Anda di halaman 1dari 8

STANDAR MANAJEMEN SURVEYING( SMS )

Oleh : Budi Madjmoe,


Land and Engineering Surveyor, 0813 9999 7588
Surveying adalah bagian terkecil dari ilmu geodesi, yang mempelajari
permukaan bumi dan
kandungan didalamnya.
Surveying bisa didefinisikan sebagai seni, teknologi dan ilmu pengukuran di
atas permukaan bumi. Dimana pelakunya ( Surveyor) harus bisa melakukan
pengumpulan data dilapangan, melakukan riset, menganalisa dan mengambil
keputusan yang tepat untuk sebuah target akhir yang diembanya. Selain itu
tentunya Surveyor dituntut untuk bisa menyampaikan hasil kerjanya dalam
bentuk Data Kerjabaik secara tertulis, digital, maupun optis, untuk
dipergunakan pihak lain sebagai dasar penentuan, dan perhitungan sebuah
rencana atau hasil dari aplikasi sebuah rencana atau desain secara kuantitas.
Dengan dukungan fasilitas dan kemampuan baik secara teknis maupun non
teknis, maka diharapkan surveyor bisa bekerja dengan maksimal. Dukungan
teknis dan kemampuan itu tidak akan menjadi sesuatu yang maksimal bisa
dimanfaatkan apabila tidak di dukung oleh suatu tata kelola yang baik.
Maka suatu tata kelola yang baik mutlak diperlukan untuk mengorganisasi,
kemampuan Surveyor dalam menghasilkan sebuah target. Karena banyaknya
cakupan ladang pekerjaan surveyor, maka kita akan membatasi pada
cakupan Engineering Surveyor ( Surveyor Rekayasa) yang banyak
berkecimpung pada proyek-proyek sipil dan infrastruktur.
Sistem tata kelola itu kita definisikan sebagai SMS (bukan pesan singkat) tapi
kependekan dari Standar Manajemen Surveying.
Dalam sebuah proyek rekayasa perlu digaris bawahi bahwa tugas surveyor
adalah aplikator design dilapangan, dari segi dimensi,( dimana surveying
mengenal dimensi dengan dua turunan yaitu tinggi dan posisi atau elevasi
dan koordinat). Hal ini lah yang menjadi tugas utama surveyor sebagai

pengawal desain dari sisi dimensi, dan mempertanggungjawabkannya


pada setiap tahapan kerja dan hasil akhir sebuah pekerjaan yang dituangkan
dalam format data lapangan.Data lapangan yang akurat adalah sebuah
implementasi design dilapangan yang bisa dimanfaatkan sebagai barometer
penerapan design, sebaliknya data lapangan yang kompetibel adalah modal
utama untuk mengestimasi keberhasilan sebuah proyek.
Penentuan Standar Manajemen Surveying pada sebuah proyek harus di
integrasikan dengan pemilik proyek, dimana harus diakui keabsahannya
untukkejelasan pertanggungjawaban karena ada hal-hal yang bersifat teknis
dan administratif.
Dimulai dengan menggali Visi sebuah proyek yang diselaraskan dengan
pemikiran pemilik proyek, maka penentuan Standar Manajemen
Surveying bisa dimulai. Secara garis besar tata kelola itu bisa dirumuskan
sebagai berikut:
1. Penentuan Personil dan Struktur Organisasi Tim Surveying serta
memperkenalkannya pada pemilik proyek beserta kualifikasi yang dimiliki
sesuai target pekerjaan yang diinginkan.
2. Menentukan posisi Tim Surveying pada struktur organisasi pelaksanaan
sebuah proyek,.
3. Membuat Standarisasi Operasional Surveying (SOS), sebagai acuan
pelaksanaan, secara teknis dan adminstratif.
4. Menentukan nilai-nilai Bench Mark.( X,Y,Z.), sebagai dasar acuan utama
pengukuran.
5. Dokumentasi,Inventarisasi dan Distribusi Data Hasil Tahapan
Pekerjaan, maupun acuan Pekerjaan/gambar kerja.
6. Menentukan pola evaluasi pekerjaan.
7. Peningkatan Sumber Daya Manusia.
8. Peningkatan Kesejahteraan Personil.

A. PENENTUAN PERSONIL
Menentukan personil yang kualifikasinya masuk kedalam sebuah target
proyek tidak bisa di anggap sebagai sesuatu yang mudah. Sebelum
menentukan anggota Tim, sebuah keharusan kalau manajemen atau personil
yang akan berkolaborasi dengan Tim Surveying, memilih siapa yang akan
menjadi pemimpin dalam Tim itu, hak perogratif tentu diperlukan disini untuk
menunjuk siapa yang layak menjadi Chief Surveyor dengan kualifikasi,
menguasai pekerjaan, teknik pengukuran, instrument survey, sampai tentunya
mengerti dan bisa menjalankan tata kelola Tim beserta Fungsinya. Setelah
itu, kita bisa mendiskusikan dengan Kandidat Chiep Surveyor untuk
menentukan anggota tim, baik surveyor, drafter atau pengolah dokumen
beserta pembantu dilapangan. Pemilihan personil timjangan sampai,
mengabaikan spesifikasi pekerjaan dengan kualitas personal, secara teknis,
intelegensi, maupun psikologis. Dalam Tim Surveying idealnya di isi personil
dengan kualifikasi dan tugas sebagai berikut:
a. Chief Surveyor :
Adalah coordinator seluruh aggota tim dan bertanggungjawab terhadap,
organisasi tim, secara teknis maupun non teknis dengan kemampuan,
intelegensi, negosiasi dan penguasaan diri memutuskan sebuah
permasalahan untuk kepentingan perusahaan . Memberikan perlindungan
pada seluruh anggota tim, secara menyeluruh, mengakomodasikan seluruh
kebutuhan anggota tim baik berkenaan dengan pekerjaan atau menyangkut
kebutuhan dan kesejahteraan semua anggota tim secara pribadi. Menyiapkan
segala kebijakan untuk mendukung pekerjaan dengan pemilik proyek.
Melegalitasi keputusan anggota tim dilapangan dalam hal ini mendukung dan
mendokumentasikan keputusan Surveyor. Pada prinsifnya Chief Surveyor
bertugas mendukung, dan membuat kebijakan yang mendukung jalannya
pencapaian target besar proyek.
b. Deputi Chief Surveyor :
Seseorang yang kompetibel membantu tugas-tugas pelaksanaan Chief
Surveyor untuk diaplikasikan dalam pelaksanaan sehari-hari.Dia bertanggung
jawab pada Chief Surveyor, dan melaporkan hasil pekerjaan kepadanya

secara priodik, ataupun berkala.Menginventarisasi data dilapangan yang


lampiri dengan gambar kerja sebagai acuan.
c. Surveyor :
Aplikator desain dengan kemampuan teknis dan non teknis adalah ujung
tombak Tim,bahkan proyek. Karena setiap tahapan kerja harus bisa
dipertanggungjawabkan secara riil dan penuh dedikasi mengikuti design
dan target yang ada. Sebagai anggota Tim di barisan depan surveyor harus
selalu melaporkan tahapan pekerjaan yang akan dimulai maupun hasil
pekerjaan dalam bentuk Data Ukur yang validasiya telah
dilaksanakan denganpemilik proyek ( Joint Survey) dan akan digunakan untuk
dasar perhitungan kemajuan dan keberhasilan sebuah proyek secara
kuantitas.
d. Penata Dokumen dan atau drafter :
Adalah seseorang dengan kemampuan teknis yang mengelola dokumen dari
lapangan ( Data Ukur) serta memantau keabsahan sebuah gambar kerja yang
diaplikasikan dilapangan.Serta bisa mendokumentasikannya.
e. Asisten Surveyor :
Bertugas membantu tugas-tugas Surveyor serta mengaplikasikan keputusan
surveyor di lapangan.dengan persetujuan dan control penuh dari surveyor.
Asisten surveyor bisa memberikan masukan pada surveyor untuk
menyelesaikan permasalahan dilapangan.
f. Helfer :
Bertugas membantu surveyor untuk memobilisasi instrumens survey dan
peralatan pendukung lainnya.
B. PENENTUAN POSISI TIM SURVEYING
Untuk memaksimalkan kerja dan hasil kerja Tim Surveying dalam sebuah
struktur Proyek, maka diperlukan kejelasan struktur dalam organisasi proyek.

Hal ini sangat penting untuk mengetahui sejauh mana fungsi tim di lapangan,
apakah sebagai insfector atau sebagai aplikator desain.
Dalam tataran Tim sebagai inspector terhadap hasil pekerjaan dilapangan
maka sepantasnya Tim berada pada naungan Departemen Quality Control
dan mempertanggungjawabkan semua pekerjaan pada Departemen
tersebut.Hal ini terjadi biasanya jika Tim berada pada tataran pemilik proyek
atau kontraktor utama.
Jika tim didedikasikan untuk mengaplikasikan desain secara langsung di
lapangan maka sepantasnya Tim berada pada Departemen Engineering. Dan
bisa berkoordinasi dengan Dept. QC untuk melakukan Inpeksi bersama ( Joint
survey) bersama pihak yang berwenang.
Jadi posisi sebuah Tim Surveying dalam sebuah struktur manajemen proyek
sangat pentiing untuk bisa menjabarkan garis komando dan
pertangungjawaban pekerjaan, yang pada akhirnya Tim mampu bekerja
maksimal karena berada pada tempat yang tepat dan nyaman.
C. STANDAR OPERASIONAL SURVEYING ( SOS )
Tim yang baik adalah tim yang mempunyai karakter sebagai perwujudan dari
cara bekerja untuk mencapai sebuah target. Standarisasi diperlukan untuk
menciptakan karakter secara detil yang diaplikasikan dilapangan, selain itu
memudahkan untuk mengontrol dan mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan.
Standarisasi sangat diperlukan oleh Tim Surveying, karena Surveying adalah
sebuah keilmuan, teknologi dan seni yang baku, serta mempunyai kaidahkaidah dalam pelaksanaanya.
Dalam Standar Operasional Surveying ( SOS ), ada beberapa hal yang
kesemuanya saling bersinergi, antara lain.
a. Format Data Ukur.
b. Mekanisme Joint Survey.
c. Menentukan tingkatan akurasi.

d. Penentuan Instrument yang sesuai, Sertifikasi, kalibrasi dan Verifikasi.


e. Perlakuan Instrument dilapangan.
f. Penyimpanan dan pemeliharaan instrument.
g. Standar peralatan pendukung.
h. Standarisasi penandaan ( Marking )
i. Jumlah personil dalam satu tim survey dilapangan.
j. Sistem pelaporan pekerjaan.
k. Mobilisasi Tim dan Instrument.
D. MENENTUKAN NILAI BENCH MARK (BM)
Nilai BM yang valid dan akurat sangat penting karena sebagai acuan
dasar untuk mengaplikasikan target proyek. Keabsahan nilai BM harus selalu
di control secara periodic, yang dilakukan bersama dengan pemilik proyek.
Dalam satu proyek setidaknnya ada satu BM dan Control Point(CP), yang
berpasangan. Dari sini jaring ikat segitiga berikutnya bisa dikembangkan.
Setelah nilai BM dan CP, benar-benar akurat, sangatlah penting sebuah berita
acara dibuat untuk mengesahkan nilai-nilai tersebut.Bukan hanya BM dan CP
utama, tetapi semua Temporory Control Point (TCP) yang dibuat untuk
kepentingan tentative dilapangan hendaknya dilaporkan dan diregristasi oleh
Tim Survey.Sehingga setiap BM, CP dan TCP, bisa diminimalisir tingkat
kesalahannya.
Sebelum melakukan pengembangan nilai-nilai tersebut, hendaknya semua
tim dari kontraktor dan pemilik proyek hadir untuk mempertanggungjawabkan
bersama nilai-nilai tersebut.
E. Dokumentasi, Inventarisasi dan Distribusi Data Hasil Tahapa
Pekerjaan

Surveyor masa depan adalah surveyor yang mampu menyajikan data, hasil
pekerjaannya yang bisa di pahami oleh pihak lain, kadang bukan hanya
mampu menyajikan data dalam kaidah surveying tapi harus mampu
memberikan analisa yang bisa dijadikan acuan oleh pihak lain dalam
mengambil keputusan.
Setelah data surveying dihasilkan tentunya selain bisa dimanfaatkan pihak
lain, Tim Surveying, dan Surveyor itu sendiri, memegang data, yang sama
dan terdokumentasi dengan baik, karena merupakan bukti hasil pekerjaan
surveyor, selain bentuk pertanggungjawabannya dikemudian hari bila ada
sesuatu hal yang dipertanyakan.
Inventarisasi dan distribusi data, pada Tim selayaknya
dipertanggungjawabkan secara tertulis, karena bagaimanapun data surveying
merupakan hak atas kekayaan intelektual, bagi surveyor yang bersangkutan.
F. EVALUASI PEKERJAAN
Mengukur hasil kualitas pencapaian dalam target mustahil bisa dilakukan
tanpa melalui sebuah proses. Dengan diterapkannya system tata kelola yang
baku ( SMS ), tentu harus terus dipantau sejauh mana keakuratan
pelaksanaannya. Pola evaluasi mutlak diperlukan agar secara terus menerus
tim dan anggotannya mampu berbuat dengan kaidah yang ada serta mampu
bersinergi, yang pada akhirnya, secara sadar anggota tim mampu berbuat
sesuai kaidah dan menyelesaikan target dengan baik.
G. PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA
Tim yang baik adalah tim yang anggotanya saling melengkapi, dan selalu
mendorong anggota lain untuk melakukan sesuatu yang lebih baik, tingkat
kepedulian antar anggota tim mampu menciptakan sebuah tim yang solid.
Selain tentunya bisa saling mentransformasikan segala sumber daya yang
dimiliki. Secara factual, meningkatkan sumber daya perlu menjadi prioritas
utama sebagai bentuk apresiasi terhadap seluruh anggota tim.
Dengan meningkatnya kemampuan teknis dan non teknis tentunya akan
mempermudah untuk tim mewujudkan target besar sebuah organisasi.

Surveying yang merupakan keilmuan, mempunyai nilai-nilai yang harus tetap


di asah untuk meningkatkan kemampuan anggota tim.

Anda mungkin juga menyukai