Anda di halaman 1dari 18

1

1. IDENTIFIKASI
A. Identitas Pasien
Nama

: Ny. N

Med.Rec/Reg : 063030
Umur

: 31 tahun

Tanggal lahir

: 21 Januari 1985

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Suku bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Jalan A Kadir gang Kelinci Rajabasa Bandarlampung

MRS

: 08 Maret 2016 Pukul 17.58 WIB

Ruang/Kamar : VK
B. Anamnesis (Autoanamnesis pada tanggal 08 Maret 2016)
1.

Keluhan Utama
Keluar air air dan mules yang menjalar ke pinggang

2.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Os datang ke Instalasi Gawat Darurat RSPBA dengan keluhan keluar air
air dari vagina sejak dua jam yang lalu. Os juga mengeluh perut terasa
mules dan menjalar ke pinggang. Mules dirasakan sejak kemarin, tetapi
sekarang semakin sering. Tidak ada keluhan keluar lendir dan darah dari
vagina. Os mengaku sedang hamil anak ke dua dengan usia kehamilan

lebih kurang 39 minggu. Riwayat Perkawinan Os mengaku menikah 1 kali


pada umur 29 tahun, lamanya perkawinan 3 tahun.Empat tahun yang lalu
os mengaku pernah keguguran dan tidak dilakukan kuretase.
3.

Riwayat ANC
5 kali di bidan, konsumsi tablet Fe (+), injeksi TT (-)
4.

Riwayat Reproduksi
Riwayat menarche pada usia 12 tahun, lama 5-6 hari, siklus haid 28 hari,
teratur, banyaknya 2-3 pembalut perhari, dismenorrhoe (-), flour albus (-).

5.

Riwayat Kehamilan Terdahulu


G2P0A1
Anak I (2012), 10 minggu, abortus

6.

Riwayat Kontrasepsi
Os mengaku tidak menggunakan KB

7.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Os pernah mengalami muntah muntah saat kehamilan anak pertama. Os
mengaku tidak memiliki riwayat penyakit infeksi menular seksual dan
infeksi saluran kencing. Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kencing
manis disangkal. Riwayat asma dan alergi makanan maupun obat-obatan
juga disangkal.

8.

Riwayat Penyakit Keluarga


Os mengaku keluarga tidak pernah mengalami hal yang sama. Riwayat
penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, dan asma di keluarga

disangkal. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan di keluarga juga


disangkal.
Riwayat Kebiasaan

9.

OS tidak merokok, kebiasaan minum alkohol dan penggunaan obat-obatan


tertentu disangkal.
10.

Riwayat Gizi / Sosioekonomi :


Cukup

C. Pemeriksaan Fisik (Tanggal 19 November 2015, Pukul 16.20 WIB)


a.

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Berat badan

: 51 kg

Tinggi badan

: 155 cm

Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 80 x/menit, reguler

Pernapasan

: 20 x/menit

Suhu

: 36C

b.

Status Generalis

Kepala
Bentuk kepala

: Normosefali, tidak ada deformitas

Rambut

: Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah


dicabut

Wajah

: Simetris, deformitas (-)

Mata

: Kelopak edema (-), konjungtiva anemis (-/-), pupil


isokor, sclera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung
(+/+), refleks cahaya tak langsung (+/+)

Telinga

: Normotia, deformitas (-), nyeri tekan tragus (-),


nyeri tekan mastoid (-), sekret (-)

Hidung

: Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum


deviasi (-), mukosa hiperemis (-)

Bibir

: Simetris (+), sianosis (-), mukosa lembab

Mulut

: Tonsil tenang T1-T1, faring tidak hiperemis, uvula


ditengah, oral higiene baik

Leher
Bentuk

: Simetris, normal

KGB

: Tidak teraba membesar

Trakhea

: Lurus di tengah

Kelenjar tiroid

: Tidak teraba membesar

Thoraks

Paru paru
Inspeksi

: Gerakan dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi

Palpasi

: Gerakan dada simetris, vokal fremitus simetris,


krepitasi (-), nyeri tekan (-)

Perkusi

: Tidak dilakukan

Auskultasi

: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Inspeksi

Jantung
: Tidak tampak pulsasi ictus cordis, tidak ada tanda

Palpasi

radang
: Ictus cordis teraba di sela iga V, 2 cm sebelah
medial garis mid clavicularis sinistra

Perkusi

: Tidak dilakukan

Auskultasi

: Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: Soepel, tidak tampak tanda radang, defans muskuler


(-/-), nyeri tekan (-/-), nyeri lepas (-/-), bising usus
(+).

Genitalia

: Tampak benjolan pada labia mayora dextra

Ekstermitas

: Akral hangat pada ujung jari tangan dan kaki,


varises (-), edema (-/-), refleks fisiologis (+/+),
refleks patologis (-/-)

c.Status Lokalis
Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar

: TFU

: 32 cm

Letak Janin : Memanjang, Punggung kiri


Presentasi

: Kepala

Penurunan : 1/5

Pemeriksaan dalam

His

: 21050

DJJ

: 142 kali per menit

: Vulva/vagina: Tidak ada kelainan


Porsio
: Tebal
Pembukaan : 20.00 : 2cm
00.00 : 2cm, 06.00 : 3cm
Ketuban
: (+)
Letak rendah: Kepala
Lendir darah : (+)

D. Diagnosis Kerja
G2P0A1 Hamil Aterm dengan Ketuban Pecah Dini 2 jam Inpartu Kala 1 fase
laten Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala
E. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (Hasil keluar tanggal 08 Maret 2016)
Hemoglobin

: 12,1 gr%

MCV : 92 fl

Eritrosit

: 4,1 ul

MCH : 30 pg

Hematokrit

: 387%

MCHC: 32 g/dl

Leukosit

: 5.000 ul

BT

: 3

Trombosit

: 194.000 ul

CT

:12

Hitung jenis

: 0/0/0/71/22/7

F. TERAPI
- Observasi tanda-tanda vital, DJJ, HIS
- IVFD RL gtt XX/mnt
- Cek Lab: DL, CT, BT
G. Prognosis

Dubia ad bonam

H. Follow Up
Tgl/Ja

Pemeriksaan

Terapi

m
08-3-2016

IVFD RL gtt XX/

menit
Observasi DJJ, HIS
Cek DL, CT, BT

IVFD RL gtt XX/

menit
Observasi DJJ, HIS
Cek DL, CT, BT

S : keluar air air dari vagina sejak pukul 16.00,


perut terasa mules yang menjalar ke pinggang

Pkl 20.00
WIB

O : KU baik, CM, TD: 120/70 mmHg, HR: 80


O
x/menit, RR: 20 x/menit, T : 36 C

TFU : 32 cm

Porsio : tebal

Punggung : Kiri

Pembukaan : 2cm

Presentasi : Kepala

Ketuban : (+)

HIS: 21050

Blood Slym : (-)

DJJ : 132 x/menit

A : G2P0A1 Hamil Aterm dengan Ketuban Pecah


Dini 4 jam Inpartu Kala 1 Fase Laten Janin
Tunggal Hidup Presentasi Kepala
08-3-2016

S : keluar air air dari vagina , perut terasa mules


yang menjalar ke pinggang

Pkl 00.00
WIB

O : KU baik, CM, TD: 120/70 mmHg, HR: 80


x/menit, RR: 20 x/menit, T : 36

Porsio : tebal

DJJ : 138 x/menit

Pembukaan : 2cm

HIS: 21030

Ketuban : (+)

Blood Slym : (-)

A : G2P0A1 Hamil Aterm dengan Ketuban Pecah


Dini 8 jam Inpartu Kala 1 Fase Laten Janin
Tunggal Hidup Presentasi Kepala

Informed consent
09-03-

S : keluar air air, lendir, dan darah dari vagina,

2016

perut terasa mules yang menjalar ke pinggang

Pkl 06.00

O : KU baik, CM, TD: 120/70 mmHg, HR: 80

O
x/menit, RR: 20 x/menit, T : 36 C

WIB

Porsio : tebal

DJJ : 142 x/menit

Pembukaan : 3cm

HIS: 31020

Ketuban : (+)

Blood Slym : (+)

A : G2P0A1 Hamil Aterm dengan Ketuban Pecah


Dini 8 jam Inpartu Kala 1 Fase Laten Memanjang
Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala

Laporan Seksio Sesaria dengan Anestesi Spinal


1.
2.
3.
4.
5.

Persiapan pasien dan alat


Dilakukan tindakan anestesi spinal
Desinfeksi dengan alkohol + povidone iodine
Dilakukan insisi pfannenstiel 2 jari diatas simfisis pubis
Insisi SBR
6. Bayi dilahirkan dengan meluksir kepala

Informed consent
Rencana
Seksio
Sesaria
Cek DL, CT, BT
Observasi
tanda-

tanda vital, DJJ, HIS


IVFD
RL
gtt

XX/mnt
Injeksi Ceftriaxone
1 gr (pre op), skin

test
Pasang kateter urin
Puasa dari pukul

06.00 WIB
Cek Lab: DL,CT,BT

10

7. Pemotongan tali pusat


8. Plasenta dilahirkan lengkap
9. Penutupan dinding abdomen
10.Operasi selesai
Lahir neonatus laki laki
Pukul 11.12
BB : 2800 gr
PB : 47 cm, A/S : 8/9
Ditemukan mioma multipel :
2x3x2 cm, 3x2x2 cm
1x1 cm, 0,5x0,5 cm
Intramural dan subserosum

Gambar mioma uteri


Follow Up Post Seksio Sesaria
Tgl/Jam
9-4-2016

Pemeriksaan
S : Nyeri luka post op dan pusing

Pkl 16.00
WIB

O : KU baik, CM, TD: 100/60mmHg,

amp

RR: 24x/menit, HR: 67 x/menit, T:


O
36,5 C

TFU : 2 jari dibawah pusat

Perdarahan: 15 cc, Output urin: 500 cc

Terapi
Observasi TTV + Perdarahan
Cek Hb post op
Imobilisasi 24 jam
Diet Biasa
IVFD RL gtt XX/menit + 2

oksitosin

amp

tramadol
Injeksi Ceftriaxone 3x1 gr IV
Pronalges supp 2x1
Inbion tab 2x1

11

A : Post Seksio sesaria a/i Ketuban


Pecah Dini 8 jam + kala 1 memanjang
dengan mioma uteri multipel

10-4-16

S : Nyeri disekitar jaitan

Pkl 06.41

O : KU baik, CM, TD: 110/70, RR: 20

WIB

x/menit, HR: 60 x/menit,T :36,2 C

Observasi TTV + Perdarahan


Diet Biasa
IVFD RL gtt XX/menit + 2
amp

oksitosin

amp

tramadol
Injeksi Ceftriaxone 3x1 gr IV
Pronalges supp 2x1
Inbion tab 2x1

Cefadroxil tab 3x500 mg


Asam mefenamat tab 3x500

mg
Inbion tab 1x1
GV
Pasien acc pulang

TFU : 3 jari dibawah pusat

Perdarahan : 5 cc, Output urin : 450 cc

A : Post Seksio sesaria a/i Ketuban


Pecah Dini 8 jam + kala 1 memanjang
dengan mioma uteri multipel
11-4-16

S : Tidak ada keluhan

Pkl 06.30
WIB

O : KU baik, CM, TD : 110/70, RR:


O
22x/menit, HR: 81 x/menit,T :36 C

A : Post Seksio sesaria a/i Ketuban


Pecah Dini 8 jam + kala 1 memanjang
dengan mioma uteri multipel

II.

PERMASALAHAN
1.
2.

Apakah diagnosis pasien ini sudah tepat?


Apakah penatalaksanaan pasien ini sudah tepat?

12

III.ANALISIS KASUS
1.

Apakah diagnosis pasien ini sudah tepat?


Pada kasus ini Ny. N 31 tahun masuk dengan diagnosis G2P0A1
hamil aterm dengan Ketuban Pecah Dini 2 jam Inpartu Kala 1 fase laten
Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala setelah dilakukan follow up selama
14 jam di ruang kebidanan diagnosis berubah menjadi G2P0A1 hamil aterm
dengan Ketuban Pecah Dini 8 jam Inpartu Kala 1 fase laten memanjang
Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala. Diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan. Pada
anamnesis didapatkan bahwa Ny. N 31 tahun datang dengan keluhan keluar
air air dari vagina sejak pukul 16.00. Os juga mengeluh perut terasa mules
yang menjalar ke pinggang. Paginya terdapat keluhan keluar lendir dan darah
dari vagina. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pembukaan : 2cm pada pukul
16.00, HIS: 21060. Pasien ini dinyatakan sudah inpartu. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa tanda tanda inpartu adalah kontraksi uterus minimal 2
kali dalam 10 menit, keluar lendir dan darah dari vagina, telah terjadi
pembukaan dan penipisan serviks.1
Os juga mengeluh masih keluar air- air dari vagina sejak pukul 16.00
sampai pagi, setelah dilakukan pemeriksaan dalam pada pukul 00.00
pembukaan masih 2 cm, dan pada pukul 06.00 pembukaan menjadi 3 cm. Os
dinyatakan mengalami ketuban pecah dini 8 jam. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban dalam kehamilan
lebih dari 37 minggu sebelum pembukaan 3 cm.2

13

Hasil pemeriksaan dalam dari pukul 16.00 sampai 06.00 didapatkan


pembukan dari 2 cm menjadi 3 cm. Pasien ini dinyatakan mengalami Kala I
Fase laten memanjang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kala I fase laten
memanjang adalah pembukaan kurang dari 4 cm setelah lebih dari 8 jam
dengan HIS yang teratur.3 Pada pasien ini akhirnya dilakukan seksio sesaria
atas indikasi ketuban pecah dini 8 jam dan kala I fase laten memanjang.
Setelah dilakukan seksio sesaria ternyata didapatkan tumor yang berasal dari
otot rahim berjumlah 4 dengan ukuran 2x3x2 cm, 3x2x2 cm, 1x1 cm, 0,5x0,5
cm jenis intramural dan subserosa. Diagnosis berubah menjadi Post Seksio
sesaria a/i Ketuban Pecah Dini 8 jam + kala 1 fase laten memanjang dengan
myoma uteri multiple.
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat disekitarnya.4 Mioma uteri saat kehamilan ukuranya dapat
membesar diakibatkan tingginya kadar estrogen terutama pada kehamilan
trimester pertama.4 Mioma uteri juga dapat mengalami perubahan sekunder
ketika kehamilan yaitu terjadi degenerasi merah karena suatu nekrosis subakut
sebagai gangguan vaskularisasi. Saat pembelahan dapat dilihat sarang mioma
seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin
dan hemofusin. Terdapat tiga jenis mioma uteri yaitu subserosum, intramural,
dan submukosum.4 Pada kasus ini ditemukan 4 myoma uteri jenis intramural
yaitu tumor jinak uterus yang berada didalam otot uterus dan subserosum
yaitu tumor jinak yang menonjol kepermukaan luar uterus.6
Fase laten memanjang dapat diakibatkan oleh kelainan janin, kelainan
tenaga, ataupun kelainan jalan lahir. Pada kasus ini os melahirkan bayi dengan

14

BB : 2800 gram dengan presentasi kepala, dan ukuran lingkar kepala normal.
Tidak terdapat kelainan janin baik dari presentasi, lingkar kepala ataupun
berat badan bayi. Mioma uteri dapat menyebabkan terjadinya fase laten
memanjang akibat kontraksi uterus yang abnormal dimana melemahnya
kontraksi antara segmen uterus satu dengan yang lainnya akibat adanya masa
di otot uterus.5 Hal tersebut mengakibatkan dilatasi servik yang tidak efisien,
sehingga terjadi fase laten yang memanjang.5 Pada kasus ini didapatkan HIS
yang cukup singkat. Dari penelitian sebelumnya dikatakan bahwa mioma uteri
merupakan risiko terjadinya ketuban pecah dini, tetapi belum ada teori yang
jelas, dan masih terjadi perbedaan pendapat dengan penelitian lainnya yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara myoma uteri
dan ketuban pecah dini.6 Mioma uteri dalam kehamilan dapat meningkatkan
risiko terjadinya abortus, lahir preterm, distosia janin yaitu kelainan letak
janin, kekuatan (power) yaitu inersia uteri sampai atonia uteri, kelainan jalan
lahir yaitu mioma uteri yang berada di servik dan menghambat penurunan
kepala janin. kelainan letak plasenta, retensio plasenta, plasenta previa, dan
perdarahan post partum.6
2.
Apakah penatalaksanaan pasien ini sudah tepat?
Pada pasien dianjurkan untuk dilakukan seksio sesaria atas indikasi
ketuban pecah dini 8 jam dan kala I fase laten memanjang karena jika terus
dibiarkan dapat menimbulkan korioamnionitis pada ibu. Pada bayi dapat
terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.7 Korioamnionitis merupakan infeksi
bakteri yang mengenai korion, amnion, dan selaput amnion. Korioamnionitis
merupakan komplikasi yang serius bagi ibu dan janin bahkan dapat

15

menimbulkan sepsis.7 Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban


pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.7 Pada kasus
ini periode laten sudah memanjang artinya risiko untuk terjadinya infeksi
sekunder akibat ketuban pecah dini lebih tinggi. Maka perlu dilakukan
tindakan seksio sesaria untuk menyelamatkan ibu maupun janin.
Saat dilakukan seksio sesaria, ternyata ditemukan myoma uteri
multiple. Tetapi pada pasien ini tidak dilakukan tindakan miomektomi
langsung terutama pada myoma uteri intramural karena secara teoritis saat
kehamilan vascularisasi terhadap myoma tersebut jauh lebih besar, dan setelah
melahirkan kontraksi otot uterus untuk menjepit pembuluh darah belum pulih
sempurna.8 Jika dilakukan tindakan operatif risiko untuk terjadinya
perdarahan jauh lebih besar dan sulitnya mengentikan perdarahan sehingga
akan terjadi kesulitan dalam mempertahankan hemostasis ibu. 8 Tetapi
pembedahan pada kasus mioma uteri subserosum relatif lebih aman
mengingat risiko terjadinya perdarahan lebih sedikit.8
Walaupun Beberapa penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara miomektomi pada saat seksio sesaria dengan
risiko terjadinya perdarahan intra operatif, demam post partum, dan lama
menetap di Rumah sakit. Tetapi pembedahan pada myoma uteri intramural
sebaiknya dihindari mengingat risiko perdarahan jauh lebih besar.9
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. 55% dari semua
mioma uteri tidak membutuhkan pengobatan apapun terutama apabila mioma
itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.4 Pasien ini
mengaku sebelumnya tidak mengalami keluhan seperti nyeri perut ataupun

16

perdarahan dan gangguan menstruasi. Setelah melahirkan uterus akan


mengalami involusi dan diharapkan terjadi perubahan sekunder pada myoma
uteri pada kasus ini yaitu terjadinya atrofi (mioma menjadi mengecil).4
Pada tatalaksana post seksio sesaria pasien diberikan antibiotik
Cefadroxil 3x500 mg. Pemberian Cefadroxil ditujukan untuk melawan gramnegatif yang dapat mencegah infeksi pada luka sehabis tindakan. Pasien
diberikan asam mefenamat 3x500 mg untuk menghilangkan nyeri pasca
tindakan seksio sesaria. Asam mefenamat merupakan obat golongan NSAID
yang digunakan untuk analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik. Pemberian
vitamin pada pasien diberikan Inbion 2x1 tab.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penatalaksaan pada kasus ini sudah
cukup tepat tetapi perlu dilakukan pengamatan setiap 3 sampai 6 bulan dan
dapat dilakukan pengobatan secara konservatif dengan harapan myoma uteri
dapat mengecil.4 Jika myoma uteri terus membesar dan menimbulkan keluhan
yang sangat menggangu dapat dipertimbangkan tindakan operatif setelah
uterus involusi sempurna.
IV. KESIMPULAN
1.

Diagnosis

kasus

ini

sudah

tepat, karena keluar nya air air yang berlangsung selama 8 jam sebelum
pembukaan 3 cm merupakan kriteria diagnosis ketuban pecah dini. Fase laten
yang berlangsung lebih dari 8 jam dapat dikatakan sebagai kala I fase laten
memanjang. Benjolan berjumlah 4 buah yang ditemukan pada otot uterus
merupakan myoma uteri multiple.

17

2.

Pemilihan

penatalaksaan

dengan tindakan seksio sesaria tanpa miomektomi pada kasus ini cukup tepat
dilakukan seksio sesaria karena secara umum insiden infeksi sekunder pada
ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.7 Pada
kasus ini periode laten sudah memanjang artinya risiko untuk terjadinya
infeksi sekunder akibat ketuban pecah dini lebih tinggi. Dapat menimbulkan
korioamnionitis pada ibu. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis. Tindakan seksio sesaria tanpa miomektomi pada kasus ini sudah
tepat mengingat risiko untuk terjadinya perdarahan jauh lebih besar dan
sulitnya mengentikan perdarahan sehingga akan terjadi kesulitan dalam
mempertahankan hemostasis ibu.

DAFTAR PUSTAKA
1. JNPK, KR. Persalinan kala I. Dalam: Buku Acuan Pelatihan Klinik APN.
Jakarta: Bakti Husada. 2008.
2. Nugroho, Taufan. Kasus Emergency Kebidanan.Yogjakarta: Nuha Medika. 2010.
3. Saifuddin, AB. Ilmu Kandungan Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
2009.
4. Prawihardjo, S. Tumor jinak uterus.Dalam : Buku Ilmu Kandungan Edisi ke dua.
Jakarta: Bina Pustaka. 2009; 13: 338-46.
5. Joy, S. Pathophysiology Prolonged Latent Phase in Abnormal labor. Newyork:
Medspace. 2015.
6. Hee, JL. Contemporary Management of Fibroids in Pregnancy. Seoul, Korea:
Rev Obstetrics & Ginecology. 2010; 3(1): 20-7.

18

7. Prawihardjo, S.Ketuban Pecah Dini.Dalam : Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina


Pustaka. 2010; 677-84.
8. Sudhir, A. Cesarean Myomectomy. India: The Journal of Obstetrics and
Gynecology of India. 2006; 56(6): 486-8.
9. Ashley, SR. Myomectomy at the time of cesarean delivery.USA : Bio Medical
Center. February 9, 2004; 4:14.

Lampiran

Gambar Mioma Uteri Multiple

Anda mungkin juga menyukai