Abstrak
Kanker paru-paru merupakan penyakit dengan ciri khas adanya pertumbuhan sel
yang tidak terkontrol pada jaringan paru-paru. Bila tidak dirawat, pertumbuhan sel ini
dapat menyebar ke luar dari paru-paru melalui suatu proses yang disebut metastasis ke
jaringan yang terdekat atau bagian tubuh yang lainnya. Sebagian besar kanker yang mulai
di paru-paru, yang dikenal sebagai kanker paru primer, adalah karsinoma yang berasal dari
sel epitelium. Jenis kanker paru yang utama adalah SCLC (kanker paru sel kecil), atau
disebut juga kanker sel gandum, dan NSCLC (kanker paru non-sel-kecil).
Katakunci: kanker paru, karsinoma, kanker paru sel kecil, kanker paru non-sel-kecil.
Abstract
Lung cancer, also known as carcinoma of the lung or pulmonary carcinoma, is a malignant
lung tumor characterized by uncontrolled cell growth in tissues of the lung. If left
untreated, this growth can spread beyond the lung by process of metastasis into nearby
tissue or other parts of the body. Most cancers that start in the lung, known as primary
lung cancers, are carcinomas that derive from epithelial cells. The main primary types are
small-cell lung cancer (SCLC), and non-small-cell lung cancer (NSCLC).
Keywords: lung cancer, carcinoma, small-cell lung cancer, non-small-cell lung cancer.
Bab I : Pendahuluan
Latar Belakang :
Kanker paru merupakan penyakit ganas yang makin meningkat di dunia dan biasanya
timbul pada usia enam puluhan. Banyak pula factor penyebab dari kanker paru
diantarannya gaya hidup masyrakat yakni merokok yang paling sering kita lihat, lainnya
adalah polusi udara yang juga merupakan factor penyebab. Faktor resiko tinggi ialah
wanita atau pria yang merokok lebih dari 20 tahun dan berumur di atas 50 tahun.
Karsinoma paru adalah penyakit letal. Jika sudah ada gejala atau tanda dari penyakit 75%
sudah tidak dapat sembuh lagi. Dari penderita yang sudah di diagnosis, ketahanan hidup
satu tahun mencapai 20% dan ketahana hidup lima tahun hanya 10%.1
Sekarang kanker paru merupakan kejadian epidemik pada beberapa bagian dunia.
Tumor paru merupakan kanker tersering di Amerika Serikat dan juga tersering
menyebabkan kematian dari kanker, sekitar 37.000 kematian setiap tahun. Angka kejadian
kanker paru meningkat pada wanita di Amerika Serikat, sedangkan angka kejadiannya
menurun pada laki-laki, Jumlah kasus kanker paru pada wanita adalah 40% dari semua
kasus kanker paru yang ada. Kebanyakan kanker paru, merupakan metastasis yang berasal
dari tumor payudara, kolorektal, prostat, bronchial, leher kepala, dan Ca ginjal. Adanya
metastasis paru merupakan tanda bahwa penyakit yang diderita telah menjalar, dan
membuat prognosis menjadi buruk.2
Tujuan :
Membantu pembaca makalah ini untuk mengetahui tentang kanker paru, penyebab,
penyebaran, patofisiologinya, gejala klinik, komplikasi, penatalaksanaannya, dan
prognosisnya.
Bab II : Pembahasan
Identifikasi Istilah-istilah Sulit :
Tidak ada istilah sulit yang ditemukan.
Anamnesis
Anamnesis terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga. Dari anamnesis akan didapatkan keluhan
utama dan perjalanan penyakit, serta faktor-faktor lain yang sering membantu tegaknya
diagnosis.3
Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, tanggal lahir, umur, suku, agama, alamat,
pendidikan, dan pekerjaan
Keluhan utama
Batuk darah sejak 4 bulan yang lalu
Inspeksi
Menilai bagaiamana bentuk thoraks, warna kulit, ada tidaknya lesi atau luka bekas
operasi. Kemudian melihat pergerakan dada simetris tidaknya, dan melihat ada
tidaknya retraksi intercostal. Kemudian melihat adak tidanya masa, atau
pembekakan.
2. Palpasi
Palpasi
dilakukan
untuk
mengkasi
kesimetrisan
pergerakan
dada
dan
Perkusi untuk mengkasi resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya, dan
pengembangan diafragma. Suara perkusi abnormal bisa hipersonor yaitu timbul
pada bagaian paru yang berisi udara. 1
4. Auskultasi
Pada auskultasi akan didapatkan wheezing atau stridor hal ini terjadi karena adanya
obstruksi saluran napas. 1
Hasil pemeriksaan fisik pada kasus tersebut tidak diketahui.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker adalah:
Pemeriksaan radiologi
1. Pemeriksaan sinar X
Sekitar 5-10% pasien karsinoma paru dapat tanpa gejala apapun, hanya
berdasarkan pemeriksaan sinar X ditemukan lesi pada parunya. Metode
pemeriksaan sinar X yang sering dipakai meliputi fluoroskopi sinar X regio
toraks, foto toraks postero anterior dan lateral. Pada pemeriksaan foto toraks
PA/lateral akan dapat dilihat bila masa tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm.
Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai
identasi pleura, tumor satelit tumor dan lain sebaginya. Pada foto tumor juga
dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi
perikardium dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan kelenjar
getah bening menentukan normal agak sulit ditentukan dengan foto toraks
saja.4
2. Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT scan toraks kini metode baku untuk memperkirakan luas
dan derajat invasi kontratorakal karsinoma paru, terutama dalam penentuan
karsinoma paru. CT scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil
dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan
juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap
bronkus, tumor intrabronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan
terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala.4
Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas diagnosis kanker paru untuk Biopsi
(TTB), Torakoskopi, Mediastinoskopi dan Torakotomi.
1. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat
dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat
dipastikan ada tidaknya sel ganas. Bronkoskopi dapat melihat langsung lesi di
saluran trakeobronkial. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau
perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor
misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah
berdarah. 4
2. Mediastinoskopi
Suatu cara diagnosis melalui suatu lubang artifisial di celah depan trakea
dimasukan mediastinoskopi untuk melihat sekitar trakea melalui insisi supra
sternal, sekaligus melakukan biopsi. Pemeriksaan ini sangat berguna dalam
memastikan ada tidaknya metastasi kelenjar limfe mediastinum pada
karsinoma paru, merupakan teknik penting dalam menentukan stadium
kanker paru, dan juga untuk diagnosis banding. Lebih dari 20% kanker paru
bermetastasis ke mediastinum, terutama Small Cell Ca dan Large Cell Ca. 4
3. Torakoskopi
Merupakan suatu tindakan invasif, maka pemeriksaan torakoskopi yang
bertujuan diagnosis umumnya baru dipertimbangkan dikerjakan jika teknik
pemeriksaan noninvasif lainnya belum dapat menegakan diagnosis suatu
penyakit. Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura
viseralis, pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi. 4
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Serologi (tumor marker)4
umumnya berasal dari penderita tuberkulosis dewasa. Partikel kecil di udara yang
berisi kuman tuberkulosis ini disebut droplet.6
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh cell mediated immune
response. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T)
merupakan immunoresponse cell. Mikobakterium tuberkulosis yang masuk ke
alveoli akan diikuti oleh vasodilatasi dan masuknya leukosit polimorfonuklear dan
makrofag yang berfungsi untuk memakan dan membunuh basil tersebut. Setelah
strain virulen mikobakteri masuk ke dalam endosom makrofag, organisme mampu
menghambat respon mikrobisida normal dengan memanipulasi pH endosom dan
menghentikan pematangan endosom. Hasil akhir dari manipulasi endosom ini
adalah gangguan pembentukan fagolisosom efektif sehingga mikobakteri
berproliferasi tanpa terhambat.6
Gambaran klinis batuk, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, demam, keringat
malam, anoreksia, malaise, berat badan menurun serta nafsu makan menurun. Suara
atau bising napas abnormal dapat berupa suara bronkial, amforik, ronki basah, suara
napas melemah.6
Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang diduga berperan aktif dalam peningkatan insiden kanker paru :
1.
Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari)
dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang
perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan
kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.7
2.
Kontak industrial
Asbestos, arsen, uranum, nikel, kronium, adalah faktor resiko penyebab karsinoma
paru.4
3.
Polusi udara
10
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.1
4.
Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting
dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah
pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc) dan menonaktifkan
gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2). 8
7. Teori onkogenesis
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom
(onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara
menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan
pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti
apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death).
Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru
berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom.1
6.
Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.1
Epidemologi
Kanker pembunuh nomor satu pada pria dan wanita di Amerika Serikat (> 177.000
kasus dan 159.000 kematian di tahun 1999) dan di dunia. Kematian akibat kanker paru
pada penduduk Amerika Keturunan Afrika dan wanita terus meningkat. Insidensi tertinggi
pada pria >70 tahun dan wanita berusia 50-60 tahun. 80% & sampai 90% kanker paru
disebabkan oleh asap rokok, angka merokok pada pria Amerika Serikat semakin menurun
tetapi angka merokok pada wanita dan orang muda terus mengingkat. Resiko lain meliputi
polusi udara, radiasi, radon, dan pajanan industri. Resiko terpajan asap tembakau dari
lungkungan (merokok pasif) diperkirakan antara 1,4 dan 3,0 kali dari resiko orang yang
tidak terpajan, terutama yang terpajan adalah anak-anak. Obstruksi saluran pernapasan
11
seperti pada penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan indikator penting pada
peningkatan resiko kanker paru.9
Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.10
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi
ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian
distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.10
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka. Dasar
dari kanker paru adalah sama seperti penyakit kanker lainya, yakni pertumbuhan ganas
yang dialami oleh sel kanker yang seharusnya pada sel normal terjadi apoptosis (kematian
sel secara alami) sedangkan pada sel kanker terjadi anti apoptosis oleh penyebab-penyebab
yang belum diketahui dengan pasti. Progresifitas dari kanker paru tergantung pada dua
faktor, yakni :
1. Masa pembelahan sel kanker
Waktu yang dibutuhkan sel untuk membelah menjadi dua dan seterusnya disebut
dengan masa pembelahan atau doubling time. Semakin singkat doubling time maka
semakin cepat pula pertambahan diameter atau volume dari tumor dan makin cepat
pertumbuhan sel kanker tersebut.10
2. Metastasis kanker paru
Metastasis sudah dapat terjadi pada stadium dimana tumor masih belum dapat
dilihat secara radiologi, jika diameter tumor kurang dari 1 cm. tumor yang secara
radiologi dapat direseksi, yakni dalam bentuk nodul yang soliter, sebenarnya sudah
mengalami metastasis jauh.10
Berdasarkan histopatologi maka klasifikasi dari kanker paru adalah sebagai berikut :
1. SCLC (Small Cell Lung Cancer)11
Merupakan tumor neoro-endokrin.
Pertumbuhannya cepat.
12
Defenisi
Tidak
terbukti
primer
Tx
adanya
tumor
Karsinoma in situ
T1
T2
13
T3
T4
N1
Tidak dapat terlihat metastasis
pada kelenjar limfe regional.
N2
N3
M0
M1
Kelompok stadium
Karsinoma tersembunyi
TxN0M0
Stadium 0
TISN0M0
Stadium I
T1N0M0
T2N0M0
Stadium II
T1N1M0
14
T2N1M0
Stadium IIIa
T3N0M0
Karsinoma in situ.
T3N0M0
Stadium IIIb
N3M0
Setiap T
T4 setiap
NM0
Stadium IV
setiap N,M1
atau metastasis.
Setiap T,
15
dengan
metastsis
nyeri dada.
Limfadenopati servical dan supraklavikula.
Penatalaksanaan
Terapi kanker paru harus berdasarkan kondisi fisik pasien, klasifikasi hasil
pencitraan, tipe patologik dan stadium TNM untuk mempertimbangkan secara menyeluruh,
diberikan terapi gabungan multidisiplin. Pada umumnya karsinoma paru NSCLC (Non-
16
small Cell Lung Cancer) dilakukan operasi sebagai terapi utama dalam terapi gabungan,
sedangkan SCLC (Small Cell Lung Cancer) dengan kemoterapi sebagai utama dalam
tergapi gabungan. 4
1. Pembedahan
Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor secara total
berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada kanker
paru yang tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium I (T1 N0 M0 atau T2 N0 M0),
kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas reseksi atau pembedahan tergantung
pada luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat juga dilakukan pada
stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan paliatif mereduksi
tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan demikian kualitas
hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik. 4
Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara : 1,4
a. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi
tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.
b. Segmentectomy atau reseksi baji, yaitu pengangkatan bagian dari suatu
lobus
c. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
d. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini
dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan
satu paru.
2. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu metode terapi penting karsinoma paru, terutama
untuk stadium klinis I, II, jika karena berbagi sebab pasien tidak dapat atau tidak
menghendaki untuk operasi, harus dipilih radioterapi. Radioterapi dilakukan
sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvan atau paliatif pada
tumor dengan komplikasi seperti mengurangi efek obstruksi atau penekanan
terhadap pembuluh darah atau bronkus. Terapi radiasi dilakukan dengan
menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker. Pada beberapa kasus, radiasi
diberikan dari luar tubuh (eksternal). Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara
internal dengan cara meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan
menggunakan kateter dimasukkan ke dalam atau dekat paru-paru. Terapi radiasi
banyak dipergunakan sebagai kombinasi dengan pembedahan atau kemoterapi. 1
17
3. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum diberikan pada
SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah bermetastasis ke luar paru
seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat digunakan untuk memperkecil sel
kanker, memperlambat pertumbuhan, dan mencegah penyebaran sel kanker ke
organ lain. Kadang-kadang kemoterapi diberikan sebagai kombinasi pada terapi
pembedahan atau radioterapi. 1,4
Komplikasi
Komplikasi dari kanker paru adalah gejala invasi keluar dan metastasis
pada organ lain. Komplikasi yang dapat terjadi pada kanker paru adalah
metastasis ke organ tubuh lain seperti otak, kelenjar getah bening, kulit, hati,
kelenjar adrenal, atau paru kontralateral.1
Pericarditis.1
Pleuritis1
Efusi pleura1
Aritmia1
Hiperkoagulasi1
Ketidaknormalan neuroendokrin1
Kematian1
Pencegahan
Pencegahan kanker yang baik dicapai dengan tidak merokok di usia muda, berhenti
merokok, hindari factor pencetus(zat karsinogenik), ataupun dengan asam retinoid, vitamin
C, dll.1
18
Prognosis
Tergantung tipe histologi atau anatomi, staging, resektabilitas dan operabilitas.
Harapan hidup untuk pasien dengan tumor terlokalisir adalah 75%, namun harapan hidup
untuk 5 tahun adalah 13% untuk seluruh pasien tanpa memandang stadium penyakit pasien
saat diagnnosis. Prognosis terbaik bagi pasien dengan kanker paru sel skuamosa yang
berdiferensiasi baik. Pasien yang berobat jalan dapat mentolerir terapi lebih baik
dibandingankan dengan mereka yang menjalankan rawat inap dengan 50% waktu di luar
tempat tidur.1
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke VI.
Jakarta. Interna Publishing; 2014. h. 1224-32.
2. Hasan, Iscac. Metastasis paru. Diunduh dari www.medscape.com 04 juli 2013
3. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005.h.
171.
4. Desen W. Buku ajar onkologi klinis. Edisi 2. Jakarta. FKUI; 2008.h. 337-50.
5. Suryo J. Herbal penyembuh gangguan sistem pernapasan. Yogyakarta: Bentang
pustaka; 2010.h. 27-36.
6. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K
Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta:
FKUI; 2009.h. 2230-34.
7. Alsagaff, Hood, M. Abdul. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya : Airlangga
University Press; 2006.h.35-43
8. Dahlan Z. Pneumonia. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Simadibrata M,
Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta: FKUI; 2009.h.
2196-98.
9. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2007. h. 113.
10. Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Pross Penyakit, Edisi 4.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.h.456-63.
11. Kumar V. Robbins & cotrans dasar patologis penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC;
2005.h. 778-9.
20