No. HP:
Awalnya saya disebuah jalan besar di kota asal saya, Jln. Akasia namanya. Saat itu malam hari
dan sangat gelap, hanya beberapa lampu yang hidup dijalan. Terdapat dua tempat yang menarik perhatian
saya, sebuah rumah pemotongan ayam yang sedang tutup dan sebuah tempat orang memotong kayu
bakar. Saya jalan berputar melewati jalan lain dan kembali ke Jln. Akasia yang sama didepan kedua
tempat yang sama. Kali ini ada dua orang yang sedang memotong kayu, satu orang laki-laki
menggunakan kapak dan satu orang ibu-ibu menggunakan daster putih yang mengangkat kayu dengan
satu tangannya. Ukuran kayu tersebut sangat besar untuk ukuran kayu yang dapat diangkat manusia.
Entah darimana saya tahu bahwa cara ibu tersebut membelah kayu dengan cara melemparkannya hingga
terbelah. Ibu tersebut marah-marah kepada saya karena dia ingin melemparkan kayu dan meminta saya
minggir dengan menggunakan bahasa yang saya tidak tahu namun saya tetap mengerti maksudnya.
Akhirnya saya berjalan hingga ke ujung jalan di pertigaan sebuah jalan Lintas Sumatra yang melewati
kota saya.
Saya menyusuri jalan Lintas Sumatra tersebut di malam hari yang gelap, lampu jalan hanya hidup
beberapa saja. Di pinggir kiri jalan, saya melihat Jeep merah dengan pintu sebelah kirinya terbuka.
Kemudian saya menutup pintu tersebut dan lanjut berjalan.
Saya terus berjalan kearah gang/jalan rumah saya berada. Hingga akhirnya sampai di depan gang
rumah saya melihat banyak pekerja pabrik yang biasanya menunggu untuk dijemput bus karyawan. Saya
berniat kembali ke rumah saya, namun di depan gang saya bertemu Ayah dari salah seorang teman saya.
Dia berkata bahwa ada anjing di gang tersebut. Sesaat setelah itu, saya melihat anjing jenis Labrador yang
besar sedang berbaring di depan gang melihat kearah saya. Saya pun mengurungkan niat untuk kembali
kerumah.
Saya terus berjalan menyusuri toko-toko di sepanjang jalan Lintas Sumatra di depan gang
tersebut. Saya ingin membeli cemilan di toko saya biasa membeli cemilan namun saya hanya punya uang
seribu rupiah dan akhirnya mengurungkan niat saya membeli jajan/cemilan. Saya terus berjalan terus
hingga sampai pada suatu tempat, yaitu sebuah bioskop yang sedang dibangun. Saya masuk dan melihat
para pekerjanya sedang bekerja, baik laki-laki maupun perempuan. Saya kembali berjalan hingga ke
sebuah kantor notaris. Seseorang bertanya kepada saya apakah notaris sedang di kantor atau tidak, saya
menjawab tidak.
Saya berjalan kembali ke bioskop dan masuk melalui pintu samping. Awalnya, saya hanya
melihat-lihat dan akhirnya saya ikut membantu. Pada awalnya semua lancar, hingga pada suatu ketika
saya diminta menata sebuah barang. Saya mendapatkan instruksi dari seseorang etnis Tionghoa dengan
bahasa yang sulit saya pahami. Semakin lama dia menjelaskan, semakin asing pula bahasa yang ia
gunakan. Disana terdapat teman dekat saya saat SMA namanya Edo ikut membantu menjelaskan, namun
saya tetap tidak mengerti.
Orang Tionghoa itu marah-marah pada saya. Lalu tempat berpindah ke sebuah perumahan yang
sering terlihat di film Amerika/Hollywood. Saya melihat diri saya dimarahi oleh orang tersebut. Dia dan
seorang Tionghoa lainnya yang lebih kecil memukul saya. Sebelum dipukul, saya kembali ke diri saya
yang akan dipukul dan menutup mata saya, bersiap untuk dipukul. Saat menerima pukulan, saya tidak
merasakan sakit apapun namun muncul rasa amarah yang saya berusaha tekan terus. Hingga akhirnya
teman saya datang membantu saya dengan memukuli orang yang memukul saya. Saya ikut memukul
namun hanya sebentar saja sedangkan teman saya terus memukulinya. Saya berlalu pergi dan melihat
diatas bukit terdapat tumpukan manusia yang sudah mati sangat banyak dengan siluet seseorang
disampingnya.
Bagian Penting:
Dua tempat di Jln. Akasia, tempat pemotongan ayam dan pemotongan kayu.
Seorang ibu yang kuat mengangkat kayu besar dan berbicara bahasa yang
asing.
Menutup pintu Jeep merah.
Bertemu dengan Ayah teman saya dan melihat Labrador yang sedang berbaring.
Ingin membeli cemilan di toko namun kekurangan uang.
Bioskop yang sedang dibangun.
Notaris yang sedang tidak ada.
Membantu pembangunan bioskop.
Etnis Tionghoa yang menginstruksikan saya, namun saya tidak mengerti.
Teman SMA saya yang ikut membantu menjelaskan namun saya tetap tidak
mengerti.
Orang Tionghoa yang marah-marah.
Perumahan
dengan
gaya
Amerika
seperti
yang
terlihat
di
film
Amerika/Hollywood.
Saya dipukuli namun tidak merasakan apapun.
Rasa amarah yang terus muncul namun saya terus tekan.
Teman saya datang membantu dan saya ikut memukul hanya sebentar
Tumpukan manusia yang sudah meninggal dan sebuah siluet seseorang.
Asosiasi Kata:
Kata
Pemotongan
ayam
Pemotongan
Kayu
Asosiasi
Bau, Kotor, Licin
Berisik, Berdebu, Kotor
Jeep
Labrador
Cemilan
Bioskop
Notaris
Etnis Tionghoa
Amerika
Kebebasan, Impian,
Rasa Amarah
Edo
Tumpukan
Mayat
Siluet
Seseorang
Nama:
NIM: 15010114120051
1. Carilah adegan dlm film berikut :
a. Transference
b. Kontra transferensi
c. Asosiasi Bebas
d. Asosiasi Kata
Istri Jung yang sedang melakukan asosiasi kata yang dipandu Jung.
e. Tafsir Mimpi
dirinya. Kounter-transferensi harus dihindari agar intervensi tetap relevan. Maka dari itu
psikiater harus mampu menganalisis dirinya agar tidak sampai memiliki kedekatan yang
terlalu dalam dengan pasien. Jika sampai terjadi, intervensi dapat mengalami kegagalan
dan bahkan dapat menciptakan konflik antara pasien dan psikiater.