Anda di halaman 1dari 14

STUDI EVALUASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN

JALUR EVAKUASI PADA ZONA BERPOTENSIAL


TERKENA BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG
ARTIKEL

oleh:
FITRA RIFWAN
09 21216027

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
2012

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

STUDI EVALUASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN JALUR EVAKUASI


PADA ZONA BERPOTENSIAL TERKENA BENCANA TSUNAMI
DI KOTA PADANG
Oleh
FITRA RIFWAN
(Artikel)
Abstrak: Ketika

proses evakuasi di Kota Padang sesudah gempa 30

September 2009 yang lalu pengungsi yang takut ancaman tsunami menggunakan jalur
evakuasi untuk melarikan diri. Pada saat itu volume lalu lintas padat sehingga banyak
pengungsi yang terjebak macet dan pergerakan mereka ke zona aman tidak efektif.
Beberapa bulan setelah tragedi tersebut Pemko Padang, berupaya membangun dan
memperbaiki jalur evakuasi untuk penanggulangan kedepannya. Namun, dilain sisi
efektifitas dari jalur tersebut belum diketahui dan beberapa diantaranya tidak memiliki
sarana dan prasarana sampai sekarang. Berdasarkan masalah tersebut dilakukanlah
penelitian yang bertujuan untuk membuat pedoman bagi penduduk yang tinggal
diwilayah berpotensi terkena bencana tsunami mengenai langkah-langkah apa yang harus
dilakukan dalam menggunakan jalur evakuasi secara efektif setelah terjadi gempa di Kota
Padang. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dengan
sampelnya yaitu: 500 orang penduduk Kota Padang yang bertempat tinggal di kawasan
terdekat dengan bibir pantai (zona merah). Penarikan sampel penelitian diambil secara
proporsional pada 5 zona. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan penyebaran angket mengenai
penggunaan jalur evakuasi saat gempa terjadi yang diambil dari hasil wawancara
langsung dengan responden menggunakan kuisoner, sedangkan data sekunder didapatkan
dari Kogami dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), yaitu: panjang jalur
evakuasi dan peta zona merah Kota Padang . Teknik analisa data yang digunakan adalah:
(1) Stated dan Revealed Preference, (2) Uji Durbin Watson (3) Analisa SWOT. Hasil
analisis menunjukkan bahwa 6 dari 12 jalur evakuasi, efektif digunakan. Kemudian, dari
hasil analisa SWOT didapatkan bahwa secara keseluruhan, jalur evakuasi masih belum
memenuhi persyaratan dari segi sarana dan prasarananya.

kata kunci: gempa, tsunami dan jalur evakuasi

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

Pendahuluan: Pada tanggal 30 September 2009 lalu telah terjadi gempa


berkekuatan 7,9 Skala Ritcher dengan kedalaman 71 km sebelah barat daya Kota
Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Bencana ini adalah bencana nasional bagi
Negara Indonesia karena jumlah korban yang berjatuhan sangat banyak. Daerahdaerah yang terkena dampaknya adalah Kota Padang, Pariaman, Kabupaten
Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat dan sebahagiam
kecil lagi wilayah Kabupaten Agam.
Bencana ini menimbulkan korban sebanyak 1117 korban meninggal, 2
orang hilang, 1214 orang luka berat dan 1688 orang luka ringan (Tim Pendukung
Teknis Rehabilitasi dan Rekonstruksi,

2010). Tidak hanya korban nyawa,

bencana ini juga mengakibatkan beberapa rumah masyarakat rusak. Kerusakan itu
terbagi-bagi, yaitu: 114797 rusak berat dan roboh, 67198 rusak sedang serta
67838 rusak ringan (Tim Pendukung Teknis Rehabilitasi dan Rekonstruksi,
2010). Bencana ini juga merusak beberapa bangunan dan infrastrustur masyarakat
seperti: 9432 unit bagunan public, 442 unit kantor pemerintah, 4748 unit fasilitas
pendidikan, 4748 unit fasilitas pendidkan, 153 unit fasilitas kesehatan, 68 unit
jembatan seta 2851 unit tempat ibadah (Tim Pendukung Teknis Rehabilitasi dan
Rekonstruksi, 2010).
Berdasarkan analisis, bencana gempa ini disebabkan oleh keadaan lokasi
topografi daerah Sumatera Barat dan struktur bangunan masyarakat yang terkena
gempa. Dalam hal ini semua kalangan atau pakar gempa pasti tahu bahwa rumahrumah yang dibangun oleh masyarakat khususnya di daerah Sumatera Barat
kebanyakan standarisasinya terhadapa aman gempa tidak terpenuhi. Pada sisi
lainnya para pakar dan ahli gempa juga menganalisis bahwa bencana gempa ini
bisa terjadi lagi bahkan dengan magnitude Skala Ritcher-nya yang besar disertai
gelombang Tsunami, mengingat daerah Sumatera Barat terletak tidak jauh dengan
lokasi lempengan bumi di Samudera Pasifik.
Khusus di Kota Padang yang merupakan salah satu kota di Sumatra
Barat, gempa rutin terjadi disetiap tahunnya dan juga daerah rawan tsunami. Hal
ini terjadi karena Kota Padang berada diantara pertemuan dua lempeng benua
besar, lempeng Eurasia dan lempeng India-Australia yang dapat dilihat Gambar
1.1 berikut ini. Demikian juga Kota Padang terletak dekat pada Patahan Besar

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

Sumatera atau sering disebut dengan sesar Semangko pada Gambar 1.2 berikut
ini. Pergerakan lempeng-lempeng ini berpotensi menimbulkan gempa, ditambah
dengan aktivitas gunung berapi yang masih aktif dan tidak jauh letaknya dari Kota
Padang, seperti Gunung Merapi, Tandikat, dan Talang maka potensi gempa yang
rutin terjadi di wilayah ini adalah sangat besar.

Gambar 1.1: Pertemuan Dua Lempeng Benua Besar (Sumber: Chandra, 2009 )

Gambar 1.2: Patahan Besar Sumatra (Sumber: Siagian, 2011)

Pemerintah Kota (Pemkot) Padang telah berupaya mengantisipasi


bencana gempa dan tsunami ini baik dalam bentuk fisik maupun non fisik. Dalam
bentuk fisik, Pemkot Padang telah merencanakan dan membangun beberapa jalur
evakuasi tsunami bagi masyarakat yang tinggal di kawasan-kawasan zona merah
atau yang disebut rawan. Pembangunan jalur evakuasi yang dilengkapi dengan
peta-peta di-enam sektor ini sedang berjalan dan berkelanjutan mengingat masih
mencari titik jalan yang mampu menampung jumlah penduduk yang lebih besar
saat evakuasi.

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

Muncul permasalahan sekarang ini bahwa ada beberapa kawasan yang


masih jauh cakupannya terhadap jalur evakuasi. Pada kawasan Jalan Adinegoro
tepatnya perumahan padat penduduk dibelakang pasar Lubuk Buaya, sangat sulit
mencapai mulut jalur evakuasi yakni: di Jalan Parak Buruk dan Anak Aia. Apalagi
pada saat hari balai kawasan pasar satelit ini sangat padat dan panjang
kemacetan hampir 500 meter. Hal ini sangat sulit bagi masyarakat untuk evakuasi
jika gempa yang disusul tsunami terjadi (Rusdi, 2011). Kondisi seperti ini
mungkin tidak hanya terjadi pada daerah Lubuk Buaya saja. Daerah-daerah lain di
Kota Padang bisa juga mengalami masalah demikian. Oleh karena itu, perlu suatu
penelitian mengenai evaluasi efektifitas penggunaan jalur evakuasi. Penelitian
yang dilakukan ini bertujuan diantaranya adalah untuk mengevaluasi efektifitas
penggunaan jalur evakuasi yang sudah ada oleh penduduk pada wilayah yang
berpotensi terkena tsunami dan membuat pedoman bagi penduduk yang tinggal
diwilayah berpotensi terkena bencana tsunami mengenai langkah-langkah apa
yang harus dilakukan dalam menggunakan jalur evakuasi secara efektif setelah
terjadi gempa. Sedangkan, manfaatnya yaitu: Memberikan pedoman yang
diharapkan dapat menjadi dasar penetapan kebijakan pemerintah dalam
pengaturan evakuasi dan pengelolaan pengungsi, optimalisasi perencanaan,
peningkatan dan penggunaan jalur evakuasi pada masa yang akan datang. dan
memberikan pedoman menggunakan jalur evakuasi agar proses evakuasi yang
dilakukan masyarakat dapat berjalan dengan lebih baik sesuai dengan kondisi
sarana dan prasarana yang ada serta kondisi lokal daerah pemukiman masyarakat
di Kota Padang.
Referensi: Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas
alami suatu peristiwa fisik, seperti: letusan gunung api, gempa bumi, banjir dan
tanah longsor (BPBD Jateng, 2009). Karena ketidakberdayaan manusia, akibat
kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian
dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang
dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari
bencana dan daya tahan yang terkena bencana. Aktivitas alam yang berbahaya
tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa adanya campur tangan manusia,
misalnya gempa bumi dan tsunami. Besarnya potensi kerugian juga tergantung

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan
individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri
peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi
(hazard) serta memiliki kerentanan atau kerawanan (vulnerability) yang juga
tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat dan luas jika manusia yang berada
disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep
ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastrukturinfrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan
serius yang hadir. Berdasarkan pernyataan-pernyataan sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan bahwa bencana adalah suatu keadaan yang sifatnya tiba-tiba dan
merugikan serta butuh kegiatan yang berkesinambungan untuk mencegahnya.
Smanskara (2009) mengungkapkan bahwa gempa adalah pergeseran tibatiba dari lapisan tanah di bawah permukaan bumi. Ketika pergeseran ini terjadi,
timbul getaran yang disebut gelombang seismik. gempa ke segala arah di dalam
bumi. Ketika gelombang ini mencapai permukaan bumi, getarannya bisa merusak
atau tidak tergantung pada kekuatan sumber dan jarak fokus, disamping itu juga
mutu bangunan dan mutu tanah dimana bangungan berdiri. Gempa bumi biasanya
disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Sedangkan tsunami merupakan Bahasa Jepang yaitu , tsu =
pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan"
adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut
secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa
disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi
bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang
tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam
gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di
laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km
per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut
dalam hanya sekitar 1 meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dalam penangangan bencana gempa dan tsunami perlu sebuah efektifitas
baik yang sifatnya preventif maupun korektif. Efektifitas merupakan salah satu
pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi. Efektifitas tidak dapat
disamakan dengan efisiensi karena keduanya memiliki arti yang berbeda,
walaupun dalam berbagai penggunaan kata efisiensi lekat dengan kata efektifitas.
Efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan
efektifitas

secara

langsung

dihubungkan

dengan

pencapaian

tujuan.

Atmosoeprapto (2002) dalam Al Bantany-112 menyatakan efektifitas adalah


melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara
benar, atau efektifitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi
adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat. Konsep
efektifitas bias diterapkan pada penggunaan suatu jalur evakuasi. Efektifitas suatu
jalur evakuasi dapat ditentukan dengan seberapa persen dari panjang jalur tersebut
digunakan oleh responden pada suatu zona. Analisa ini dilakukan dengan
menggunakan Durbin Watson Test Dalam hal ini perlu dilakukan kegiatan
evaluasi dari efektifitas tersebut terhadap kondisi-kondisi yang pernah terjadi.
Penilaian atau evaluasi terhadap jalur evakuasi bisa dilakukan dengan
analisa SWOT. Analisa SWOT adalah suatu metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strengths),
Kelemahan (weaknesses), Peluang (opportunities), dan Ancaman (threats) yang
mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari kegiatan proyek/kegiatan usaha
atau institusi/lembaga dalam skala yang lebih luas. Rangkuti dalam Kodoatie
(2003) mengemukakan bahwa analisa ini dapat didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) namun secara
bersamaan juga mampu meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman
(threats). Dilihat dari sejarahnya dan penggunaannya saat ini, metode SWOT
banyak dipakai di dunia bisnis dalam menetapkan suatu perencanaan strategi
perusahaan (strategic planning), namun ditemukan pula penggunaan SWOT untuk
kepentingan public policy. Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert
Humphrey yang melakukan penelitian di Stanford University pada tahun 1960-

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

1970 dengan analisa perusahaan yang bersumber dalam Fortune 500. Meskipun
demikian, jika ditarik lebih ke belakang analisa ini telah ada sejak tahun 1920-an
sebagai bagian dari Harvard Policy Model yang dikembangkan di Harvard
Business School. Hal utama yang ditekankan dalam analisa ini adalah dalam
proses perencanaan tersebut, suatu institusi membutuhkan penilaian mengenai
kondisi saat ini dan gambaran ke depan yang mempengaruhi proses pencapaian
tujuan institusi tersebut. Dengan analisa SWOT akan didapatkan karakteristik dari
kekuatan utama, kekuatan tambahan, faktor netral, kelemahan utama dan
kelemahan tambahan berdasarkan analisa lingkungan internal serta eksternal yang
dilakukan.
Stated Preference adalah teknik meramalkan pilihan yang diambil oleh
responden (orang yang ditanya) dengan memberikan opsi-opsi sesuai dengan
tujuan sasaran yang diinginkan (Bradley dan Daly, 1992). Stated Preference
merupakan pendekatan ketidakpastian yang diperkenalkan oleh Kenneth J. Arrow
pada tahun 1953 dan dirinci lebih lanjut oleh Grard Debreu pada tahun 1959.
Teknik ini memungkinkan identifikasi alternatif pilihan dalam mendefinisikan
percobaan dengan mensimulasikan contoh pilihan pengguna. Sedangkan teori
revealed preference, pertama kali dipelopori oleh Ekonom Amerika Serikat yang
bernama Paul Samuelson. Teori ini adalah metode yang mana memungkinkan
untuk melihat pilihan terbaik berdasarkan perilaku konsumen.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang menjadi kuantitas dan karateristik tertentu, ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan, 2006). Sampel adalah
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat
mewakili seluruh populasi (Riduwan, 2006). Salah satu cara menarik jumlah
sampel adalah dengan teknik random sampling metoda estimasi proporsi. Teknik
ini digunakan untuk menentukan besar masing-masing kelompok sampel pada
wilayah penelitian dengan estimasi proporsi (Nazir, 2005). Rumus yang
digunakan adalah
D

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

desain bound of error

bound of error (0,1; 0.05; 0,025; & 0,005)

jumlah sampel

estimasi proporsi sampel, biasanya didapatkan dari survey


terdahulu, jika tidak diketahui diagunakan 0,5

jumlah populasi

Metoda Penelitan: Penelitian ini dimulai dengan melakukan studi


pendahuluan, yaitu mengumpulkan data-data skunder dan primer. Data skunder
diperoleh dari bantuan pihak-pihak yang terkait, seperti: BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah), KOGAMI (Komunitas Siaga Tsunami) dan
Pemerintah Kota Padang. Data primer diperoleh dari survey wawancara yang
langsung dilakukan terhadap penduduk sebanyak 500 orang yang tersebar atau
bertempat tinggal di kawasan zona merah di Kota Padang .
Survey tersebut berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam
bentuk kuisoner. Metoda penyusunan pertanyaan-pertanyaan itu adalah Stated
Prefenrence dan Revealed Preference. Penarikan sampel sebanyak 500 orang
didapatkan melalui analisa jumlah sampel menggunakan rumus proporsional acak
(Nazir, 2005). Setelah data-data primer dan skunder diperoleh maka langkah
selanjutnya yang dilakukan adalah analisa data karakteristik, jalur evakuasi, dan
problematika saat menggunakan jalur evakuasi.
Hasil Penelitian, Berdasarkan analisa data mengenai karakteristik
penduduk yang dijadikan responden didapatlkan hasil seperti pada Gambar 1 di
bawah ini.

Gambar 1: Persentase Jenis Kelamin Responden

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

Berdasarkan Gambar 1 di halaman sebelumnya dapat dijelaskan bahwa persentase


responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki
jika ditotalkan semua zona. Rentang usia mayoritas respondennya dapat dilihat
pada Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2: Persentase Rentang Usia Responden

Dari Gambar 2 di atas dapat diketahui bahwa persentase responden pada masingmasing zona, mayoritasnya kelompok umur 30-50 tahun. Kemudian, mengenai
hasil analisa karakteristik mengenai kepemilikan kendaraan dapat dilihat pada
Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 4.3: Persentase Kepemilikan


Jenis Kendaraan Responden

Setelah analisa karakteristik penduduk dilakukan, analisa

yang

dikerjakan selanjutnya adalah mengenai konsep efektifitas (Durbin Watson Test)


dan Analisa SWOT. Durbin Watson Test dilakukan untuk memperoleh jalur-jalur
evakuasi yang efektif digunakan. Uji atau test ini adalah uji autokorelasi antara
panjang jalur yang digunakan (dalam bentuk persentase dari panjang suatu jalur
evakuasi) dengan frekuensi penggunannya. Jika terjadi autokorelasi diantara
keduanya maka jalur tersebut dikatakan tidak efektif dan sebaliknya bahwa jika
tidak terjadi autokorelasi maka jalur tersebut efektif untuk digunakan. Kemudian,

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

analisa SWOT yang digunakan adalah untuk memperoleh dan menghasilkan suatu
kebijakan dari kelemahan dan kekuatan yang ada pada suatu jalur evakuasi.
berdasarkan peluang dan ancaman kedepannya terhadap jalur evakuasi tersebut.
Pembahasan: didapatkan bahwa 6 jalur evakuasi yang menjadi wilayah
penelitian di Kota Padang, yaitu: Simpang Basarnas-By Pass, Simpang SMAN 7By Pass, Anak Aia-By Pass, Simpang Kalumpang-By Pass, Simpang Tunggul
Hitam-Dadok (Jl DPR)-By Pass dan Simpang Tunggul Hitam-Kurao Pagang- By
Pass efektif untuk digunakan. Sementara 6 jalur lagi yang menjadi wilayah
penelitian, yaitu: Simpang Lalang- By Pass, Simpang Tabiang- By Pass, Pasar
Siteba-Tabiang Banda Gadang- By Pass, Simpang Alai- By Pass, Jl Andalas- By
Pass dan Jl Dr. Sutomo-By Pass tidak efektif untuk digunakan. Beberapa jalur ini
berada di pusat kota dan kondisinya adalah padat areal pemukiman dan bisnis.
Dari segi sarana, prasarana yang ada pada semua jalur memang masih kurang.
Saran dan prasarana yang ada sekarang sudah tidak terawat lagi. Hal ini akan
memperparah proses evakuasi nantinya, khususnya bagi pengungsi yang
menggunakan jalur evakuasi.
Rekomendasi yang penulis sampaikan di dalam tulisan ini adalah
perlunya beberapa kebijakan terkait mengenai sarana, prasarana dan sistem
pengaturan pada jalur-jalur tersebut. Sarana yang harus diperhatikan, yaitu: berupa
pelebaran jalan dan perbaikan jalan yang kondisinya berlubang. Prasarana, seperti:
rambu-rambu evakuasi, peta jalur evakuasi dan tempat peristirahatan di sepanjang
jalur evakuasi. Kemudian mengenai sistem pengaturan pada saat evakuasi perlu
dioptimalkan. Hal ini diperlukan karena beberapa akses ke jalur evakuasi
merupakan kawasan pusat keramaian seperti: pasar dan pelintasan kereta api.
Bagi pengungsi hendaknya juga perlu diperhatikan pedoman dalam
penggunaan jalur evakuasi yang ada di wilayah mereka masing-masing. Pedoman
tersebut meliputi moda yang digunakan untuk menempuh jalur evakuasi yang
efektif, seperti: sepeda motor dan jalan kaki. Pengungsi juga harus siap dan
bergegas menuju jalur evakuasi jika alarm atau pemberitahuan tsunami berbunyi,
paling lambat 10 menit setelah itu. Kemudian, perlunya penduduk memiliki peta
saku dari BPBD yang bisa dibawa kemana-mana dan berguna setiap saat.

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

Secara keseluruhan artikel ini menggambarkan keadaan beberapa jalur


evakuasi yang ada sekarang dan pedoman-pedoman yang efektif untuk
menggunakannya. Artikel ini juga mengemukakan konsep ilmu yang dipakai
sebagai pedoman dan tool dalam analisa efektifitas evaluasi. Sebagai penulis saya
memberikan suatu gambaran ringkas mengenai beberapa jalur evakuasi yang ada
sekarang serta pedoman penggunaannya.

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

DAFTAR PUSTAKA
Al

Bantany-112. (2009). Kumpulan Teori


112.blogspot.com(diakses 15/01/2012).

Efektivitas.

http://al-bantany-

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.


BNPB. (2009). Peta Jaringan Jalan Di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.
http://www.google maps (diakses 15/03/2011).
BPBD Jateng. (2009). Disaster Information Center, Central Java Province.
http://www.bpbdjateng.com (diakses 29/03/2011).
Bradley
and
Daly.
(1992).
Stated
Preference
http://www.informaworld.com (diakses 31/03/11).

Technique.

Chandra. (2009). Gambar Pertemuan Dua Lempeng Benua


http://www.chandra-beginner.blogspot.com (diakses 31/03/2011).

Besar.

Daniel dan Mathew. (1975). Traffic Flow Characteristic. http://www.traficflow


andcharacteristic.com (diakses 29/03/2011).
Jupri. (2011). Karakteristik Arus Lalu-lintas. http://www.infotransportasijupri.com
(diakses 29/03/2011).
Kodoatie, R, J. (2003). Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur:
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

cetakan I.

Mulyadi, M. (2009). Studi Prilaku Pergerakan Masyarakat Kota Padang


Terhadap Gempa Yang Berpotensi Tsunami. Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Andalas, Padang.
Nazir, M. (2005). Metoda Penelitian (cetakan ke-enam). Ghalia, Bogor.
Pearmain and J. Swanson. (1999). Stated Preference Techniques : A Guide to
Practice. Steer Davies Gleave and Haque Consulting Group, London.
Pemko

Padang. (2011).
Peta Evakuasi
http://www.padang.go.id (diakses 26/2/2011).

Tsunami

Diperbaharui.

Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti


Pemula. Alfabeat, Bandung.
Rusdi. (2011). Pedagang Lubuk Buaya Butuh Jalur Evakuasi. Padang, Koran
Harian Posmetro Padang 21 Maret 2011.

Fitra Rifwan
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Andalas
09 21216027

Siagian, R, T. (2011). Peta Patahan Besar di


http://www.wordpress.com (diakses 31/01/2011).

Pulau

Sumatera.

Smanskara, M. (2009).
Pengertian Gempa dan
http://www.smansakra.sch.id (diakses 29/03/2011).

Letak

Indonesia.

Tim Pendukung Teknis Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sumbar. (2010). Petunjuk


Teknis Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Gempa Bumi Sumatera Barat
30 September 2009 Sektor Perumahan. RR Sumbar, Padang.
Varian, R. (2005). Revealed Preference Analysis. http://www.informaworld.com
(diakses 31/03/11).
Wakhinudin, S. (2009). Definisi Evaluasi: Dalam Konteks Program dan
Pendidikan. http://www.wakhinuddin.wordpress.com(diakses 29/03/2011).

Anda mungkin juga menyukai