OLEH :
AULIA FITRI
NIM : 1201007
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Kunyit (Curcuma) merupakan tanaman rempah yang banyak tumbuh di
daerah tropis seperti India, Cina, Malaysia, dan Indonesia. Menurut data dari
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS RI) pada tahun 2010, luas lahan
pertanian kunyit di Indonesia seluas 45.384.764 m2, dengan hasil panen
108.826.152 kg dan produktivitas tinggi yaitu 2,26 kg/m2. Kunyit yang banyak
dijumpai di Indonesia adalah kunyit kuning (Curcuma longa) dan kunyit putih
(Curcuma mangga).
Kunyit merupakan salah satu tanaman obat potensial yang bermanfaat
sebagai antimikroba dan antikoagulan (Anonim, 2005). Kunyit sering digunakan
dalam kehidupan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman kunyit (curcuma longa)
2.1.1Klasifikasi tanaman
Tumbuhan Curcuma longa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Zingeberales
Family
: Zingeberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma longa
Nama daerah : Jawa : kunyir, koneng, koneng temen, kunir, kunir bentis, temu
kuning, konye, temo koneng. Kalimantan : kunit, janar, henda,
kunyit, cahang, dio, kalesiau. Sumatera : kakunye, kunyet,
kuning, hunik, unik, odil, ondil, kondin, under, kunyit, kunyir,
jiten. Nusa Tenggara: kunyik, huni kaungi, wingir, winguru,
dingira, hingiro, kunita, kunyi, konyi, wingira, kewunyi, kuneh,
guni, kuma, kumoh, kunik, unik, hunik, kunir. Sulawesi : uinida,
kuni, hamu, alawahu, kolalagu, pagidon, uni, kunyi, unyi, nuyik.
Irian : rame, kandeifu, nikwai, mingguai, yau
2.1.2
Deskripsi kunyit
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan
(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur
dan liar disekitar
ketinggian 13001600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari
India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada
tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai
jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini
banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan,
Indonesia (Jawa), dan Filipina.
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang
merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau
kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk
bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan
menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan
bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm
dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing,
tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah
merah jingga kekuningkuningan.
2.1.3
pewarna makanan, kunyit juga digunakan sebagai bahan baku obat. Kunyit
mengandung beberapa komponen yang bersifat sebagai antioksidan dan
antibakteri (Aggarwal et al., 2006). Senyawa antioksidan dan antibakteri kunyit
dapat diperoleh dengan cara ekstraksi.
Kunyit mengandung senyawa dengan sifat kepolaran yang berbeda-beda.
Kurkuminoid (Budhwaar, 2006), turmerin dan terpen (Srinivas, 1992) merupakan
senyawa metabolit kunyit yang mempunyai sifat sebagai antioksidan dan
antibakteri. Menurut Kizo et al (1983), kurkuminoid dapat larut dalam metanol
dan hexan. Ektrak metanolnya mengandung berbagai jenis senyawa, termasuk
senyawa yang tidak berperan sebagai antioksidan dan antibakteri. Sehingga perlu
dilakukan fraksinasi dengan menggunakan pelarut heksan.
Banyak tanaman yang memiliki potensi dalam bentuk tepung, ekstrak atau
minyak atsiri sebagai pengendali patogen, diantaranya tanaman kunyit (Curcuma
domestica) (Syamsudin, 2003). Beberapa penelitian secara in vitro, membuktikan
bahwa senyawa aktif dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan
jamur, virus dan bakteri baik gram positif maupun gram negatif seperti
Escherchia coli, Klebsiela pneumoniae dan Staphylococcus aereus (Hidayati,
2002 : 43).
2.2 Metoda Ekstraksi
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk
simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia kering dibuat serbuk simplisia
dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat
mempengaruhi mutu ekstrak dengan semakin halus serbuk simplisia maka proses
ekstraksi semakin efektif dan efisien, namun semakin halus serbuk maka semakin
Fraksinasi
Bakteri
Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, bersifat uniseluler dan tidak
mengandung sttruktur yang terbatasi membrane di dalam sitoplasmanya. Sel
bakteri memiliki bentuk yang khas seperti bola, batang atau spiral. Umumnya
menentukan
aktivitas
enzim
dalam
aktivitas
kimia.
2.4.2
Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli. termasuk bakteri Gram negatif. E. coli banyak
ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal, tetapi bila kesehatan
menurun, bakteri ini dapat bersifat patogen terutama akibat toksin yang dihasilkan. E.
coli umumnya tidak menyebabkan penyakit bila masih berada dalam usus, tetapi dapat
menyebabkan penyakit pada saluran kencing, paru, saluran empedu, dan saluran otak
(Jawetz et al, 2005).
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1
Metoda Penelitian
3.2.1
hot plate, inkubator (Memmert), jangka sorong, jarum Ose, Laminar Air Flow
(LAF), pipet volum, oven (Memmert), pinset, pipet mikro (Nesco), rak tabung
reaksi, vial, vorteks (AsOne) dan spekrofotometer UV-Vis .
Bahan-bahan yang digunakan adalah: rimpang kunyit segar, pelarut Etanol
96%, n-heksan, etil asetat, alkohol 70%, aquadest, asam sulfat 2 N, natrium
karbonat, aluminium klorida, natrium asetat, asam klorida pekat, besi (III) klorida
1%, norit, kloroform, kloroform amoniak, logam magnesium, pereaksi
Lieberman-Bouchard, pereaksi dragendorff, pereaksi mayer, kertas cakram, NaCl
fisiologis, cakram chiprofloxacin, media nutrient agar (NA), dan bakteri
Escherichia coli
.
3.2.2
Rancangan Penelitian
1. Pengambilan Sampel.
2. Identifikasi Sampel
3. Pembuatan Ekstrak Rimpang Kunyit
4. Fraksinasi Ekstrak Rimpang Kunyit
5. Pemeriksaan Kandungan Metabolik Sekunder Ekstrak Rimpang
Kunyit
6. Sterilisasi Alat dan Bahan
7. Pembuatan Media nutrient agar
8. Peremajaan Bakteri
9. Pembuatan Suspensi Bakteri
10. Uji aktivitas Antibakteri
11. Pengumpulan dan Analisis Data
3.3
Prosedur Penelitian
3.3.1
Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah rimpang kunyit segar
Identifikasi Sampel
Sampel diidentifikasi di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas
3.3.3
3.3.4
Fraksinasi Ekstrak
Ekstrak kental ekstrak rimpang kunyit ditimbang 10 gram difraksinasikan
dimasukkan
dikeringkan, alat-alat gelas yang memiliki mulut ditutup dengan kapas yang
dibalut kain kasa, lalu semua alat dibungkus dengan kertas koran, kemudian
disterilkan dengan oven pada suhu 170oC selama 60 menit. Spatel dan jarum Ose
disterilkan dengan cara pemijaran diatas nyala api lampu spiritus selama 20 detik.
Alat-alat yang terbuat dari plastik direndam dalam alkohol 70%. Semua
pengerjaan dilakukan secara teknik aseptik.
3.3.7
Pembuatan Media NA
Sebanyak 20 gram serbuk medium Nutrien Agar (NA), dimasukkan ke
dalam erlenmeyer yang berisi 1 liter aquadest dan dipanaskan sampai larut hingga
sempurna. Mulut erlenmenyer ditutup dengan kain kasa dan disterilkan dalam
autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit (Lay, 1994).
3.3.8
Peremajaan Bakteri
Peremajaan dilakukan dengan memindahkan satu Ose bakteri dari stok
yang terjadi dan diukur diameter hambatan yang terbentuk dengan jangka sorong.
Kontrol negatif digunakan kertas cakram steril yang ditetesi dengan 10 l pelarut
yang digunakan, dan kontrol positif digunakan cakram ciprofloxacin.
3.3.11 Analisis Data
Untuk uji antibakteri data yang diperoleh dalam bentuk daerah diameter
hambat dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.