ABSTRAK
Produksi Bersih (Cleaner Production) merupakan suatu strategi untuk menghindari timbulnya pencemaran
industri melalui pengurangan timbulan limbah (waste generation) pada setiap tahap dari proses produksi
untuk meminimalkan atau mengeliminasi limbah sebelum segala jenis potensi pencemaran terbentuk.
Istilah-istilah seperti Pencegaha Pencemaran (Pollution Prevention), Pengurangan pada sumber (Source
Reduction), dan Minimasi Limbah (Waste Minimization) sering disertakan dengan istilah Produksi Bersih
(Cleaner Production)
Cleaner Production berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Dimana limbah merupakan
salah satu indikator inefisiensi, karena itu usaha pencegahan tersebut harus dilakukan mulai dari awal
(Waste avoidance), pengurangan terbentuknya limbah (waste reduction) dan pemanfaatan limbah yang
terbentuk melalui daur ulang (recycle). Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan pebghematan (saving)
yang luar biasa karena penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini menjadi sumber
pendapatan (revenue generator).
PENDAHULUAN
Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada
pencegahan (preventif) dan terpadu agar dapat diterapkan pada seluruh siklus produksi. Hal tersebut
memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik
dalam penggunaan bahan mentah, energi dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik
melalui sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap
lingkungan melalui rancangan yang ramah lingkungan, namun efektif dari segi biaya. Penerapan produksi
bersih umumnya dilakukan dalam suatu kegiatan industri untuk tujuan efesiensi dan peningkatan
keuntungan, namun tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
A.
Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada pembuangan limbah, belum mencakup
upaya pencegahan. (Konsep Umum Produksi Bersih )
Dasar Hukum Pelaksanaan Produksi Bersih adalah UU RI No. 23 Tabun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 14 dan Pasal 17. Pelaksanaan Produksi Bersih juga tercantum di
dalam Dokumen ISO 14001 Butir 3.13
B.
1.
a.
b.
2.
a.
b.
pengelolaan limbah.
Segregasi/ memisahkan limbah menurut jenisnya untuk mengurangi volume limbah B3.
Mengembangkan manajemen perawatan sehingga mengurangi kehilangan akibat kerusakan.
3.
a.
b.
Penggunaan Kembali
Menggunakan kembali sisa air proses, air pendingin dan material lain didalam pabrik.
Mengambil kembali bahan buangan sebagai energi. enciptakan kegunaan limbah sebagai produk lain
yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar.
4.
a.
Perubahan Teknologi
Merubah peralatan, tata letak dan perpipaan untuk memperbaiki aliran proses dan meningkatkan
efesiensi.
b. Memeperbaiki kondisi proses sehingga meningkatkan kualitas produksi dan mengurangi jumlah limbah.
5. Perubahan Produk
a. Merubah formulasi produk untuk mengurangi dampak lingkungan pada waktu digunakan oleh konsumen.
b. Merancang produksi sedemikian rupa sehingga mudah untuk di daur ulang.
c. Mengurangi kemasan yang tidak perlu. (Artiningsih)
C.
Dirancang secara komprehensif dan pada tahap sedini mungkin. Produksi Bersih dipertimbangkan pada
tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyek-proyek baru atau pada saat mengkaji proses atau
aktivitas yang sedang berlangsung.
Bersifat proaktif, harus diprakarsai oleh industri dan kepentingan-kepentingan yang terkait.
Bersifat fleksibel, dapat mengakomodasi berbagai perubahan, perkembangan di bidang politik, ekonomi,
sosial-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat.
Perbaikan berlanjut.
D.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
1.
Eliminasi
Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu tidak mengeluarkan
limbah sama sekali (zero discharge). Didalam konsep penerapan Produksi Bersih hal ini dimasukkan
sebagai metode pencegahan pencemaran.
2.
3.
Daur Ulang
Jika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka strategi-strategi untuk
meminimkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin dilakukan harus dicari, seperti misalnya
daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali (re-use). Jika limbah tidak dapat dicegah, pengolahan
limbah dapat dilakukan.
4.
5.
Pengendalian Pencemaran
Strategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi perusahaan belum
mengantisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas terjadinya limbah.
Pengolahan dan Pembuangan
Strategi terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah metoda-metoda pembuangan altematif. Pembuangan
limbah yang tepat merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan program manajemen lingkungan;
tetapi, ini adalah teknik yang paling tidak efektif.
6.
Remediasi
Strategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi kadar peracunan dan kuantitas limbah yang ada.
pembuatan peraturan., kebijakan, implementasi proyek, proses produksi dan desain produk.
Program harus dilaksanakan secara kontinyu dan selaras dengan perkembangan sains dan teknologi
Penerapan strategi yang komprehensif dan terpadu, agar produk dapat bersaing di pasar lokal maupun
internasional.
Produksi bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatu produk.
Program multi media dan multi desain. Diterapkan di seluruh sektor: industri, pemerintah, pertanian,
energi, transportasi, para konsumen.
Pada dasarnya, fokus dari teknik Produksi Bersih adalah tentang bagaimana mengurangi limbah
dari sumbernya. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan teknik pengurangan limbah ini adalah:
a.
b.
Manajemen inventaris
Pengendalian inventaris
Pengendalian bahan
Modifikasi proses produksi
Prosedur operasi dan pemeliharaan
Perubahan bahan
c.
d.
E.
meninggalkan proses.
Produk
Menitik beratkan pada upaya pengurangan dampak pada keseluruhan daur hidup produk, mulai dari
3.
ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan.
Jasa
Menitik beratkan pada upaya penggunaan proses 3R (Reduce, Re-use dan Recycle) diseluruh
kegiatannya, mulai dari penggunaan bahan baku sampai ke pembuangan akhir.
Penerapan produksi bersih dalam proses produksi dapat dilakukan dengan mengintegrasikan
aspek-aspek tersebut di atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
F.
Memberi keuntungan ekonomi, sebab didalam Produksi Bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran
pada sumbernya (source reduction dan inprocess recycling) yaitu pencegahan terbentuknya limbah secara
dini dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan
6.
Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya
7.
8.
alam.
Memelihara ekosistem lingkungan.
Memperkuat daya saing produk dipasar intemasional.
1.
G.
Pemanfaatan
Pupuk kompos, pulp kertas, papan patikel,
energy
Pupuk kompos, makanan ternak,
Arang, karbon aktif, papan partikel
Energi, papan partikel, pulp kertas
Pupuk, Air irigasi
Sabun, pakan ternak
Arang, briket, karbon aktif
Air umpan boiler
karena telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu dengan kandungan BOD 80 ppm. Untuk
pengukuran kandungan BOD, COD, dan pH dilakukan setiap 2 jam sekali.
Stilage yang dihasilkan stiap harinya sekitar 25% dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk. Di Pt. Indo
AcidatamaTbk, pupuk yang dihasilkan adalah pupuk kompos, super alfinase, granulair alfinase. Pupuk
super alfinase dibuat dari pupuk kompos yang ditambah denga phospat, dolomite, abu sekam, bekatul,
tembakau yang rusak, kotoran ayam dan efektif mikro organisme (EM4). Sedang pupuk kompos sendiri
dibuat dari dedaunan dan grajen yang prosesnya dilakukan selama 26 hari dan diaduk setiap hari, setelah
menjadi kompos (C-N ratio < 20) diperkaya dengan bahan tertentu sampai kandungan N, P, K nya sesuai
standar.
Pupuk granulair alfinase dibuat darisuper alfinase ditambah sludge yang dipadatkan.
(Novianingsih)
3.
4.
5.
Sebelum limbah radioaktif dikirimkan, penghasil limbah berkewajiban melakukan pengelolaan limbah
yang dihasilkannya dengan tujuan meminimalisasi volume, kompleksitas, biaya dan resiko. Pengelolaan
yang dilakukan meliputi mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah dan menyimpan sementara.
Pengumpulan dan pengelompokkan limbah berdasarkan aktivitas, waktu paro, jenis radiasi, bentuk fisikdan kimia, sifat racun dan asal limbah radioaktif atau mengolah limbahnya apabila memiliki fasilitas
pengolahan.
Limbah padat dipisahkan menjadi dapat terbakar - tidak dapat terbakar, terkompaksi tidak
terkompaksi, aktivitas rendah dan tinggi, umur paro panjang dan pendek, serta jenis radiasi. Limbah
tersebut ditempatkan pada lokasi khusus yang diberi tanda bahaya radiasi sehingga hanya petugas
tertentu yang dapat masuk ke ruangan.
Limbah cair yang berupa sisa zat radioaktif dan limbah cair hasil samping kegiatan dekontaminasi
yang memiliki aktivitas tinggi atau umur paro panjang ditempatkan secara terpisah dengan limbah aktivitas
rendah atau umur paro pendek. Untuk limbah cair hasil ekskresi atau hasil kegiatan mandi dan cuci
disalurkan secara terpisah dengan saluran grey water dan disalurkan ke tempat penampungan sementara
untuk mengetahui dosis paparan radiasi yang ditimbulkan, limbah radioaktif tersebut dapat di lepaskan ke
badan air apabila memenuhi persyaratan pelepasan.
Limbah berbentuk gas sangat jarang terjadi. Seperti yang telah disampaikan di muka untuk
mengendalikan limbah radioaktif berbentuk gas, maka sumber penghasil limbah ditempatkan pada tempat
khusus sehingga gas tidak mudah keluar ke lingkungan. Gas dapat di lepaskan ke lingkungan setelah
memenuhi persyaratan pelepasan. Penghasil limbah wajib memberikan informasi dengan lengkap dan
benar secara tertulis (dalam manifes dokumen) kepada pengangkut tentang identitas limbah, bahaya
radiasi, dan sifat bahaya lain yang mungkin terjadi dan cara penanggulangannya. Penghasil limbah juga
berkewajiban memberikan tanda, label, atau plakat pada kendaraan angkutan.
Pengolahan dan penyimpanan limbah radioaktif saat ini dilakukan secara terpadu di PTLRBATAN
meskipun dalam menjalankan tugasnya, Badan Pelaksana sebetulnya dapat menunjuk dan/atau bekerja
sama dengan BUMN, swasta dan Koperasi. Sehingga sampai saat ini pihak pengolah atau penyimpan
limbah radioaktif hanya PTLR-BATAN. Pihak pengolah/penyimpan /negara asal sumber radioaktif
berkewajiban memeriksa kesesuaian limbah yang diserahkan oleh pengangkut dengan kualifikasi limbah
sebagaimana tercantum dalam dokumen pengiriman limbah. Apabila terdapat ketidaksesuaian maka pihak
pengolah/penyimpan/negara asal sumber radioaktif wajib memberitahukan ke Badan Pengawas dan
penghasil limbah guna investigasi lebih lanjut. Namun apabila limbah radioaktif yang diterima oleh
pengolah sudah sesuai dengan dokumen pengiriman limbah maka pihak pengolah/penyimpan dapat
melakukan pengolahan/penyimpanan limbah radioaktif dengan teknologi yang sesuai. Sedangkan negara
asal sumber radioaktif dapat melakukan penanganan sumber radioaktif bekas yang diterimanya sesuai
dengan kebijakan pengelolaan limbah radioaktif Negara tersebut.
Pengolahan limbah radioaktif yang dilakukan oleh pihak pengolah dimaksudkan untuk mereduksi
volume limbah dan mengurangi paparan radiasi dari limbah radioaktif agar tidak membahayakan manusia
dan lingkungan sehingga dosis radiasi yang diterima oleh pekerja akibat adanya limbah tersebut tidak akan
melebihi ketentuan dossis tahunan yang telah ditetapkan.
Jenis pengolahan limbah radioaktif berbentuk padat yang telah dipraktekkan, antara lain: kompaksi,
insenerasi dan imobilisasi tetapi tidak berlaku untuk sumber radioaktif bekas. (Alfian & Akhmad, 2010)
6.
DAFTAR PUSTAKA
(2009). Implementasi Produksi Bersih di Bidang Industri.
Alfian, M., & Akhmad, Y. R. (2010). Strategi Pengolahan Limbah Radio Aktif di Indonesia di Tinjau
dari Konsep Cradle To Grave. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah .
Artiningsih, N. K. (n.d.). Penerapan Produksi Bersih Berdamapak Positif . Semarang: Universitas 17
Agustus 1945.
(n.d.). Konsep Umum Produksi Bersih .
Novianingsih, C. R. (n.d.). Laporan PKL di PT. Indo Acidatama. Surakarta: Universitas Setia Budi.
Pertanian, D. (2006). Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdid Pengelolaan
lingkungan Ditjen PPHP.
Salim, J. (2009). Model Pengelolaan Limbah Industri Baja. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Siregar, S. D., Kurniawan, S., & Primasri, Y. P. (n.d.). Laporan PKL di PT. Ultra Jaya Milk. Surakarta:
Universitas Setia Budi.
Suhartini. (2008). Pengolahan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta.
UU No. 32 Tahun 2009 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu juga dinyatakan bahwa pembangunan
ekonomi nasional yang dilaksanakan harus menggunakan prinsip pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dengan memadukan aspek lingkungan
hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan
lingkungan hidup, serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan masa depan. Pembangunan yang berkelanjutan dapat
Dalam suatu kegiatan industri dihasilkan limbah produksi yang berupa limbah cair,
padat maupun limbah dalam bentuk uap atau gas yang teremisikan ke udara. Selain itu
juga untuk menghasilkan output berupa produk diperlukan input yang berupa bahan
baku, bahan pendorong maupun sumber daya. Sumber daya yang digunakan bisa
berupa air, panas, atau listrik.
Jumlah limbah yang dihasilkan juga tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan,
misalnya untuk industri ikan dan makanan laut, limbah cair yang dihasilkan bisa
mencapai 79 m3 sampai 500 m3 per hari, sedangkan untuk industri pengolahan crumb
rubber, limbah air yang dihasilkan antara 100 200- m 3 per hari.
Limbah padat bisa berupa padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari sisa
pengolahan. Jenis limbah ini ada yang bisa didaur ulang dan ada yang tidak bisa
dimanfaatkan lagi. Untuk limbah padat yang sudah tidak punya nilai ekonomi, harus
dikelola dengan baik, dan tentunya memerlukan perlakuan khusus, misalnya ditimbun
pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibakar atau dibuang. Namun tidak semua
limbah padat dapat diperlakukan seperti itu, karena ada limbah padat yang tidak mudah
terbakar dan juga tidak mudah busuk. Selain itu ada juga limbah yang bersifat
radioaktif. Di Indonesia, komposisi limbah berubah secara gradual sepanjang waktu.
Pada tahun 2001, komposisi limbah padat berupa sampah 65%, rubbish 13% dan
plastik 11%. Pada tahun 2007, sampah menurun hingga 50% dan bahan plastik
meningkat 15%. Rata-rata harian produksi limbah padat di sepuluh kota besar di
Indonesia pada tahun 2007 adalah Jakarta 28.196,7 m3, Surabaya 9.560 m, Bandung
7.500 m3, Medan 4.985 m3, Makassar 3.661,8m3, Palembang 5.100 m3, Semarang
4.500 m3, Tangerang 3.367 m3, Bekasi 2.790 m3, dan Depok 3.764 m3. Diperkirakan
bahwa total produksi limbah padat di 170 kota dan kabupaten di Indonesia pada tahun
2007 mencapai angka 45.764.364,30 m3 per tahun atau setara dengan 11.441.091,08
ton per tahun. Potensi gas Metana (CH4) yang diproduksi dari total produksi limbah
padat sebesar 517.366.138,15 Gg per tahun atau setara dengan 517.366,14 ton per
tahun. Kurang lebih 41% limbah padat diangkut dan dibuat ke lokasi pembuangan akhir.
Sekitar 36% limbah padat diperlakukan dengan pembakaran, sedangkan 8% ditimbun,
dan 1% didaur ulang dan diperlakukan sebagai kompos, dan 14% dibuang dimana saja,
seperti sungai, lahan terbuka, jalanan, dll. Berdasarkan data yang diperoleh program
Adipura Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2007, hampir semua kota yang disurvey
menggunakan metode open dumping untuk perlakuan akhir limbah padat (99,7%).
Zat pencemar yang teremisikan ke udara bisa berupa partikel maupun gas. Gas-gas
yang dapat menjadi pencemar antara lain SO 2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon, asap
pembakaram, asbes, semen, uap air dll. Pencemaran yang ditimbulkan tergantung jenis
limbah, volume dan lamanya berada di udara. Jangkauannya juga luas karena faktor
cuaca dan iklim juga turut berperan, dan akibatnya dapat terjadi deposisi asam.
Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah jenis limbah yang harus mendapat
perhatian ekstra dalam pengelolaannya. Kandungan kimia yang berbahaya yang
terdapat didalam limbah tersebut berpotensi memberikan dampak merugikan bagi
masyarakat, misalnya dapat menyebabkan kanker ataupun penyakit berbahaya lain. Di
Indonesia, volume limbah berbahaya dan beracun pada tahun 2007 sebesar
3.023.585,37 ton, terutama mengandung fuel sludge, coal ashes, treatment sludge,
steel slug, copper slag, oli bekas, waste water rags, sludge scale dan baterai bekas.
Hanya sekitar 10% dari limbah yang sudah dikelola sebesar 31.910.935 ton pada
tahun 2007. Jumlah 2.464.780.543 ton limbah sudah dikelola melalui program 3R
(Reduce, Reuse, Recycle). Namun, sejumlah besar limbah berbahaya dan beracun
tidak dikelola dengan semestinya. Limbah tersebut dibuang ke badan sungai atau lahan
terbuka (167.559.573.715 ton). Industri pertambangan adalah salah satu yang
memberikan kontribusi sangat besar limbah berbahaya dan beracun di Indonesia. Pada
tahun 2007, industri pertambangan menghasilkan limbah berbahaya dan beracun
berupa fuel sludge dengan jumlah 329,13 ton, aki bekas 183,6 ton, material
terkontaminasi minyak 914,02 ton, dan oli bekas 19.471.604,5 liter. Banyak limbah yang
diproduksi oleh sektor pertambangan, energi, dan minyak yang berada di Jawa dan
Sumatera.
Transportasi, terutama di kota besar merupakan salah satu sub sektor yang
memberikan kontribusi signifikan terhadap pencemaran udara, karena kandungan gas
yang diemisikan dari kendaraan baik pesawat udara, kapal laut, kereta api maupun
kendaraan bermotor. Kontribusi gas buang kendaraan bermotor di kota besar mencapai
6-70%, sementara kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar
antara 10-15%. Selain menjadi sumber pencemar udara, sektor transportasi juga
mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya alam berupa bahan
bakar fosil, bahan bakar inilah yang menjadi penyebab gas buang yang teremisi ke
udara karena mengeluarkan senyawa seperti CO, TSP, NOx, SOx, dll.
Salah
satu
strategi
merealisasikan
pembangunan
berkelanjutan
seperti
yang
Kepmenlh No.111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata
Cara Perijinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air/Atau
Sumber Air
Berbagai peraturan yang mengatur nilai ambang batas atau baku mutu pencemaran
yang menjadi acuan bagi para pelaku usaha untuk mengelola limbah yang
dihasilkannya.
Produksi bersih merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya limbah yang
dikembangkan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) mulai tahun
1993. Pada tahun 1995, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Komitmen
Nasional Penerapan Produksi Bersih, dan sampai saat ini penerapan produksi bersih
sudah dilakukan di beberapa kegiatan, seperti tekstil, penyamakan kulit, kelapa sawit,
electroplating, karet, tapioka, gula, perhotelan dan perkotaan.
Implementasi Produksi Bersih melalui pilot project pada industri tekstil, kelapa
sawit, kulit dan lingkungan industri kecil
2. Departemen Pertanian
3. Departemen Perhubungan
Mengajukan usulan pengurangan bea masuk atau pajak bagi kendaraan yang
ramah lingkungan
6. Kementerian Pariwisata
b) Program Perlindungan Lapisan Ozon melalui bantuan hibah berupa alih teknologi
peralatan yang masih menggunakan bahan perusak ozon (BPO) menjadi non BPO, dan
juga bantuan hibah peralatan daur ulang CFC
c) Pembebasan Bea Impor, terutama untuk peralatan yang digunakan untuk mencegah
atau mengurangi pencemaran
d) CDM (Mekanisme Pembangunan Bersih), dimana upaya perusahaan atau industri di
negara berkembang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui implementasi
teknologi bersih GRK yang dihargai dalam bentuk sertifikat yang dapat dijual untuk
e)
lingkungan
f) Subsidi Kompos, yang diberikan untuk upaya mengurangi limbah organik yang diolah
menjadi kompos. Salah satu program yang sudah dilakukan adalah Western Java
Environment Management Project (WJEMP))
g) Dana Alokasi Khusus, diberikan kepada pemerintah daerah untuk tujuan kegiatan
tertentu, salah satunya untuk pengelolaan lingkungan di wilayahnya
h) Peluang pengurangan pajak penghasilan atas biaya pengolahan limbah
Pinjaman lunak untuk peralatan daur ulang tanaman enceng gondok, alat daur
ulang plastik, alat daur ulang metal, alat daur ulang batok kelapa, alat daur ulang
parafin, mesin daur ulang ban bekas, mesin pengering padi berbahan bakar
sekam
Pinjaman lunak untuk penggantian unit kompresor, unit pendingin udara dan air,
serta unit penghantar panas, yang menggantikan penggunaan pendingin yang
merusak ozon dengan bahan pendingin non BPO
Bantuan hibah mesin produksi non BPO untuk industri foam dan manufaktur
peralatan pendingin
Bantuan hibah daur ulang pendingin CFC untuk bengkel servis peralatan
pendingin
Dari penerapan produksi bersih di Indonesia yang sudah dilakukan di beberapa jenis
industri, contoh hasil yang diperoleh adalah :
a) Mengurangi biaya pengolahan limbah
b) Mengurangi limbah padat. Dari 19 industri yang sudah menerapkan PB dapat
mengurangi
4.158,5 ton/bulan
d) Meningkatkan pendapatan perusahaan melalui penghematan, misalnya:
No.
Nama Alat
Sebelum
Bhn Limbah
Sesudah
Nilai Finansial
Bhn
Nilai Finansial
(Rp)
Limbah
(Rp)
12.800 Kg =
24.600 piece.
Hasil Coating :
US$ 1.5/pcs
= US$ 36.900
= 405.900.000
159.96 x $ 7
= $ 1.119,72
= 12.316.920
= 2mc x12 pcs
x 15yrd x $2.2
=$792 x 30
hari
=$23.760
Coating
Machine Hasil
Produksi :
400.000 m/bl
20% x
400.000 =
80.000 mt
=12.800 Kg
BS:Rp14.000/kg
=Rp179.200.000
Shuttle
Embroidery
159.96
Kg/bln
Cassaty
Machine
Ada 2 mesin
bordeir
menganggur
Rp 1000/Kg
15.96 x Rp1.000
= Rp 159.960
-
2 Mesin
bordir
dapat
bekerja
Keuntungan
Rp/bln
226.700.000
12.156.960
261.360.00
Biogas Reactor
46.880 kg
kotoran
ternak
per hari
=261.360.000
663 unit
reactor
memproduksi
1.629 m3
biogas per hari
setara
dengan 650
liter minyak
tanah per hari
663 unit
reaktor
membuang
ampas yang
dapat menjadi
bahan pupuk
organik
sebanyak
46.880 kg per
hari
Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi yang terjadi pada saat proses
maupun terkait dengan produk yang dihasilkan, harus dipahami benar tentang
analisis daur hidup produk yang dihasilkannya
Upaya produksi bersih harus diikuti dengan perubahan pola pikir, sikap dan
tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun pelaku
usaha
Tata laksana rumah tangga yang baik (good housekeeping), merupakan usaha
yang dilakukan oleh suatu kegiatan usaha untuk menjaga kebersihan
lingkungannya dan mencegah terjadi ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan
serta melakukan penanganan limbah yang timbul sebaik mungkin.
Segregasi aliran limbah, memisahkan berbagai jenis aliran limbah sesuai dengan
jenis komponennya, konsentrasi dan kondisinya, sehingga dapat memudahkan
dalam mengurangi volume limbah yang dihasilkan, dengan demikian dapat
mengurangi biaya pengolahan limbah. Limbah yang encer lebih mudah
dimurnikan karena mengandung kontaminan yang lebih sedikit, sedangkan
limbah dengan konsentrasi yang pekat lebih mudah untuk didaur ulang atau
direcovery karena konsentrasi aliran tersebut besar.
Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik, pelaksanaan proses produksi
yang dilakukan dalam kondisi optimum dan pengoperasian alat sesuai dengan
manual operasional peralatan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
mengurangi kehilangan bahan akibat kebocoran dan tumpahan.
membantu mengurangi jumlah limbah yang keluar dari proses produksi, maupun
pada saat pemakaian produk oleh konsumen.
Penggunaan teknologi bersih, memilih jenis teknologi yang dianggap bersih atau
teknologi yang memberikan peluang pengurangan jenis dan volume limbah
dengan efisiensi yang cukup tinggi.