya Atmadja. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik-Medikolegal. Fak. Kedokteran Univ. Indonesia.

351. Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien

7. Melaksanakan informed consent


8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi

12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien


13. Menjaga hubungan (kontrak)

352. Umur Bayi

Untuk menentukan umur bayi dalam kandungan, ada


rumus empiris yang dikemukakan oleh De Haas, yaitu
menentukan umur bayi dari panjang badan bayi.
Untuk bayi (janin) yang berumur di bawah 5 bulan, umur
sama dengan akar pangkat dua dari panjang badan. Jadi
bila dalam pemeriksaan didapati panjang bayi 20 cm, maka
taksiran umur bayi adalah yaitu antara 4 sampai 5 bulan
dalam kandungan atau lebih kurang 20 22 minggu
kehamilan.
Untuk janin yang berumur di atas 5 bulan, umur sama
dengan panjang badan (dalam cm) dibagi 5 atau panjang
badan (dalam inchi) dibagi 2.
Idries A.M. Infanticide. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.
Penerbit Binarupa Aksara. 1997: 256 69.

Hubungan umur bayi dengan pusat


penulangan:
Kalkaneus, umur bayi 5 6 bulan.
Talus, umur bayi 7 bulan.
Kuboid, umur bayi 9 bulan.
Distal femur, umur bayi 9 bulan.
Proksimal tibia, umur bayi 9 bulan.

353. Smothering

Pembekapan (smothering) adalah suatu suffocation dimana


lubang luar jalan napas yaitu hidung dan mulut tertutup
secara mekanis oleh benda padat atau partikel-partikel
kecil.
Tersedak (chocking) adalah suatu suffocation dimana ada
benda padat yang masuk dan menyumbat lumen jalan
udara.
Burking, pembunuhan dengan asfiksia traumatik (external
pressure of the chest), yakni menghalangi udara untuk
masuk dan keluar dari paru-paru akibat terhentinya gerak
napas yang disebabkan adanya suatu tekanan dari luar
pada dada korban.
Muggling, strangulasi yang dilakukan dengan cara pelaku
berdiri di belakang korban dan menarik korban ke arah
pelaku.
Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta:
Binarupa Aksara, 1997; p.131-168.

354. Luka Tembak

Dalam memberikan pendapat atau kesimpulan dalam


visum et repertum, tidak dibenarkan menggunakan
istilah pistol atau revolver; oleh karena perkataan pistol
mengandung pengertian bahwa senjatanya termasuk
otomatis atau semi otomatis, sedangkan revolver
berarti anak peluru berada dalam silinder yang akan
memutar jika tembakan dilepaskan.
Oleh karena dokter tidak melihat peristiwa
penembakannya, maka yang akan disampaikan adalah;
senjata api kaliber 0,38 engan alur ke kiri dan
sebagainya
Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta:
Binarupa Aksara, 1997; p.131-168.

355. Keracunan CO

Keracunan terjadi karena sel-sel darah merah


mengikat karbon monoksida lebih cepat
dibandingkan dengan oksigen.
Sehingga jika ada banyak karbon monoksida di
udara, tubuh akan mengganti oksigen dengan
karbon monoksida tersebut.
Oksigen dihambat oleh tubuh sehingga bisa
merusak jaringan dan menyebabkan
kematian.
Arief, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2, Medika
Aesculapius,Jakarta

356. Tanatologi

Tanda

Keterangan

Livor mortis

Penumpukan eritrosit pada lokasi terendah akibat pengaruh gravitasi,


kecuali bagian tubuh yang tertekan alas keras.
Tampak 20 30 menit pascamati, makin lama makin luas dan
lengkap, akhirnya menetap setelah 8 12 jam.

Rigor mortis

terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak
terbentuk dan aktin-miosin menggumpal sehingga otot menjadi
kaku.
Mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya sentripetal (dari luar
ke dalam), menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan selama 12
jam, kemudian menghilang sesuai urutan terbentuknya.

Dekomposisi

proses degradasi jaringan akibat autolisis dan kerja bakteri. Tampak


kira-kira 24 jam pascamata berupa perubahan warna kehijauan pada
perut kanan bawah yang secara bertahan menyebar ke seluruh perut
dan dada menyertai terciumnya bau busuk.
36 48 jam pascamati akan dijumpai larva lalat (pengukuran panjang
larva dapat memperkirakan saat kematian).

357. Hangmans Fracture

Fraktur vertebra servikal dapat menimbulkan kematian


pada penggantungan dengan mekanisme asfiksia atau
dekapitasi.
Kejadian ini biasa terjadi pada hukuman gantung atau
korban penggantungan yang dilepaskan dari tempat
tinggi.
Sering terjadi fraktur atau cedera pada vertebra
servikal 1 dan servikal 2 (aksis dan atlas) atau lebih
dikenali sebagai hangman fracture.
Fraktur atau dislokasi vertebra servikal akan menekan
medulla oblongata sehingga terjadi depresi pusat nafas
dan korban meninggal karena henti nafas.
Idries AM. Penggantungan. In: Idries AM, editor. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Edisi 1.
Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. p202-207.

358. Kasus Tenggelam

Tenggelam merupakan suatu proses yang


menghasilkan kegagalan respirasi akibat dari
terbenamnya, sebagian atau seluruh bagian
tubuh dalam media cair.
Meskipun tenggelam biasanya terjadi bila
seluruh tubuh terendam dalam air namun
tenggelam juga dapat terjadi ketika hanya
hidung dan mulut yang tertutup cairan.
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu
Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta : 1997

Patomekanisme
Pada saat tenggelam, seseorang akan berusaha mempertahankan
napasnya hingga suatu keadaan tertentu. Ketika kadar oksigen dalam
darah sangat rendah dan kadar karbon dioksida sangat tinggi, akibatnya
korban menghirup sejumlah besar volume air. Pernapasan yang terengahengah di dalam air akan mengakibatkan hipoksia serebral dan akan
menyebabkan terjadinya kematian.
Stimulasi vagal yang menyebabkan inhibisi jantung atau akibat spasme
laring. Hal ini biasanya disebabkan karena masuknya air atau benda asing
yang secara tiba-tiba atau karena tenggelam di air yang sangat dingin (<
20oC atau 68oF). Obstruksi saluran pernapasan akan mengakibatkan
terjadinya hipoksia dan asidosis yang keduanya dapat menyebabkan
kematian. Pada refleks vagal dapat menyebabkan terjadinya disaritmia
yang menyebakan asistole dan fibrilasi ventrikel.
Kerusakan pada surfaktan alveoli, terutama diakibatkan perbedaan
konsentrasi air dengan darah. Hal ini dapat mengakibatkan barotraumas
pulmoner, kerusakan mekanis paru, pneumonitis, dan dapat menyebabkan
kematian jika terjadi kegagalan multi sistem organ.

359. Penggantungan antemortem dan


postmortem
No

Penggantungan antemortem

Penggantungan postmortem

Tanda-tanda penggantungan antemortem bervariasi.Tergantung dari


cara kematian korban

Tanda-tanda post-mortem menunjukkan


kematian yang bukan disebabkan
penggantungan

Tanda jejas jeratan miring, berupa


lingkaran terputus (non-continuous)
dan letaknya pada leher bagian atas

Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk


lingkaran utuh (continuous), agak sirkuler
dan letaknya pada bagian leher tidak begitu
tinggi

Simpul tali biasanya tunggal, terdapat Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan
pada sisi leher
dengan kuat dan diletakkan pada bagian
depan leher
Ekimosis tampak jelas pada salah satu Ekimosis pada salah satu sisi jejas
sisi dari jejas penjeratan. Lebam
penjeratan tidak ada atau tidak jelas. Lebam
mayat tampak di atas jejas jerat dan
mayat terdapat pada bagian tubuh yang
pada tungkai bawah
menggantung sesuai dengan posisi mayat
setelah meninggal

8
9

10

Pada kulit di tempat jejas penjeratan


teraba seperti perabaan kertas
perkamen, yaitu tanda
parchmentisasi
Sianosis pada wajah, bibir, telinga,
dan lain-lain sangat jelas terlihat
terutama jika kematian karena
asfiksia
Wajah membengkak dan mata
mengalami kongesti dan agak
menonjol, disertai dengan gambaran
pembuluh dara vena yang jelas pada
bagian kening dan dahi
Lidah bisa terjulur atau tidak sama
sekali
Penis. Ereksi penis disertai dengan
keluarnya cairan sperma sering terjadi
pada korban pria. Demikian juga
sering ditemukan keluarnya feses

Tanda parchmentisasi tidak ada atau tidak


begitu jelas

Air liur. Ditemukan menetes dari


sudut mulut, dengan arah yang
vertikal menuju dada. Hal ini
merupakan pertanda pasti
penggantungan ante-mortem

Air liur tidak ditemukan yang menetes pad


kasus selain kasus penggantungan.

Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga


dan lain-lain tergantung dari penyebab
kematian

Tanda-tanda pada wajah dan mata tidak


terdapat, kecuali jika penyebab kematian
adalah pencekikan (strangulasi) atau
sufokasi
Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus
kematian akibat pencekikan
Penis. Ereksi penis dan cairan sperma tidak
ada. Pengeluaran feses juga tidak ada

A 360. Pemeriksaan Luar Kasus Tenggelam

Penurunan suhu mayat (algor mortis), berlangsung cepat, rata-rata 5F per menit.
Suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam.
Lebam mayat (livor mortis), akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher dan
kepala. Lebam mayat berwarna merah terang. Sebagai hasil dari pembekuan
OxyHb.
Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada
pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan.
Gambaran kulit angsa (goose-flesh, cutis anserina), sering dijumpai; keadaan ini
terjadi selama interval antara kematian somatik dan seluler, atau merupakan
perubahan post mortal karena terjadinya rigor mortis pada mm.erector pili. Cutis
anserina tidak mempunyai nilai sebagai kriteria diagnostik.
Washerwoman, penenggelaman yang lama dapat menyebabkan pemutihan dan
kulit yang keriput pada kulit. Biasanya ditemukan pada telapak tangan dan kaki
(tampak 1 jam setelah terbenam dalam air hangat). Gambaran ini tidak
mengindikasikan bahwa mayat ditenggelamkan, karena mayat lamapun bila
dibuang kedalam air akan keriput juga.

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu


Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta : 1997

Busa halus putih yang berbentuk jamur (mush room-like mass).


Masuknya cairan kedalam saluran pernafasan merangsang
terbentuknya mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan
surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya upaya
pernafasan yang hebat.
Pada lidah ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan
tanda bahwa korban berusah untuk hidup atau tanda sedang terjadi
epilepsi, sebagai akibat dari masuknya korban kedalam air.
Cadaveric spasme, ini secara relatif lebih sering terjadi dan
merupakan reaksi intravital.
Perdarahan berbintik (petechial haemmorrhages), dapat ditemukan
pada kedua kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah.
Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan
dapat terjadi akibat persentuhan korban dengan dasar sungai atau
terkena benda-benda disekitarnya. Luka-luka tersebut seringkali
mengeluarkan darah, sehingga tidak jarang korban dianiaya
sebelum ditenggelamkan.

361. Infanticide

Infanticide atau pembunuhan anak adalah


pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap
bayinya pada saat dilahirkan atau beberapa saat
sesudah dilahirkan, oleh karena takut diketahui
orang lain bahwa ia telah melahirkan anak.
Infanticide, bila umur janin 7 bulan dalam
kandungan oleh karena pada umur ini janin telah
dapat hidup di luar kandungan secara alami tanpa
bantuan beralatan. Umur janin di bawah 7 bulan
termasuk kasus abortus
Amir A. Infanticide. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Medan. 1995

HAL-HAL YANG PERLU DITENTUKAN


Dalam kasus infanticide, hal-hal yang harus ditentukan
atau yang perlu dijelaskan dokter dalam pemeriksaannya
adalah:
Berapa umur bayi dalam kandungan, apakah sudah
cukup bulan untuk dilahirkan.
Apakah bayi lahir hidup atau sudah mati saat
dilahirkan.
Bila bayi lahir hidup, berapa umur bayi sesudah lahir.
Apakah bayi sudah pernah dirawat.
Apakah penyebab kematian bayi.

Apakah bayi lahir hidup atau sudah mati saat dilahirkan.

Pemeriksaan luar
Pada bayi yang lahir hidup, pada pemeriksaan luar tampak dada
bulat seperti tong . biasanya tali pusat masih melengket ke perut,
berkilat dan licin. Kadang-kadang placenta juga masih bersatu
dengan tali pusat. Warna kulit bayi kemerahan.
Pemeriksaan dalam
Penentuan apakah seorang anak itu dilahirkan dalam keadaan
hidup atau mati, pada dasarnya adalah sebagai berikut:

Adanya udara di dalam paru-paru.


Adanya udara di dalam lambung dan usus,
Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah, dan
Adanya makanan di dalam lambung.

Amir A. Infanticide. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Medan. 1995

Cara melakukan test apung paru adalah sebagai berikut:


Keluarkan paru-paru dengan mengangkatnya mulai dari
trachea sekalian dengan jantung dan timus. Kesemuanya
ditaruh dalam baskom berisi air. Bila terapung artinya paruparu telah terisi udara pernafasan.
Untuk memeriksa lebih jauh, pisahkan paru-paru dari
jantung dan timus, dan kedua belah paru juga dipisahkan.
Bila masih terapung, potong masing-masing paru-paru
menjadi 12 20 potongan-potongan kecil. Bagian-bagian ini
diapungkan lagi. Bagian kecil paru ini ditekan dipencet
dengan jari di bawah air. Bila telah bernafas, gelembung
udara akan terlihat dalam air. Bila masih mengapung,
bagian kecil paru-paru ditaruh di antara 2 lapis kertas dan
dipijak dengan berat badan. Bila masih mengapung, itu
menunjukkan bayi telah bernafas. Sedangkan udara
pembusukan akan keluar dengan penekanan seperti ini,
jadi ia akan tenggelam.
Amir A. Infanticide. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Medan. 1995

362. Sidik DNA

DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA


mitokondria dan DNA inti sel.
DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel
karena inti sel tidak bisa berubah sedangkan DNA
dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari
garis keturunan ibu, yang dapat berubah seiring
dengan perkawinan keturunannya.
Sementara kromosom Y biasa digunakan untuk
menulusuri hubungan antara laki-laki (ayah dengan
anak laki-laki) atau untuk menganalisis bukti biologis
melibatkan kontributor beberapa laki-laki.
Pertiwi KR. Peranan teknologi DNA dalam identifikasi forensik. Jurdik Biologi FMIPA UNY

C 363. TIPE-TIPE PENGGANTUNGAN


Berdasarkan cara kematian:
a. Suicidal Hanging (Gantung Diri)

b.

Accidental Hanging

c.

Gantung diri merupakan cara kematian yang paling sering dijumpai pada
penggantungan, yaitu sekitar 90% dari seluruh kasus.
Kejadian penggantungan akibat kecelakaan lebih banyak ditemukan pada
anak-anak utamanya pada umur antara 6-12 tahun. Meskipun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa yaitu ketika
melampiaskan nafsu seksual yang menyimpang (Autoerotic Hanging).

Homicidal Hanging (Pembunuhan)

Pembunuhan yang dilakukan dengan metode menggantung korban.


Biasanya dilakukan bila korbannya anak-anak atau orang dewasa yang
kondisinya lemah baik oleh karena penyakit atau dibawah pengaruh obat,
alcohol, atau korban sedang tidur. Kejadian diatur sedemikian rupa hingga
menyerupai kasus penggantungan bunuh diri. Banyak alasan yang
menyebabkan pembunuhan terjadi mulai dari masalah sosial, masalah
ekonomi, hingga masalah hubungan sosial.

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu


Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta : 1997

No

Penggantungan pada bunuh diri

Penggantungan pada pembunuhan

Usia. Gantung diri lebih sering terjadi


pada remaja dan orang dewasa. Anakanak di bawah usia 10 tahun atau orang
dewasa di atas usia 50 tahun jarang
melakukan gantung diri

Tidak mengenal batas usia, karena tindakan


pembunuhan dilakukan oleh musuh atau
lawan dari korban dan tidak bergantung pada
usia

Tanda jejas jeratan, bentuknya miring,


berupa lingkaran terputus (noncontinuous) dan terletak pada bagian
atas leher

Tanda jejas jeratan, berupa lingkaran tidak


terputus, mendatar, dan letaknya di bagian
tengah
leher,
karena
usaha
pelaku
pembunuhan untuk membuat simpul tali

Simpul tali, biasanya hanya satu


simpul yang letaknya pada bagian
samping leher
Riwayat korban. Biasanya korban
mempunyai riwayat untuk mencoba
bunuh diri dengan cara lain

Simpul tali biasanya lebih dari satu pada


bagian depan leher dan simpul tali tersebut
terikat kuat
Sebelumnya korban tidak mempunyai riwayat
untuk bunuh diri

Cedera. Luka-luka pada tubuh Cedera berupa luka-luka pada tubuh korban
korban yang bisa menyebabkan biasanya mengarah kepada pembunuhan
kematian
mendadak
tidak
ditemukan pada kasus bunuh diri

Racun. Ditemukannya
racun dalam
lambung korban, misalnya arsen, sublimat
korosif dan lain-lain tidak bertentangan
dengan kasus gantung diri. Rasa nyeri yang
disebabkan racun tersebut mungkin
mendorong korban untuk melakukan
gantung diri

Terdapatnya racun berupa asam opium hidrosianat


atau kalium sianida tidak sesuai pada kasus
pembunuhan, karena untuk hal ini perlu waktu dan
kemauan dari korban itu sendiri. Dengan demikian
maka kasus penggantungan tersebut adalah karena
bunuh diri

Tangan tidak dalam keadaan terikat, karena


sulit untuk gantung diri dalam keadaan
tangan terikat
Kemudahan. Pada kasus bunuhdiri, mayat
biasanya ditemukan tergantung pada tempat
yang mudah dicapai oleh korban atau di
sekitarnya ditemukan alat yang digunakan
untuk mencapai tempat tersebut

Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan


dugaan pada kasus pembunuhan

Pada kasus pembunuhan, mayat ditemukan


tergantung pada tempat yang sulit dicapai oleh
korban dan alat yang digunakan untuk mencapai
tempat tersebut tidak ditemukan

Tempat kejadian. Jika kejadian berlangsung Tempat kejadian. Bila sebaliknya pada ruangan
di dalam kamar, dimana pintu, jendela ditemukan terkunci dari luar, maka penggantungan
ditemukan dalam keadaan tertutup dan adalah kasus pembunuhan
terkunci dari dalam, maka kasusnya pasti
merupakan bunuh diri

10

Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali
pada kasus gantung diri
jika korban sedang tidur, tidak sadar atau masih
anak-anak.

364. PVO post mortem

Pada pemeriksaan tempat kejadian perkara


dapat ditemukan noda darah bercampur
muntahan.
Hasil autopsi dapat ditemukan ruptur varises
esofagus, paling sering di bagian distal mukosa
esofagus.
Pemeriksaan patologi hepar menunjukan
tanda-tanda sirosis.
Journal of Punjab Academy of Forensic Medicine & Toxicology 9 (2009)

B 365. Surat Keterangan Dokter


Pasal 7 Kodeki: Seorang dokter hanya memberikan surat
keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
Dokter dianggap melanggar etik apabila ia mengetahui secara sadar
menerbitkan surat keterangan yang tidak mengandung kebenaran.
Pasal 267 KUHP:
1.
2.

Seorang dokter yang dengan sengaja membuat surat keterangan


palsu tentang ada tidaknya penyakit-penyakit, kelemahan atau
cacat dapat dijatuhi hukuman penjara paling tinggi 4 tahun.
Seorang dokter yang dengan sengaja membuat suatu surat
keterangan palsu dengan tujuan untuk memasukkan seseorang ke
dalam rumah sakit jiwa atau dikeluarkan dari rumah sakit tersebut
dapat dikenakan penjara paling tinggi 8 tahun 6 bulan.

THT

366. Benda Asing di Telinga


Benda asing yang sering:
Penghapus, pil, baterai, & serangga

Gejala:

Nyeri
Gatal
Tuli konduktif
Perdarahan

Tata laksana:
Gunakan forsep jika benda dapat dijepit, kuret jika bulat kecil, suction dapat
digunakan untuk berbagai benda asing.
Serangga: irigasi, lidokain 2% untuk anestesi sekaligus mematikan serangga
Oklusi komplit oleh lem operasi

Current diagnosis & treatment in otolaryngology. 2nd ed.

367. Otitis Externa (OE)


Tanda OE:
Nyeri jika aurikel ditarik ke belakang atau tragus ditekan.

Otitis eksterna sirkusmskripta (furuncle)


Hanya pada bagian kartilago telinga.
Tidak ada jaringan penyambung di bawah kulit sangat
nyeri

Otitis eksterna difus (swimmers ear)


Kondisi lembab & hangat bakteri tumbuh
Bengkak, eksudasi, nyeri

Otitis eksterna maligna(necrotizing OE)


Pada diabetesi lansia atau imunokompromais
OE selulitis, kondritis, osteitis, osteomielitis
neuropati kranial
Liang telinga bengkak & nyeri, jaringan granulasi pada
sambungan kartilago dengan tulang di posteroinferior
1/3 dalam
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

368. Rhinosinusitis

Terdapat empat pasang sinus paranasal:


Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang
terbesar dengan bentuk piramid. Bagian dasar dari
sinus maksilla adalah akar gigi rahang atas, yaitu
premolar 1,2 dan molar 1,2. Letak anatomis dari sinus
inilah yang menyebabkan infeksi gigi dapat menyebar
ke sinus maksilla dan bahkan menyebar ke rongga
orbita nyeri tekan pipi
Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris,
satu lebih besar dari yang lain dan dipisahkan oleh
sekat pada garis tengah. Sinus frontal terletak di atas
orbita dengan batas tulang yang tipis sehingga infeksi
dapat dengan mudah menyebar.
Buku ajar ilmu THTK&L FKUI edisi keenam

Sinus etmoid: terletak di antara konka media dan


dinding medial orbita. Sinus ini berbentuk sarang
tawon karena berongga-rongga. Sinus ini dapat
menjadi fokus infeksi untuk sinus yang lain karena
letaknyayang cukup berdekatan dengan sinus
maksila.
Sinus sfenoid: letaknya berada di belakang sinus
ethmoid posterior dengan batas superior fosa
serebri media dan kelenjar hipofisis, inferior atap
nasofaring, lateral berbatasan dengan sinus
kavernosus dan arteri karotis interna.

369. Otitis Externa (OE)


Tanda OE:
Nyeri jika aurikel ditarik ke belakang atau tragus ditekan.

Otitis eksterna sirkusmskripta (furuncle)


Hanya pada bagian kartilago telinga.
Tidak ada jaringan penyambung di bawah kulit sangat
nyeri

Otitis eksterna difus (swimmers ear)


Kondisi lembab & hangat bakteri tumbuh
Bengkak, eksudasi, nyeri

Otitis eksterna maligna(necrotizing OE)


Pada diabetesi lansia atau imunokompromais
OE selulitis, kondritis, osteitis, osteomielitis
neuropati kranial
Liang telinga bengkak & nyeri, jaringan granulasi pada
sambungan kartilago dengan tulang di posteroinferior
1/3 dalam
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

370. Pemeriksaan Telinga


Pemeriksaan Telinga
Inspeksi telinga luar, daerah preaurikuler dan
retroaurikuler (edem, hiperemis, hematom, sikatriks,
mikrotia)
Palpasi kedua telinga luar, daerah preaurikuler dan
retroaurikuler (nyeri tekan)
Inspeksi liang telinga (dengan otoskop) adakah
serumen, edem, terdapat secret, terdapat furunkel,
atau hiperemis
Inspeksi membrane timpani, refleks cahaya
Dilanjutkan dengan tes pendengaran

Tes Pendengaran
Tes pendengaran kualitatif:
Rinne
Weber
Schwabach
Bing
Tes pendengaran semikuantitatif:
tes bisik
Tes pendengaran kuantitatif
pure tone audiometry
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Tes Pendengaran
Audiometri nada murni:
Ambang Dengar (AD): bunyi nada murni terlemah pada
frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga
seseorang.
Perhitungan derajat ketulian:
(AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz) / 4
Derajat ketulian:
0-25 dB
: normal
>25-40 dB
: tuli ringan
>40-55 dB
: tuli sedang
>55-70 dB
: tuli sedang berat
>70-90 dB
: tuli berat
>90 dB
: tuli sangat berat
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Tes Pendengaran
Tes bisik
Panjang ruangan minimal 6 meter
Nilai normal: 5/6-6/6

Audiometri tutur
Pasien mengulangi kata-kata yang didengar melalui tape
Jumlah kata yang benar speech discrimination score:

90-100%: normal
75-90%: tuli ringan
60-75%: tuli sedang
50-60%: sukar mengikuti pembicaraan seharihari
<50%: tuli berat

Audiometri impedans
Memeriksa kelenturan membran timpani dengan tekanan tertentu
pada meatus akustikus eksterna, meliputi timpanometri, fungsi tuba,
& refleks tapedius

371. Gangguan Pendengaran


Rinne

Weber

Schwabach
Sama dengan
pemeriksa

Diagnosis

Positif

Tidak ada
lateralisasi

Negatif

Lateralisasi ke
Memanjang
telinga yang sakit

Tuli konduktif

Positif

Lateralisasi ke
Memendek
telinga yang sehat

Tuli
sensorineural

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Normal

372. Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur di telinga tengah
dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di
daerah tersebut
Etiologi: Pitysporum, Aspergillus, Candida
albicans
Gejala klinis: otalgia, otorrhea, rasa gatal dan rasa
penuh di telinga, kadang tanpa keluhan.
Pengobatan: membersihkan liang telinga, asam
asetat 2% & dalam alkohol, povidon iodin 5%.
Antijamur topikal yang mengandung nistatin dan
klotrimazol

Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik:
Akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa
berfilamen yang berwana putih dan panjang, area
melingkar dari jaringan granulasi diantara kanalis
eksterna atau pada membran timpani. Terkadang
dapat menyebabkan perforasi membran timpani

Pemeriksaan laboratorium:
KOH 10 % akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum
Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud: hifahifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan
sterigma dan spora berjejer melekat pada
permukaannya

373. Rhinitis alergi


Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang
disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi
yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator kimia ketika terjadi paparan berulang.
Klasifikasi rhinitis alergi:
Rhinitis alergi musiman (seasonal): hanya dikenal di
negara dengan 4 musim, alergennya tepungsari dan
spora jamur
Rhinitis sepanjang tahun(perenial): terjadi sepanjang
tahun baik intermitten atau terus menerus.
Penyebabnya adalah alergen inhalan.
Buku ajar ilmu THTK&L FKUI edisi keenam

Keluhan: serangan bersin berulang, rinore,


hidung tersumbat, mata lakrimasi.
Pemeriksaan fisik:
Pada rhinoskopi anterior: mukosa edema, basah,
pucat/livid
Allergic shiner: bayangan gelap dibawah mata akibat
stasis vena
Allergic salute: anak menggosok-gosok hidung dengan
punggung tangan karena gatal
Allergic crease: penggosokan hidung berulang akan
menyebabkan timbulnya garis di dorsum nasi
sepertiga bawah.

Rhinitis vasomotor: Suatu keadaan idiopatik yang


didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia,
perubahan hormonal, dan pajanan obat. Pencetus: asap
rokok, bau menyengat, parfum. Hidung tersumbat
bergantian kiri dan kanan.
Rhinitis medikamentosa: kelainan hidung yang disebabkan
oleh penggunaan vasokonstriktor topikal dalam waktu lama
dan berlebihan (drug abuse)
Rhinitis atrofi: infeksi hidung kronik yang ditandai adanya
atrofi progresif mukosa dan tulang konka.
Rhinitis akut: umumnya disebabkan oleh rhinovirus, sekret
srosa, demam, sakit kepala, mukosa bengkak dan merah.

374. Otitis eksterna


Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel)
Etiologi: Staph Aureus, Staph Albus
Obstruksi kelenjar minyak atau folikel
rambut
Terjadi di bagian luar kartilago telinga,
karena tidak ada jaringan ikat sakit
Antibiotik topikal, insisi

Otitis eksterna difus


Etiologi: pseudomonas (paling umum),
Staph albus, E.Coli
Terjadi pada bagian dalam rongga telinga
Keadaan lembab pertumbuhan bakteri
Antibiotik topikal atau sistemik

375. Otitis media akut


Otitis media: peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel mastoid.
Otitis media akut dengan perforasi membran telinga akan menjadi
otitis media kronik setelah 2 bulan.
Etiologi: Streptococcus pneumoniae 35%, Haemophilus influenzae
25%, Moraxella catarrhalis 15%.
Tahapan:
Oklusi tuba: retraksi membran timpani atau berwarna keruh.
Hiperemik/presupurasi: tampak hiperemis dan pelebaran pembuluh
darah.
Supurasi: edema yanghebat pada mukosa telinga tengah, bulging,
demam, nyeri
Perforasi: membran timpani ruptur, demam menurun
Resolusi: jika membran timpani tetap utuh maka membran timpani
akan kembali normal.
Buku ajar ilmu THTK&L FKUI edisi keenam

Stadium hiperemis

Stadium supurasi

Terapi:
Occlusion tubal: topical decongestan(ephedrin
HCl)
Presuppuration: AB for at least 7 days
(ampicylin/amoxcylin/ erythromicin) &analgetic.
Suppuration: AB, myringotomy.
Perforation: ear wash H2O2 3% & AB.
Resolution: if secrete isnt stopped ab is
continued until 3 weeks

376. Audiologi Dasar


Rinne

Weber

Schwabach

Diagnosis

Positif

Tidak ada lateralisasi

Sama dengan
pemeriksa

Normal

Negatif

Lateralisasi ke telinga yang tuli

Memanjang

Tuli konduktif

Positif

Lateralisasi ke telinga sehat

Memendek

Tuli sensorineural

Tes bisik
Panjang ruangan minimal 6 meter
Nilai normal: 5/6-6/6

377. Benda Asing

Jika bentuknya cincin & bisa dijepit, maka pinset


dapat digunakan. Kalau bentuk bola, pakai hook.
Lokasi

Gejala & Tanda

Hidung

Obstruksi hidung, rinorea unilateral, sekret kental & bau. Edema,


inflamasi, kadang ulserasi.
Removal: hook for round smooth object, crocodile forceps if object
can be grasped, or suction for many object.

Laryng

Total: laryngeal spasm dysphonia, apneu, cyanosis sudden


death. Removal: heimlich manoeuvre
Partial: hoarseness, croupy cough, odynophagia, wheezing, cyanosis,
hemoptysis, dyspneu, subjective feeling from foreign body. Removal:
laryngoscopy or bronchoscopy.

Trachea

Choking, gagging, audible slap, palpatory thud, asthmatoid wheeze.


Removal: bronchoscopy

Bronchus

Pulmonum phase: prolong expiration + wheezing.


May cause emphysema, atelectasis, drowned lung, lung abscess.
Removal: bronchoscopy or cervicotomy or thoracotomy.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

378. Otitis Externa


Membran timpani pasien intak, ada cairan OE difus, bukan
OMA atau OMSK. Beri AB topikal untuk telinga, antipiretik &
mukolitik untuk batuk pilek.

Otitis eksterna difus (swimmers ear)


Etiologi: Pseudomonas, Staph. albus, E. coli.
Kondisi lembab & hangat bakteri tumbuh
Sangat nyeri, liang telinga: edema, sempit, nyeri tekan
(+), eksudasi
Jika edema berat pendengaran berkurang
Th/: AB topikal, kadang perlu AB sistemik
AB: ofloxacin, ciprofloxacin, colistin, polymyxin B,
neomycin, chloramphenicol, gentamicin, &
tobramycin.
Ofloxacin & ciprofloxacin: AB tunggal dengan
spektrum luas untuk patogen otitis eksterna.
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

379. Vertigo
Peripheral Vertigo

Central Vertigo

Inner ear, vestibular nerve

Brainstem, cerebellum,
cerebrum

Onset

Sudden

Gradual

Nausea, vomitting

Severe

Varied

Hearing symptom

Often

Seldom

Often

Compensation/resolution

Fast

Slow

Spontaneous nystagmus

rotatoir, horizontal

Vertical

Latency (+), fatigue (+)

Latency (-), no fatigue (-)

Paresis

Normal

Involving

Neurologic symptom

Positional nystagmus

Calory nystagmus

379. Vertigo

Nistagmus pada BPPV bisa berputar atau horizontal, pada buku


THT-KL FKUI lebih umum berputar, sehingga dipilih jawaban C.

International Tinnitus Journal. 2011;16(2):135-45.

380. Komplikasi OMA


Komplikasi otitis media menurut Shambough:
Komplikasi intratemporal

Perforasi membran timpani


Mastoiditis akut
Paresis nervus fasialis
Labirinitis
petrositis

Komplikasi ekstratemporal
Abses subperiosteal

Komplikasi intrakranial

Abses otak
Tromboflebitis
Hidrosefalus otikus
Empiema subdura
Abses subdura/ekstradura

381. Jenis Bising

Steady state:
Kualitas & intensitas konstant (variasi kurang dari 5 dB

Fluctuating
Intensitas naik turun lebih dari 5 dB

Intermittent
Ada masa berhenti. Dibedakan dengan impulsive dari durasinya yang
lebih lama.
Dipilih intermiten karena bising di bandara tidak terus menerus.

Impulsive
Durasi kurang dari 500 ms dengan intensitas minimal 40 dB

382. Penyakit Laring


Diagnosis

Karakteristik

Polip pita suara

Penyebab: inflamasi kronik. Polip bertangkai, unilateral. Di


sepertiga anterior/medial/seluruhnya. Dapat terjadi di segala
usia, umumnya dewasa. Gejala: parau. Jenis: polip mukoid
(keabu-abuan & jernih) & polip angiomatosa (merah tua).

Papilloma laring

Tumbuh pada pita suara anterior atau subglottik. Seperti buah


murbei, putih kelabu/kemerahan. Sangat rapuh, tidak
berdarah, & sering rekuren.
Gejala: parau, kadang batuk, sesak napas. Terapi: ekstirpasi.

Laringitis

Gejala umum: demam, malaise. Gejala lokal: suara parau,


afoni, nyeri ketika menelan atau berbicara, gejala sumbatan
laring. Batuk kering atau kemudian berdahak.
PF: mukosa laring hiperemis, edema terutama di atas & di
bawah pita suara, biasanya juga ada tanda radang di hidung
atau sinus paranasal atau paru.

Nodul pita suara

Penyebab: penyalahgunaan suara dalam waktu lama. Suara


parau. Laringoskopi: nodul kecil berwarna keputihan,
umumnya bilateral, di sepertiga anterior/medial.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

382. Penyakit Laring

Papillomatosis

Vocal nodules
Vocal cord polyp
Laringitis

Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.

383. Benda Asing

Plain radiographs are indicated for every patient with a


known or suspected radiopaque foreign body in the
oropharynx, esophagus, stomach, or small intestine.
In one study, CT scanning was superior to plain
radiographs for localization and identification of
foreign bodies in 83-100% of cases.
CT scanning is considered the imaging modality of
choice to locate nonradiopaque foreign objects in the
oropharynx or esophagus.

384. Otitis Media

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

385. Otomikosis

Tatalaksana
Asam asetat 2% dalam alkohol atau povidon iodine 5%
atau antifungal topikal (nistatin/clotrimazol)
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

386. Otitis Media Supuratif Kronik


Chronic suppurative otitis media
Classification:

Benign/mucosal type:
Not involving bone.
Perforation type: central.
Th: ear wash with H2O2 3% for 3-5
days, ear drops AB & steroid,
systemic AB

Large central perforation

Malignant/bony type:
Involving bone or cholesteatoma.
Perforation type: marginal or attic.
Th: mastoidectomy.
1) Diagnostic handbook of otorhinolaryngology. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Cholesteatoma at attic
type perforation

386. Otitis Media Supuratif Kronik


Tanda dini OMSK tipe maligna:
Adanya perforasi marginal atau atik,
Tanda lanjut
abses atau fistel aurikular,
polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang
berasal dari dalam telinga tengah,
terlihat kolesteatoma pada telinga tengah (sering
terlihat di epitimpanum),
sekret berbentuk nanah & berbau khas,
terlihat bayangan kolesteatoma pada foto mastoid.

387. Abses Leher Dalam

Peritonsillar abscess

Inadequately treated tonsillitis spread of infection pus formation between the


tonsil bed & tonsillar capsule

Symptoms & Signs


Quite severe pain with referred otalgia
Odynophagia & dysphagia drooling
Irritation of pterygoid musculature by pus & inflammation trismus
unilateral swelling of the palate & anterior pillar displace the tonsil downward & medially
uvula toward the opposite side

Therapy
Needle aspiration: if pus (-) cellulitis antibiotic. If pus (+) abscess .
If pus is found on needle aspirate, pus is drained as much as possible.

387. Abses Leher Dalam


Diagnosis

Clinical Features

Abses peritonsil

Odynophagia, otalgia, vomit, foetor ex ore, hypersalivation, hot


potato voice, & sometimes trismus.

Abses parafaring

1.Trismus, 2. Angle mandible swelling, 3. Medial displacement of


lateral pharyngeal wall.

Abses Retrofaring

In children: irritability,neck rigidity, fever,drolling,muffle cry,


airway compromise
In adult: fever, sore throat, odynophagia, neck tenderness,
dysnea

Submandibular
abscess

Fever, neck pain, swelling below the mandible or tongue. Trismus


often found. If spreading fast bilateral, cellulitis ludwig
angina

Ludwig/ludovici
angina

Swelling bilaterally, hypersalivation, airway obstrution caused by


retracted tongue, odynophagia, trismus, no purulence (no time
to develop)

1) Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007. 3) Cummings otolaryngology. 4th ed. Mosby; 2005.

388. Serumen Plug


Metode ekstraksi serumen disesuaikan
dengan konsistensinya:
Lembek: dengan lilitan kapas
Keras: dengan pengait atau kuret. Bila tidak
berhasil, dilunakkan dulu dengan tetes
karbogliserin 10% selama 3 hari.

A (paling mendekati)

389. Noise Induced hearing Loss

Sensory hearing loss results from deterioration of the structures within


the cochlea, usually owing to the loss of hair cells from the organ of Corti.
The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
has recommended that all worker exposures to noise should be controlled
below a level equivalent to 85 dBA for eight hours to minimize
occupational noise induced hearing loss.

Current diagnosis & treatment in otorhinolaryngology.

390. Rinitis
Diagnosis

Karakteristik

Rinitis alergi

Riwayat atopi. Gejala: bersin, gatal, rinorea, kongesti. Tanda: mukosa


edema, basah, pucat atau livid, sekret banyak.

Rinitis
vasomotor

Gejala: hidung tersumbar dipengaruhi posisi, rinorea, bersin.


Pemicu: asap/rokok, pedas, dingin, perubahan suhu, lelah, stres.
Tanda: mukosa edema, konka hipertrofi merah gelap.

Rinitis hipertrofi Hipertrofi konka inferior karena inflamasi kronis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri, atau dapat juga akrena rinitis alergi & vasomotor.
Gejala: hidung tersumbat, mulut kering, sakit kepala. Sekret banyak
& mukopurulen.
Rinitis atrofi /
ozaena

Disebabkan Klesiella ozaena atau stafilokok, streptokok, P. Aeruginosa


pada pasien ekonomi/higiene kurang. Sekret hijau kental, napas bau,
hidung tersumbat, hiposmia, sefalgia. Rinoskopi: atrofi konka media
& inferior, sekret & krusta hijau.

Rinitis
Hidung tersumbat yang memburuk terkait penggunaan
medikamentosa vasokonstriktor topikal. Perubahan: vasodilatasi, stroma
edema,hipersekresi mukus. Rinoskopi: edema/hipertrofi konka
dengan sekret hidung yang berlebihan.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Anda mungkin juga menyukai