Anda di halaman 1dari 11

PERIODONSIA 1

Disusun oleh :
Julia Anjani Putri (04031381419043)
Noni Anisa Fahdillah (04031381419044)
Nining Elsa Noviolin (04031381419045)
Nadia Ridzki Amalia (04031381419046)
Meidi Tri Yudha (04031381419047)

Dosen Pembimbing :
drg. Mellani Cindera Negara

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Kata Pengantar

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat serta berkatNya, kami dapat menyelesaikan makalah kami. Makalah ini kami buat atas dasar untuk
memenuhi tugas mata kuliah Periodonsia 1.
Kami menyampaikan terimakasih kepada drg. Mellani Cindera Negara
selaku dosen pembimbing serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penulisan makalah selanjutnya.

1. Apa keuntungan dan kerugian obat kumur antimikroba ? Kapan perlu dipakai
obat kumur ?
Keuntungan :
1. Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah mikroorganisme dalam rongga
mulut. Contoh : hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol, chloride, boric acid, hexatine,
dan hypochlorous.
2. Bahan oksigenik, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam rongga mulut dan
busanya membantu menyingkirkan jaringan yang tidak sehat, contoh: hidrogen
peroksida, perborate.
3. Astrigents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal berkontraksi, dengan
demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan, contoh: alkohol, seng klorida, seng
asetat, aluminium, dan asam -asam organik sperti tannic, asetic dan asam sitrat.
4. Anodyres, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol, minyak eukaliptol,
minyak watergreen.
5. Bufer, mengurangi keasamaan dalam rongga mulut yang dihasilkan dari fermentasi
sisa makanan. contoh: sodium perborate, sodium bicarborate.
6. Deadoring agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang dihasilkan dari proses
penguraian sisa mkanan, contoh: klorofil.
7. Deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian menyebabkan bahanbahan yang terkandung mejadi lebih larut, dan juga dapat mengahancurkan dinding sel
bakteri yang menyebabkan bakteri lisis. Disamaping itu busa dari deterjen membantu
mencuci mikroorganisme ke luar dari rongga mulut.

Kerugian :

Gangguan indera perasa.

Terbentuknya tartar didalam gigi

Iritasi pada mulut dan lidah

erosi mukosa

Retensi sodium

Kelenjar membesar pada kedua sisi wajah atau leher

Rasa ngilu pada akar gigi

Ulkus atau luka pada mulut.

Kapan obat kumur perlu dipakai ?


Tidak digunakan setiap hari karena dapat mengganggu keseimbangan flora normal
dalam mulut.
Dalam kondisi sariawan. Sebab, selain mampu mengusir bakteri obat kumur juga dapat
mengurangi rasa perih yang ditimbulkan akibat sariawan sekaligus mencegah datangnya
kembali bakteri.
Ketika memiliki masalah dengan karang gigi, terutama setelah dibersihkan karang gigi.
Obat kumur harus digunakan sampai kondisi mulut membaik.
Ketika terjadi peradang pada mulut, obat kumur dapat mempercepat kesembuhan,
karena mengandung antiseptic dan antinyeri.

2. Sebutkan Rumus Kimia CaHPO4 2H2O ?


Dikalsium Fosfat Dihidrat. Biasanya terkandung pada pasta gigi karena berfungsi sebagai
bahan abrasif yang dapat membantu menghilangkan plak ringan dan perwarnaan ringan pada
email gigi. Namun tingkat keabrasifan terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya email gigi.

3. Jelaskan Teori Pembentukan Kalkulus


Proses Pembentukan Kalkulus
Sejumlah penelitian menunjukkan, penyebab dari beberapa masalah rongga mulut adalah
dental plaque atau plak gigi. Setelah kita menyikat gigi, pada permukaan gigi akan terbentuk
lapisan bening dan tipis yang disebut pelikel. Pelikel ini belum ditumbuhi kuman. Apabila

pelikel sudah ditumbuhi kuman disebutlah dengan plak. Plak berupa lapisan tipis bening yang
menempel pada permukaan gigi, terkadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Lapisan itu tidak
lain adalah kumpulan sisa makanan, segelintir bakteri, sejumlah protein dan air ludah. Plak selalu
berada dalam mulut karena pembentukannya selalu terjadi setiap saat, dan akan hilang bila
menggosok gigi atau menggunakan benang khusus. Plak yang dibiarkan, lama kelamaan akan
terkalsifikasi (berikatan dengan kalsium) dan mengeras sehingga menjadi karang gigi.
Mineralisasi plak mulai didalam 24-72 jam dan rata-rata butuh 12 hari untuk matang. Karang
gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan menjadi tempat menempelnya plak
kembali sehingga kelamaan karang gigi akan semakin mengendap, tebal dan menjadi sarang
kuman. Karang gigi dapat terlihat kekuningan atau kehitaman, warna kehitaman biasanya akibat
bercampur dengan rokok, teh, dan zat lain yang dapat meninggalkan warna pada gigi.J ika
dibiarkan menumpuk, karang gigi dapat meresorbsi ( menyerap ) tulang alveolar penyangga gigi
dan akibatnya gigi mudah goyang dan tanggal. Jaringan periodontal ini yang menjadi tempat
tertanamnya gigi. Jaringan ini terdiri dari gusi, sementum, jaringan pengikat tulang penyangga
gigi (alveolar). Jaringan penyangga gigi inilah yang mengikat gigi, pembuluh darah dan
persarafan menjadi satu kesatuan. Karang gigi mengandung banyak kuman-kuman yang dapat
menyebabkan penyakit lain di daerah sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan, maka kuman-kuman
dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga gigi tersebut. Bila sudah infeksi maka
masalah lebih lanjut bisa timbul. Oleh karena itu, masalah karang gigi tidak dapat disepelekan.
Bila plak sudah mengendap menjadi karang gigi maka penyikatan sekeras apapun dengan sikat
gigi biasa tidak akan menghilangkannya. Dianjurkan melakukan tindakan pencegahan sebelum
karang gigi timbul yaitu dengan menyikat gigi secara teratur dan sempurna. Dental floss juga
perlu digunakan untuk membersihkan permukaan antar dua gigi yang sering menjadi tempat
terselipnya makanan dan menjadi tempat penimbunan plak. Obat kumur yang mengandung
clorhexidine dapat digunakan untuk mencegah timbulnya plak,obat ini dapat digunakan setelah
penyikatan gigi.

Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneliti mengenai proses pembentukan kalkulus,
antara lain :
1. Teori CO
Menurut teori ini pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat adanya perbedaan
tekanan CO dalam rongga mulut dengan tekanan CO dari duktus saliva, yang menyebabkan pH
saliva meningkat sehingga larutan menadi jenuh.(Disajikan pada seminar Perkembangan
Pedodontik dan Periodontik Masa Kini,yang diselenggarakan oleh PDGI Cabang Bekasi pada
tanggal 10 Juli 1993)
2. Teori Protein
Pada konsentrasi tinggi, protein klorida saliva bersinggungan dengan permukaangigi
maka protein tersebut akan keluar dari saliva, sehingga mengurangi stabilitas larutannya dan
terjadi pengendapan garam kalsium fosfat.

3. Teori Fosfatase
Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri. Fosfatase membantu
proses hidrolisa fosfat saliva sehingga terjadi pengendapan garam kalsium fosfat.
4. Teori Esterase
Esterase terdapat pada mikrorganisme, membantu proses hidrolisis ester lemak menjadi
asam lemak bebas yang dengan kalsium membentuk kalsiumfosfat.
5. Teori Amonia
Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan membentuk ammonia
sehingga pH saliva naik dan terjadi pengendapan garam kalsium fosfat.
6. Teori pembenihan
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan fosfor yangakan
membentuk kristal inti hidroksi apatit dan berfungsi sebagai benih kristalkalsium fosfat dari
saliva jenuh.
7. Teori rokok
Tar dalam asap rokok juga memperbesar peluang terjadinya radang gusi, yaitu penyakit
gusi yang paling sering terjadi disebabkan oleh plak bakteri dan faktor lain yang dapat
menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar gusi. Tar dapatdiendapkan pada permukaan gigi dan
akar gigi sehingga permukaan ini menjadikasar dan mempermudah perlekatan plak. Dari
perbedaan penelitian yang telah dilakukan plak dan karang gigi lebih banyak terbentuk pada
rongga mulut perokok dibandingkan bukan perokok. Penyakit jaringan pendukung gigi yang
parah, kerusakan tulang penyokong gigi dan tanggalnya gigi lebih banyak terjadi pada perokok
daripada bukan perokok. Pada perawatan penyakit jaringan pendukung gigi pasien perokok
memerlukan perawatan yang lebih luas dan lebih lanjut. Padahal pada pasien bukan perokok dan
pada keadaan yang sama cukuphanya dilakukan perawatan standar seperti pembersihan plak dan
karang gigi.

4. Mengapa kalkulus pada perokok lebih banyak ?

Gambar : Kalkulus pada gigi perokok


Oral hygiene dapat dinilai dari tingkat akumulasi sisa makanan, plak, dan noda pada gigi.
Mulut merupakan gerbang awal terjadinya penyerapan zat-zat hasil pembakaran rokok oleh
karena itu rongga mulut mudah terpapar efek yang merugikan dari rokok. Temperatur rokok pada
bibir adalah 30C, sedangkan pada ujung rokok yang terbakar 900C. Asap panas yang
berhembus terus menerus ke dalam rongga mulut dapat menyebabkan perubahan aliran darah
dan mengurangi sekresi saliva. Karena sekresi saliva berkurang akhirnya rongga mulut menjadi
kering sehingga menjadi tempat untuk tumbuhnya bakteri anaerob dalam plak yang apabila
bakteri tersebut mengalami pengapuran atau kalsifikasi akan menjadi kalkulus (tartar) yang jika
tidak segera dihilangkan berpotensi besar menyebabkan penyakit jaringan pendukung gigi
(periodontitis). Seorang peneliti menemukan bahwa perokok memiliki plak yang lebih tinggi dari
bukan perokok.

5. Pengaruh Viskositas Saliva Terhadap Pembentukan Kalkulus ?


Kalkulus adalah plak yang mengalami kalsifikasi dan terbentuk tidak hanya pada
permukaan gigi namun juga pada permukaan restorasi dan gigi tiruan. Kalkulus mempunyai
hubungan dengan penyakit periodontal. Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan gigi
permanen pada usia muda.

Laju aliran saliva mempunyai hubungan yang erat dengan viskositas saliva. Viskositas
saliva yang lebih rendah akan meningkatkan laju aliran saliva, sehingga didapatkan selfcleansing yang baik. Sebaliknya viskositas saliva yang tinggi (kental/mukus) menyebabkan laju
aliran saliva akan lebih rendah dan terjadinya penurunan self-cleansing dalam rongga mulut.
Keadaan ini akan menyebabkan sisa makanan melekat pada permukaan gigi dan penumpukan
plak lebih mudah terjadi yang akhirnya terkalsifikasi menjadi kalkulus.
Secara umum, apabila viskositas saliva meningkat, laju aliran saliva dan efek selfcleasing rongga mulut akan berkurang. Akibatnya, penumpukan plak dan pembentukan kalkulus
supragingiva serta kalkulus subgingiva mudah terjadi. Sebaliknya, penurunan viskositas akan
menyebabkan laju aliran dan efek selfcleansing rongga mulut meningkat serta penumpukan plak
dan kalkulus lebih sulit terjadi. Jumlah kalkulus yang semakin meningkat akan menyebabkan
terjadinya inflamasi dan kerusakan pada jaringan pendukung serta penyakit periondontal lain
seperti gingivitis dan periondontitis

Anda mungkin juga menyukai