Anda di halaman 1dari 17

PAKET

PENYULUHAN

REHABILITASI POST PJK (PENYAKIT JANTUNG KORONER)


Di Ruang 5 CVCU RSU Dr.Saiful Anwar Malang

Oleh :
TIM PKRS

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2016

PAKET

PENYULUHAN

REHABITASI POST PJK (PENYAKIT JANTUNG KORONER)


Pokok Bahasan : Rehabilitasi Post PJK (PENYAKIT JANTUNG KORONER)
Sasaran

: Keluarga Pasien di ruang 5 CVCU RSU Syaiful Anwar


Malang

Hari/Tanggal

: Kamis, 25 Agustud 2016

Waktu

: 30

Tempat

: Ruang CVCU RSU Saiful Anwar Malang

Penyuluh

: Mahasiswa

menit

A. Analisa Situasi
1. Peserta Penyuluhan

Keluarga Pasien di ruang 5 CVCU RSU Syaiful Anwar Malang dengan


latar belakang pendidikan SD, SMP, SMA dan peguruan tinggi
Minat dan perhatian dalam menerima penyuluhan baik
2. Penyuluh
Mahasiswa yang praktek di ruang 5 CVCU RSU Dr.Saiful Anwar
Malang
Mampu menyampaikan materi tentang Rehabitasi Post PJK (PENYAKIT
JANTUNG KORONER)
Mampu menguasai peserta penyuluhan untuk memusatkan perhatian
3. Ruangan
Tempat / ruang tunggu
Penerangan dan ventilasi cukup baik untuk dilakukan penyuluhan
B. Tujuan Intruksional
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pengunjung dapat memahami
tentang Rehabitasi Post PJK (PENYAKIT JANTUNG KORONER).
2. Tujuan Khusus
a. Pengunjung dapat menjelaskan definisi rehabilitasi jantung
b. Pengunjung dapat menyebutkan manfaat rehabilitasi jantung

c. Pengunjung

dapat

menyebutkan

kriteria-kriteria

untuk

pasien

rehabilitasi jantung
d. Pengunjung dapat menyebutkan tujuan rehabilitasi jantung
e. Pengunjung dapat mengetahui waktu memulai rehabilitasi
f. Pengunjung dapat mengetahui peringatan rehabilitasi jantung
g. Pengunjung dapat menyebutkan program rehabilitasi PJK
C. Materi Peyuluhan/Sub Pokok Bahasan

a. Definisi rehabilitasi jantung


b. Manfaat rehabilitasi jantung
c. Kriteria-kriteria untuk pasien rehabilitasi jantung
d. Tujuan rehabilitasi jantung
e. Waktu memulai rehabilitasi
f. Peringatan rehabilitasi jantung
g. Program rehabilitasi PJK
D. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Kegiatan
Pembukaan

Kegiatan penyuluhan

Kegiatan audien

1. Memberikan salam
1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan
tujuan 3. Menjawab
umum dan khusus dari
penyuluhan
4. Melakukan
waktu
5. Menyebutkan

Metode

Waktu

Ceramah

2,5
menit

pertanyaan
4. Mendengarkan

kontrak
materi

penyuluhan yang akan


diberikan
6. Mengenali
pengetahuan

awal

audiens
Pelaksanaan
a. Penyajian

1. Menjelaskan
audien
definisi

kepada 1. Mendengarkan
2. Memperhatian
tentang
3. Memahami

Ceramah

10
menit

rehabilitasi jantung
2. Menjelaskan
kepada
audien

tentang

manfaat rehabilitasi
jantung
3. Menjelaskan
audien

kepada
tentang

kriteria-kriteria
untuk

pasien

rehabilitasi jantung
4. Menjelaskan
kepada
audien

tentang

tujuan

rehabilitasi

jantung
5. Menjelaskan

Tanya
jawab

kepada

audien tentang waktu


memulai rehabilitasi
6. Menjelaskan
kepada
audien

jawab

Menanyakan
rehabilitasi jantung
7. Menjelaskan
kepada materi yang
tentang belum jelas

audien

program rehabilitasi Bertanyan


tentang hal

PJK

seputar
Menjawab
c.Evaluasi

pertanyaan

yang diajukan audien

rehabilitasi
jantung
Menjawab
pertanyaan yang
diberikan

Memberikan
kepada
apa

pertanyaan

audien
yang

tentang
sudah

dijelaskan
Mengobservasi

tingkat

menit

Tanya

tentang

peringatan

b.Diskusi

10

penyuluh

5 menit

antusias

audien

tentang penyuluhan
Penutup

1. Menarik kesimpulan
1. Mendengarkan
2. Memberikan
tindak 2. Menjawab salam
lanjut
3. Memberikan

Ceramah
Tanya
jawab

2,5
menit

ucapan

terima kasih
4. Menutup
penyuluhan
(salam)
E. Media
1. LCD
2. Leaflet
F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
G. Pengorganisasian
Penyaji
:
Moderator
:
Fasilitator
:
Observer

H. Evaluasi
a. Apa pengertian dari rehabilitasi jantung?
b. Apa saja manfaat rehabilitasi jantung?
c. Apa saja kriteria-kriteria untuk pasien rehabilitasi jantung?
d. Apa saja tujuan rehabilitasi jantung?
e.

Kapan waktu memulai rehabilitasi?

f. Apa peringatan rehabilitasi jantung?


g. Apa saja program rehabilitasi PJK?
I. Referensi
Soeharto,

Imam.

2004.

Jakarta : Gramedia

Penyakit

Jantung

Dan

Serangan

Jantung.

Prof Dr. Peter Kabo. 2008. Mengungkap Penyakit Jantung Koroner.


Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
WHO.

1993.

Rehabilitation

after

cardiovascular

disease

with

special emphasis on developing countries. Geneva: WHO.


Kusmana D. 2009. Rehabilitasi Jantung Komprehensif, Pengalaman
Pengelolaan
Prevention

Selama
and

31

Tahun.

In:

Rehabilitation;

Minicourse

21st

Weekend

on

Cardiac

Course

on

Cardiology; 2009; Jakarta


Jolliffe, J. A., K. Rees, R. S. Taylor, D. Thompson, N. Oldridge
and

S.

Ebrahim

2001.

"Exercisebased

rehabilitation

for

coronary heart disease." Sports Medicine Journal 1: 87.


Marchionni, N., F. Fattirolli, S. Fumagalli, N. Oldridge, F. Del
Lungo,

L.

"Improved

Morosi,
exercise

C.

Burgisser

tolerance

and

and

G.

quality

Masotti
of

2003.

life

with

cardiac rehabilitation of older patients after myocardial


infarction:

results

of

randomized,

controlled

trial."

Circulation 107(17): 2201.


Oldridge,

N.

B.

1988.

"Cardiac

rehabilitation

exercise

programme." Sports Medicine 6: 45

Materi Penyuluhan
REHABILITASI POST PJK (PENYAKIT JANTUNG KORONER)

Definisi
Rehabilitasi
mempengaruhi

jantung

penyebab

serangkaian

penyakit

jantung

kegiatan
dan

diperlukan

mencapai

kondisi

untuk
fisik,

mental dan sosial terbaik, sehingga mereka dapat mempertahankan atau


mencapai

kehidupan

seoptimal

sendiri (WHO 1993).


Manfaat rehabilitasi jantung

mungkin

dimasyarakat

dengan

usahanya

Pada
exercise

pasien
dan

dengan

penyakit

psiko-edukasi

jantung

membantu

koroner,

menurunkan

program-program

mortalitas

penyakit

jantung dalam jangka waktu yang lama, mengurangi kambuhnya miokard


infark,

memperbaiki

faktor-faktor

resiko

utama

penyakit

jantung.

(Benson G, 2000).
Latihan

melindungi

jantung

dengan

: Menurunkan

tekanan

darah,

Menjaga agar berat badan tetap stabil, Menjaga kadar kolesterol yang
sehat, Menurunkan kadar gula, Menurunkan stres, depresi dan anxietas,
Meningkatkan

sirkulasi,

kekuatan

otot;

Meningkatkan

semangat

untuk

tetap sehat.
Kriteria-kriteria untuk Pasien Rehabilitasi jantung
1.Kriteria Inklusi : Paska miokard infark, Paska PTCA, Paska CABG,
CHF Stabil, Pacu Jantung, Penyakit Katup Jantung, Transplantasi
Jantung, Penyakit Jantung Bawaan, Penyakit gangguan vaskular.
2.Kriteria Eksklusi : Unstable Angina, Gagal jantung kelas

4,

Tachyaritmia-Bradiaritmia tidak terkontrol, Severe Aortic-Mitral


Stenosis, Hypertropic-obstructive cardiomyopathy, Severe pulmonary
hypertension, Kondisi Lainnya
Tujuan rehabilitasi jantung

1. Medical Goals : Meningkatkan fungsi jantung; Mengurangi resiko


kematian

mendadak

kerja;

Mencegah

dan

infark

berulang;

progresivitas

Meningkatkan

yang

mendasari

atheroskeloris; Menurunkan mortalitas dan morbiditas.


2. Psychological goals : Mengembalikan percaya diri;
anxietas

and

depressi;

kapasitas

Meningkatkan

Mengembalikan fungsi seksual yang baik.


3. Social
Goals : Bekerja
kembali; Dapat

proses
Mengurangi

managemen
melakukan

stres;
aktifitas

kehidupan sehari hari secara mandiri.


4. Health Service Goals : Mengurangi biaya medis; Mobilisasi dini dan
segera

pasien

bisa

pulang;

Mengurangi

pemakaian

obat-obatan;

Mengurangi kemungkinan dirawat kembali.


Waktu memulai rehabilitasi jantung
Pasien kondisi hemodinamik stabil : Tidak ada sakit dada berulang
dalam

jam,

Tidak

ada

tanda-tanda

gagal

jantung

yang

tidak

terkompensasi ( sesak pada saat istirahat dengan ronki didasar paru


bilateral), Tidak ada perubahan signifikan yang baru pada EKG dalam 8
jam terakhir.
Peringatan rehabilitasi jantung
Aktivitas/latihan

harus

dihentikan

jika

HR

level

sebelum

latihan > 100 bpm; Sistolik BP >200 mmHg; Diastolik BP > 110 mm Hg;
Penurunan

diastolik

BP

>

10

mmHg;

Perubahan

Signifikan

pada

Ventricular atau atrial aritmia; Blok jantung derajat 2 atau 3.


Program rehabilitasi PJK
1. Program Fase I : Fase Rawat Inap (Inpatient)
Fase I

dilaksanakan selama pasien masih tinggal di rumah sakit, dan

meliputi latihan rehabilitasi awal, yang menekankan pada pendidikan


pasien, terdiri dari diskusi informal dengan dokter da juru rawat.
Terapi latihan menyerupai aktivitas kehidupan sehari-hari seperti
duduk, berdiri, dan berjalan.
Tujuan dari rehabilitasi fase I dipusatkan pada uapaya untuk :
-

Menhindari problem yang diakibatkan tinggan di tempat tidur


(bedrest) terlalu lama.

Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya perihal


pola hidup yang benar.

Pelaksanaan

rehabilitasi

fase

dimulai

segera

setelah

kondisi

pasien stabil : biasanya 24-48 jam sehabis serangan jantung atau


CABG.
Tujuan diatas dapat diperinci sebagai berikut :
-

Memebatu pasien untuk dapat memulai gerakan fisik

Mengurangi
seseorang

beban
setelah

mental,

emosional

serangan

jantung,

yang

biasanya

CABG,

dan

mengikuti

mereka

yang

sudah mengidap tanda-tanda PJK.


-

Mulai mengidentifikasi factor-faktor resiko dari PJK

Menumbuhkan sifat positif yang dapat memotivasi pasien untuk


komitmen jangka panjang kea rah hidup normal.

Langkah-langkah melakukan fase I :

Latihan melemaskan otot leher. Kepala ditundukkan perlahanlahan dengan mendekatkan dagu ke dada. Muka lurus ke depan dan
diteruskan dengan melihat ke atas.

Kepala diputar ke kiri dan ke kanan. Kepala digelengkan ke


kiri dank e kanan dengan mendekatkan telingan ke pundak yang
bersangkutan

Pundak ditarik ke atas dan ke bawah

Letakkan tangan kanan ke paha kanan dan tangan kiri ke paha


kiri. Angkat bergantian lurus ke depan

Tangan dibelakang kepala dan siku mengarah ke depan. Perlahanlahan siku dibuka dan ditutup

Tangan

bertolak

pinggang.

Putar

tangan

bertumpu

pada

persendian pundak/bahu.
Demikian gerakan-gerakan di atas diulang berkali-kali
Pada

hari

ke-3

pasien

dilatih

berdiri

dan

berjalan

perlahan-

lahan. Diukur nadi dan tensi setiap mulai dan selesai latihan, serta
dicatat

pada

lembaran

kertas

(log)

yang

tersedia.

Hari-hari

berikutnya intensitas latihan ditingkatkan dengan berjalan kaki di


koridor

di

antara

kamar,

selanjutnya

diadakan

latihan

di

ruang

khusus untuk rehabilitasi. Ruang ini dilengkapi dengan peralatan


seperti sepeda statis, dan berjalan, barbell, tongkat dan lain-lain.
Pasien yang menjalani latihan fase I dilengkapi dengan monitor
jarak jauh (telemeter) sehingga dapat dicatat EKG yang bersangkutan
saat melakukan kegiatan latihan. Menjelang akhir fase rawat, pasien
diharapkan sudah mampu berjalan sekitar 1 kilometer.
Table : contoh aktivitas pada fase I (inpatient)
Kelas gerakan
Kelas I
Kelas II
Kelas III

Kelas IV

Contoh aktivitas
Duduk di tempat tidur dengan bantuan
Duduk di kursi 15-30 menit, 2-3 kali sehari
Duduk di tempat tidur tanpa bantuan
Berjalan di dalam ruangan
Duduk dan berdiri secara mandiri
Berjalan dengan jarak 15-30 meter dengan bantuan
3 x sehari
Melakukan perawatan diri secara mandiri
Berjalan dengan jarak 50-70 meter dengan bantuan
3-4 x sehari

Kelas V

Berjalan dengan jarak 80-150 meter mandiri 3-4 x


sehari

2. Program fase II : out patient


Program out-patient dilakukan segera setelah kepulangan pasien
dari

rumah

sakit.

Tujuan

utama

dari

program

ini

adalah

untuk

mengembalikan kemampuan fisik pasien pada keadaan sebelum sakit.


Pasien yang pernah mengalami infark myocard dan atau operasi bypass
arteri memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami dysritmia,
dypnea dan angina. Pada pasien yang pernah menjalani operasi bypass
sering

terjadi

sedangkan

rasa

pasien

pusing

yang

dan

pernah

diyrrhitmia

mengalami

supraventricular

infark

myocard

sering

mengalami perubahan segmen ST pada EKG. Hal inilah yang mendorong


perlunya

pengawasan

program

latihan

pada

orang

dengan

riwayat

gangguan jantung tersebut (Jolliffe et al., 2001:87).


Seperti yang telah dikemukakan program rehabiliatasi sebaiknya
diawali beberapa hari sebelum fase I berakhir. Biasanya fase II
dimulai pada minggu kedua atau ketiga setelah serangan myocardial
infark. Program ini diharapkan dapat memberi dukungan dan dapat
membimbing
masalah

penderita

kesehatannya.

gangguan

jantung

Idealnya,

untuk

program

mengatasi

fase

II

masalah-

dijalankan

di

fasiloitas kesehatan yang memiliki fasilitas EKG untuk pengawasan


latihan, peralatan dan staf yang dapat mengatasi kondisi darurat.
Apabila fase rehabilitasi ini terpaksa dijalankan di rumah ataupun
di

tempat

dengan

sarana

minimal,

seyogyanya

tetap

dilakukan

pemeriksaan periodik pada pusat pusat kesehatan. Pada prinsipnya,


tujuan dari fase ini adalah untuk memberi latihan rehabilitasi fisik
seseorang penderita gangguan jantung agar dapat kembali melakukan
aktivitas

sehari-hari

seperti

sedia

kala.

Program

ini

sebaiknya

dikepalai oleh dokter yang dapat melakukan kontak secara teratur


dengan pasien, dapat melayani panggilan rumah atau dapat melakukan
pengawasan pada program latihan (Marchionni et al., 2003:2201).
Ades (2001:894) memberikan beberapa contoh kegiatan yang dapat
dilakukan secara mandiri terdapat pada gambar 2 sampai 10. Pada tiap
latihan dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali dan dilakukan dua

kali sehari. Pada tiap latihan dilakukan pengaturan nafas yang baik
karena apabila dilakukan penahanan nafas dapat terjadi peningkatan
tekanan darah dan meningkatkan beban kerja jantung. Pada hari ke 4
dan ke 5 dapat ditambahkan beban sebesar 250 gram pada tangan. Pada
hari ke 6 beban dapat ditingkatkan menjadi 500 gram.
1. Latihan I (Latihan Siku)
Cara :
Berdiri dengan siku menekuk dan dikatupkan pada dada
Luruskan siku ke arah depan.
Tekuk kembali siku.
Ulangi sampai dengan 10 kali

2. Latihan Elevasi Lengan


Cara :
Berdiri dengan siku menekuk di dada.
Luruskan siku dan lengan ke arah atas
Tekuk kembali ke posisi semula.
Ulangi sampai dengan 10 kali

3. Latihan Ekstensi lengan


Cara :
Berdiri dengan siku menekuk ke arah dada.
Lengan direntangkan ke arah disamping pinggang.

Katupkan kembali lengan pada dada


Ulangi sampai dengan 10 kali.

4. Latihan Elevasi Lengan II


Cara :
Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan disamping
badan.
Dengan tetap meluruskan siku angkat lengan keatas kepala.
Turunkan lengan kembali ke samping badan.
Ulangi sampai dengan 10 kali.

5. Latihan Lengan Gerak Melingkar


Cara :
Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan disamping
badan.
Rentangkan tangan setinggi bahu.
Gerakakan secara melingkar tangan dan lengan dengan arah depan
dengan tetap meluruskan siku.
Ulangi sampai dengan 10 kali
Lakukan gerakan memutar kebelakang sampai dengan 10 kali

6. Latihan Jalan Di Tempat (Mulai hari ke-5)


Cara:
Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dengan lengan ditekuk ke
depan
Angkat satu kaki dengan menekuk lutut seperti saat berbaris.
Ayunkan lengan untuk membantu menjaga keseimbangan
Ulangi sampai dengan 10 kali.

7. Latihan Menekuk Pinggang


Cara :
Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu
Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kanan
Pertahankan kaki dan punggung tetap lurus.
Ulangi sampai dengan 10 kali.
Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kiri.
Ulangi sampai 10 kali

8. Latihan Memutar Pinggang


Cara:

Berdiri

dengan

kaki

membuka

selebar

bahu,

tekuk

lengan

dan

tempatkan tangan di
pinggang
Putar tubuh ke kanan dan kemudian kembali.
Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali
Ulangi sampai dengan 10 kali.

8. Latihan Menyentuh Lutut (Mulai hari ke 7)


Cara:
Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, lengan diangkat diatas
kepala.
Tekuk punggung sampai tangan menyentuh lutut.
Angkat kembali lengan keatas kepala
Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali
Ulangi sampai dengan 10 kali.

9. Latihan Menekuk Lutut (Mulai Minggu ke-3)


Cara:

Berdiri

dengan

kaki

membuka

selebar

bahu,

tangan

menyentuh

pinggang.
Tekuk punggung ke depan dengan lutut juga menekuk.
Kembali luruskan punggung
Ulangi sampai dengan 10 kali.

3. Program fase II : pemeliharaan


Beberapa

hal

yang

harus

diperhatikan

untuk

melanjutkan

ke

fase

pemeliharaan adalah kapasitas fungsional pasien, status klinis serta


tingkat pengetahuan pasien tentang gangguan jantung yang dialaminya.
Kapasitas fungsional minimal yang dimiliki oleh pasien adalah sekitar
5 METs yang memungkinkan seseorang dapat menjalankan aktivitas seharihari tanpa kesulitan yang berarti. Secara klinis, pasien harus sudah
memiliki

respon

hemodinamik

dan

kardiovaskular

yang

stabil.

Pasien

juga diharapakn sudah memiliki pengetahuan dasar tentang gejala-gejala


yang

dialami,

pilihan

terapi

yang

dapat

dilakukan,

karakteristik

perjalanan alamiah penyakit serta rentang aktivitas yang aman untuk


dilakukan (Oldridge, 1988:45).
Program latihan pada fase pemeliharaan pada dasarnya sama dengan
individu normal dengan penekanan pada latihanb jenis aerobik. Pada
pasien dengan kapasitas fungsional diatas 5 METS, pemrograman latihan
dengan

menggunakan

perceived

exertion)

frekuensi
dapat

denyut

jantung

dilakukan.

dan

Frekuensi

RPE

(rating

latihan

of

sebaiknay

berkisar 3 sampai 4 kali dalam seminggu. Durasi latihan dapat dimuai


dari 10 menit an kemudian dapat ditingkatkan secara bertahap sampai
dengan

mencapai

60

menit.

Pada

saat

terjadi

peningkatan

kapasitas

fungsional dan status klinis (Jolliffe et al., 2001:87).


Beberapa metode latihan yang dapat dijalankan pada penderita gangguan
jantung

adalah

latihan

interval,

sirkuit,

sirkuit-interval

dan

kontinyu:
Latihan interval didefinisikan sebagai latihan yang kemudian diikuti
oleh periode istirahat.
Beberapa manfaat dari jenis latihan ini adalah
(1) dapat dilakukannya latihan fisik dengan intensitas tinggi pada
fase aktif dan
(2) secara keseluruhan intensitas latihan rata-rata meningkat.
Latihan sirkuit merupakan latihan dengan melakukan beberapa jenis
aktivitas fisik tanpa istirahat. Latihan sirkuit biasanya meliputi
latihan beban dengan sasaran otot tangan dan kaki.
Manfaat dari latihan jenis ini adalah dapat melatih otot tangan dan
kaki.

Latihan

sirkuit

interval

merupakan

latihan

tipe

sirkuit

dimana

seseorang menjalankan beberapa aktivitas akan tetapai diselingi oleh


istirahat pada saat dilakukan peralihan aktivitas.
Manfaat dari latihan jenis ini meliputi manfaat yang didapat dari
altihan sirkit dan interval.

Latihan

kontinyu

menekankan

penggunaan

energi

submaksimal

yang

diajaga terus samapai dengan latihan berakhir. Manfaat dari latihan


jenis ini adalah bahwa latihan ini lebih mudah untuk dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai