Anda di halaman 1dari 149

KATA PENGANTAR

aporan Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral di Perairan Teluk

Tomini, Gorontalo merupakan salah satu program dari Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), melalui Proyek Pengembangan Geologi


Kelautan Tematik (PGKT) tahun anggaran 2004.
Data-data yang dihimpun dari lapangan berupa data-data geologi, geofisika dan
hidro-oseanografi yang diolah dan dianalisis secara langsung ataupun dilakukan di
laboratorium.

Selain

menampilkanissu

utama

mengenai

keterdapatandan

penyebaran mineral ekonomis, pada laporan ini juga coba disinggung mengenai
permasalahan yang muncul lainnya seperti dinamika lingkungan.
Puji syukur ke hadirat Nya, penulis panjatkan dengan segala kerendahan hati
dengan terselesaikannya penyusunan laporan ini. Dalam kesempatan yang
berbahagia ini pula, penulis mengucapkan terimakasih kepada:


Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan;

Pemimpin Proyek Pengembangan Geologi Kelautan Tematik beserta


jajarannya;

Koordinator Program Lingkungan dan Sumber Daya Mineral serta


Pejabat Fungsional di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan;

Bapak Kepala Dinas Pertambangan Propinsi Gorontalo;

Keluarga besar Ilahude dan Wartabone;

Istri dan anak-anakku, atas pengertian dan doa yang tiada putusnya;

Kata Pengantar

Semua

rekan

dan

kolega

di

lingkungan

Pusat

Penelitian

dan

Pengembangan Geologi Kelautan yang turut membantu secara langsung


maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ini.
Kami sadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna perbaikanperbaikan di masa datang.
Akhir kata, menjadi harapan kami laporan ini dapat bermanfaat bagi kepentingan
kita bersama. Semoga ridho Allah selalu menyertai kita.

Desember 2004

Penulis.

Kata Pengantar

ii

S ARI

aporan ini selain sebagai wujud pertanggungjawaban dari hasil kegiatan Penyelidikan Potensi
Sumberdaya Mineral Pantai dan Lepas Pantai di Perairan Pantai Gorontalo, Kabupaten

Gorontalo dan sekitarnya juga sebagai ajang penyeberluasan informasi, yang dituangkan dalam suatu
kolokium Puslitbang Geologi Kelautan. Kegiatan penyelidikannya sendiri dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana dugaan akan potensi unsur logam dasar (base metal) di atas sebagai jawaban untuk
mengantisipasi kebutuhan mineral-mineral letakan menurut konsep pembentukan endapan letakan yang
terjadi di daerah telitian selain sebagai wujud pelaksanaan kegiatan dari Proyek Pengembangan Geologi
Kelautan Tematik tahun anggaran 2004.
Tujuan penelitian adalah selain untuk melengkapi data dasar geologi dan geofisikan kelautan juga untuk
mengetahui penyebaran dan besarnya kandungan dan variasi mineral letakan, khususnya mineral berat
yang prospek dan ekonomis secara lateral (horisontal) pada sedimen dasar laut maupun sedimen pantai.
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap 10 contoh singkapan di darat (dan pantai) serta 9
contoh di lepas pantai dengan menggunakan metoda Atomic Absorption Spectrometric (AAS) berhasil
mengindentifikasi besaran konsentrasi dari beberapa logam dasar seperti Au, Cu, Zn dll. Dari hasil
analisa tersebut diketahui kandungan Au berkisar antara 8 ppb di pantai Batato sekitar muara sungai
Bone sisi barat (GRTP-01) dan pantai Batudaa (GRTP-09) hingga 17.3 ppm yang dijumpai pada daerah
hulu Sungai Oluhutu di sekitar tinggian Bubotulo (GRTP-17). Konsentrasi kandungan Cu memiliki kisaran
relatif merata antara 5 ppm yang dijumpai di sebelah tenggara Pantai Molutabu timur (GRTP-20) hingga
13 ppm terdapat sangat berdekatan dengan lokasi yang memiliki konsentrasi Au tertinggi (GRTP-17A).
Sedangkan kisaran konsentrasi Pb antara 11 ppm (GRTP-20) hingga 179 ppm (GRTP-17A).
Pendeliniasian yang dilakukan dengan berdasarkan ploting kandungan unsur-unsur yang bersangkutan
dengan mempertimbangkan kondisi singkapan menghasilkan zonasi mineralisasi yang berbentuk subradier ke arah pantai dengan lokasi GRTP-17 dan 17-A sebagai pusatnya.
Hasil di atas merupakan informasi awal yang diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan
eksplorasi tahapan selanjutnya (misalnya pemboran) guna mendapatkan konsentrasi kandungan yang
lebih terukur yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi nyata bagi daerah secara langsung tentu
saja dengan tetap mengedepankan aspek keseimbangan lingkungan.

Sari

iii

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

BAB I

PENDAHULUAN

enyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral di pantai dan perairan


Teluk

Tomini

adalah

untuk

mengetahui

(identifikasi)

potensi

nirhayati dalam hal ini variasi mineral letakan dan konsentrasinya.


1.1

LATAR BELAKANG
Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Geologi Kelautan
adalah

merupakan

salah

satu

instansi

pemerintah

di

bawah

Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral yang berkewajiban dalam


kegiatan inventarisasi penyelidikan geologi dan potensi sumberdaya
mineral di seluruh wilayah perairan laut dan pesisir Indonesia.
Penyelidikan Potensi Sumberdaya Mineral Perairan Teluk Tomini,
Gorontalo yang dilakukan oleh Puslitbang Geologi Kelautan dalam hal ini
di bawah pengelolaan Proyek Pengembangan Geologi Kelautan Tematik
Pendahuluan

I-1

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
tahun anggaran 2004 adalah suatu bukti nyata dalam melaksanakan
kewajiban di atas guna pengumpulan data dan inventarisasi geologi dan
geofisika kelautan.
Kecenderungan kebutuhan akan bahan galian yang bersifat konstruksi
dan sumberdaya alam nirhayati (mineral) meningkat dengan pesat
seiring dengan pesatnya pembangunan di segala bidang. Sehubungan
dengan peningkatan tersebut, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
sumberdaya mineral harus terus ditingkatkan di seluruh wilayah
Indonesia untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.
Potensi sumberdaya mineral dan bahan galian di pantai dan dasar laut
di wilayah perairan dan pesisir akhir-akhir ini menjadi suatu alternatif
pilihan mengingat makin terbatasnya cadangan sumberdaya mineral di
daratan, mengingat sumberdaya mineral merupakan salah satu dari
banyak jenis sumber daya alam yang berpotensi untuk dapat
meningkatkan perekonomian suatu daerah.
Kenyataan bahwa Propinsi Gorontalo yang relatif masih muda juga
merupakan salah satu alasan yang melatarbelakangi kegiatan ini.
1.2

MAKSUD DAN TUJUAN


Penyelidikan Potensi Sumberdaya mineral Pantai dan Lepas Pantai di
Perairan sekitar Pantai Gorontalo, Kabupaten Gorontalo dan sekitarnya
ini, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana dugaan akan potensi di
atas sebagai jawaban untuk mengantisipasi keberadaan mineralmineral letakan menurut konsep pembentukan endapan letakan yang
terjadi di daerah telitian selain sebagai wujud pelaksanaan kegiatan
dari Proyek Pengembangan Geologi Kelautan Tematik tahun anggaran
2004.

Pendahuluan

I-2

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penyebaran dan besarnya
kandungan dan variasi mineral letakan, khususnya mineral berat yang
prospek dan ekonomis secara lateral (horisontal) pada sedimen dasar
laut maupun sedimen pantai yang tercermin dari berbagai kegiatan
seperti di bawah ini:
1) Pemetaan sebaran mineral berat di permukaan dasar laut;
2) Pemetaan kedalaman dan morfologi dasar laut;
3) Pemetaan karakter garis pantai;
4) Pemetaan sebaran sedimen permukaan dasar laut;
5) Pemetaan parameter hidro-oseanografi (pasang surut dan
kecepatan arus).
1.3 INDENTIFIKASI MASALAH
Kurangnya

informasi

mengenai

potensi

sumberdaya

mineral

(pertambangan) khususnya sumberdaya mineral pantai dan lepas


pantai, ini dapat dimengerti apabila mengingat usia Propinsi Gorontalo
yang relatif masih muda selain masih kurangnya sumber daya manusia
(juga peralatan) guna menginventarisasi segala potensi tersebut
merupakan permasalahan menonjol hingga keberadaan berikut potensi
dari sumberdaya mineral tersebut belum tergarap secara sungguhsungguh.
Sebagai solusi alternatif diperlukan suatu kegiatan penyelidikan yang
menghasilkan data yang berisi informasi mengenai letak, macam hingga
besarnya kandungan, baik kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
pusat terkait maupun kegiatan dimana peran daerah lebih menonjol
sejalan dengan semangat otonomi daerah. Untuk kedepannya karena
jenis kegiatan ini memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit selain
Pendahuluan

I-3

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
diperlukan kelengkapan peralatan yang memadai, maka kerjasama
antar instansi (dinas) di daerah dengan instansi di pusat perlu mulai
dipikirkan.
Informasi yang dimaksud selain memuat data terkini, hendaknya juga
mudah diakses, diperbaharui dan dievaluasi dengan kemampuan
menumpangtindihkan (overlayered) antara satu peta dengan peta
lainnya dalam satu tampilan sehingga memudahkan para pengambil
keputusan dalam merancang suatu kebijaksanaan. Untuk memenuhi
kondisi di atas maka segala luaran (product) informasi tersebut
haruslah bersifat digital yang dibangun dalam suatu sistim yang
dinamakan Sistim Informasi Geografis (GIS).
1.4 GEOLOGI REGIONAL
Secara regional daerah penelitian merupakan bagian dari kawasan
Indonesia Timur, yang secara geologi memiliki karakteristik yang lebih
kompleks dan rumit bila dibandingkankan dengan kawasan Indonesia
Barat. Ini dikarenakan kawasan timur Indonesia merupakan pertemuan
dari lempeng-lempeng litosfera : Eurasia yang relatif stabil di bagian
baratlaut, Lempeng Indo-Australia di bagian barat dan baratdaya yang
bergerak relatif ke timurlaut, Lempeng Pasifik di bagian timur yang
bergerak ke barat laut dan Lempeng Filipina Barat di bagian timurlaut
yang bergerak ke arah barat. Bagian timurlaut Sulawesi merupakan
akibat perputaran searah jarum jam dari lempeng kecil bagian
baratdaya Sulawesi dan Kalimantan pada masa lalu yang diikat pada
bagian baratdaya oleh sistem busur pada sesar-sesar mendatar
mengiri, dan penolakan dasar laut Sulawesi di utara oleh adanya
penujaman di Parit Sulawesi Utara. Sesar-sesar Palu dan Matano,
Pendahuluan

I-4

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
keduanya merupakan sesar-sesar aktif yang merupakan bagian dari
satu sistim sesar, meskipun hubungan antara keduanya belum dapat
dibuktikan. Berdasarkan data seismik yang ada, zona seismik benioff
memiliki kemiringan ke arah selatan dari parit Sulawesi Utara
sedangkan gunungapi aktif Una-una, terletak antara Lengan Utara dan
Lengan Timur Sulawesi, yang kemungkinan merupakan hasil dari sistim
penujaman ini.

Gambar 1.1
Geotektonik Regional Sulawesi (disederhanakan dari Silver drr.,1983; Sukamto
& Simandjuntak, 1983 & Parkinson,1996, 1997)

Pendahuluan

I-5

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
1.4.1 Struktur dan Tektonika
Struktur geologi yang utama di daerah penelitian adalah sesar, berupa
sesar normal dan sesar mendatar. Sesar normal yang terdapat di G.
Boliohuto menunjukan pola memancar, sedangkan sesar mendatar
umumnya bersifat menganan tetapi adapula yang mengiri. Sesar
tersebut memotong batuan yang berumur tua (Formasi Tinombo)
hingga batuan yang berumur muda (Satuan Batugamping Klastik).
Struktur lipatan hanya terdapat setempat, terutama pada Formasi
Dolokapa dan Formasi Lokodidi, dengan sumbu lipatan secara umum
berarah barat-timur. Kelurusan banyak tedapat di daerah ini dengan
arah yang sangat beragam. Kelurusan ini terlihat baik dengan citra
radar dan foto udara.
Kegiatan tektonik di daerah ini diduga telah berlangsung sejak Eosen
sampai Oligosen yang diawali dengan kegiatan magmatik yang
menghasilkan Satuan Gabro. Masih pada Eosen, terjadi pemekaran
dasar samudra yang berlangsung hingga Miosen Awal dan ini
menghasilkan lava bantal yang cukup luas. Kegiatan tersebut diikuti
pula oleh terjadinya retas-retas yang umumnya bersusunan basa, dan
banyak menerobos Formasi Tinombo.
Pada Miosen selain terjadi pengendapan Formasi Randangan dan
Formasi Dolokapa, terjadi pula kegiatan magmatik yang menghasilkan
diorit Bone. Diduga pada waktu itu terjadi pula penunjaman dari utara
ke arah selatan dari Laut Sulawesi, yang dikenal sebagai Jalur
Tunjaman Sulawesi Utara (Simandjuntak, 1983). Diduga penunjaman ini
mengakibatkan

kegiatan

gunungapi

yang

menghasilkan

batuan

gunungapi Bilungala dan gunungapi yang menyusun Formasi Dolokapa.


Pendahuluan

I-6

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
Kegiatan magmatik Diorit Bone yang berlangsung sampai Miosen
Tengah dilanjutkan oleh kegiatan magmatik Diorit Boliohuto yang
berlangsung

hingga

Miosen

Akhir.

Bersamaan

dengan

kegiatan

magmatik tersebut, terjadilah pengangkatan pada akhir dari Miosen


Akhir.
Pada akhir kegiatan magmatik diorit Boliohuto, terjadilah kegiatan
gunungapi yang menghasilkan Batuan Gunungapi Pani dan breksi
Wobudu. Pada waktu itu, jalur tunjaman Sulawesi Utara diduga masih
aktif, dan menghasilkan sejumlah sesar mendatar di bagian barat
daerah penelitian.
Pada pliosen terjadi pula kegiatan magmatik yang menghasilkan batuan
terobosan granodiorit Bumbulan, yang kemudian diikuti oleh kegiatan
gunungapi. Kegiatan gunungapi ini berlangsung hingga plistosen Awal
dan menghasilkan batuan gunungapi Pinogu. Pada saat itu juga terjadi
pengendapan batuan sedimen yang membentuk Formasi Lokodidi.
Sementara itu, retas-retas yang bersusunan basal, andesit dan dasit
masih terbentuk yang kemudian tidak lama lagi berhanti setelah
berakhirnya gunung kegiatan api tersebut.
Pada akhir Pliosen hingga Plistosen di daerah ini terjadi pengendapan
yang membantuk satuan Batugamping Klastik pada laut dangkal.
Sedangkan pada Plistosen Awal, terbentuklah endapan danau dan
endapan sungai tua. Ketiga satuan batuan tersebut telah mengalami
pengangkatan pada sekitar akhir plistosen.
Pada akhir Plistosen hingga sekarang terjadi proses pendataran serta
kegiatan tektonik yang masih aktif. Proses pendataran menghasilkan
endapan aluvium sedangkan kegiatan tektonik menghasilkan beberapa

Pendahuluan

I-7

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
sesar jurus mendatar di bagian timur lembar serta mengakibatkan
terangkatnya satuan Batugamping Terumbu.
1.4.2 Fisiografi Dan Morfologi
Daerah penelitian merupakan bagian dari lengan Utara Sulawesi.
Sebagian besar daearah ini ditempati oleh batuan guningapi Tersier.
Di wilayah tengah bagian timur daerah penelitian dijumpai dataran
rendah yang berbentuk memanjang, terbentang dari danau Limboto ke
lembah Paguyaman yang diduga pada awalnya merupakan danau.

Foto 1.1
Morfologi pedataran lembah merupakan sisa danau

(foto koleksi: N. Cahyo)

Daerah yang dipetakan dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi;


satuan pegunungan berlereng terjal, perbukitan bergelombang dan
satuan

dataran

rendah.

Satuan

pegunungan

berlereng

terjal

menempati bagian tengah dan utara daerah penelitian dengan


beberapa puncaknya antara lain G. Tentolomatinan (2207 m), G.
Bondalo (918 m), G. Pentolo (2051 m), G. Bian (1620 m), G. Pomonto
Pendahuluan

I-8

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
(1490 m), G. Lemuli ( 1920 m), G. Boliohuto (2065 m), serta G.
dolokapa (1770). Satuan morfologi ini terutama ditempati oleh batuan
gunungapi tersier dan batuan plutonik.
Satuan perbukitan bergelombang terutama dijumpai di daerah selatan
dan disekitar Tolotio. Satuan ini pada umumnya menunjukan bentuk
puncak membulat dengan lereng yang relatif landai dan berjulang
kurang dari 200 m. satuan morfologi perbukitan bergelombang
terutama ditempati oleh batuan gunungapi dan batuan sedimen
berumur Tersier hingga Kuarter.
Satuan dataran rendah dijumpai di daerah selatan daerah penelitian,
disepanjang pesisir selatan. Di lembah Paguyaman dan di sekitar danau
Limboto umumnya ditempati oleh aluvium dan endapan danau.
1.4.3 Stratigrafi Regional
Berdasarkan stratigrafi regional, daerah penelitian terdiri dari
beberapa formasi, yaitu:
Qal

ALUVIUM dan ENDAPAN PANTAI : Pasir, Lumpur, dan Krikil:

di sekitar Tumani, Poopo, dan di sebelah utara Telaga Mooat


batuannya agak mengeras dan sedikit berubah bentuk. Di daerah
Tawaang satuan ini sulit dipisahkan dari satuan Qs yang terdapat di
Lembar Manado.
Ql

BATUGAMPING TERUMBU : Batugamping koral. Batugamping

koral berwarna putih dan umumnya pejal. Satuan ini sebagian sudah
terangkat membentuk perbukitan sedang sebagian lainnya masih
berkembang terus di bawah permukaan laut hingga sekarang. Umurnya
di perkirakan Plistosen Akhir hingga Holosen. Satuan ini dijumpai di
dekat Danau Limboto, di pantai selatan bagian timur dan di pantai
Pendahuluan

I-9

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
utara bagian barat dari lembar ini. Ketinggian dari satuan ini ada yang
mencapai 100 m di atas permukaan laut.
Qpl

ENDAPAN DANAU : Batulempung, Batupasir dan Kerikil.

Endapan ini pada umumnya didominasi oleh Batulempung yang berwarna


abu-abu kecoklatan; setempat mengandung sisa tumbuhan dan Lignit.
Di beberapa tempat terdapat Batupasir berbutir halus hingga kasar,
serta Kerikil. Pada batupasirnya setempat terdapat struktur Silang
siur berskala kecil.
Umumnya satuan ini masih belum padu. Umurnya diperkirakan Plistosen
sampai Holosen. Sebaran batuan ini terutama menempati daerah
lembah Paguyaman dan di sekitar danau Limbioto. Ketebalannya
mencapai 94 m, dialasi oleh batuan Diorit (Trail, 1974).
QTs

MOLASA CELEBES SARASIN DAN SARASIN (1901) :

Konglomerat, Breksi, dan Batupasir. Konglomerat tersusun dari


Andesit, Granit, Batupasir putih, dan kepingan Batugamping kelabu
berukuran krikil sampai brangkal; setempat-setempat dengan sisipan
batupasir kelabu dengan tebal 15 sampai 30 cm, sebagian besar
mengeras lemah. Breksi terdiri dari kepingan Andesit, Granit, Basal;
berukuran krikil sampai krakal. Singkapan kecil yang tidak dapat
dipetakan di sebelah timur Sangkup di pantai utara yang terdiri dari
Batupasir halus hingga kasar berlapis baik dengan kemiringan rendah,
barangkali termasuk Molasa Celebes. Satuan ini terjadi di dalam
cekungan-cekungan kecil, dan diperkirakan berumur Pliosen hingga
Plistosen.
QTv

BATUAN GUNUNGAPI : Breksi gunungapi, Tufa, dan Lava.

Singkapan Breksi gunungapi yang terjadi terutama di sekitar


Pendahuluan

I-10

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
Pegunungan Bone, Gunung Mongaladia dan Pusian terdiri breksi
gunungapi yang berkomposisi Andesit Piroksen dan Dasit. Tufa yang
terutama tersingkap di daerah sekitar Gunung Lemibut dan Gunung
Lolombulan kebanyakan berbatu apung, kuning muda, berbutir sedang
sampai kasar, setempat mengandung sisipan batuan gunungapi yang
bersifat menengah sampai basa. Lavanya kelabu muda hingga tua,
pejal, dan umumnya berkomposisi Andesit Piroksen.
Termasuk ke dalam satuan ini adalah batuan Gunungapi Pinogu yang
diperkirakan berumur Pliosen hingga Plistosen.
Tmbo DIORIT BOLIOHUTO : Diorit dan Granodiorit. Satuan ini
terdiri dari batuan Diorit sampai Granodiorit yang mengandung kuarsa
sampai 20 % dengan kandungan Feldspar dam Biotit yang cukup
menonjol. Di beberapa tempat dijumpai Senolit bersusunan basa,
menunjukan kemungkinan batuan dioritan tersebut berasosiasi dengan
batuan basa jauh di bawah permukaan. Batuan ini menerobos Formasi
Dolokapa.
Tml

BATUGAMPING : Kelabu terang, pejal, mengandung pecahan

batuan Gunungapi Hijau. Batugamping ini sebagian membentuk lensalensa di dalam batuan sedimen (Tms). Fosil-fosil yang dikandungnya

Lepidocyclina (Eulepidina) sp., Lepidocyclina parva (OPPENOORTH),


Lepidocyclina sumatrensis (BRADY), Lepidocyclina eppioides (JONES
& CHAPMAN), Myogypsinoides sp., Spriroclypeus sp., Operculina sp.,
dan ganggang gampingan. Umur satuan ini adalah Miosen awal sampai
Miosen akhir.
Tmv/ Tmvl

BATUAN GUNUNGAPI : Breksi gunungapi, Aglomerat,

dan Lava; mengandung sisipan Batupasir, Batulanau, Serpih, dan


Pendahuluan

I-11

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
Batugamping. Breksi gunungapi dan Aglomerat tersusun dari pecahan
batuan bersifat menengah sampai basa, kelabu dan hijau, pejal,
sebagian terkersikkan kelabu muda, kompak, berbutir halus. Lava,
kelabu

kehijauan,

berkristal

halus

sampai

sedang;

sebagian

mengandung urat Kalsit, Pirit, dan Kalkopirit; terdiri dari Andesit


Hipersten, Andesit Horblende dan Dasit. Lava yang dapat dipetakan
(Tmvl) di sebelah timur Danau Mala terdiri dari dasit. Sisipan
batugamping kelabu mengandung fosil
(BRADY),

Lepidocyclina

cf.verbeeki

Lepidocyclina sumatrensis
(NEWTON

&

HOLLAND),

Lepidocyclina parva (OPPENOORTH), Myogypsina thecidaeformis


(RUTTEN), dan Austrotrillina howchini (SCHLUMBERGER). Umur
satuan batuan ini adalah Miosen awal sampai Miosen tengah. Termasuk
ke dalam satuan ini adalah batuan Gunungapi Bilungala.
BATUAN TEROBOSAN : batuan terobosan ini terutama terdiri dari
Granit (gr), Granodiorit (gd), dan Diorit (di); setempat-setempat
terjadi pula Trakit Gabro (gb), dan Lamprofir (lp); mungkin terjadi
dalam beberapa kala. Di beberapa tempat sekitar kontak batuan
terobosan mineralisasi terjadi dan terlihat mineral-mineral Pirit, dan
Kalkopirit. Rupanya batuan terobosan ini menerobos batuan-batuan
yang lebih tua daripada batuan gunungapi Qtv.
Teot

FORMASI TINOMBO : Lava basal, Lava andesit, Breksi

gunungapi; dengan selingan Batupasir wake, Batupasir hijau, Batulanau,


Batugamping merah, Batugamping kelabu dan sedikit batuan yang
termetamorfkan.
Lava basal dijumpai sebagai Basal masif, Basal terkekarkan dan Basal
berstruktur bantal. Lava bantal masif berwarna abu-abu tua,
bertekstur hipokristalin-porfiri afanitis, dengan hablur sulung terdiri
Pendahuluan

I-12

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
dari plagioklas dan piroksen. Lava basal terkekarkan berwarna abuabu tua sampai abu-abu kehijauan, banyak mengandung Barik kuarsa,
mengalami kloritisasi dan pengepidotan, serta mengalami pengisian
oleh Zeolit.
Lava berstruktur bantal, yang sebagian bersusunan spilit berwarna
abu-abu tua, dan sering dijumpai Zeolit sebagai mineral pengisi. Lava
bantal bertekstur hipokristalin-porfiroafanitik, dengan hablur sulung
utamanya berupa piroksen dan plagioklas telah teralbitkan, serta
berubah menjadi karbonat. Di beberapa tempat dijumpai karbonat
atau kalsit sebagai pengisi rongga-rongga atau sebagai urat-urat.
Sedangkan lava yang bersusunan Andesit berwarna abu-abu dan
bertekstur hipokristalin-porfiritik, serta tidak banyak dijumpai dalam
formasi ini.
Breksi gunungapi berwarna abu-abu tua, berukuran butir sekitar 2 6
cm, sangat kompak, berkemas tertutup, berkomponen batuan basalan,
serta dijumpai dalam jumlah sedikit di antara lava.
Batupasir wake berwarna kelabu, setempat bersifat gampingan,
mempunyai ukuran butir halus sampai sedang, dan sangat kompak.
Struktur perarian sejajar dijumpai pada batuan ini.
Batupasir hijau berbutir sedang, sangat kompak dan keras dan
berlapis tipis dengan ketebalan lapisan sekitar 1 cm. Sedangkan
batulanaunya berwarna abu-abu dan abu-abu kehitaman, sangat
kompak, sebagian gampingan, serta mempunyai struktur perarian
sejajar di beberapa tempat.
Batugamping merah umumnya berwarna merah kecoklatan, berbutir
sangat halus, sangat kompak dan keras serta memperlihatkan pecahan
Pendahuluan

I-13

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
konkoidal. Batugamping ini dijumpai sebagai lapisan berselingan dengan
batugamping abu-abu, batulanau dan batupasir, dan juga dijumpai
sebagai pengisi di antara struktur bantal pada lava basal. Sedangkan
batugamping abu-abu pada umumnya sangat kompak dan pejal, dan
dijumpai dalam jumlah sedikit.
Batuan termetamorf rendah dijumpai hanya di dekat G. Tamboo dan di
dekat G. Annual, dan diduga terbentuk karena pengaruh sesar. Batuan
ini terdiri dari Milonit, Filit dan basal terdaunkan. Milonit berwarna
coklat, terkekarkan, secara megaskopis menunjukan perpaduan yang
buruk, berbutir halus sampai sekitar 2 mm; tersusun oleh Kuarsa
polikristalin, Serisit dan Oksida besi. Serisit dan Oksida besi juga
dijumpai sebagai mineral pengisi pada kekar. Filit berwarna abu-abu,
mununjukan perdaunan terbuka yang terbentuk oleh penjajaran
mineral Kuarsa dan Aktinolit; serta bertekstur subidioblastik dan
nematoblastik yang tersusun oleh mineral-mineral Aktinolit, Muskovit,
Serisit,

Kuarsa,

Plagioklas

dan

sedikit

mineral

kedap

cahaya.

Sedangkan Basal terdaunkan berwarana abu-abu, dengan struktur


pendaunan terlihat pada bagian luar singkapan, sedangkan pada bagian
dalamnya masif, dan ini diduga sebagai akibat metamorf kataklastik.
Batuan ini berstruktur amigdaloid yang terisi oleh Zeolit. Tekstur
asal dalam batuan ini masih dapat dikenali, yaitu hipokristalinporfirioafanitik, dengan mineral kedap cahaya, Klorit juga dijumpai
sebagai ubahan dari Hornblenda.
Formasi Tinombo tersingkap luas di daerah penelitian, melampar dari
barat daerah {Popayato) sampai timur (sebelah selatan Tolotio). Lava
bantal yang bersusunan Basal dan Basal sepilitan tersingkap baik di
sepanjang aliran S. Lemito dan S. Malango, sepanjang lebih kurang 20
Pendahuluan

I-14

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
km, yang diselingi oleh batuan sedimen. Formasi Tinombo ini diduga
merupakan alas bagi satuan batuan lain di daerah ini.
Kandungan fosil didaerah ini sukar untuk didapatkan, baik di Lapangan
maupun pada analisis di Laboratorium. Trail (1974) mengungkapkan
bahwa kemungkinan umur Formasi ini adalah Eosen hingga Miosen
Awal. Sedangkan Ratman (1976) dan Sukamto (1975) menyebutkan
bahwa Formasi Tinombo atau batuan sejenisnya berumur Mesozoikum
Akhir hingga sekitar Oligosen. Berdasarkan posisi stratigrafi, Formasi
Tinombo tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Randangan yang
diperkirakan berumur Miosen Tengah hingga Awal dari Miosen Akhir.
Penentuan umur pada Lava basal dari Formasi ini di Lembar
Kotamobagu oleh Samodra menunjukan umur 51,9 juta tahun, atau
Eosen Awal, oleh karena itu Formasi Tinombo diperkirakan berumur
Eosen hingga Oligosen. Tebal Formasi ini diperkirakan mencapai ribuan
meter.
Berdasarkan

komposisi batuan Basal sepilitan dan himpunan batuan

sedimennya, Formasi Tinombo diperkirakan terbentuk pada lingkungan


laut dalam. Nama formasi ini diambil dari daerah Tinombo di lengan
utara Sulawesi, dan pertama kali diperkenalkan oleh (Ahlburg 1913,
dalam Sukamto, 1973); (Gambar 1.2)

Pendahuluan

I-15

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 1.2
Peta Geologi Lokasi Kegiatan dan sekitarnya (sumber: Puslitbang Geologi, 1997)
Pendahuluan

I-1

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

B A B II

PROFIL WILAYAH

eluk Tomini merupakan salah satu teluk terbesar di Indonesia


dengan luas sekitar 59.500 km2. Berikut di bawah ini sekilas
dipaparkan mengenai kondisi umum dan kondisi fisik wilayah pesisir

sekitar Teluk Tomini yang diharapkan dapat memberikan gambaran awal


mengenai lokasi kegiatan.
2.1

KONDISI UMUM
Deskripsi Geografis
Pantai dan Perairan Teluk Tomini yang merupakan daerah lokasi
kegiatan sesungguhnya adalah merupakan daerah pesisir (coastal zone)
yakni wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling
berinteraksi. Propinsi Gorontalo merupakan propinsi hasil pemekaran

Profil Wilayah

II-1

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
dari propinsi sulawesi Utara berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 38
tahun 2000.
Secara geografis Propinsi Gorontalo terletak diantara 1210804 1233209 BT dan 002404 - 010230 LU dan berbatasan masingmasing dengan:
Utara dengan Laut Sulawesi; Selatan dengan Teluk Tomini;
Timur dengan Propinsi Sulawesi Utara dan sebelah barat
dengan Propinsi Sulawesi Tengah.
Propinsi Gorontalo terletak di dataran yang berbentuk semenanjung
dan diapit oleh dua perairan yakni Laut sulawesi di sebelah utara dan
Teluk Tomini di sebelah selatan. Memiliki 58 pulau-pulau kecil yang
tersebar di kabupaten-kabupaten, menempati areal seluas 12.215,45
km2 atau 0,15% dari luas Indonesia dan memiliki garis pantai
sepanjang 560 km dengan luas laut 10.500 km2.
Propinsi Gorontalo terdiri atas 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu
kabupaten Gorontalo dengan luas 3.354,67 km2 (27,58%), Kabupaten
Boalemo dengan luas 2.567,36 km2 (16,31%), Kota Gorontalo dengan
luas 64,80 km2 (0,53%) dan 2 kabupaten baru yang terbentuk pada
awal tahun 2003, yakni Kabupaten Pohuwato dengan luas 4.244,31 km2
(34,89%) serta Kabupaten Bone Bolango dengan luas 1.984,31 (16,31%).
Propinsi Gorontalo diapit oleh 2 perairan yakni pantai utara yang
berada di kawasan utara berhadapan dengan ZEE Laut Sulawesi dan
perairan pantai selatan (Teluk Tomini) di kawasan selatan. Perairan
Teluk Tomini ini adalah perairan semi tertutup, memanjang dari barat
ke timur dengan mulut teluk berada di timur berhadapan dengan Laut
Maluku. Teluk Tomini adalah satu-satunya teluk besar yang berada di
garis khatulistiwa.
Profil Wilayah

II-2

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
Posisi Teluk Tomini sendiri secara administrasi mencakup 3 (tiga)
wilayah propinsi dan 7 (tujuh) kabupaten/ kota, yakni:
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bolaang
Mongondow (Propinsi Sulawesi Utara), Kabupaten Gorontalo,
Kota Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwatu
dan Kabupaten Bone Bolango (Propinsi Gorontalo);
Sebelah

barat

berbatasan

dengan

Kabupaten

parimo

(Propinsi Sulawesi tengah);


Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Poso dan
Kabupaten Banggai (Propinsi Sulawesi Tengah)
Secara topografis kedua perairan tersebut memiliki perbedaan yang
cukup menyolok dimana perairan pantai utara relatif lebih landai
(terutama di Teluk Kwandang) dimana kedalaman 200 meter masih
dapat dijumpai hingga 25 km dari garis pantai. Hal yang sangat
berbeda dijumpai di pantai selatan, dimana dasar lautnya lebih curam
dimana sedalam 200 meter hanya dapat ditemui hingga 10 km dari
garis pantai. Keadaan pasang surut (pasut) di daerah ini dipengaruhi
oleh rambatan pasut dari Samudra Pasifik yang masuk melalui Laut
Sulawesi dan Laut Maluku. Tipe pasang surut di kedua perairan ini
adalah campuran dengan dominasi pasut ganda.
Bertolak dari batasan pesisir yang ada, maka 80% wilayah Propinsi
Gorontalo adalah kawasan pesisir. Hal ini juga diindikaskan oleh sosiokultural

masyarakat

yang

kehidupannya

sangat

erat

dengan

sumberdaya pesisir, selain jumlah desa pesisir yang mencapai 38%


(137 desa) dari 363 desa yang masuk dalam 13 kecamatan.

Profil Wilayah

II-3

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
Kondisi keadaan alam di daerah ini di selatannya di sepanjang pantai
merupakan daerah yang berbukit-bukit sedangkan pantai utara
sebagian besar merupakan hamparan hutan mangrove atau dataran
pantai sebagai lanjutan dari pegunungan. Sekitar 69,7% wilayah prop.
Gorontalo terdiri atas hamparan lahan dengan kemiringan lereng lebih
dari 40% disusul oleh kelas lereng datar (0-2%) dan kelas-kelas
lainnya.

Foto 2.1

Morfologi perbukitan Lokasi Kegiatan (sisi utara Teluk Tomini)


(foto koleksi: N. Cahyo)

Sedangkan deskripsi geografis yang menjadi lokasi kegiatan adalah


teluk tomini dalam lingkup administrasi Propinsi Gorontalo secara
geografis kurang lebih menempati posisi 122.85BT - 123.4BT dan
0.25 LU - 0.55 LU (Gambar 2.1)

Profil Wilayah

II-4

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 2.1

: Lokasi Kegiatan
Deskripsi Kependudukan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2001, jumlah penduduk


dikawasan Teluk Tomini mempunyai kepadatan yang bervariasi.
Tabel 2.1

Luas Wilayah, Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Sebagian Kawasan
Teluk Tomini Tahun 2001
No.
1.

Profil Wilayah

Kabupaten

Kecamatan

Bolaang Mongondow

Luas

Jumlah

Kepadatan

8358.04

427958

51.20

Binatauna

348.94

11488

32.92

Sangtombolang

1344.16

15476

11.51

Poigar

322.84

15821

49.01

Kaidipang

200.68

17986

89.63

Pinolosian

809.9

18104

22.35

Lolak

374.54

20078

53.61

Bolaang Itang

739.39

22491

30.42

II-5

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

2.

3.

Profil Wilayah

Bolaang

213.23

23056

108.13

Bolaang Uki

1122.43

28549

25.43

Modayang

195.42

28782

147.28

Kotabunan

699.18

29753

42.55

Lolayan

417.25

34475

82.62

Passi

260.93

34893

133.73

Kotamobagu

29.6

60576

2046.49

Dumoga

1279.55

66430

51.92

64.79

134198

2071.28

Kota Barat

19.26

28137

1460.90

Kota Selatan

28.82

64434

2235.74

Kota Utara

16.71

41627

2491.14

5388.08

488340

90.63

Anggrek

Atinggola

259.96

14476

55.69

Batudaa

298.05

55115

184.92

Batudaapantai

162.25

17250

106.32

Boliyohuto

541.6

65804

121.50

Bonepantai

517.2

27775

53.70

Bongomeme

Kabila

356

35077

98.53

Kwandang

560

44520

79.50

Limboto

253.2

53450

211.10

Motilango

Sumalata

759.82

23113

30.42

Suwawa

771.6

20578

26.70

Tapa

339.6

25484

75.04

Telaga

168.8

52749

312.49

Telagabiru

Tibawa

400

52949

132.37

Tolangohula

Tolinggula

Kota Gorontalo

Kabupaten Gorontalo

II-6

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
2.2 KONDISI FISIK
Iklim
Bulan basah berlangsung selama 7 - 9 bulan dan bulan kering 1 - 3
bulan. Curah hujan berlangsung secara tidak merata yaitu tertinggi
terjadi pada bulan Desember - Januari dan bulan Juni - Juli. Suhu
udara berkisar antara 29,4C hingga 30C.
Tanah
Pedogenesa (jenis tanah yang terbentu) di daerah setempat erat
kaitannya dengan litologi di daratan kawasan Teluk Tomini. Tanah di
daerah kepulauan umumnya terbentuk dari bahan induk tanah berupa
batu gamping, napal, aluvium dan sedikit granit, kuarsit dan filit.
Jenis tanah yang banyak dijumpai di wilayah kepulauan Teluk Tomini
adalah kambisol, mediteran, latosol, regosol dan aluvial. Tanah alluvial
pantai yang berlumpur memiliki potensi untuk pengembangan budidaya
tambak ikan karena potensi dan frekuensi inundasi yang tinggi, seperti
yang ditemukan di sebagian besar pesisir Gorontalo bagian selatan.
Tanah latosol banyak terdapat pada dataran tinggi yang mempunyai
kemiringan lereng landai hingga agak curam, sehingga berdasarkan
ketersediaan air/ lengas tanah (soil moisture) - daerah dengan tanah
ini sesuai untuk pengembangan perkebunan jagung, kopi, kakao,
cengkeh, lada dan lain-lain.
Vegetasi dan Penggunaan Lahan
Pada kawasan lereng pegunungan atau dataran tinggi, vegetasi yang
dominan adalah tanaman keras perkebunan dan hutan. Tanaman
perkebunan dijumpai di Kabupaten Banggai dan Kabupaten Bolaang
Profil Wilayah

II-7

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
Mongondow terutama kelapa. Hutan banyak tumbuh di Kabupaten Poso
dan Kabupaten Banggai. Vegetasi semusim (padi dan palawija) banyak
tumbuh di dataran rendah yang mempunyai cukup air, misalnya di
Kabupaten Bolaang Mongondow yang merupakan lumbung padi Sulawesi
Utara.
Penggunaan lahan (land use) untuk pemukiman terutama terdapat di
daerah dataran rendah yang mempunyai akses bebas ke arah perairan
Teluk Tomini. Intensitas penggunaan lahan sebagai pemukiman
memperlihatkan kecenderungan ke arah dataran rendah sepanjang
pesisir Teluk Tomini dengan konsentrasi tinggi terdapat di Kota
Gorontalo yang mempunyai pelabuhan besar sebagai transit seluruh
komoditas dari dan ke Kawasan Pengelolaan terpadu (Kapet) Batui dan
Bitung. Selain digunakan sebagai lahan pemukiman, dataran rendah
juga dimanfaatkan sebagai lahan persawahan, terutama pada dataran
rendah yang mempunyai infrastruktur terbatas untuk akses ke
perairan.
Temperatur
Temperatur rata-rata permukaan laut perairan teluk Tomini sepanjang
tahunnya secara umum mempunyai kisaran 27 30 UC (BRKP,2002).
Sedangkan hasil simulasi model hidrodinamika 3 dimensi Ningsih
memperlihatkan sebaran perubahan temperatur permukaan laut di
perairan Telik Tomini pada bulan agustus (musim timur) berkisar lebih
dari 1 UC hingga 3 UC.
Perubahan temperatur permukaan laut yang besar merupakan indikasi
terjadinya fenomena upwelling. Fenomena upwelling adalah gerakan
masa air secara vertikal dari lapisan dalam (50 200 meter) ke
permukaan laut akibat adanya divergensi (kekosongan massa) di
Profil Wilayah

II-8

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
permukaan. Daerah upwelling merupakan daerahyang subur karena
gerakan masa air dari lapisan dalam banyak membawa zat-zat hara
yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang pada gilirannya
merupakan makanan zooplankton, yang berpotensi habitat bagi
populasi ikan.
Daerah upwelling yang ditandai dengan perubahan temperatur yang
membesar, terjadi disekitar perairan Teluk Tomini, kepulauan Togean,
serta di perairan utara dan selatan Gorontalo, intensitasnya semakin
menguat. Di beberapa daerah lain juga terjadi perubahan temperatur
yang membesar atau upwelling, diantaranya adalah disepanjang pantai
Manado dan Bitung dengan intensitasnya yang cukup kuat.
Salinitas
Salinitas rata-rata permukaan laut perairan teluk Tomini sepanjang
tahunnya secara umum mempunyai kisaran 32 34 psu (BRKP.2002)
dan di periran disekitar mulut teluk lebih tinggi daripada perairan
bagian dalam teluk. Kondisi salinitas ini cukup mendukung untuk
dikembangkannya budidaya perikanan di kawasan teluk.
2.3 KARAKTERISTIK WILAYAH PESISIR PROPINSI GORONTALO
Kondisi perairan pantai di Propinsi Gorontalo tergolong relatif tenang,
baik yang berbatasan dengan Teluk Tomini maupun Laut Sulawesi.
Kondisi perairan pantai yang cukup tenang ini, sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai lokasi budidaya laut, seperti budidaya rumput
laut, ikan-ikan, karang, teripang, kerang mutiara dan budidaya pantai
seperti tambak udang dan bandeng. Disamping potensi tersebut pesisir
Gorontalo juga memiliki sumberdaya nirhayati (seperti potensi mineral
letakan di pantai dan lepas pantai, dibahas dalam bab tersendiri) selain
Profil Wilayah

II-9

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
potensi pariwisata, seperti wisata bahari yang sesungguhnya cukup
prospektif namun belum dimanfaatkan secara optimal, baik oleh
masyarakat, pemerintah maupun investor. Ini tiada lain disebabkan
karena

untuk

mengembangkan

sektor

tersebut

perlu

mempertimbangkan faktor lain yang tak kalah penting seperti


penyediaan fasilitas dan aksesbilitas yang memerlukan penanganan
secara

terpadu

dan

lintas

sektoral

selain

sikap

sosio-kultur

masyarakat yang mendukung.

Profil Wilayah

II-10

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

B A B III

METODOLOGI

ntuk menjawab segala permasalahan dan menghasilkan sasaran seperti


yang

diharapkan,

maka

diperlukan

beberapa

metoda

kegiatan

pekerjaan baik di lapangan ataupun di laboratorium seperti berikut di bawah


ini:

3.1 SISTIM POSISI PENGAMBILAN DATA


Penentuan posisi dan lintasan survey dari seluruh kegiatan lapangan
yang diinstal di kapal menggunakan Global Positioning System (GPS)
type Garmin 235 yang telah diintegrasikan dengan Personal Computer
(PC) atau laptop sehingga dapat langsung diakses dan diproses di
lapangan

sedangkan

untuk

kegiatan

di

darat

dan

pantainya

menggunakan Garmin III plus. Alat ini bekerja dengan dukungan


Metodologi

III-1

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
minimal 8 (delapan) satelit, dimana setelah diaktifkan dan deprogram
akan terlihat posisi titik-titik koordinat secara geografis dalam
bentuk lintang dan bujur dengan bidang proyeksi Universal Transver
Mercator (UTM) yang dapat disimpan dan langsung dibaca pada layer
monitor, dimana PDOP yang diambil kurang dari 2.
Pengambilan data lintasan penelitian kedalaman dasar laut dilakukan
dengan rentang waktu setiap 1 (satu) menit, begitu pula untuk data
lintasan seismik. Sebelum melaksanakan pengambilan data, target
posisi kapal disesuaikan dengan rencana lintasan yang telah diplot
kedalam perangkat GPS, sehingga semua olah gerak kapal, termasuk
arah haluan (heading), posisi kapal (pos), arah terhadap target
berikutnya (azimuth) maupun jaraknya dapat dipantau dan diikuti
melalui monitor.
Alat penunjang penentu posisi adalah theodolit, waterpass yang
dilengkapi oleh statif dan rambu ukur. Datum yang digunakan dalam
survei ini adalah WGS-84 sesuai datum pada peta dasar.
3.2 PENELITIAN DAN PEMETAAN GEOLOGI KAWASAN PANTAI
3.2.1 Pemetaan Karakteristik Pantai
Pantai adalah suatu tempat di muka bumi yang selain sangat dinamis
juga sangat kompleks, daerah ini memiliki perubahan yang sangat
cepat mulai dalam rentang waktu yang sangat pendek (jam) atau
bahkan rentang waktu yang panjang (tahunan) dimana proses-proses
tersebut berasal dari darat, laut dan udara. Selain itu tempat ini
juga sangat kompleks dari segi penanganannya, karena biasanya
melibatkan beberapa institusional.

Metodologi

III-2

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
Pengamatan dari kegiatan ini dilakukan secara langsung dan visual
dengan memperhatikan segala fenomena yang terkait dengan
berbagai proses yang terjadi langsung di sepanjang garis pantai
secara deskriptif. Karena pengamatan yang dilakukan secara
langsung, hasil dari kegiatan ini sangat bergantung pada waktu saat
pengamatan dilakukan, baik itu berupa jam (pasang atau surut) atau
musim (penghujan atau kemarau).
Hal utama yang diamati yang mendasari kriteria pembagian
karakteristik pantai nantinya, adalah: jenis material pantai dan
litologi penyusun tebing pantai, morfologi atau relief pantai serta
proses pantai yang menyertainya.
3.2.2 Pengambilan Contoh Sedimen Pantai Dan Darat
Kegiatan pengambilan contoh sedimen pantai dan darat umumnya
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemetaan karakteristik pantai,
untuk pengambilan contoh di daratnya hingga ke arah hulu dilakukan
bila ditemukan indikasi keterdapatan mineral logam yang menarik di
pantainya.
Pekerjaan

ini

dimaksudkan

untuk

mencari

sedimen

kasar

di

pantainya, dimana mineral berat diduga terakumulasi sehingga dapat


dijadikan semacam kontrol mengenai keberadaan di lautnya.
3.3 PENELITIAN GEOLOGI DASAR DAN BAWAH LAUT
3.3.1 Pemeruman
Pemeruman

(sounding)

dimaksudkan

untuk

mengukur

dan

mengetahui kedalaman dasar laut daerah penelitian berikut pola


morfologi dasar lautnya. Kegiatan ini menggunakan alat perum
Metodologi

III-3

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
gema (echosounder) merk Odom Hydrotrack (Gambar 3.1) yang
bekerja dengan prinsip pengiriman pulsa energi gelombang suara
melalui transmitting transducer secara vertikal ke dasar laut.
Kemudian gelombang suara yang dikirim ke permukaan dasar laut
dipantulkan kembali dan diterima oleh receiver tranducer.
Sinyal-sinyal tersebut diperkuat dan direkam pada recorder
dalam bentuk grafis maupun digital.
Posisi transducer echosounder berada 0,5 meter dari permukaan
air di sebelah kiri kapal dan berjarak lebih-kurang 3 meter dari
antena GPS.

Foto 3.1
Instrumen pengukur kedalaman dasar laut tipe Odom Hydrotrack

3.3.2 Pengambilan Contoh Sedimen Dasar Laut


Kegiatan ini diarahkan pada sedimen permukaanya dengan
menggunakan

Metodologi

Alat

percontoh

comot

(grab sampler) yang

III-4

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
dilakukan pada bagian permukaan dasar lautnya, biasanya untuk
sedimen kasar yang bersifat lepas dan urai (Foto 3.2).

Foto 3.2
Alat pemercontoh comot (grab sampler)

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis dan pola


sebaran
sehingga

sedimen

permukaan

memudahkan

untuk

dimana

mineral

proses

kegiatan

terakumulasi,
selanjutnya.

Pengambilan contoh sedimen permukaan ini akan dilakukan secara


acak namun disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai
dengan interval jarak antar lokasi sesuai dengan kepentingan dan
dapat mewakili daerah penelitian secara keseluruhan.

Metodologi

III-5

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
3.3.3 Seismik Pantul Dangkal
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh ketebalan lapisan
termuda

(isopach)

terutama

yang

diduga

sebagai

tempat

terakumulasinya mineral berat permukaan dasar laut dan untuk


mengetahui penyebaran serta penerusannya secara horisontal
berikut interpretasi ketebalannya.
Metoda ini menggunakan sistem perangkat seismik pantul dangkal
berresolusi tinggi tipe uniboom/ boomer (Foto 3.3) dengan
sumber energi 300 joule, lintasan kurang lebih bersamaan dengan
lintasan pemeruman. Metoda ini merupakan metoda yang dinamis
dan menerus dengan memanfaatkan hasil pantulan gelombang
akustik oleh bidang pantul akibat adanya perbedaan berat jenis
pada bidang batas antara lapisan sedimen yang satu dengan yang
lainnya. Gelombang atau signal yang dipantulkan oleh permukaan
dasar laut akan ditangkap oleh hydrophone yang diletakkan 8-12
meter di belakang buritan kapal dan dikirim melalui kabel
hydrophone sepanjang 3-5 meter untuk direkam oleh graphic

recorder . Filter dibuka antara 800 hingga 6000 Hz. Perekaman


menggunakan kecepatan firing 1 second dan kecepatan sweep
dan second kemudian direkam menggunakan graphic recorder
EPC-3200 (Foto 3.4).

Metodologi

III-6

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

b.

Foto 3.3
Perangkat seismik uniboom (katamaran,3.3a dan hidrofon,3.3b)

Foto 3.4
Panel perekaman data seismik analog dari model EPC 3200

Metodologi

III-7

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
3.4

PENGAMATAN DINAMIKA AIR LAUT

3.4.1 Pasang Surut


Pasang surut adalah proses naik turunnya (elevasi) muka laut
secara hampir periodik karena pengaruh gaya tarik benda-benda
angkasa, terutama bulan dan matahari. Untuk memprediksi
kondisi

pasut

dengan

akurasi

yang

baik

diperlukan

data

pengukuran paling sedikit selama 15 hari. Tujuan dari pengamatan


pasang surut adalah untuk menghitung tinggi muka laut rata-rata
guna pembuatan peta batimetri.
Pengamatan pasang surut pada penyelidikan ini dilakukan dengan
menggunakan rambu ukur (peal schaal) yang ditempatkan di lokasi
pengamatan pelabuhan Feri Gorontalo (Foto 3.5).

Foto 3.5
Rambu pasang surut

Metodologi

III-8

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
3.4.2 Arus
Pengukuran arus dilakukan dengan cara statis, yaitu dengan
memasukan instrumen pengukur arus valeport 106 (Foto 3.6)
pada kedalaman 1, 5, 15 dan 20 meter dengan waktu pengamatan
selama 26 jam. Dari hasil pengukuran ini diperoleh informasi
mengenai kecepatan dan arah dominan arus dari setiap kedalaman
yang diamati.

Foto 3.6
Perangkat Pengukur arus digital tipe
valeport 106. (a ; display monitor dan

b; instrumen sensor)

3.4.3 Gelombang
Pengamatan gelombang tersebar pada beberapa lokasi yang
dianggap representatif untuk menerangkan proses dinamika
oseanografi

di

daerah

penelitian.

Hasil

pengamatan

yang

dilakukan secara visual dengan alat bantu kompas dan rambu


Metodologi

III-9

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
pengukur, berupa arah relatif datangnya gelombang yang diplot
pada setiap stasiun pengamatan yang kemudian disebandingkan
dengan

data

angin

tahunan

dari

stasiun

terdekat

untuk

mengetahui arah dominan angin khususnya angin yang dianggap


dapat membangkitkan gelombang yaitu yang memiliki kecepatan
diatas 10 knot.
3.5

PEMPROSESAN & ANALISIS DATA GEOLOGI


Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan di lapangan, baik
merupakan kegiatan analisa di laboratorium maupun kegiatan
penafsiran dari data-data yang diperoleh di lapangan. Kegiatan ini
pada dasarnya meliputi:

3.5.1 Analisa Besar Butir (Granulometri)


Didahului dengan pengamatan megaskopis hasil dari kegiatan
pengambilan contoh sedimen permukaan maupun pemboran.
Analisa ini dilakukan dengan cara pengayakan dalam suatu urutan

mesh dengan bukaan yang berbeda (mulai dari ukuran 2 phi, yang
terbesar hingga 4 phi merupakan ukuran yang terkecil dengan
interval mesh antar fraksi adalah 0,5 phi), selain itu dilakukan
juga dengan metoda pipet (Foto 3.7a dan b) untuk sedimen yang
berukuran halus yang mengacu kepada kaidah hukum Stokes.
Dari hasil yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam program
Kummod

untuk

mengetahui

klasifikasi

penamaan

terhadap

tekstur sedimen berdasarkan hukum Folk (1974).

Metodologi

III-10

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis, tekstur dan
parameter statistik sehingga diketahui lingkungan pengendapan
dari sedimen dimana mineral tersebut terakumulasi.

a.

b.

Foto 3.7
Perangkat pengayakkan besar butir untuk sedimen kasar (a) dan sedimen
halus/ lumpur (b)

Metodologi

III-11

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
3.5.2 Analisa Mineral Berat
Analisa ini dilakukan secara metoda basah (wet method) dengan
menggunakan larutan berat bromoform (BJ 2,89); (Foto 3.8) dan
metode kering (dried method) khusus untuk contoh daratnya
dengan menggunakan isodinamik separator. Ke-dua metoda di
atas dimaksudkan untuk memisahkan mineral berat dan mineral
ringannya, karena umumnya mineral letakan yang ada dalam
bentuk

mineral

berat

yang

selanjutnya

diamati

secara

mikroskopis guna mengetahui variasi mineral beratnya. Analisa ini


dimaksudkan juga untuk menghitung konsentrasi setiap mineral
yang ditemukan (dalam porsen berat).

Foto 3.8
Lemari asam untuk analisa mineral berat secara wet method

Metodologi

III-12

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
3.5.3 Analisa Geokimia
Analisa

ini

dilakukan

dengan

metoda

Atomic

Absorption

Spectrometric (AAS); (Foto 3.9) untuk mengindentifikasi secara


khusus

unsur

logam

seperti

Au,

Cu,

Zn

dll

termasuk

konsentrasinya, analisa unsur utama (major element) guna


mengetahui komposisi utama pembentuk batuan, selain juga
diperlukan analisa titrasi untuk mengetahui beberapa unsur
(senyawa) tertentu.

Foto 3.9
Seperangkat alat AAS (tabung pengukur unsur & display)

3.5.4 Analisa Petrografis


Dilakukan terhadap batuan keras guna mengetahui jenis batuan
yang

tercerminkan

dari

komposisi

variasi

mineral

secara

pengamatan sayatan tipis di bawah mikroskop petrografis (Foto

3.10), berikut teramati pula tekstur dan bentuk kristal dari

Metodologi

III-13

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
setiap mineral selain itu dapat dikenali pula ada/tidaknya alterasi
yang terjadi berdasarkan adanya mineral ubahan yang teramati.

Foto 3.10
Mikroskop untuk pengamatan sayatan tipis dan perangkat fotomikrograf

3.6.

PEMPROSESAN

DAN

ANALISIS

DATA

GEODESI

&

GEOFISIKA
3.6.1 Pemeruman
Data yang diperoleh dari pemeruman dikoreksi terhadap titik
tengah pengukuran pasang surut di daerah penelitian, sedangkan
untuk posisi pengambilan data dilakukan koreksi terhadap posisi
transduser di kapal. Dari ke-dua koreksi yang dilakukan tersebut,
selanjutnya dibuat peta kedalaman dasar laut (batimetri) dengan
menarik garis kesamaan kedalaman dengan interval kedalaman
setiap garis adalah 1 meter atau disesuaikan. Kemudian untuk
memudahkan pemahaman dalam proses sedimentasinya, peta
Metodologi

III-14

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
kedalaman di atas ditransformasikan dalam bentuk tiga demensi
(3-D) dengan menggunakan program Surfer 7.
3.6.2 Penafsiran Data Seismik
Dalam

penafsiran

rekaman

seismik

dilakukan

dengan

menggunakan data pembanding berupa: Peta Geologi Lembar


Tilamuta dan Kotamobagu. (Puslitbang Geologi, 1976).
Penafsiran data seismik ini dilakukan dengan maksud untuk
merekonstruksi

kondisi

geologi

termasuk

struktur

yang

menyertainya serta lapisan-lapisan sedimen bawah permukaan


selain itu bila memungkinkan dapat pula mengetahui ketebalan
sedimen

terkini

mengetahui
Struktur

yang

kondisi

bawah

sedikit

akumulasi

permukaan

banyak
endapan

diharapkan

berpengaruh

dalam

mineral

letakannya.

dapat

ditafsirkan

berdasarkan kenampakan pola reflektornya, untuk menerangkan


proses keterjadian, khususnya untuk mengetahui ketebalan
sedimen kuarternya yang dicerminkan dengan pola reflektor yang
cenderung transparan (free reflector) , apabila ada - pada
beberapa lintasan terpilih digunakan alat bantu program MapInfo
7.5.
Secara umum penafsiran rekaman seismik pantul dangkal saluran
tunggal didasarkan pada hubungan antara karakteristik pola dan
tipe internal reflector serta dengan memperhatikan bentuk dan
batas sekuen, sehingga akan diperoleh batas antar sekuen yang
mencerminkan bidang perlapisan batuan.

Metodologi

III-15

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

B A B IV

ASIL

erdasarkan beberapa kegiatan pengambilan data lapangan yang


ditunjang dengan analisis laboratorium juga pengolahannya, ada

beberapa hasil yang dapat disajikan di bab ini meliputi:


4.1

LINTASAN POSISI PENGAMBILAN DATA


Lintasan penentuan posisi dan lintasan survey hasil dari pemanfaatan

Global Positioning System (GPS) type Garmin 235 yang terinstal di


kapal survei dan telah diintegrasikan dengan Personal Computer (PC)
atau laptop, seperti terlihat pada (Gambar 4.1) yang memperlihatkan
lintasan yang diperoleh sepanjang 110 kiloline.
Pengambilan data lintasan posisi dilakukan setiap saat selama kapal
berolah gerak mengikuti lintasan yang telah direncanakan sebelumnya,
namun untuk memudahkan di dalam penggambaran dan dengan alasan
Hasil

IV-1

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

teknis seperti kesesuaian dengan metode survei lain seperti seismik


terhadap waktu, maka waktu dan posisi yang terplotting dalam peta
lintasan posisi diambil setiap rentang 1 menit.

4.2 PENELITIAN DAN PEMETAAN GEOLOGI KAWASAN PANTAI


4.2.1 Pemetaan Karakteristik Pantai
oleh: Noor CD. Aryanto dan Deny Setiady

Lokasi kegiatan penyelidikan yang secara geografis terdapat di dalam


teluk memberikan kenampakan morfologi yang lengkap dan menarik,
dimana morfologi perbukitan dengan lereng-lereng bukit yang curam
maupun pedataran dengan hamparan pasir pantai yang luas dapat
dijumpai di lokasi ini.
Secara penafsiran awal karakteristik pantai lokasi kegiatan dapat
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: (1) Pantai berbatu; (2) Pantai bertebing
dan (3) Pantai berpasir.

Pantai berbatu
Keterdapatan pantai jenis ini ditemukan secara setempat-setempat,
seperti dijumpai di bagian barat muara S. Bone di sepanjang Pantai
Indah, masyarakat setempat menyebutnya Pantai Tangga 2000 yang
secara umum pantainya tersusun atas batuan granit dan diorit
berukuran bongkah-bongkah (boulder), yang sekaligus berfungsi
sebagai bahan penguat tebing pantai buatan (Foto 4.1, 100_0021).
Pemanfaatan ruang pantai sehari-harinya sebagai salah satu tempat
wisata favorit masyarakat Gorontalo, khususnya disetiap Rabu dan
Sabtu malam. Selain itu jenis pantai ini juga ditemukan di sisi timur
muara S. Bone, yaitu di sekitar pantai Kunawe, hampir sama dengan
Hasil

IV-2

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Pantai Indah di pantai ini tersusun atas batuan diorit hanya dengan
ukuran bongkah yang lebih kecil daripada di Pantai Indah. Pemanfaatan
pantai di lokasi ini yang dirasa penting adalah sebagai sarana pelabuhan
utama Propinsi Gorontalo, baik sebagai pelabuhan angkutan barang
maupun pelabuhan penyeberangan penumpang antar pulau (reguler).
Namun demikian yang patut disayangkan adalah munculnya banyak
bangunan semi-permanen yang sangat jelas terlihat di sepanjang sisi
timur arah masuk ke pelabuhan sehingga memberikan

kesan kumuh

karena penataannya yang kurang terintegrasi.

Foto 4.1.
Batuan diorit yang menyusun Pantai berbatu
di Pantai Indah Tangga 2000

Pantai bertebing
Di daerah penelitian hampir sebagian besar jenis pantainya merupakan
jenis pantai ini, karena pada bagian pantainya masih tersusun oleh
batuan keras, baik berupa batuan gamping kristalin (di beberapa
tempat ada pula batugamping bioklastik) dan batuan beku lainnya.
Secara umum yang dimaksud dengan pantai bertebing pada klasifikasi
Hasil

IV-3

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ini, adalah pantai yang tidak memiliki dataran paras pantai (beach

face) meiliki bentukan berupa gawir dengan kemiringan lereng lebih


dari 60. Umumnya jenis pantai ini menyusun morfologi tanjung,
seperti di daerah Oluhuta, Olele, Bilungala, Manunggang Daa dan
Tombulitato (Foto 4.2, 100_0056).
Pemanfaatan jenis pantai ini umumnya berupa hutan baik yang
diusahakan oleh pemerintah daerah maupun penduduk setempat berupa
perkebunan jagung juga tanaman keras lainnya.

Foto 4.2.
Batugamping terumbu merupakan penyusun Pantai bertebing di sekitar
pantai Olele.

Pantai berpasir
Pelamparannya

hampir

sama

dengan

pantai

bertebing,

karena

keberadaan ke-dua jenis pantai ini silih-berganti mengikuti morfologi


antara tanjung dan teluk. Material penyusun pasir dapat dibedakan
berdasarkan warna pasirnya antara pasir yang berwarna kecoklatan
Hasil

IV-4

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

sebagai hasil rombakan foram besar dan pasir yang tersusun atas
material rombakan batuan beku dan volkanik (lithic), (Foto 4.3,
100_055).
Pemanfaatan jenis pantai ini biasanya berupa tempat pendaratan kapal
nelayan disamping sarana dan prasarana nelayan lainnya, seperti TPI
atau bahkan tempat pemukiman nelayan.

Foto 4.3.
Pantai berpasir dengan material penyusun rombakan batuan beku dan
volkanik di utara muara sungai di pantai Tombulitato

Hasil

IV-5

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.1
Peta Lintasan Survei

Hasil

IV-6

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.2 Peta Karakteristik Pantai Lokasi Telitian


Hasil

IV-7

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.2.2 Satuan Geomorfologi Darat


oleh: Noor CD. Aryanto

Telah dipaparkan di bab terdahulu bahwa morfologi darat


Gorontalo karena faktor geologi (litologi dan struktur) memiliki
bentukan yang demikian variatif, sehingga dipandang perlu
dibuat satuan geomorfologinya.
Penentuan satuan geomorfologi daerah telitian dilakukan melalui
beberapa tahapan, tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

A. Pembuatan peta kemiringan lereng


Pembuatan peta lereng dalam persen (%) dari peta topografi
yang ada, dilakukan dengan metode Wenworth.
Pada peta topografi yang menjadi dasar pembuatan peta lereng
dibuat kisi/jaring (grid) yang berukuran 1cm, kemudian masingmasing bujursangkar dibuat garis sayatan yang memotong tegak
lurus kontur yang terpotong oleh garis sayatan yang memotong
tegak lurus kontur yang terpotong oleh garis sayatan tersebut,
maka kemiringan lereng atau sudut lereng dapat ditentukan
dengan rumus:

(N-1) x IK
B =

x 100 %
Jarak horizontal x skala peta

dimana : B = sudut lereng


N = jumlah kontur yang terpotong garis sayatan
IK = interval kontur (m)
Hasil

IV-8

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

B. Pengklasifikasian morfologi daerah telitian


Pengklasifikasian ini dilakukan dengan memasukkan data sudut
lereng/kemiringan lereng ke dalam klasifikasi Van Zuidam,

1979. Berdasarkan klasifikasi tersebut dapat diketahui bahwa


daerah telitian memiliki kemiringan lereng sebagai berikut:
Kemiringan lereng (8.33 % - 12.5 %) landai
Kemiringan lereng (16 % - 18.75 %) sedang
Kemiringan lereng (21.43 % - 50 %) curam
Kemudian hasil analisa dengan menggunakan metode Wenworth
dimasukkan ke dalam Klasifikasi Lereng dan Satuan Relief maka
diperoleh hasil sebagai berikut:

Lereng

(8.33%-12.5%)

berombak/bergelombang

dengan

Topografi

kemiringan

lereng

rendah.

Lereng

(16%-18.75%)

Topografi

bergelombang/berbukit dengan lereng sedang.

Lereng (21.43 -50%)

Topografi

berbukit terkikis dalam dengan lereng curam.

C. Penentuan dan analisis Litologi


Litologi daerah telitian diketahui dari peta geologi.

D. Penentuan Genetik daerah telitian


Penentuan meliputi analisis berupa hubungan dari segala proses
yang bekerja pada pembentukan suatu bentuklahan. Genetik
dari morfologi yang ada dapat dilakukan dengan peta geologi,
peta topografi.

Hasil

IV-9

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

E. Penentuan Pola pengaliran


Penentuan

pola

pengaliran

dilakukan

untuk

membantu

interpretasi indikasi dan faktor-faktor yang berpengaruh pada


daerah yang ada. Pola pengaliran dapat diketahui dari analisa
pola pengaliran yang terdapat pada peta topografi (diuraikan
dalam sub bab tersendiri).

F. Penentuan Satuan Geomorfologi


Penentuan satuan geomorfologi dengan memperhatikan aspek
litologi, genetik, relief. Dari berbagai aspek tersebut kemudian
ditentukan satuan geomorfologinya yang kemudian dibuat dalam
tabel berikut:
Satuan
Geomorfologi

Relief

Genetik

Perbukitan
vulkanik
berlereng curam

Perbukitan

Vulkanik

Perbukitan
vulkanik
berlereng sedang

Perbukitan

Vulkanik

Perbukitan
kompleks
berlereng sedang

Perbukitan

Vulkanik
Struktur

Perbukitan
strutural
berlereng

Perbukitan

Intrusi,
struktur

Hasil

Litologi
- Batugamping Koral.F.
Tinombo; lava, basal,
lava andesit, breksi
gunungapi, selingan
batupasir wake,
batupasir hijau,
batulanau, batugamping
merah, batugamping
kelabu dan sedikit
batuan
termetamorfkan.
- Batuan gunungapi,
Breksi gunungapi, tufa,
lava.
- Diorit Boliohuto: diorit
dan granudiorit.
- Batuan gunungapi,
breksi, tufa, lava.

Pola
pengaliran

Paralel

Paralel

-Batuan
gunungapi,
Breksi, aglomerat, lava,
sisipan batupasir.
Dendritik
- Batuan gunungapi;
breksi gunungapi, tufa,
lava.
- Batuan terobosan:
granit, granodiorit,
Subdendritik
diorit.

Simbol

Pv1

Pv2

PK1

PS
IV-10

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
rendah/landai

Perbukitan
kompleks
berlereng curam

Perbukitan

Vulkanik
struktur,
intrusi

- Batuan gunungapi:
breksi gunungapi, tufa,
lava.
- Batuan gunungapi:
breksi gunungapi,
aglomerat, lava
mengandung sisipan
batupasir, batulanau,
serpih dan
batugamping.
- Batuan terobosan:
granit, granodiorit,
diorit.

Dendritik

PK2

Tabel 4.1
Satuan Geomorfologi Daerah Telitian
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diperoleh satuan
geomorfologi daerah telitian adalah sebagai berikut (Gambar

4.3; Peta Satuan Geomorfologi Darat):


1. Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng curam
Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng curam ini
menempati

bagian

barat

daerah

telitian

yaitu

daerah

Batulanggelo, Olimoo, Lamu, Bongo Barat, dimana daerah ini


memiliki relief perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam
yang berkisar antara 22.22% sampai 50%. Pola pengaliran
satuan ini adalah paralel. Litologi satuan perbukitan vulkanik
berlereng curam ini adalah
(i) Batugamping Koral. Formasi Tinombo; lava, basal, lava
andesit,
batupasir

breksi
hijau,

gunungapi,

selingan

batulanau,

batupasir

batugamping

wake,
merah,

batugamping kelabu dan sedikit batuan termetamorfkan.


(ii) Batuan gunungapi, Breksi gunungapi, tufa, lava.
(iii) Diorit Boliohuto: diorit dan granudiorit.

Hasil

IV-11

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Litologi satuan ini didominasi oleh batuan gunungapi, dengan


demikian dapat diinterpretasikan bahwa genetik atau proses
yang bekerja pada pembentukan bentuklahan daerah ini adalah
vulkanik. Berdasarkan relief, genetik, litologi, pola pengaliran
yang ada maka daerah ini dimasukkan ke dalam Satuan

Geomorfologi Perbukitan vulkanik berlereng curam.


2. Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng sedang
Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng sedang ini
menempati daerah Bongo Timur, Pohe, Donggala, Tenda, dengan
relief perbukitan dengan kemiringan lereng sedang yang
berkisar antara 15% sampai 20%. Pola pengaliran daerah ini
adalah paralel. Litologi daerah dengan satuan geomorfologi
perbukitan vulknik ini adalah Batuan gunungapi: Breksi, Tufa,
Lava, dari litologi yang ada mengindikasikan hasil dari proses
vulkanik, dengan demikian maka diinterpretasikan bahwa proses
yang bekerja pada pembentukan bentuklahan (genetik) daerah
ini adalah vulkanik. Berdasarkan relief, genetik, litologi, pola
pengaliran yang ada maka daerah ini dimasukkan ke dalam
Satuan Geomorfologi Perbukitan vulkanik berlereng sedang.
3. Satuan geomorfologi perbukitan kompleks berlereng sedang
Satuan geomorfologi perbukitan kompleks berlereng sedang ini
menempati daerah Leato, Leato Selatan, Tamboo, Inengo,
Modelamo,

Molutabu

Barat,

Molutabu

Timur,

Oluhuta,

Timbuoto, Luwohu, Talumolo yang memiliki relief perbukitan


dengan lereng sedang yang berkisar antara 16.67% sampai
8.75%. Pola pengaliran daerah ini dendritik. Litologi satuan ini
adalah:
Hasil

IV-12

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

(i) Batuan gunungapi: Breksi, Aglomerat, Lava, sisipan Batupasir.


(ii) Batuan gunungapi: Breksi gunungapi, Tufa, Lava.
Litologi didominasi oleh batuan gunungapi, dengan demikian
dapat diinterpretasikan proses yang bekerja pada pembentukan
lahan (genetik) daerah ini adalah vulkanik Selain itu dari peta
geologi diketahui adanya pengaruh struktur geologi, maka
genetik daerah telitian adalah struktur juga. Berdasarkan
relief, genetik, litologi, pola pengaliran yang ada maka daerah
ini dimasukkan ke dalam Satuan Geomorfologi Perbukitan
kompleks berlereng sedang.
4. Satuan geomorfologi Perbukitan Struktural berlereng landai
Satuan geomorfologi perbukitan struktural berlereng landai ini
menempati daerah dekat sungai Bone, dengan relief perbukitan
dan kemiringan lereng landai yang berkisar antara 8.33% sampai
12.55%. Litologi daerah ini adalah Batuan terobosan: Granit,
Granodiorit, Diorit, dengan demikian maka diinterpretasikan
bahwa proses yang bekerja pada pembentukan bentuklahan
(genetik) daerah ini adalah intrusi. Selain itu terdapat juga
struktur yang bekerja pada daerah telitian, maka dapat
diinterpretasikan bahwa daerah telitian juga dipengaruhi
struktur geologi dalam genetiknya. Dengan demikian karena
proses yang bekerja dalam pembentukan bentuklahan daerah
telitian adalah struktur geologi dan intrusi, namun yang sangat
berpengaruh dalam genetik daerah telitian adalah struktur
maka dapat dapat diinterpretasikan bahwa daerah ini memilik
satuan geomorfologi Perbukitan struktural. Berdasarkan relief,
genetik, litologi, pola pengaliran yang ada maka daerah ini

Hasil

IV-13

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

dimasukkan

ke

dalam

Satuan

Geomorfologi

Perbukitan

struktural berlereng landai.


5.Satuan Geomorfologi Perbukitan Kompleks Berlereng Curam
Satuan geomorfologi perbukitan kompleks berlereng curam ini
menempati daerah Olele, Tolotio Kiki, Tamboo, Mobuhu,
Bilungala,

Tihu,

Tongo,

Botungobungo,

Uabanga

Tengah,

Tambulitato, dengan relief perbukitan dengan kemiringan


lereng curam yang berkisar antara 21.42% sampai 50%. Litologi
daerah telitian adalah
(i) Batuan gunungapi: Breksi gunungapi, Tufa, Lava.
(ii) Batuan gunungapi: Breksi gunungapi, Aglomerat, Lava,
mengandung sisipan Batupasir, Batulanau, Serpih dan
Batugamping.
(iii) Batuan terobosan: Granit, Granudorit, Diorit.
Litologi daerah telitian didominasi oleh batuan gunungapi,
dengan demikian diinterpretasikan vulkanik merupakan salah
satu genetik dari daerah ini. Terdapat juga intrusi Granit,
Granudiorit, dan Diorit, maka dapat diinterpretasikan bahwa
intrusi

merupakan

proses

yang

berhubungan

dengan

pembentukan bentuklahan di tempat ini, kemudian terdapat


juga struktur geologi yang ada di Batuan Gunungapi Bilungala
yaitu zona sesar naik bersudut 30o, di Sungai Tambulitato,
Sungai

Bilungala

didapatkan

perlipatan

terbuka

dengan

kemiringan sayap sekitar 30o dan sumbu berarah hampir


Timur Barat, dengan demikian daerah ini dimasukkan dalam
perbukitan kompleks karena proses pembentukan bentuklahan
daerah
Hasil

ini

kompleks

yaitu

vulkanik,

struktur,

intrusi.
IV-14

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Berdasarkan relief, genetik, litologi, pola pengaliran yang ada


maka daerah ini dimasukkan ke dalam Satuan Geomorfologi
Perbukitan kompleks berlereng curam.

4.2.3 Penentuan Pola Aliran


oleh: Noor CD. Aryanto dan Yogi Noviadi

Secara umum daerah telitian seperti terlihat di Peta Pola Aliran

(Gambar 4.4) memiliki 3 pola pengaliran, sebagai berikut:


1.

Pola pengaliran paralel

Pola pengaliran paralel ini mengindikasikan bahwa sungai terbentuk


dari aliran cabang-cabang sungai yang sejajar atau paralel pada
bentang alam yang panjang serta mencerminkan kemiringan lereng
yang cukup besar dan hampir seragam.
Pola pengaliran ini di daerah telitian berupa:

Sungai pola pengaliran paralel berjenis sungai permanen (aktif)


terdapat pada bagian paling Barat dari daerah telitian, sungai di
daerah Batulanggelo, Sungai di daerah Bongo Timur, Pohe,
Batato, Leato, Leato Selatan, Molutabu Timur, Sungai Dutula
Oluhuta, Sungai Dutula Olele, Sungai Dutula Molutabu, Sungai
Manungga Daa, Sungai di sebelah Barat Dutula Mopuya kiki.
Sungai-sungai tersebut di atas kandungan debit airnya tetap.

Sungai

pola

pengaliran

paralel

berjenis

sungai

intermittent/periodik (tidak aktif) yang terdapat di daerah


Leato Selatan, sungai di daerah Inengo, Sungai di daerah Tihu,
sungai di daerah Botungobungo, sungai Dutula Moota Kiki,
Sungai Dutula Tapambundu. Sungai-sungai tersebut di atas
kandungan airnya tergantung pada musim, pada musim hujaN
Hasil

IV-15

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.3
Peta Satuan Geomorfologi Darat Daerah Telitian dan sekitarnya
Hasil

IV-16

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

debit airnya besar sedangkan pada musim kemarau debit airnya


kecil sampai kering.

2.

Pola pengaliran Dendritik

Pola pengaliran ini mengindikasikan bahwa sungai memiliki bentuk


menyerupai cabang-cabang pohon, mencerminkan batuan yang sama
(homogenitas batuan) atau tanah yang seragam, lapisan sedimen
horizontal atau miring landai, kontrol struktur tidak begitu nampak.
Pola pengaliran ini dimiliki oleh:

Sungai pola pengaliran dendritik berjenis sungai permanen


(aktif)

terdapat

di

sebelah

barat

dan

timur

daerah

Batulanggelo, Sungai Dutula Olohuta, sungai Dutula Tolotio,


Sungai Dutula Uabanga, Sungai Dutula Mopuya Daa, Sungai
Dutuna Matango, sungai di sebelah Timur Tiumbolo dan
sebagian kecil sungai-sungai yang bermuara di Sungai Bone.
sungai-sungai tersebut di atas merupakan sungai yang debit
airnya tetap.

Sungai pola dendritik berjenis sungai intermittent/periodic


terdapat

di

sebelah

timur

daerah

Tambulitato,

dimana

kandungan airnya tergantung pada musim, pada musim hujan


debit airnya besar sedangkan pada musim kemarau debit airnya
kecil sampai kering.
3.

Pola pengaliran subdendritik

Pola pengaliran ini mengindikasikan bahwa sungai-sungai tersebut


merupakan modifikasi dari pola dendritik , karena pengaruh dari
topografi dan struktur, pada pola ini topografi sudah miring, struktur
sudah berperan tetapi sangat kecil.
Pola ini terdiri atas:
Hasil

IV-17

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Pola pengaliran Subdendritik yang berjenis sungai permanen


(sungai aktif) terdiri dari Sungai Dutula Bilungala, Sungai
Dutula Tambulitato, Sungai Dutuna Tulaboto dan sebagian
besar sungai yang bermuara di Sungai Bone dimana sungai ini
merupakan sungai yang debit airnya tetap

Hasil

IV-18

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.4
Peta Pola Aliran Lokasi Telitian dan sekitarnya
Hasil

IV-19

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.3

PENELITIAN GEOLOGI DASAR DAN BAWAH LAUT

4.3.1 Pengukuran Kedalaman Dasar Laut


oleh: D. Ilahude dan Adrian Ibrahim

Berdasarkan lintasan posisi pengambilan data dilakukan pula secara


bersamaan kegiatan pemeruman untuk mengetahui kedalaman dasar
laut berikut bentuk morfologinya. Berdasarkan hasil ekstrapolasi dari
titik-titik kedalaman dari setiap lokasi pengambilan data diperoleh
Peta Kontur Batimetri (Gambar 4.5) dengan kedalaman laut berkisar
antara 25 sampai 500 meter dengan 2 pola kontur; (1) batimetri
dengan pola kontur tertutup (closure) dengan kedalaman semakin
besar ke arah pusat, terlihat mulai daerah Lamu, kemudian Leato
Selatan, Tamboo, Inengo, Modelomo, Molutabu Timur, Oluhuta, Olele,
Tolotio Kiki, Mobuhu, Uabanga Tengah; (2) Kontur batimetri dengan
pola memanjang atau sejajar mengikuti garis pantai di daratnya,
terlihat dari Batulanggelo, Olimoo, Lamu, Bango Barat, Bango Timur,
Batato, Talumolo, Leato, Mohubu, Tihu, Tongo, Botungobungo, dan
Tambulitato.
Terlihat bahwa daerah penelitian memiliki roman dasar laut yang
sangat ekspresif, terlihat pada berbagai tempat - dengan jarak
hanya lebih-kurang 50 meter dari pantai telah memiliki kedalaman
lebih dari 150 meter, ini antara lain yang menyulitkan dalam hal
akuisisi pengambilan data sehingga lintasan didesain tidak begitu
(terlalu) jauh ke arah laut. Kedalaman dasar laut yang dihasilkan
umumnya berkisar hingga 250 meter, untuk lokasi yang ke arah timur
(lepas pantai Tombulitato) bahkan memiliki kedalaman hingga hampir
500 meter.

Hasil

IV-20

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.5
Peta Kedalaman Dasar Laut Lokasi Telitian
Hasil

IV-21

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.3.2 Satuan Morfologi Dasar Laut


oleh: Yogi Noviadi dan Adrian Ibrahim

Dari peta tersebut denggan menggunakan program surfer 7.0


diperoleh gambaran umum mengenai bentuk morfologi dasar lautnya
sehingga dapat dibagi menjadi tiga (3) satuan morfologi dasar laut,
yaitu:
1.

Satuan Morfologi Tinggian

2.

Satuan Morfologi Lereng Pantai

3.

Satuan Morfologi Lembah

Satuan Morfologi Dasar Laut Tinggian


Satuan morfologi tinggian merupakan kenampakan bentuk permukaan
dasar laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan
sekitarnya, biasanya dicirikan oleh adanya bukit-bukit yang diapit
oleh lembah. Satuan ini menempati bagian tepi dari Teluk Tomini
meliputi daerah Inego dengan kedalaman berkisar antara (-25m)
sampai (-100m) dan bagian tengah dari Teluk Tomini, satuan ini
mempunyai luas kurang lebih 20 % dari daerah telitian.
Satuan Morfologi Dasar Laut Lereng Pantai
Satuan morfologi lereng pantai ini dicirikan oleh adanya kemiringan
antara pantai dengan permukaan dasar laut, hal ini disebabkan oleh
kemiringan dasar laut pada umunya bertambah ke arah laut lepas.
Satuan ini menempati hampir di sepanjang garis pantai dengan luas
kurang lebih 45% dari seluruh daerah telitian.

Hasil

IV-22

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Satuan Morfologi Dasar Laut Lembah


Satuan morfologi lembah ini merupakan kenampakan morfologi dasar
laut yang kenampakannya dari suatu dataran sampai mempunyai
kemiringan yang relatif besar.
Satuan morfologi ini pada umumnya merupakan suatu kenampakan
morfologi dasar laut yang memiliki kedalaman yang besar. Satuan
lembah ini terdapat di bagian tengah dan tepi Teluk Tomini meliputi
daerah Leato, Leato Selatan, Inengo, Molutabu Barat, Molutabu
Timur, Olele, Mobuhu, Tolotio Kiki, Tongo, Uabanga Tengah, dan
daerah bagian Timur dari dari daerah telitian. Satuan sedimen yang
menyusun satuan ini pada umumnya lanau, pasir krikilan. Satuan ini
mempunyai luas kurang lebih 35 % dari daerah telitian.
Khusus untuk daerah lepas pantai Olele yang oleh pemerintah daerah
setempat

diproyeksikan

sebagai

daerah

wisata

selam

coba

diperlihatkan dalam bentuk 3 dimensi (Gambar 4.6).

Hasil

IV-23

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.6
Morfologi Dasar Laut Olele

4.3.3 Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut


oleh: Noor CD. Aryanto

Berdasarkan hasil analisa besar butir yang mengacu pada Klasifikasi


Folk, 1979 diperoleh sebaran sedimen permukaan dasar laut masingmasing adalah sebagai berikut:
1. Satuan Sedimen Kerikil Pasiran
Satuan Sedimen Krikil Pasiran menempati daerah sebagai berikut:

Hasil

IV-24

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Di daerah Batulanggelo, Olimoo, Lamu yang diwakili oleh antara


lain GRTL-05. Satuan Sedimen Krikil Pasiran ini berbentuk
memanjang dan menempati daerah pantai dan laut dengan
kedalaman antara 0 sampai (75m) dan makin dalam ke arah timur
hingga kedalaman kurang-lebih 100 m.
Kerikil pasiran ini diinterpretasikan berasal dari materialmaterial vulkanik yang tererosi yang menjadi tempat sungai
berada, dimana material-material vulkanik tersebut lapuk dan
tertransport oleh sungai sampai ke pantai. Proses transportasi
material sedimen sampai ke pantai sangat erat kaitannya dengan
curah hujan yang tinggi di daratan bagian Utara Gorontalo,
dimana pada saat curah hujan tinggi maka banyak sedimen
daratan yang terangkut oleh limpasan permukaan dan terbawa
sampai ke muara-muara sungai.
Di daerah Leato Selatan, Tambo, Inengo, Modelamo, Molutabu
Barat, Molutabu Timur, Oluhuta, diwakili oleh antara lain GRTL30. Satuan sedimen Kerikil pasiran ini diinterpretasikan berasal
dari Sungai Bone di daerah Tenda, Talumolo yang mentransport
material sampai ke pantai, yang bekerja pada musim tenggara
dimana energi gelombang akan mencapai maksimum dan memicu
percepatan arus sejajar pantai yang cenderung memasok sedimen
di sepanjang pantai. Hal ini diinterpretasikan dari Terumbu yang
terdapat di bagian tepi pantai yang memanjang dari Leato
Selatan sampai ke Olele, dimana pada daerah dimana Terumbu
berkembang dan hidup membutuhkan sinar matahari, jika
terdapat suplai sedimen maka akan terjadi kekeruhan, dengan
demikian sinar matahari tidak dapat masuk dan mendukung
pertumbuhan Terumbu. Pada tempat yang kekurangan matahari

Hasil

IV-25

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

maka Terumbu tidak dapat hidup dan tidak dapat berkembang


dengan baik.
Di daerah Tolotio Kiki diwakili oleh antara lain GRTP-35. Satuan
sedimen Krikil pasiran ini menerus ke bagian tengah laut dan
terdapat pada kedalaman 0 sampai (200m). Kerikil pasiran ini
diinterpretasikan berasal dari pelapukan batuan vulkanik yang
dilalui oleh sungai, material-material vulkanik yang dilalui oleh
sungai tertranspor melalui Sungai Dutula Tolotio dan sampai ke
pantai dan bukan hanya tertransport pada kedalaman lebih besar
namun juga tertransport ke arah Barat dan Timur karena
pengaruh arus dan gelombang yang bekerja pada musim tenggara
dimana energi gelombang akan mencapai maksimum dan memicu
percepatan arus sejajar pantai yang cenderung memasok sedimen
di sepanjang pantai.
Secara keseluruhan satuan sedimen Kerikil pasiran ini menempati
30 % dari daerah telitian.
2. Satuan Sedimen Pasir Kerikilan
Satuan sedimen Pasir kerikilan ini terdapat di daerah sebagai
berikut:
Satuan sedimen Pasir kerikilan yang terdapat di daerah
Batulanggelo, Olimo, Lamu. Satuan sedimen pasir ini berbentuk
memanjang dan terdapat pada kedalaman antara (50m) sampai
(325m).
Satuan sedimen Pasir kerikilan ini diinterpretasikan berasal
dari sungai-sungai yang bermuara sampai ke pantai dimana
material-material tersebut

mengalami transportasi lebih

lanjut yang terjadi karena pengaruh arus tegak lurus pantai

Hasil

IV-26

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

(Rip Current) menyebabkan material sedimen tertransport ke


bagian laut yang lebih dalam. Kemudian terjadi angin dari arah
Tenggara

dan

Selatan

pada

musim

tenggara

yang

menggerakkan energi dan gelombang yang cukup memperbesar


energi dan gelombang sejajar pantai (Longshore Current)
sehingga material sedimen tertransport ke arah barat dan
timur daerah telitian.
Satuan sedimen Pasir kerikilan yang terdapat di daerah
Tamboo, Inengo, Modelamo pada kedalaman (125m) sampai
(275m), satuan ini berbentuk memanjang. Sedimen pasir ini
diinterpretasikan berasal dari material Kerikil pasiran yang
terus tertransport karena pengaruh energi dan gelombang,
serta pada saat curah hujan tinggi maka material sedimen
dapat tertransport sampai kedalaman laut yang lebih besar.
Daerah Oluhuta, Olele diwakili oleh antara lain GRTP-16,
GRTP-21, menempati kedalaman (0 m) sampai (250 m).
Sedimen Pasir kerikilan ini berasal dari: Sungai Dutula
Oluhuta dimana material vulkanik yang dilalui sungai lapuk dan
tertransport sampai ke pantai pada musim hujan dimana pada
musim hujan dimana musim hujan curah hujan tinggi dan
kondisi ini menimbulkan limpasan permukaan yang bermuatan
sedimen yang bermuara ke laut yang kemudian juga terjadi
arus dan gelombang tegak lurus pantai (Rip Current) yang
membawa sedimen Pasir kerikilan bergerak ke bagian lebih
dalam dari laut transportasi lebih lanjut material Kerikil
pasiran dari Molutabu Timur yang karena pengaruh energi dan
gelombang yang tejadi sepanjang pantai maka material
sedimen tertransport ke arah Timur. pengaruh energi dan
Hasil

IV-27

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

gelombang yang bekerja pada musim tenggara dimana energi


gelombang akan mencapai maksimum dan memicu percepatan
arus

sejajar

pantai

yang

cenderung

memasok

sedimen

sepanjang pantai sehingga dapat mentransport material


sedimen menuju ke arah Timur dari pantai.

Satuan sedimen Pasir krikilan yang terdapat di daerah Pohe,


Batuto, Leato, Leato Selatan, menempati kedalaman antara
(50 m) sampai (150m), berbentuk memanjang. Pasir kerikilan
ini berasal dari material proses transportasi yang terus
berlanjut yang terjadi pada musim hujan dimana curah hujan
tinggi sehingga mensuplai sedimen dalam jumlah air yang lebih
sangat besar sehingga material sedimen tertransport sampai
ke laut dengan kedalaman yang lebih dalam.

Satuan sedimen Pasir kerikilan yang terdapat di daerah


Tambo yang diwakili oleh antara lain GRTL-38. Satuan sedimen
Pasir kerikilan ini menempati kedalaman dasar laut antara (25
m) sampai (175m). Material sedimen ini diasumsikan berasal
dari batuan vulkanik yang dilewati sungai sehingga batuan
material vulkanik lapuk dan kemudian tertransport oleh sungai
sampai ke pantai yang diinterpretasikan terjadi pada musim
hujan, dimana curah hujan tinggi dan kondisi tersebut
memungkinkan sedimen daratan yang terangkut oleh limpasan
permukaan dan terbawa sampai ke muara sungai.

Satuan sedimen Pasir kerikilan yang terdapat di daerah


Mobuhu, Bilungala, Tihu, Tongo, Botungobungo, Uabanga
Tengah, dan berbentuk memanjang pada kedalaman (50m)
sampai (275m). Sedimen pasir ini diasumsikan berasal dari
proses transportasi lanjut dari material Kerikil pasiran di

Hasil

IV-28

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

daerah Tolotio Kiki diwakili oleh GRTP-34, yang terjadi pada


musim tenggara dimana pada musim ini energi dan gelombang
cukup memperbesar arus sejajar pantai (Longshore Current).
Selain itu di daerah sekitar Sungai Dutulo Pudulo, Sungai
Dutulo Butato, dimana batuan yang dilewati sungai mengalami
pelapukan dan kemudian tertransport sampai ke pantai, dimana
material yang tertransport adalah Pasir Kerikilan diwakili oleh
GRTL-39, kemudian di pantai karena pengaruh arus dan
gelombang yang bergerak sejajar garis pantai maka materialmaterial

tertransport

ke

arah

timur.

Dimana

pada

transportasi ini diasumsikan terjadi pada musim tenggara


dengan

energi

gelombang

yang

menuju

pantai

cukup

memperbesar arus sejajar pantai yang bermuatan sedimen.


Secara keseluruhan satuan sedimen Pasir krikilan ini menempati
kurang lebih 38 % daerah telitian.
3. Satuan Sedimen Lanau Pasiran
Penyebaran sedimen ini meliputi:

Daerah Olimoo, Lamu yang memanjang dari barat ke timur,


menempati

kedalaman

antara

(125m)

sampai

(325m).

Penyebaran Lanau pasiran yang memanjang dari barat ke


timur terjadi pada musim tenggara dimana energi gelombang
yang menuju pantai cukup memperbesar arus sejajar pantai
yang bermuatan sedimen.
Daerah Bongo Barat, Bongo Timur, berbentuk memanjang
dari barat ke timur menempati kedalaman antara (25m)
sampai (375m). Sedimen Lanau pasiran ini diinterpretasikan
berasal dari material hasil transportasi sungai dimana

Hasil

IV-29

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

material yang tererosi berukuran relatif kecil sehingga


ketika mengalami proses transportasi ukuran butir menjadi
lebih kecil.

Satuan sedimen Lanau pasiran yang tersebar di daerah


Leato, sebaran sedimen ini menempati kedalaman dasar laut
antara

(200m)

sampai

(300m).

Sedimen

lanau

ini

diinterpretasikan berasal dari proses transportasi lebih


lanjut dari Pasir kerikilan yang ada pada kedalaman
sebelumnya dan karena pengaruh energi dan gelombang yang
bekerja pada musim tenggara maka Lanau pasiran tersebar
ke barat dan timur daerah telitian.

Sebaran sedimen Lanau pasiran yang tersebar di daerah


Tambo,

Inengo,

sebaran

sedimen

ini

setempat

dan

menempati kedalaman (275m) sampai (350m). Sedimen ini


menempati

morfologi

cekungan

yang

diinterpretasikan

berasal dari transportasi lebih lanjut Kerikil pasiran yang


ada pada kedalaman yang lebih dangkal yang terjadi karena
pengaruh arus tegak lurus garis pantai (Rip Current).

Sebaran sedimen Lanau pasiran di daerah Modelamo, sebaran


sedimen ini setempat dan menempati kedalaman (-275m)
sampai (400m). Sedimen ini diinterpretasikan berasal dari
transportasi lebih lanjut Kerikil pasiran yang ada pada
kedalaman yang lebih rendah yang terjadi karena pengaruh
arus tegak lurus garis pantai.

Sebaran sedimen Lanau pasiran yang terdapat di daerah


Olele, sebaran sedimen ini setempat saja dan menempati
kedalaman antara (275m) sampai (300m). Sedimen ini
diinterpretasikan berasal dari transportasi Pasir krikilan

Hasil

IV-30

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

pada kedalaman yang lebih dangkal yang terjadi karena


pengaruh arus tegak lurus garis pantai.

Di daerah Mobuhu, sebaran sedimen Lanau pasiran ini


diinterpretasikan berasal dari transportasi lebih lanjut dari
Pasir kerikilan yang ada pada kedalaman yang lebih dangkal
yang terjadi karena pengaruh arus tegak lurus garis pantai
(Rip Current).

Di daerah Tihu, Tongo, Botungobungo, Uabanga Tengah,


sebaran sedimen Lanau pasiran ini berbentuk memanjang dan
menerus serta menempati kedalaman antara (275m) sampai
kurang-

lebih

(500m).

Sedimen

Lanau

pasiran

ini

diinterpretasikan berasal dari transportasi lebih lanjut dari


material Pasir kerikilan dan Kerikil pasiran yang berada pada
kedalaman yang lebih dangkal karena pengaruh arus tegak
lurus garis pantai dan kemudian menyebar ke arah barat dan
timur karena pengaruh angin pada musim tenggara dimana
sangat berpengaruh dalam membangkitkan energi gelombang
menuju ke pantai cukup memperbesar arus sejajar pantai
yang bermuatan sedimen sehingga material sedimen dapat
bergerak ke arah barat atau timur daerah telitian.
Secara

keseluruhan

sebaran

sedimen

Lanau

pasiran

ini

menempati kurang lebih 25% dari daerah telitian.


4. Satuan Terumbu
Satuan Terumbu dimaksudkan adalah terumbu karang yang
masih tergenang oleh air laut terdapat di daerah seperti:

Hasil

IV-31

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Di daerah Bongo Timur diwakili oleh antara lain GRTL-03,


Terumbu ini menempati kedalaman 0 sampai (25m) dan
berbentuk memanjang.

Sebaran Terumbu yang terdapat di daerah Batato diwakili


oleh antara lain GRTP-02, Terumbu ini setempat dan
menempati kedalaman antara 0 sampai (25m).

Sebaran Terumbu yang terdapat di daerah Leato Selatan,


Tambo, Inengo, Modelamo, Molutabu Barat, Molutabu Timur
diwakili oleh antara lain lokasi GRTP-14, GRTL-24, sebaran
terumbu ini memanjang dan menempati kedalaman antara 0m
sampai (25m).

Sebaran Terumbu yang terdapat di daerah Bilungala, Tihu,


Tongo, Botungobungo, Uabanga tengah, diwakili oleh antara
lain GRTL-42, GRTL-45, sebaran terumbu ini memanjang dan
menempati kedalaman antara 0 sampai (25m).

Secara keseluruhan sebaran Terumbu ini menempati kurang lebih


7% dari daerah telitian.

Hasil

IV-32

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.7
Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Lokasi Telitian
Hasil

IV-33

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.4

MINERAL
oleh: Noor CD. Aryanto, Hersenanto C. Widi, Deny Setiady dan Hartono

Hasil preparasi dan analisa yang dilakukan terhadap 13 contoh sedimen


pantai maupun dasar laut yang dilakukan secara metode basah
didapatkan 10 jenis mineral berat dan 1 jenis mineral ringan serta 1
material bawaan. Mineral berat yang diperoleh berupa: magnetit,
hematit, hornblende, biotit, augit, diopsit, rutil, zirkon, muskovit dan
limonit. Mineral ringan yang teramati pada analisis ini adalah kuarsa
sedangkan material bawaan berupa cangkang.
Penyajian kadar ke-10 jenis mineral tersebut untuk tiap lokasi contoh,
berupa persen berat yang merupakan harga perbandingan jumlah berat
mineral yang bersangkutan (gram) terhadap jumlah total berat mineral
berat (gram) dalam fraksi sedimennya lalu dikalikan 100 persen.
Adapun yang dilakukan secara metode kering terhadap 4 contoh
batuan keras menghasilkan 7 jenis mineral berat meliputi: magnetit,
ilmenit, epidot, zirkon, piroksin, pirit dan oksida besi.
4.4.1 Mineral Berat
Magnetit (Fe3O4), termasuk dalam grup oksida. Di lokasi telitian,
mineral ini memberikan kenampakan yang hitam metalik dengan bentuk
butir membulat tanggung membentuk seperti rantai karena antar butir
saling tarik menarik (Foto 4.4). Sepintas mirip ilmenit namun agak
kusam. Magnetit terbentuk di bawah kondisi yang agak lemah
dibanding hematit berupa endapan bijih yang terjadi pada beberapa
tipe batuan magmatik, pegmatit dan kontak metasomatik. Hadir di
Hasil

IV-34

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

seluruh lokasi yang dianalisa, baik pada sedimen dasar laut maupun
sedimen pantai. Untuk sedimen dasar laut kehadirannya berkisar
antara 0,25% (GRTL-06) hingga 2,37% (GRTL-14). Sedangkan untuk
contoh yang berasal dari sedimen pantai memiliki rentang kisaran yang
cukup lebar antara yang hanya berupa jejak/ trace (GRTP-23) hingga
77,5% (GRTP-07) atau terdapat di sisi barat pantai Bongo Timur.

Foto 4.4
Kenampakan magnetit (GRTP-05), berwarna hitam metalik, bentuk
membulat tanggung, saling tarik menarik

Ilmenit (FeTiO3) termasuk dalam grup oksida. Di lokasi selidikan, yang


diwakili oleh mineral yang berasal dari contoh batuan keras baik yang
berupa singkapan batuan (outcrop) maupun berupa contoh

(batuan)

lepas (float), mineral ilmenit mempunyai kenampakan umum berupa:


berwarna hitam, kilap metal, beberapa terbungkus oksida besi
berwarna merah. Bentuk oktahedral hingga membulat tanggung (Foto
Hasil

IV-35

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.5 ). Komposisi kimiawi (tekstual) terdiri atas Fe 36.8%, Ti 31.6% dan


O 31.6%. Mineral ini umum terdapat dalam batuan plutonik atau batuan
beku basa (gabro, diabas, piroksenit, dll) sering dijumpai berasosiasi
dengan magnetit. Di daerah pantai kandungan tertinggi sebesar 19,5%
dan 17,10% dijumpai di lokasi GRTP-07 dan GRTP-05A (keduanya
terdapat di sisi barat muara S.Bone), sedangkan pada contoh sedimen
laut yang dianalisa, mineral ini tidak dijumpai.

Foto 4.5
Kenampakan ilmenit (GRTP-05), berwarna hitam, bentuk butir
oktahedral-membulat tanggung.
Piroksen (Ca, Mg, Fe (Si2O6)) dibagi dalam 2 subgrup, yaitu: monoklin
dan ortorombik piroksen. Kenampakan umum di bawah mikroskop:
berwarna hijau, transklusen, prismatik sampai tak beraturan (Foto

4.6). Keterdapatan piroksen secara lateral berkisar antara 2,9% yang


dijumpai di sekitar pantai Bongo Timur (GRTP-07) hingga 97% berat
yang merupakan konsentrasi terbesar dijumpai di sekitar pantai

Hasil

IV-36

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Uabanga Tengah (GRTP-23), sedangkan pada sedimen dasar laut


kehadiran mineral ini tidak dijumpai.

Foto 4.6
Kenampakan piroksen (GRTP-23), berwarna hijau, transklusen,
prismatik sampai dengan tak beraturan

Epidot (Ca2Al3(SiO4)3 (OH), termasuk dalam kelompok silikat. Di


lokasi

telitian

kenampakan

mineral

ini

di

bawah

mikroskop

memperlihatkan warna kuning kehijauan, kusam, bentuk butir sampai


membulat tanggung (Foto 4.7). Kehadiran mineral ini dapat sendiri
atau bisa pula hadir bersamaan dengan zoisite dan kerap berasosiasi
dengan albite pada batuan metamorf derajat rendah dan menengah.
Mineral ini merupakan penciri untuk lingkungan yang kaya akan besi
(hal ini yang membedakan dengan zoisite) Mineral-mineral dalam grup
ini merupakan mineral pembawa kalsium dan aluminium yang penting
dalam kebanyakan batuan. Keterdapatan epidot hanya dijumpai pada
sedimen pantai di sekitar Pohe dan Batato (GRTP-05A) itupun hanya
berupa jejak (trace).
Hasil

IV-37

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Foto 4.7
Kenampakan epidot (GRTP-05A), berwarna kuning kehijauan, bentuk
butir membulat tanggung
Pirit (FeS2), termasuk grup sulfida, memiliki skala kekerasan 6 - 6,5,
berat jenis 4,29 - 5,2. Keterdapatan di alam terkadang berasosiasi
dengan emas, perak, tembaga dan seng. Mencirikan lingkungan
metasomatik kontak dan proses hidrotermal. Kenampakan di lokasi
telitian berwarna kuning metalik, bentuk butir menyudut runcing tak
beraturan (Foto 4.8). Di lokasi telitian dijumpai pada contoh sedimen
pantai dengan kisaran antara 0,1 hingga 0,6% berat.
Zirkon (ZrSiO4), termasuk grup silikat, terjadi pada daerah yang
berasosiasi dengan batuan intrusi magmatik (granitik), nephelin, syenit
dan diorit. Kenampakan di bawah mikroskop memperlihatkan berwarna
ros (merah muda), putih, kuning kecoklatan, prismatik, bentuk
menyudut hingga membulat tanggung. Walaupun keterdapatan di lokasi
telitian secara konsentrasi tidak menunjukkan jumlah yang signifikan
namun pelamparannya dapat dikatakan merata baik pada sedimen dasar
Hasil

IV-38

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

laut mapun sedimen pantai. Untuk sedimen dasar laut dapat dijumpai di
4 lokasi, yaitu di sekitar pantai di sisi barat dan timur muara S. Bone
dari 7 lokasi yang dianalisa. Contoh yang dimaksud berikut besaran
kandungan adalah GRTL-05 (0,00163%), GRTL-06 (0,00407%), GRTL12 (0,0038%) dan GRTL-13 (0,00062%). Sedangkan untuk sedimen
pantai dari 10 contoh yang dianalisa, keterdapatan mineral zirkon
dapat dijumpai di 5 lokasi, masing-masing lokasi tersebut berikut
besaran kandungannya adalah GRTP-05A (trace), GRTP-07 (0,1%),
GRTP-11 (0,012%), GRTP-13 (0,0014%), dan GRTP-17 (0,005%).

Foto 4.8
Kenampakan pirit (GRTP-05) berwarna kuning metalik, bentuk butir
menyudut runcing tak beraturan. Ukuran 150 mikron.

Rutil (TiO2), merupakan mineral dari kelompok oksida. Kenampakan


umum mineral ini dibawah mikroskop berwarna coklat-kemerahan
prismatik, dan membulat tanggung. Kehadiran mineral ini dapat
dikatakan hampir merata di lokasi telitian. Untuk sedimen dasar laut
dari 7 lokasi yang dianalisa, mineral ini terdapat di 6 lokasi yaitu di
Hasil

IV-39

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

lokasi GRTL-05, GRTL-06, GRTL-12, GRTL-13, GRTL-14 dan GRTL-19


dengan kandungan berkisar antara 0,0006% (GRTL-12) hingga 0,02%
berat (GRTL-19). Sedangkan untuk sedimen pantai, mineral ini hadir di
6 lokasi dari 10 lokasi yang dianalisa. Lokasi yang dimaksud berikut
kandungannya adalah GRTP-11 (0,005%), GRTP-13 (0,0067%), GRTP-14
(0,0003%), GRTP-14A (0,0006%), GRTP-17 (0,02%) dan lokasi di
sekitar pantai di desa Lamu (0,001%).

4.4.2 Mineral Ringan


Kuarsa (SiO2), dijumpai hampir merata pada daerah penelitian karena
mineral ini adalah mineral utama pembentuk batuan. Untuk contoh
yang berupa sedimen dasar laut kisaran keterdapatannya antara
0,004% hingga 0,014% berat.

Foto 4.9
Kenampakan kuarsa (GRTP-07) berwarna putih transparan, bentuk
butir menyudut tanggung & bervariasi.

Hasil

IV-40

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.4.3 Unsur Logam Dasar


Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap 10 contoh batuan di
pantai dan 9 contoh sedimen di dasar lautnya (lampiran lekat) dengan
menggunakan metode AAS, diperoleh variasi dan besaran unsur
seperti tabel berikut di bawah ini:
Tabel 4.2
Variasi dan Besaran kandungan unsur logam di Pantai
KODE
CONTOH
GRTP.01
GRTP.02
GRTP.09
GRTP.16
GRTP.17
GRTP.17A
GRTP.19
GRTP.20
GRTP.24
GRTP.26

Mo
(ppm)
2
3
14
12
5
-

As
(ppm)
18

Mn
(ppm)
229
591
113
127
15
-

Bi
(ppm)
17
26
13
-

Au
(ppb)
8
11
8
12
17336
771
144
14
15
25

Ag
(ppm)
2
14
6
3
2
2
2

Cu
(ppm)
8
8
8
13
11
5
11

Pb
(ppm)
37
179
46
11
-

Zn
(ppm)
22
18
13

Dari tabel diatas terlihat bahwa distribusi unsur-unsur logam untuk


contoh yang berasal dari pantai (darat) yang memperlihatkan
konsentrasi cukup lumayan umumnya hanya terbatas pada lima lokasi,
yaitu GRTP-16, 17, 17A, 19 dan 20 yang semuanya berada pada kawasan
desa Oluhuta dengan pola mengikuti aliran sungai Oluhuta dan pola
sesarnya. Kenampakan kadar yang sangat signifikan terdapat pada
lokasi GRTP-17 yang diambil dari bagian dinding dekat dengan intrusi.
Kandungan tersebut memperlihatkan kecenderungan

yang makin

berkurang ke arah pantai untuk kadungan Au nya.


Dengan memplot lokasi-lokasi yang diduga mengandung konsentrasi Au
di atas kemudian dengan menumpahtindihkan (overlayered) dengan
peta geologi setempat, maka dapat dibuat suatu pola zonasi yang
Hasil

IV-41

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

merupakan dugaan penyebaran emas. Deliniasi di atas semata hanya


didasarkan atas indikasi di lapangan yang diperkuat dengan identifikasi
hasil laboratorium berdasarkan beberapa contoh yang dianalisa, namun
demikian sesungguhnya untuk mendapatkan hasil yang lebih detil
mengenai pola urat (vein) berikut jenis dan tahapan alterasi sebagai
cara untuk menentukan jenis endapan dari logam yang bersangkutan yang akhirnya berupa penentukan kandungan terukurnya, masih harus
dilakukan tahapan eksplorasi yang lebih rinci termasuk di dalamnya
analisa geokimia lanjut.

Gambar 4.8
Deliniasi Penyebaran Emas (warna magenta) dalam skala tinjau.

Hasil

IV-42

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.4.4 Unsur Utama


oleh: Harsenanto C. Widi

Berdasarkan hasil analisa kimia unsur utama dengan menggunakan


metode AAS (Atomic Absorption Spectrometry) terhadap 19 contoh
sedimen dan batuan yang terbagi dalam 13 contoh dasar laut dan 6
contoh

pantai

(Lampiran

Lekat

Hasil

Analisa

Unsur

Utama),

memperlihatkan kejadian secara geokimia sebagai berikut :


Hasil analisa geokimia dari beberapa lokasi

terpilih dapat kami

jelaskan sebagai berikut:


-

Lokasi GRTL 04 a. Sedimen dasar laut berupa bersifat

karbonat dengan kadar

CaO 16,22% sebagian mengalami

ubahan akibat suhu (T) dan tekanan (P) menjadi batugamping


pejal ini dapat dilihat dari hasil analisa zat terbang (tidak
teranalisa)

LOI

kadar

41,63%

terutama

batugamping

didaerah ini sudah mengalami alterasi.


-

Lokasi GRTL 05

endapat sediment pantai berupa pasir

gampingan dengan fragmen batugamping dan fragmen batuan


sebagian fragmen telah mengalami ubahan ditunjukan dengan
kadar LOI 31,11%, SiO2 5,37%, mineral karbonat CaO 39,67,
MgO 14,21%
-

GRTL 06 Sedimen dasar laut berupa pasir gampingan sedikit

kerikilan
SiO2

kadar

CaO 23,79 dan MgO 11,44%, kadar silica

7,49% dan kadar TiO2 5,99% , LOI 41,55%

mencerminkan kondisi batuan didaerah ini sudah mengalami

Hasil

IV-43

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ubahan dan tersilisifikasi seperti rumus kimia dibawah ini.


Terutama dari batuan beku diorite, andesit dan batugamping.
2CaCO3(c) + SiO2 + 4H+
(kalsit)
-

2Ca+2(aq)+2CO2+SiO2(c)+2H2O
(kuarsa)

GRTL 12.sedimen pantai berupa batuan karbonatan sedikit


tufaan, Al2O3 kadar 27,88%

mencerminkan kondisi batuan

vulkanik (tufa) mengalami vitrivikasi menjadi mineral lempung,


adapun

kadar CaO 29, 81%

dan MgO 13,44% bersifat

karbonatan , dari prosentasi kadar senyawa yang ada daerah


ini terdapat batuan bentonit.
-

GRTL 15 dan 17

sedimen pantai berupa pasir gampingan

dengan melihat kadar CaO 42,06-43,71% dan MgO 17,5338,33% maka daerah ini cukup prospek keterdapatan bahan
galian dolomite dengan reaksi
2CaCO3 + Mg+2(aq)
(kalsit)

CaMg(CO3)2 + Ca+2(aq)
(dolomite)

- GRTL 19. sedimen dasar laut dekat Pelabuhan Ferry dari


analisa sedimen dasar laut menunjukan kadar Fe2 O3 (mineral
hematit) 37,19% .
- GRTL.32 dan 34

sedimen pantai berupa kerakal-kerikil

dengan fragmen batuan beku dan karbonat hasil analisa kimia


menunjukan

kadar Fe2O3

4,15- 9,08 %

oksidasi/reduksi dari magnetit,

hematite hasil

silica SiO2 33,54%, kadar

Al2O3 21,44% bersifat lempungan.


-

GRTL-49

Sedimen laut berupa

batuan karbonatan dengan

kadar CaO 17,99% dan MgO 29,08 dengan zat terbang LOI
Hasil

IV-44

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

29,98

mengidentifikasikan sebagian batugamping

telah

terubah menjadi mineral dolomit.


Dari hasil

senyawa sedimen laut di daerah Teluk Tomini dan

sekitarnya memberikan indikasi daerah ini mengandung senyawa SiO2


antara 0,04-38,1% serta kandungan K2O

0,01- 1,04% menurut Van

Bergen at al 1992 batuan didaerah ini rendah K (Tholeite).


4.4.5 Petrografi
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisik masing-masing
mineral penyusun batuan secara mikroskopis (optis) yang tercermin
dari teksturnya. Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap 7 contoh
batuan

di

sepanjang

pantainya

(Lampiran Lekat Hasil Analisa

Petrografi), yang berupa batuan karbonat (wackstone) dan batuan


beku (andesit dan dasit). Pada contoh batuan beku tersebut yang
diambil dari fragmen breksi dari singkapan batuan volkanoklastik
memperlihatkan

bahwa

batuan-batuan

tersebut

umumnya

mengalami gejala alterasi ini dibuktikan dengan hadirnya

telah

beberapa

mineral ubahan seperti serisit dan klorit pada andesit (GRTP-21A) dan
terubahnya horndlende menjadi mineral opak pada dasit (GRTP-05A).
Selain itu khusus pada dasit memperlihatkan indikasi adanya deformasi
fisik yang telah terjadi dengan hadirnya mineral kwarsa yang terkorosi
tercerminkan dengan sifat optisnya berupa pemadaman bergelombang,
yang

diduga

berkaitan

dengan

proses

transportasi

pada

saat

pembentukan endapan volkanoklastik.


Pada batuan karbonat yang teridentifikasi berdasarkan analisa
petrografi adalah wackstone (Dunham, 1962), dicirikan dengan
komposisi kehadiran matriks yang relatif lebih besar dibandingkan
Hasil

IV-45

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

komposisi butiran dari setiap contoh yang dianalisa. Pada contohcontoh ini, khususnya yang terdapat di sekitar pantai Batato (GRTP02) disusun oleh plagioklas, fosil, dan mineral opak sebagai material
butirannya sedangkan massa dasarnya berupa mikrokristalin karbonat.
Menarik untuk diamati pada contoh ini adalah kenampakan plagioklas
yang telah mengalami zona kembar (twinning).
4.5 PENGAMATAN DINAMIKA AIR LAUT
oleh: D. Ilahude, A. Ibrahim dan Noor CD. Aryanto

4.5.1 Tipe Pasang Surut


Kegiatan pengamatan pasang-surut dilakukan di sekitar pelabuhan
Leato Gorontalo yang diamati pada saat kegiatan penelitian sedang
berlangsung. Disamping itu juga sebagai acuan dalam perhitungan
konstanta harmonik komponen pasang surut tersebut digunakan data
pasang surut perairan Gorontalo yang dipublikasikan oleh Dinas HidroOseanografi TNI-AL tahun 2004. Pengamatan ini dimaksudkan untuk
mendapatkan angka koreksi terhadap hasil pengukuran kedalaman laut
yang dilakukan selama pengukuran kedalaman laut (batimetri) maupun
seismik. Lokasi pengukuran ditempatkan pada daerah yang dapat
mewakili daerah penelitian yang berada di sekitar pelabuhan. Dari hasil
pengukuran ini diperoleh posisi surut terendah pada rambu ukur
berada pada kedudukan 0.2 meter dan pada saat air pasang maksimum
berada pada kedudukan 1.5 meter. Dengan demikian kedudukan muka
air rata-rata (mean sea level) pada rambu ukur adalah sebesar 0.85
meter. Perbedaan tinggi antara muka surutan dan pasang maksimum
mencapai ketinggian kurang lebih 1.3 meter. Dari data pasang surut
dengan metode 15 piantan ini diperoleh nilai bilangan Formzal sebesar
Hasil

IV-46

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

0.66 (Tabel 4.3), yang menunjukkan bahwa tipe pasang surut di


adalah tipe pasang surut campuran berganda

perairan Gorontalo

(mixed predominantly semi diurnal) yang artinya

terjadi dua kali

pasang dalam sehari, tetapi tinggi dan interval waktu antara transit
bulan dan pasang naik tidak sama. Fluktuasi muka air laut ini cukup
membangkitkan pergerakan massa air di muka muara sungai Bone

(Gambar 4.9).
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Tipe Pasang Surut Perairan Gorontalo
Dengan Sistem 15 Piantan Metode Admiralty

A (m)

So

M2

S2

N2

K2

K1

O1

P1

M4

MS4

0.8

0.2

0.2

0.0

0.1

0.2

0.1

0.1

0.0

0.0

-120.1

150.2

290.6

150.2

113.3

176.4

113.3

59.2

-177.7

g
F=

0.667827

1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
1

25

49

73

97

121

145

169

193

217

241

265

289

313

337

361

385

409

Gambar 4.9. Kurva pasang-surut perairan Gorontalo dan sekitarnya


Hasil

IV-47

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.5.2 Pengukuran Arus Pasang Surut


Kegiatan pengamatan arus dilakukan untuk mengetahui arah dan
kecepatan arus di daerah penelitian dengan menggunakan alat current

meter. Data arus ini paling tidak akan memberikan informasi arah dan
kecepatan arus terhadap aktifitas kapal-kapal yang masuk ke daerah
pelabuhan dan juga untuk mengetahui sampai sejauh mana pergerakan
limbah jika terjadi kontaminasi limbah dan sampah organik dari kapalkapal yang berlabuh di sekitar muara sungai Bone. Demikian juga data
arus ini untuk memantau sampai sejauh mana pengendapan limbah
rumah tangga dan industri yang berasal dari hulu sungai baik yang
berkaitan dengan pabrik maupun dengan kegiatan penambangan di
daerah hulu. Disamping itu data arus ini digunakan dalam menghitung
kecepatan pengendapan sedimen ke arah muara sungai jika penyebab
utamanya adalah sedimen dari daerah hulu.
Koordinat lokasi penempatan alat current meter ini di ditentukan
dengan

menggunakan

Global Positioning System (GPS), dengan

mengambil posisi di daerah lepas pantai Leato atau tepatnya berada di


muara sungai Bone Gorontalo. Dari hasil pengukuran ini diperoleh arah
dan kecepatan arus seperti yang ditampilkan dalam tabel di bawah ini

(Tabel 4.4).

Hasil

IV-48

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Tabel 4.4
Hasil Pengukuran Arah dan Kecepatan Arus
Di Muara Sungai Bone, Perairan Gorontalo
Alat : Current meter
d Alat: 1 m
d Sta : 30 m
V maks: 0.034 m/dt
V min : 0.002 m/dt
V rata-rata: 0.015 m/dt
Arus dominan: 215.693

Alat : Current meter


d Alat: 5 m
d Sta : 30 m
V maks: 0.104 m/dt
V min : 0.0003 m/dt
V rata-rata: 0.022 m/dt
Arus dominan: 211.6093

Alat : Current meter


d Alat: 15 m
d Sta : 30 m
V maks: 0.005 m/dt
V min : 0.0003 m/dt
V rata-rata: 0.040 m/dt
Arus dominan: 201.9827

Alat : Current meter


d Alat: 20 m
d Sta : 30 m
V maks: 0.214 m/dt
V min : 0.003 m/dt
V rata-rata: 0.030 m/dt
Arus dominan: 196.168

Gambar 4.10.
Hubungan antara komponen arah arus dengan fluktuasi pasang surut perairan
Gorontalo.

Hasil

IV-49

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.5.3 Energi Gelombang dan Arus Pasang Surut


Analisis energi gelombang dapat dilakukan dalam beberpa cara baik
secara random maupun secara simultan dan kontinu. Dalam penelitian
ini dilakukan dua metode pengambilan data yaitu metode perekaman
langsung dan metode prediksi tinggi gelombang. Dalam analisis data
parameter gelombang bahwa semua data-data tersebut hanya
bersifat pendekatan empirik bukan merupakan nilai mutlak (Tabel

4.5). Hal ini sangat tergantung dari parameter klimatologi di daerah


setempat yang sangat dinamis yang mana setiap saat dapat berubah
secara significan. Perubahan secara significan ini akan berpengaruh
terhadap nilai parameter gelombang yang terukur. Oleh sebab itu
dalam penelitian ini data gelombang yang disubstitusikan dalam
persamaan linier empiris adalah harus

disesuaikan dengan kondisi

geografis daerah penelitian serta nilai kecepatan angin di atas 10


knot selama 5 tahun. Dalam penelitian ini diambil 16 titik pendugaan
yang tidak terganggu oleh efek refraksi gelombang akibat dari
bentuk pantai itu sendiri.
Data gelombang hasil prediksi ini dapat mewakili lokasi atau titik
pemantauan sepanjang pesisir pantai Gorontalo. Nilai akhir prediksi
tinggi gelombang telah dikonversikan dalam bentuk besaran energi
fluks dengan menggunakan sistem satuan Newton-meter/detik yang
dapat dilihat dalam tabel maupun dalam grafik kurva energi fluks
gelombang di bawah ini (Gambar 4.11).

Hasil

IV-50

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Tabel 4.5
Nilai Energi Fluks Gelombang Daerah Pesisir Pantai
Perairan Gorontalo
Nilai Energi Fluks
(N-m/det)
21.85
44.50
49.68
41.43
29.78
15.57
10.53
11.02
17.81
12.96
27.05
35.17
35.24
19.72
18.55
28.56

No. Titik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Gambar 4.11
Kurva energi fluks gelombang sepanjang pantai perairan Gorontalo

En. Flux (N-M/Detik)

60
50
40
30
20
10
0
1

10 11 12 13 14 15 16

Titik Pendugaan

Hasil

IV-51

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Nilai energi fluks terendah sebesar 10.5 N-m/det yang terdapat di


titik duga nomor 7, sedangkan terbesar mencapai nilai sebesar 49.6
N-m/det yang terdapat di titik duga nomor 3. Nilai energi fluks
tersebut memberikan gambaran bahwa di sepanjang pantai pesisir
Gorontalo terdapat titik-titik yang rawan terhadap abrasi gelombang
secara musiman yang dapat memicu abrasi jika di kawasan ini
terdapat bangunan maupun sistem proteksi pantai yang menyalahi
kaidah empirik dari pola penjalaran gelombang di kawasan itu.
Dari analisis arus sejajar pantai (longshore current) menunjukan
bahwa arah arus tersebut bergerak ke arah barat walapun terdapat
teluk-teluk sempit di bagian timur Bilungala yang mempengaruhi arah
arus, akan tetapi

pergerakan arus sejajar pantai

ini menjelang

musim tenggara cenderung ke arah barat.


Dilain pihak hasil pengamatan gelombang secara visual di beberapa
titik lokasi di kawasan pesisir pantai bagian selatan yaitu di daerah
Molotabu, Bilungala dan Tombulilato Kabupaten Bone Bolango ini
menunjukan bahwa energi gelombang pada masa transisi menjelang
musim tenggara memperlihatkan amplitudo relatif sedang hingga
tinggi, yaitu antara 40 sampai 60 cm dengan perioda rata-rata 4,31
detik terutama ke arah bagian timur dari Molotabu, sedangkan ke
arah barat amplitudo gelombang cenderung mengecil. Pada musim
tenggara energi gelombang akan mencapai maksimum bisa di atas 60
cm dan memicu percepatan arus sejajar pantai yang cenderung
memasok sedimen di sepanjang pantai. Dari hasil perhitungan
parameter gelombang tersebut di atas serta hubungannya dengan
laju
Hasil

pengendapan

sedimen

di

sepanjang

pantai,

maka

laju
IV-52

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

perpindahan sedimen tersebut dapat didekati dari hubungan linier


antara energi fluks gelombang dengan frekuensi angin pada suatu
titik tinjau di lapangan. Oleh karena penelitian ini dilaksanakan pada
masa transisi menjelang musim tenggara maka
kecepatan

pasokan

sedimen

tidak

akan

hasil perhitungan

sama

dengan

waktu

pengambilan data pada musim tenggara. Kecepatan perpindahan


sedimen tersebut secara kuantitatif dapat didekati dengan formulasi
dari persamaan linier empiris (Komar dan Inman 1970, dalam Bijker

1988) yang mengacu pada parameter gelombang di tiap titik tinjau di


sepanjang garis pantai. Dengan mensubstitusikan data tinggi dan
periode gelombang significant rata-rata, diperoleh angka kumulatif
dari ketiga lokasi tersebut, rata-rata adalah kurang lebih Q = 8.537
m3/tahun. Ini berarti bahwa energi gelombang di kawasan pesisir
pantai Gorontalo terutama di bagian timur pantai Leato berpotensi
memasok sedimen dengan volume kecepatan 8.537 m3 setiap tahun
dengan ketentuan bahwa tatanan litologi di pesisir pantai tersebut
terdiri atas sedimen ukuran pasir. Nilai tersebut bukan nilai mutlak
akan tetapi merupakan nilai pendekatan empirik dari kecepatan
endapan sedimen yang dapat dipasokkan oleh

gelombang selama

periode transisi menjelang musim tenggara. Kondisi ini merupakan


gambaran bahwa walaupun pada masa transisi, ternyata pengaruh
energi gelombang di kawasan timur pelabuhan Gorontalo cukup besar
untuk memasok material pasir ke arah barat.
Jika pendekatan nilai kumulatif Q pada tiga lokasi pantai tersebut
dikorelasikan dengan pergerakan sedimen sepanjang pantai maka
efek energi gelombang tersebut akan diikuti oleh daerah pantai yang
berpotensi mengalami erosi dan sedimentasi dengan arah pergerakan
Hasil

IV-53

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

sedimen

cenderung bergerak ke arah barat. Dari peta tersebut

terlihat bahwa daerah yang berpotensi terjadi erosi adalah kawasan


yang berada paling timur daerah penelitian yaitu daerah Tombulilato,
kemudian Bonepantai termasuk pelabuhan mini TPI ikan tuna dan
daerah pantai indah Lahilote serta ujung barat daerah Bongo.
Sedangkan kawasan yang berpotensi sedimentasi yaitu daerah pesisir
pantai Bilungala, kemudian sebelah timur muara sungai Bone dan
daerah Bongo timur. Dari beberapa daerah yang mengalami abrasi
dan sedimentasi di pesisir pantai Gorontalo tersebut ternyata
terdapat satu kawasan pesisir yang relatif stabil yang terdapat di
daerah Bongo timur. Di daerah ini sangat cocok di kembangkan
menjadi kota wisata pantai dengan persaratan tidak membuat sistem
proteksi pantai di kawasan tersebut.
Pada

musim

tenggara

kecepatan

pasokan

sedimen

tersebut

diperkirakan akan lebih besar lagi yang diikuti daerah yang tererosi.
Pola pergerakan sedimen ke arah barat ini ditandai dengan
ditemukannya endapan

sedimen pasir cukup luas di daerah bagian

barat muara sungai Bone, yaitu di daerah Bongo timur dan Lahilote

(Foto 4.10 dan 4.11).

Hasil

IV-54

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Foto 4.10.
Akumulasi sedimen di daerah teluk (Lokasi : Bongo timur)

Foto 4.11.
Akumulasi sedimen di daerah teluk sempit.
(Lokasi : Daerah bagian barat pantai indah Lahilote)
Hasil

IV-55

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Apabila kondisi di atas dikaitkan dengan fluktuasi muka air laut di


daerah Gorontalo dan sekitarnya, maka proses abrasi yang terjadi di
beberapa lokasi di kawasan pesisir Gorontalo tersebut pada umumnya
terjadi menjelang periode air pasang maksimum (top limit spring) yang
berlangsung dua kali dalam sehari, sesuai dengan tipe pasang surut di
perairan tersebut.
Perubahan fluktuasi muka air laut tersebut akan akan diikuti oleh
gerakan massa air baik secara vertikal maupun horizontal. Gerakan
massa air ini dapat direkam selama 25 jam yang diamati di muara
Sungai Bone pada masing-masing kedalaman 1.5, 15 dan 20 meter. Dari
data rekaman tersebut menunjukkan bahwa arah pergerakan arus pada
setiap lapisan kedalaman sangat bervariasi. Keadaan ini menunjukkan
bahwa di muara Sungai Bone merupakan zona perputaran arus (loop

current) yang mana setiap lapisan mempunyai arah yang berbeda-beda


yang disebabkan antara lain oleh faktor pola sirkulasi arus global dan
pasang surut di perairan Teluk Tomini itu sendiri. Disamping itu juga
diperkirakan adanya perbedaan antara suhu massa air dari sungai Bone
dan suhu massa air dari perairan Teluk Gorontalo sehingga terjadi pola
arus demikian. Bahkan pada kondisi tertentu terutama pada musim
tenggara di daerah perairan Teluk Tomini Gorontalo sering terjadi

upwelling.
Peristiwa upwelling ini terjadi karena perairan Teluk Tomini Gorontalo
merupakan bagian dari perairan laut Maluku yang mempunyai morfologi
dasar laut yang sangat curam dengan kedalaman di atas 500 meter,
sehingga proses upwelling dan percampuran suhu massa air dari sungai
dengan massa air laut sering terjadi. Peristiwa upwelling ini tidak
berlangsung setiap saat hanya terjadi pada saat-saat tertentu dan
Hasil

IV-56

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

umumnya menjelang musim timur atau tenggara di perairan laut Maluku

(Birowo, A.G. Ilahude, 1977). Oleh karena adanya turbulensi massa air
pada lapisan bawah di Teluk Gorontalo ini maka kondisi tersebut
sangat berpengaruh terhadap pengukuran arus pasang surut di lokasi
pengamatan. Indikasi tersebut terlihat pada kecepatan arus di lapisan
atas relatif kecil pada kedalaman 1 meter jika dibandingkan dengan
kecepatan arus di lapisan bawah pada kedalaman 20 meter seperti
terlihat pada Tabel 4.3 di muka.
4.6

PENGAMATAN DINAMIKA PANTAI


oleh: D. Ilahude, A. Ibrahim dan Noor CD Aryanto

4.6.1 Zona Potensi Abrasi


Secara umum daerah pesisir pantai perairan Gorontalo pada umumnya
bertebing terjal dengan sudut kemiringan lereng antara 45o hingga
90o, (Foto 4.12) dengan kedalaman perairan dekat pantai (nearshore)
relatif dalam. Batuan penyusun pantai terdiri dari batuan volkanik
yang hampir menutupi seluruh daerah penelitian sehingga proses
abrasi gelombang di sepanjang pantai ini hampir tidak begitu
berdampak terhadap lingkungan di sekitarnya. Hanya beberapa lokasi
pesisir pantai yang mengalami abrasi dan sedimentasi secara musiman
terutama di pesisir pantai bagian timur dari TPI Bonepantai. Akan
tetapi proses abrasi ini berlangsung relatif lambat dan tidak begitu
berpengaruh terhadap lingkungan penduduk maupun sarana jalan di
sepanjang pantai. Proses abrasi di pesisir pantai Gorontalo umumnya
lebih disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri (Foto 4.13). Kerusakan
akibat ulah manusia ini dapat dijumpai di bagian timur dari pelabuhan

Hasil

IV-57

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

penyeberangan ferry yaitu tanggul yang berada di pelabuhan


penambatan ikan tuna daerah Bone Pantai.

Foto 4.12.
Salah satu morfologi pantai yang bertebing
Lokasi : Daerah bagian timur Molotabu

Foto 4.13
Salah satu pantai yang rawan erosi dari aktifitas
Gelombang. Lokasi : TPI Ikan Tuna Bonepantai

Hasil

IV-58

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.6.2 Zona Potensi Sedimentasi


Walaupun daerah pesisir pantai bagian barat dan timur merupakan
daerah yang relatif resistant terhadap proses abrasi, akan tetapi
secara geografis, daerah Teluk Tomini dominan dipengaruhi oleh dua
komponen angin utama yaitu dari arah tenggara dan selatan yang
berperan sebagai pembangkit gelombang di daerah pesisir selatan
Gorontalo. Oleh sebab itu pada musim tenggara energi gelombang
yang menuju pantai cukup memperbesar arus sejajar pantai yang
bermuatan sedimen. Pada musim tenggara diperkirakan tinggi
gelombang di perairan dalam (deepwater) daerah lepas pantai
Gorontalo mencapai 1.5 meter atau lebih. Energi gelombang yang
mencapai garis pantai cenderung membangkitkan arus sejajar pantai
yang berpotensi memasok sedimen ke daerah-daerah di sepanjang
pantai Gorontalo terutama daerah yang landai. Di setiap tempat
percepatan arus dengan muatan sedimen ini berbeda-beda, hal ini
sangat

tergantung

pada

energi

dan

karakteristik

penjalaran

gelombang yang menuju pantai.


Keberadaan endapan pasir di teluk-teluk kecil tersebut cukup
memberikan kontribusi terhadap keindahan lingkungan pantai di
sekitarnya sehingga di kawasan ini mempunyai potensi untuk
dibangunnya sarana obyek wisata pantai. Demikian juga terumbu
karang yang menempati beberapa lokasi di sepanjang pantai tersebut
cukup menjadi barier alami terhadap energi gelombang yang menerpa
pantai, sehingga sedimen yang dipasok oleh arus longshore ini relatif
sedikit dan umumnya terakumulasi di daerah teluk yang sempit. Akan
tetapi sedimen ini pada musim hujan terbawa ke muara dan
menyumbat muara-muara sungai di sepanjang pantai (Foto 4.14).
Hasil

IV-59

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Foto 4.14
Salah satu muara sungai yang memperlihatkan
sumbatan sedimen yang menutupi muara sungai
(Lokasi : Pantai bagian timur Bilungala)

Hasil

IV-60

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

BAB V

KESIMPULAN

etelah menganalisis berbagai data yang tercerminkan dari hasil di bab


sebelumnya, secara umum ldapat ditarik beberapa kesimpulan seperti

berikut di bawah ini:

Lokasi telitian berdasarkan pengamatan karakteristik pantai dapat dibagi


menjadi 3 jenis, yaitu: (1) Pantai berbatu; (2) Pantai bertebing dan (3)
Pantai berpasir.

Satuan geomorfologi dengan menggabungkan berbagai data seperti peta


topogragi dan geologinya untuk daerah pantai ke arah darat terbagi atas
5 (lima satuan geomorfologi yaitu: (1) Perbukitan vulkanik berlereng curam
yang menempati bagian barat daerah telitian yaitu daerah Batulanggelo,
Olimoo, Lamu, Bongo Barat, dimana daerah ini memiliki relief perbukitan
dengan kemiringan lereng yang curam yang berkisar antara 22.22% sampai
Kesimpulan

V-1

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

50%; (2) Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng sedang


menempati daerah Bongo Timur, Pohe, Donggala, Tenda, dengan relief
perbukitan dengan kemiringan lereng sedang yang berkisar antara 15%
sampai 20%; (3) Satuan geomorfologi perbukitan kompleks berlereng
sedang menempati daerah Leato, Leato Selatan, Tamboo, Inengo,
Modelamo, Molutabu Barat, Molutabu Timur, Oluhuta, Timbuoto, Luwohu,
Talumolo yang memiliki relief perbukitan dengan lereng sedang yang
berkisar

antara

16.67%

sampai

8.75%;

(4)

Satuan

geomorfologi

perbukitan struktural berlereng landai ini menempati daerah dekat sungai


Bone, dengan relief perbukitan dan kemiringan lereng landai yang berkisar
antara 8.33% sampai 12.55%. Litologi daerah ini adalah Batuan terobosan:
Granit, Granodiorit, Diorit, dengan demikian maka diinterpretasikan
bahwa proses yang bekerja pada pembentukan bentuklahan (genetik)
daerah ini adalah intrusi yang berdasarkan relief, genetik, litologi, pola
pengaliran yang ada maka daerah ini dimasukkan ke dalam Satuan
Geomorfologi

Perbukitan

struktural

berlereng

landai;

(5)

Satuan

geomorfologi perbukitan kompleks berlereng curam - menempati daerah


Olele,

Tolotio

Kiki,

Tamboo,

Mobuhu,

Bilungala,

Tihu,

Tongo,

Botungobungo, Uabanga Tengah, Tambulitato, dengan relief perbukitan


dengan kemiringan lereng curam yang berkisar antara 21.42% sampai
50%, daerah ini dimasukkan dalam perbukitan kompleks karena proses
pembentukan bentuklahan daerah ini kompleks yaitu vulkanik, struktur,
dan intrusi.

Lokasi kegiatan di daerah daratnya memiliki 3 pola pengaliran, sebagai


berikut: (1) Pola pengaliran paralel baik yang berdebit air permanen
maupun intermitten. Untuk jenis pola aliran pararel yang permanen
terdapat pada bagian paling Barat dari daerah telitian, sungai di daerah
Kesimpulan

V-2

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Batulanggelo, Sungai di daerah Bongo Timur, Pohe, Batato, Leato, Leato


Selatan, Molutabu Timur, Sungai Dutula Oluhuta, Sungai Dutula Olele,
Sungai Dutula Molutabu, Sungai Manungga Daa, Sungai di sebelah Barat
Dutula Mopuya Kiki; (2) Pola pengaliran Dendritik, untuk yang berjenis
sungai permanen (aktif) terdapat di sebelah barat dan timur daerah
Batulanggelo, Sungai Dutula Olohuta, sungai Dutula Tolotio, Sungai Dutula
Uabanga, Sungai Dutula Mopuya Daa, Sungai Dutuna Matango, sungai di
sebelah Timur Tiumbolo dan sebagian kecil sungai-sungai yang bermuara
di Sungai Bone; (3) Pola pengaliran subdendritik merupakan modifikasi
dari pola dendritik, karena pengaruh dari topografi dan struktur. Pada
pola ini topografi sudah miring, struktur sudah berperan tetapi sangat
kecil terdiri dari Sungai Dutula Bilungala, Sungai Dutula Tambulitato,
Sungai Dutuna Tulaboto dan sebagian besar sungai yang bermuara di
Sungai Bone.

Kedalaman laut berkisar antara 25 sampai 500 meter dengan 2 pola


kontur; (1) batimetri dengan pola kontur tertutup (closure) dengan
kedalaman semakin besar ke arah pusat, terlihat mulai daerah Lamu,
kemudian Leato Selatan, Tamboo, Inengo, Modelomo, Molutabu Timur,
Oluhuta, Olele, Tolotio Kiki, Mobuhu, Uabanga Tengah; (2) Kontur
batimetri dengan pola memanjang atau sejajar mengikuti garis pantai di
daratnya, terlihat dari Batulanggelo, Olimoo, Lamu, Bango Barat, Bango
Timur, Batato, Talumolo, Leato, Mohubu, Tihu, Tongo, Botungobungo, dan
Tambulitato.

Bentuk morfologi dasar lautnya berdasarkan kedalaman yang divisualkan


dalam bentuk 3 dimensi dapat dibagi menjadi tiga (3) satuan morfologi
dasar laut, yaitu: (1) Satuan morfologi tinggian, satuan ini menempati
bagian tepi dari Teluk Tomini meliputi daerah Inego dengan kedalaman
Kesimpulan

V-3

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

berkisar antara (-25m) sampai (-100m) dan bagian tengah dari Teluk
Tomini, satuan ini mempunyai luas kurang lebih 20 % dari daerah telitian;
(2) Satuan morfologi lereng pantai ini dicirikan oleh adanya kemiringan
antara pantai dengan permukaan dasar laut, hal ini disebabkan oleh
kemiringan dasar laut pada umunya bertambah ke arah laut lepas. Satuan
ini menempati hampir di sepanjang garis pantai dengan luas kurang lebih
45% dari seluruh daerah telitian dan (3) Satuan morfologi dasar laut
lembah, terdapat di bagian tengah dan tepi Teluk Tomini meliputi daerah
Leato, Leato Selatan, Inengo, Molutabu Barat, Molutabu Timur, Olele,
Mobuhu, Tolotio Kiki, Tongo, Uabanga Tengah, dan daerah bagian Timur
dari dari daerah telitian.

Berdasarkan hasil analisa besar butir, di lokasi telitian dapat dibagi dalam
4 (empat) satuan sedimen permukaan dasar laut, meliputi: (1) Satuan
Sedimen Krikil Pasiran menempati antara lain lepas pantai daerah
Batulanggelo, Olimoo, dan Lamu. Satuan ini berbentuk memanjang dan
menempati daerah pantai dan laut dengan kedalaman antara 0 sampai
(75m) dan makin dalam ke arah timur hingga kedalaman kurang-lebih 100
m; (2) Satuan sedimen Pasir kerikilan. Satuan ini berbentuk memanjang
dan terdapat pada kedalaman antara (50m) sampai (325m) untuk yang
terdapat di daerah lepas pantai Tamboo, Inengo, Modelamo terdapat pada
kedalaman (125m) sampai (275m); (3) Satuan Sedimen Lanau Pasiran yang
memanjang dari barat ke timur terdapat di lepas pantai Olimoo dan Lamu,
menempati kedalaman antara (125m) sampai (325m); (4) Satuan Terumbu
dimaksudkan adalah terumbu karang yang masih tergenang oleh air laut
terdapat antara lain di lepas pantai daerah Leato Selatan, Tambo, Inengo,
Modelamo, Molutabu Barat, dan Molutabu Timur.

Kesimpulan

V-4

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Jenis mineral yang diperoleh secara metode basah didapatkan 10 jenis


mineral berat dan 1 jenis mineral ringan serta 1 material bawaan. Mineral
berat yang diperoleh berupa: magnetit, hematit, hornblende, biotit, augit,
diopsit, rutil, zirkon, muskovit dan limonit. Mineral ringan yang teramati
pada analisis ini adalah kuarsa sedangkan material bawaan berupa
cangkang. Sedangkan berdasarkan metode kering pada contoh batuan
didapatkan 7 jenis mineral berat meliputi: magnetit, ilmenit, epidot,
zirkon, piroksin, pirit dan oksida besi.

Magnetit yang berasal dari sedimen pantai kandungan tertinggi sebesar


77,5% (GRTP-07) dijumpai di sisi barat pantai Bongo Timur.

Ilmenit di daerah pantai kandungan tertinggi sebesar 19,5% dan 17,10%


dijumpai di lokasi GRTP-07 dan GRTP-05A (keduanya terdapat di sisi
barat muara S.Bone).

Keterdapatan piroksen secara lateral berkisar antara 2,9% yang dijumpai


di sekitar pantai Bongo Timur (GRTP-07) hingga 97% berat yang
merupakan konsentrasi terbesar dijumpai di sekitar pantai Uabanga
Tengah (GRTP-23).

Keterdapatan epidot hanya dijumpai pada sedimen pantai di sekitar Pohe


dan Batato (GRTP-05A) itupun hanya berupa jejak (trace).

Berdasarkan analisa logam dasar denggan menggunakan metode AAS


kandungan Au memperlihatkan konsentrasi cukup lumayan pada lima lokasi,
yaitu GRTP-16, 17, 17A, 19 dan 20 yang semuanya berada pada kawasan
desa Oluhuta dengan pola mengikuti aliran sungai Oluhuta dan pola
sesarnya. Kenampakan kadar yang sangat signifikan terdapat pada lokasi
GRTP-17 yang diambil dari bagian dinding dekat dengan intrusi. Kandungan
tersebut memperlihatkan kecenderungan yang makin berkurang ke arah
pantai untuk kadungan Au nya.
Kesimpulan

V-5

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Dari data pasang surut dengan metode 15 piantan diperoleh nilai bilangan
Formzal sebesar

0.66, yang menunjukkan bahwa tipe pasang surut di

perairan Gorontalo adalah tipe pasang surut campuran berganda (mixed

predominantly semi diurnal) yang artinya terjadi dua kali pasang dalam
sehari.

Berdasarkan analisa gelombang nilai energi fluks terendah sebesar 10.5


N-m/det yang terdapat di titik duga nomor 7, sedangkan terbesar
mencapai nilai sebesar 49.6 N-m/det yang terdapat di titik duga nomor 3.
Nilai energi fluks tersebut memberikan gambaran bahwa di sepanjang
pantai pesisir Gorontalo terdapat titik-titik yang rawan terhadap abrasi
gelombang secara musiman yang dapat memicu abrasi jika di kawasan ini
terdapat bangunan maupun sistem proteksi pantai yang menyalahi kaidah
empirik dari pola penjalaran gelombang di kawasan itu.

Dari analisis arus sejajar pantai (longshore current) menunjukan bahwa


arah arus tersebut bergerak ke arah barat walapun terdapat teluk-teluk
sempit di bagian timur
tetapi

Bilungala yang mempengaruhi arah arus, akan

pergerakan arus sejajar pantai

ini menjelang musim tenggara

cenderung ke arah barat.

Tatanan litologi pantai daerah pesisir selatan Gorontalo sangat


dipengaruhi oleh energi gelombang dari arah tenggara, namun karena
resistant dari batuan penyusun pantai ini relatif tinggi terutama di bagian
timur Molotabu, maka proses abrasi di sepanjang pantai ini tidak begitu
berpengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya.

Proses erosi oleh aktivitas gelombang musiman terjadi pada daerah yang
telah dipengaruhi oleh faktor

manusia, seperti pembuatan tanggul,

seawall dan sistem proteksi pantai.

Kesimpulan

V-6

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Pasokan sedimen di muara-muara sungai sangat erat kaitannya dengan


curah hujan yang tinggi di daratan bagian utara Gorontalo yang
menimbulkan limpasan permukaan yang bermuatan sedimen dan melahirkan
endapan lumpur dan pasir di muara-muara sungai.

Pergerakan sedimen cenderung ke arah barat dengan daerah stabil


berada di daerah Bongo timur yang berpotensi untuk kawasan wisata
pantai.

Kesimpulan

V-7

HASIL ANALISA OLES

Hasil Analisa Sayatan Oles


SEDIMEN PANTAI & DASAR LAUT

No. Contoh &


Kedalaman

GRTL-04
GRTL-04B
GRTP-09
GRTP-13
GRTP-13A(PTT-02)
GRTP-14
GRTP-14A(PTT-03)
GRTP-14A
PTT - 05
PTT - 06
GRTP-15
PTT - 08
PTT - 09
GRT.P
GRTP-22
GRTP-30
GRTP-27
GRTP-23

GAMPINGAN
F
o
r
a
m
i
n
i
f
e
r
a

N
a
n
n
o

R
TR
R
TR
c
c
c
R
R
R
R
R
R
TR
c
-

Keterangan :
D = banyak
A = sangat umum
a = umum

F
r
a
g
m
e
n

M
i
k
r
i
t

a
a
A
c
TR
A
D
D
D
D
a
D
D

D
D
D
D

Daerah selidikan : Perairan Teluk Tomini


Tanggal dikerjakan:
Dikerjakan oleh : Ir. Hartono

BIOGENIK
SILIKATAN
R
a
d
i
o
l
a
r
i
a

D
i
a
t
o
m
a
e

S
p
o
n
g
e

C
C
R
-

Q
c
c
C
a
D
a
R
R
c
a
c
R

F
TR
TR
-

M
TR
TR
TR
-

HM
R
R
R
a
TR
TR
TR
TR
TR
TR
TR
TR

R
R
R
c

TR
TR
R
TR

(75 %)
(75 - 50 %)
(50 - 30 %)

s
p
i
c

AUTIGENIK

BUKAN BIOGENIK
PASIR DAN LANAU
K
a
r
b
o
n
a
n

C = agak umum
c = kadang - kadang

T
o
t
a
l

(30 - 15 %)
(15 - 5 %)

d
e
n
t
r
i
t
u
s

Fe/Mn

O
k
s
i
d
a

v
o
l
k
a
n
i
k

s
h
a
r
r
d

L
e
m
p
u
n
g

Z
e
o
l
i
t

D
o
l
o
m
i
t

G
i
p
s
u
m

G
l
a
u
k
o
n
i
t

BESAR BUTIR

a
c
R

TR
-

TR
TR
R
R
R
R
R
TR
R
TR

Ln - Ps.sh - Ps.h
Lp - Ln - Ps.sh - Ps.h
Ps.h - Ps.k
Ps.h - Ps.k
Ps.h - Ps.sk
Ps.h - Ps.sk
Ps.h - Ps.k
Ps.h - Ps.k
Ps.h - Ps.k
Ps.h - Ps.sk
Ps.h - Ps.k
Ps.h - Ps.k
Ps.h - Ps.sk

R
R
c
c

TR
TR
R

Ps.h - Ps.k
Ps.h - Ps.sk
Ps.h - Ps.k
Ps.h - Ps.k

c
c
C
D
D
a
R
R
c
-

R = jarang
TR = sangat jarang

(5 - 1 %)
(1 %)

Lp = Lempung
Ps.h = Pasir halus
Ln = Lanau
Ps.m = Pasir menengah
Ps.sh = Pasir sangat halus

PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

Hasil Analisa Sayatan Oles


SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT

No. Contoh &


Kedalaman

GRTL-05
GRTL-06
GRTL-13
GRTL-14
GRTL-15
GRTL-19
ST - 2B
ST - 3B
GRTP-33A
GRTP-11
GRTP-33
GRTP-23
GRTP-17
Ds. Lamu
S. Peluhuhan

GAMPINGAN
F
o
r
a
m
i
n
i
f
e
r
a

N
a
n
n
o

TR
TR
R
c
c
R
R
TR
TR
TR
TR
TR
TR
TR

Keterangan :
D = banyak
A = sangat umum
a = umum

F
r
a
g
m
e
n

M
i
k
r
i
t

c
c
c
c
A
c
A
D
a
a
D
D
a
A
A

c
TR
R
-

(75 %)
(75 - 50 %)
(50 - 30 %)

Daerah selidikan : Perairan Teluk Tomini


Tanggal dikerjakan:
Dikerjakan oleh : Ir. Hartono

BIOGENIK
SILIKATAN

R
a
d
i
o
l
a
r
i
a

D
i
a
t
o
m
a
e

S
p
o
n
g
e

s
p
i
c

AUTIGENIK

BUKAN BIOGENIK
PASIR DAN LANAU
K
a
r
b
o
n
a
n

C = agak umum
c = kadang - kadang

T
o
t
a
l

Q
F
A TR
a
a
a
c
a
c
TR a
A
R
a
a
a
(30 - 15 %)
(15 - 5 %)

M
TR
TR
TR
TR
TR
-

HM
c
c
C
C
TR
c
R
TR
R
R
TR
c
TR
TR

d
e
n
t
r
i
t
u
s

D
A
A
A
c
A
C
TR
a
A
R
a
a
a

R = jarang
TR = sangat jarang

Fe/Mn

O
k
s
i
d
a

R
(5 - 1 %)
(1 %)

v
o
l
k
a
n
i
k

s
h
a
r
r
d

L
e
m
p
u
n
g

Z
e
o
l
i
t

D
o
l
o
m
i
t

G
i
p
s
u
m

G
l
a
u
k
o
n
i
t

TR
R
TR
TR
TR
TR
TR
TR
TR

BESAR BUTIR

Ps.sh - Ps.m
Ln - Ps.sh - Ps.h
Ps.sh - Ps.h
Ps.sh - Ps.h
Ps.sh - Ps.h
Ps.sh - Ps.h
Ps.sh - Ps.k
Ps.h - Ps.sk
Ps.h - Ps.sk
Ps.h - Ps.k
Ps.h - Ps.k
Ps.h - Ps.k
Ps.sh - Ps.h
Ps.sh - Ps.k
Ps.h - Ps.k

Lp = Lempung
Ps.h = Pasir halus
Ln = Lanau
Ps.m = Pasir menengah
Ps.sh = Pasir sangat halus

HASIL ANALISA PETROGRAFIS

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ANALISIS P ETROGRAFI
No. Conto -Lab

GRTP-33

Lokasi Daerah

Pemilik
Nama
Batuan

Puslitbang Geologi Kelautan


Batugamping Biomikrit (Wackstone)

Pemeriksa :
Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir sangat halus hingga berukuran 9 mm,
bentuk butir menyudut, kemas terbuka, terpilah buruk. Di susun oleh fragmen-fragmen fosil foraminifera dan
koral di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat (mikrit). Pada beberapa bagian terdapat sedikit mineral
opak, batuan nampak sarang (porous).
Fragmen fosil, tak berwarna-kecoklatan, berbutir halus hingga berukuran 9 mm (fosil koral), sebagian besar
fosil sudah tidak utuh berupa pecahan-pecahan menyudut, jenis fosil terutama foraminifera dan koral,
umumnya diisi oleh kristal-kristal halus kalsit yang nampak terang, sebagian fosil diisi oleh mikrokristalin
karbonat, kusam hingga mendekati opak.
Mineral opak, berwarna hitam, berbutir sangat halus, terdapat menyebar, sebagian teroksidasi menjadi
oksida besi berwarna coklat.
Masa dasar, mikrokristalin karbonat, fragmen-fragmen fosil berbutir halus, berwarna abu-abu-kecoklatan
hingga mendekati opak, setempat terdapat spary calcite sperti mengisi rongga-rongga.
Komposisi (% volume) :
Karbonat (99), Opak/ Oksida besi (1).

A B C D E F G H I J K L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fotomikrograf :
Batugamping biomikrit/ wackstone yang di susun oleh fragmen-fragmen fosil foraminifera di dalam masa
dasar mikrokristalin karbonat. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
ANALISIS P ETROGRAFI
No. Conto -Lab

GRTP-05

Lokasi Daerah

Pemilik
Nama
Batuan

Puslitbang Geologi Kelautan


Wackstone Terbreksikan

Pemeriksa :
Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran > 1cm,
bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, kemas terbuka, terpilah buruk. Di susun oleh fragmen-fragmen
batugamping dengan masa dasar / penyemen mikrokristalin kalsit (spary calcite).
Fragmen batugamping, berwarna abu-abu kecoklatan, nampak kusam, berukuran hingga > 1 cm, bentuk
butir menyudut-menyudut tanggung, di susun oleh fragmen-fragmen fosil dengan sedikit butiran-butiran halus
kuarsa dan mineral opak di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat.
Masa dasar atau penyemen berupa mikrokristalin kalsit, tak berwarna, sedikit kusam, berbutir sangat halus,
hubungan antar butirnya saling bertautan.
Komposisi (% volume) :
Karbonat (98), Kuarsa (2), Opak (trace).

A B C D E F G H I J K L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fotomikrograf :
Wackstone terbreksikan yang disusun oleh fragmen-fragmen batugamping yang mengandung fragmen fosil
dan sedikit kuarsa (putih). Nampak mikrokristalin kalsit (terang) sebagian masa dasar/ penyemen.
Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
ANALISIS P ETROGRAFI
No. Conto -Lab

GRTP-05A

Lokasi Daerah

Pemilik

Puslitbang Geologi Kelautan

Nama Batuan

Dasit

Pemeriksa :
Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur porfiritik, berbutir halus hingga berukuran 4 mm,
bentuk butir anhedral-subhedral, di susun oleh fenokris plagioklas, kuarsa, hornblende, biotit dan mineral
opak di dalam masa dasar butiran-butiran halus plagioklas, kuarsa, opak dan gelas.
Plagioklas, tak berwarna, berbutir halus hingga berukuran 4 mm, bentuk butir subhedral, menunjukkan
kembar polisintetik, sebagian nampak berzona, plagioklas berbutir halus tersebar membentuk masa dasar.
Kuarsa, tak berwarna, berbutir halus hingga berukuran 3,5 mm, bentuk butir anhedral, sebagian nampak
korosi, menunjukkan, pemadaman bergelombang.
Biotit, berwarna coklat, berbutir halus hingga berukuran 3,5 mm, bentuk butir anhedral, menunjukkan
pleokroisme kuat.
Hornblende, berwarna coklat, tinggal berupa relik, berbuitr halus hingga berukuran 2.5 mm, bentuk butir
subhedral, menunjukkan pleokroisme kuat, hampir seluruhnya terubah kuat ke mineral opak.
Mineral opak, berwarna hitam, berbutir halus hingga berukuran 1 mm, bentuk anhedral, terdapat menyebar
sebagian terdapat bersama masa dasar.
Masa dasar terdiri butiran-butiran halus plagioklas, kuarsa, mineral opak, dan gelas, berwarna coklat pucat,
isotrop, bercampur dengan mikrokristalin feldspar.
Ubahan :
Hornblende
opak
Komposisi (% volume) :
Plagioklas (45), Kuarsa (8), Hornblende (1), Biotit (4), Opak (10), Gelas (10), Mikrokristalin feldspar (22).

A B C D E F G H I J K L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fotomikrograf :
Dasit yang disusun oleh fenokris kuarsa (A1), biotit (K2) dan plagioklas (D4, K8), di dalam masa dasar
mikrokristalin feldspar, plagioklas, kuarsa dan gelas. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
ANALISIS P ETROGRAFI
No. Conto -Lab

GRTP-21A

Lokasi Daerah

Pemilik

Puslitbang Geologi Kelautan

Nama Batuan

Amigdaloidal Andesit Terubah

Pemeriksa :
Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur aphanitik, berbutir sangat halus hingga berukuran
1.75 mm, bentuk butir anhedral, di susun oleh kuarsa, mineral opak di dalam masa dasar mikrokristalin
feldspar, abu magnetit, klorit dan relik-relik gelas.
Kuarsa, tak berwarna, berbutir halus hingga berukuran 1,75 mm, berbentuk bulatan-bulatan sempurna
menunjukkan pemadaman bergelombang, terutama mengisi rongga-rongga yang diduga bekas gas,
sebagian membentuk urat halus atau rongga-rongga berbentuk elipsoid dan tersebar bersama masa dasar,
pada beberapa rongga terdapat bersama-sama biotit, berwarna coklat, berupa butiran-butiran halus,
menunjukkan pleokroisme kuat, sebagian tersebar barsama masa dasar.
Mineral opak, berwarna hitam, berbutir halus berukuran 0,6 mm, bentuk butir anhedral, sebaigan besar
tersebar bersama-sama masa dasar (abu magnetit)
Masa dasar terdiri dari mikrokristalin feldspar, tak berwarna, berupa butiran sangat halus, bercampur
dengan klorit, berwarna hijau pucat, berserabut, diduga merupakan hasil ubahan dari gelas yang sebagian
nampak berupa reli-relik berwarna coklat pucat, isotrop. Disamping itu terdapat sedikit serisit mengelompok
berupa agregat- agregat halus berserabut.
Komposisi (% volume) :
Kuarsa (12), Opak (5), Mikrokristalin feldspar (18), Biotit (15), Klorit (35), Gelas (13), Serisit (2).

Fotomikrograf :
Amigdaloidal andesit terubah yang disusun oleh bulatan-bulatan kuarsa, di dalam masa dasar mikrokristalin
feldspar, klorit, opak dan gelas. Nampak kuarsa membentuk urat halus. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
ANALISIS P ETROGRAFI
No. Conto -Lab

GRTP-11

Lokasi Daerah

Pemilik

Puslitbang Geologi Kelautan

Nama Batuan

Wackstone

Pemeriksa :
Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran 1.5 mm,
kemas terbuka, terpilah buruk. Di susun oleh fragmen fosil foraminifera di dalam masa dasr mikrokristalin
karbonat (mikrit), batuan nampak porous (sarang).
Fragmen fosil, berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir halus hingga berukuran1,5 mm, bentuk fosil
umumnya masih utuh, jenis fosil terutama foraminifera, di isi oleh mikrokristalin karbonat yang nampak
kusam hingga mendekati opak sedangkan masa dasar berupa mikrokristalin karbonat, berwarna abu-abu
kecoklatan, setempat nampak mendekati opak.
Komposisi (% volume) :
Karbonat (100).

A B C D E F G H I J K L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fotomikrograf :
Wackstone yang disusun oleh fragmen fosil foraminifera di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat (mikrit).
Nampak rongga-rongga berwarna hitam (porous). Sejajar nikol, 16x.

Lampiran Lekat

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
ANALISIS P ETROGRAFI
No. Conto -Lab

GRTP-02

Lokasi Daerah

Pemilik

Puslitbang Geologi Kelautan

Nama Batuan

Wackstone Konglomerete

Pemeriksa :
Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran > 1 cm,
bentuk butir -membulat tanggung- membulat, kemas terbuka, terpilah buruk. Di susun oleh fragmen
wackstone (batugamping) dan fragmen plagioklas, kuarsa (kuarsit), fragmen fosil dan mineral opak di dalam
masa dasar mikrokristalin karbonat.
Fragmen Wackstone, tak berwarna-abu-abu kecoklatan, berukuran hingga > 1 cm, bentuk butir membulat
tanggung-membulat, terutama disusun oleh fragmen-fragmen fosil dan kuarsa di dalam masa dasar
mikrokristalin karbonat.
Fragmen plagioklas, tak berwarna, berukuran hingga 1,5 mm, bentuk butir membulat tanggung,
menunjukkan kembar, retak-retak halus diisi karbonat.
Fragmen kuarsa (kuarsit), tak berwarna, berbutir halus hingga berukuran 4,5 mm, bentuk butir membulat
tanggung-membulat, kuarsit di susun oleh mikrogranular kuarsa, hubungan butirnya saling bertautan
Fragmen fosil, terutama koral dan fosil foreminifera, berukuran hingga 3,5 mm, membulat, di isi oleh
mikrokristalin karbonat.
Mineral opak, berwarna hitam, berbutir halus hingga berukuran 0,4 mm, bentuk butir menyudut tanggung,
tersebar dalam jumlah sedikit.
Masa dasar berupa mikrokristalin karbonat dan pecahan-pecahan fosil, berwarna coklat hingga mendekati
opak, berbutir sangat halus, setempat terdapat sparry calcite sebagai penyemen, berwarna terang, berbutir
kasar.
Komposisi (% volume) :
Karbonat (90), Kuarsa (5), Plagioklas (4), Opak (1).

A B C D E F G H I J K L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fotomikrograf :
Wackstone konglomerat yang disusun oleh fragmen-fragmen wackestone (G1), plagioklas (D7) dan fosil (H7)
di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat yang berwarna coklat. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
ANALISIS P ETROGRAFI
No. Conto -Lab

GRTP-24

Lokasi Daerah

Pemilik

Puslitbang Geologi Kelautan

Nama Batuan

Breksi Wackstone (breksi


Batugamping)

Pemeriksa :
Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran > 4,5 mm,
bentuk butir menyudut tanggung, kemas terbuka, terrpilah buruk. Di susun oleh fragmen-fragmen wackstone
dan fragmen fosil di dalam masa dasar/ semen mikrokristalin karbonat.
Fragmen Wackstone, berwarna-abu-abu kecoklatan, berukuran hingga 4,5 mm, bentuk butir menyudut,
terutama disusun oleh fragmen-fragmen fosil dan butiran halus mineral opak yang teroksidasi, di dalam masa
dasar mikrokristalin karbonat.
Fragmen fosil, di duga merupakan pecahan-pecahan foraminifera, berukuran > 5 mm, bentuk butiran tak
beraturan, di susun oleh mikrogranular kalsit (sparry calcite) berwarna terang.
Masa dasar berupa mikrokristalin karbonat dan pecahan-pecahan fosil berbutir sangat halus, berwarna
coklat hingga mendekati opak, berbutir sangat halus, setempat nampak spary calcite berwarna terang,
terutama mengisi rongga-rongga.
Komposisi (% volume) :
Karbonat (98), Opak/ oksida besi (2).

A B C D E F G H I J K L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fotomikrograf :
Breksi Wackstone disusun oleh fragmen wackstone (D7), di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat,
Nampak sparry calcite (warna terang) mengisi rongga-rongga, dan rongga-rongga berwarna hitam.
Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat

HASIL ANALISA UNSUR UTAMA

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral


Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Hasil Analisa Kimia


(Unsur Utama)
Kode
Unsur

SiO2

Al2O3

Fe2O3

CaO

MgO

Parameter %
TiO2 Na2O K2O

P2O5

SO3

MnO2

H3O-

LOI

GRTL-05

5.37

1.47

0.16

39.67

14.21

0.01

0.01

0.02

0.04

0.01

0.01

3.63

31.11

GRTL-06

7.49

1.03

4.65

23.79

11.4

5.99

0.01

0.01

0.01

0.01

0.01

1.88

41.55

GRTL-12

3.47

27.88

7.06

29.81

13.44

3.07

0.01

0.09

2.3

0.7

0.1

2.07

9.1

GRTL-13

1.77

19.67

1.42

7.68

31.84

0.64

0.05

0.07

0.01

0.02

0.01

1.08

32.55

GRTL-14

5.09

9.04

14.77

29.08

16.47

7.67

0.01

1.04

1.08

0.03

0.4

2.37

12.49

GRTL-15

1.08

2.06

0.82

43.71

38.33

0.03

0.01

0.02

1.01

0.01

0.01

1.09

11.44

GRTL-17

2.37

4.11

0.09

42.06

17.53

0.01

0.01

0.01

0.01

0.01

0.01

1.75

31.07

GRTL-19

4.86

8.61

37.19

11.43

9.6

9.83

0.9

0.08

0.01

0.01

0.1

1.02

15.34

GRTL-20

6.06

8.73

14.89

35.84

21.73

3.56

0.01

0.01

0.01

0.01

0.01

2.04

6.83

GRTL-32

33.54

21.44

9.08

24.66

0.62

0.25

1.88

0.04

0.28

0.01

0.01

0.22

7.38

GRTL-34

38.1

22.33

4.15

13.01

3.79

7.09

0.1

0.03

0.01

0.01

0.11

1.11

9.84

GRTL-48

3.87

4.08

1.78

33.37

32.49

0.07

0.02

0.01

1.01

0.01

0.01

1.09

21.01

GRTL-49

13.73

1.01

17.99

29.08

0.3

0.01

0.01

0.01

0.01

0.01

2.03

29.98

GRTP-01
GRTP-05
GRTP-11
GRTP-20
GRTP-19
GRTP-33

1.37
2.61
0.56
78.79
67.00
-

1.17
1.47
1.03
16.57
15.51
-

0.07
0.16
0.07
0.16
3.04
-

48.27
35.44
38.59
0.36
0.59
39.47

4.00
14.34
13.07
0.90
0.62
10.46

0.01
0.02
0.01
0.31
0.25
-

0.01
0.01
0.01
0.06
1.88
-

0.02
0.02
0.01
0.04
4.46
-

0.01
0.01
0.01
0.02
0.04
0.05

0.01
0.01
0.01
0.02
0.01
-

0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
-

0.13
019
0.30
0.12
0.42
-

43.78
45.06
46.26
2.97
8.67
-

Lampiran Lekat

HASIL ANALISA MINERAL BERAT

HASIL ANALISA BASE METAL

HASIL ANALISA OSEANOGRAFI

LAMPIRAN PETA

Anda mungkin juga menyukai