Anda di halaman 1dari 1

[PANDUAN] Saat Anak Sulit Makan

Oleh Mia Ilmiawaty Saadah pada 11 Mei 2011 pukul 17:09

* Tolak MP-ASI, tapi mau ASI


Jika menghadapi kondisi seperti ini, pemberian makanan secara bertahap harus dirancang. Memang sih waktu makannya jadi jauh lebih lama.
Contohnya, berikan 1 sendok MP-ASI setiap jadwal makan tiba dengan konsentrasi makanannya lebih cair dibanding ukuran standar yang
dianjurkan di kemasan. Setiap hari porsi ini harus ditingkatkan, dari 1 sendok menjadi 2 sendok hingga akhirnya mencapai 1 mangkuk. Perlu
diingat, jadwal makannya pun harus diberikan secara konstan dan berkesinambungan. Mengapa ini penting? Karena si kecil mau tidak mau harus
diajarkan keteraturan untuk membentuk kedisiplinan.
* Dilepeh
Jika ini terjadi pada bayi di bawah usia 8 bulan, kemungkinan besar hanya karena refleks anak. Ingat, MP-ASI yang diberikan merupakan sesuatu
yang "asing" baginya, lo. Tapi kalau si kecil sudah berusia 8 bulan atau lebih, maka orang tua harus cermat. Apakah karena memang
makanannya itu yang tidak enak karena terlalu asin, terlalu manis, kelewat kasar atau malah kelewat lembut? Atau apakah orang tua
memberikannya dalam porsi terlalu banyak, terlalu panas/dingin dan sebagainya. Nah, agar si kecil tidak melakukan penolakan, pandai-pandailah
mengatur strategi dengan cara menggonta-ganti menu, rasa maupun tekstur makanannya. Jangan lupa pula untuk senantiasa
mengomunikasikannya pada si kecil. Contohnya, "Kenapa, Sayang, kok dilepeh? Terlalu asin, ya? Nah, sekarang sudah enggak asin lagi."
* Diemut
Ini juga salah satu bentuk penolakan yang kerap dilakukan bayi. Anak yang makannya ngemut umumnya karena alat-alat pencernaan di rongga
mulutnya belum siap menerima MP-ASI. Jika memang kebiasaan ngemut-nya karena gangguan fisik, si kecil besar kemungkinan juga akan
mengalami gangguan bicara. Untuk memastikannya, kasus seperti ini lebih baik segera diperiksakan ke dokter.
* Disembur
Sesekali si kecil mungkin saja menyemburkan makanannya. Itu hal yang wajar terjadi sebagai salah satu bentuk eksplorasinya. Namun orang tua
harus menjelaskan pada anak, semisal dengan mengatakan, "Lucu, ya, Dek, bunyinya. Tapi makanan itu nanti harus ditelan ya." Kalau
penjelasan seperti itu terus-menerus diutarakan, anak tentu akan tahu mana perilaku yang tak baik alias tak boleh diulanginya lagi. Akan tetapi,
jika setiap kali makan si kecil selalu menyemburkan santapannya, boleh jadi ia memang tidak berselera pada makanan tersebut. Kemungkinan
lain cara makan ataupun suasana makan yang dirasa tak nyaman baginya. Lagi-lagi orang tualah yang harus kembali mengeksplorasi cara lain
agar si kecil mau makan.
* Dimuntahkan
Perilaku memuntahkan makanan bisa akibat penolakan ataupun bukan. Kalau ternyata disebabkan masalah fisik atau ada yang harus dibereskan
pada sistem pencernaannya, maka muntahnya bukan merupakan penolakan. Akan tetapi kalau muntah disebabkan si kecil mencari perhatian
dalam mengeskpresikan ketidaksukaannya pada makanan itu, baru bisa dikategorikan sebagai penolakan. Untuk memastikan penyebabnya,
orang tua dapat memperhatikan kondisi anak. Misalnya apakah rewel atau tidak selagi muntah maupun sesudah muntah, demam atau tidak, dan
apakah disertai gangguan lain semisal diare atau tidak. Jika jawabannya memang ya, kemungkinan si kecil mengalami masalah fisik dan ini
sebaiknya segera dikonsultasikan ke dokter ahlinya.
* Menolak sama sekali
Wujud penolakannya bisa berupa memalingkan kepala, menutup rapat-rapat mulutnya, sampai menangis keras setiap kali disuapi. Penyebabnya
lebih banyak karena faktor fisik, seperti gara-gara sariawan, atau terkena radang tenggorokan. Jadi, kalau si kecil menunjukkan tanda-tanda tadi,
cermati dulu kondisi kesehatannya secara umum. Pastikan apakah ia sariawan atau tidak, gunakan termometer untuk memastikan suhu
tubuhnya, apakah kondisi lidahnya bermasalah atau tidak, bibirnya pecah-pecah, dan buang airnya lancar atau tidak. Kalau benar karena kendala
fisik, lekas konsultasikan ke dokter.
Jika tak ada gangguan fisik kemungkinan besar si kecil melakukan gerak tutup mulut gara-gara faktor psikis. Tidak tertutup kemungkinan ia
memang tengah mencari perhatian orang tuanya yang sudah sepanjang hari tidak dijumpainya, tak menyukai menunya, dan penampilan
makanannya membuat bayi kehilangan selera makan.
Konsultan Ahli:
Alzena Masykuori, M.Psi
psikolog dari Cikal Sehat-Sehat, Jakarta Selatan
sumber: http://khalisaaa.blogspot.com/2008/11/bagaimana-cara-menghadapi-bayi-susah.html

Suka

Anda mungkin juga menyukai