Anda di halaman 1dari 7

SOCA 2014

Melisa Putri
2011-060-091

DIABETES MELLITUS

Definisi Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom kronik dimana terjadi gangguan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan karena kurangnya hormon
insulin atau terjadi resistensi insulin pada sel target. (DORLAND)

Diabetes mellitus

biasanya ditandai dengan hiperglikemia. Hiperglikemia kronis pada diabetes mellitus


berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ
tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. (IPD)
Penapisan dan Diagnosis Diabetes Mellitus
Penapisan dan diagnosis DM didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa darah.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) membagi alur diagnosis menjadi dua
bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. Gejala khas DM terdiri dari poliuria,
polidipsia, polifagia, dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak
khas DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi
ereksi (pria), dan pruritus vulvus (wanita). Apabila ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan
glukosa darah abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakan diagnosis, namun
apabila tidak ditemukan gejala khas DM, maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa
darah abnormal. Berikut ini adalah tabel kriteria diagnosis DM :
Kriteria diagnosis DM
1.

Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L).


Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.

Atau
2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7,0 mmol/L).
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
3. Glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) 200 mg/dL
(11,1 mmol/L).
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

SOCA 2014

Melisa Putri
2011-060-091
Pemeriksaan penyaring biasanya dilakukan pada kelompok masyarakat yang

memiliki risiko DM. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan


konsentrasi glukosa darah sewaktu atau konsentrasi glukosa darah puasa, kemudian
dapat diikuti dengan TTGO standar.
Konsentrasi Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring DM
Tempat
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
pengambilan
darah
Konsentrasi
plasma vena
< 100 mg/dL 100 199 mg/dL 200 mg/dL
glukosa darah darah kapiler
< 90 mg/dL
90 199 mg/dL
200 mg/dL
sewaktu
Konsentrasi
plasma vena
< 100 mg/dL 100 125 mg/dL 126 mg/dL
glukosa darah darah kapiler
< 90 mg/dL
90 99 mg/dL
100 mg/dL
puasa

Terdapat beberapa indeks diagnostik tambahan untuk menegakan diagnosis


DM, yang dapat dibagi atas 2 bagian yaitu indeks penentuan derajat kerusakan sel
beta dan indeks proses diabetogenik. Indeks penentuan derajat kerusakan sel beta
dinilai dengan pemeriksaan konsentrasi insulin, pro-insulin dan peptida C. Untuk
penilaian proses diabetogenik dinilai dengan menentukan tipe dan titer antibodi
(seperti antibodi pulau langerhans dan anti glutamic acid decarboxylase), adanya
susunan DNA spesifik pada genoma manusia, dan ditemukannya penyakit lain pada
pankreas dan penyakit endokrin lainnya. (IPD, HARRISON)
Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi Diabetes Mellitus (ADA 2009)
I.
Diabetes Mellitus Tipe 1
(destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
A. Melalui proses imunologik
B. Idiopatik
II. Diabetes Mellitus Tipe 2
(Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relative sampai yang predominan gangguan sekresi insulin
bersama resistensi insulin)
III. Diabetes Mellitus Tipe Lain yang Spesifik
A. Defek genetik fungsi sel beta
- Kromosom 12, HNF-1 (MODY3)
- Kromosom 7, glukokinase (MODY2)
- Kromosom 20, HNF-4 (MODY1)
- Kromosom 13, insulin promoter factor-1 (MODY4)

SOCA 2014

Melisa Putri
2011-060-091

- Kromosom 2, NeuroD1 (MODY6)


- Kromosom 17, HNF-1 (MODY5)
- DNA mitokondrial
B. Defek genetik kerja insulin (resitensi insulin tipe A,
Leprechaunism, sindrom Rabson - Mendenhall, diabetes
lipoatrofik, dan lainya)
C. Penyakit eksokrin pankreas (pankreatitis, trauma /
pankreatektomi, neoplasma, sistik fibrosis, hemokromatis,
pankreatopati fibro kalkulus, dan lainya)
D. Endokrinopati (akromegali, sindrom Cushing, glukagonoma,
feokromositoma,
hipertiroidisme,
somatostatinoma,
aldosteronoma, dan lainnya)
E. Karena obat / zat kimia (vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, dan lainnya)
F. Infeksi (rubella kongenital, CMV, dan lainnya)
G. Imunologi (sindrom Stiff-man, antibodi anti reseptor insulin,
dan lainnya)
H. Sindroma genetik lain (Sindrom down, klinefelter, turner, dan
lainnya)
IV. Diabetes mellitus gestasional

Epidemiologi dan Faktor Risiko Diabetes Mellitus


Prevalensi diabetes mellitus di dunia telah meningkat drastis selama 20 tahun
terakhir. Prevalensi diabetes mellitus di dunia untuk semua umur diperkirakan 2.8 %
pada tahun 2000 dan 4.4% pada tahun 2030.3 Berdasarkan laporan World Health
Organization (WHO), jumlah penderita diabetes mellitus di dunia saat ini mencapai
347 juta orang.4 Diabetes mellitus menyebabkan kematian pada 3 juta penduduk dunia
setiap tahunnya (1.7 5.2 % dari kematian di seluruh dunia) dan diperkirakan pada
tahun 2030 dapat menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kematian terbanyak di
dunia. (HARRISON)
Prevalensi diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 sama-sama meningkat, namun
yang memiliki peningkatan yang lebih banyak dan cepat adalah diabetes mellitus tipe
2. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah individu yang obesitas dan kurang
beraktivitas. Selain itu, terdapat variasi geografis pada insidens diabetes mellitus tipe
1 dan tipe 2. Diabetes mellitus tipe 1 lebih banyak ditemukan di negara bagian utara
seperti Scandinavia. Variasi ini diperkirakan karena faktor genetik, faktor perilaku dan
faktor lingkungan. (HARRISON)

SOCA 2014

Melisa Putri
2011-060-091
Indonesia menduduki peringkat ke-4 sebagai negara dengan penderita diabetes

mellitus terbanyak di dunia. (HARRISON) Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa


pada tahun 2030 prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai 21.3 juta orang.
Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) pada tahun 2007 menunjukan bahwa proporsi
penyebab kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di
daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14.7%, sedangkan di daerah
pedesaan, diabetes mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5.8%.5
Faktor risiko diabetes mellitus adalah orang dewasa dengan indeks massa
tubuh 25 kg/m2, riwayat keluarga mengidap diabetes mellitus, aktivitas fisik yang
kurang, kelompok etnik resiko tinggi (African American, Latino, Native American,
Asian American, Pacific Islander), wanita dengan riwayat diabetes mellitus
gestasional atau melahirkan bayi dengan berat 4 kg, hipertensi (tekanan darah
140/90 mmHg), konsentrasi HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida 250 mg/dL,
wanita dengan sindrom polikistik ovarium, riwayat toleransi glukosa terganggu atau
glukosa darah puasa terganggu, dan riwayat penyakit kardiovakular.
Patofisiologi Diabetes Mellitus

Komplikasi Diabetes Mellitus

Akut :
-

Ketoasidosis diabetik : glukosa tidak bisa dipakai sumber energi berasal dari
lemak ( oksidasi) pembentukan badan keton asidosis metabolik

SOCA 2014

Melisa Putri
2011-060-091
Hiperglikemik hyperosmolar : hiperglikemia glukosa keluar lewat ginjal
glukosa menarik air keluar juga dehidrasi hipovolemia

Kronis :

Mekanisme komplikasi kronis :


1) Glukosa berinteraksi dengan asam amino pada protein pembentukan
advanced glycosylation end products (AGEs) cross link dengan protein lain
merusak struktur jaringan disfungsi glomerular, arterosklerosis, dll
2) Glukosa diubah menjadi fruktosa dengan jalur sorbitol (pake enzim aldose
reductase) bikin sel hipertonis, menggangu sistem redox sel, menghasilkan
ROS
3) Hiperglikemia memicu aktivasi protein kinase C protein kinase C
menghambat fibrinolisis dan memicu proliferasi sel endotel gangguan
pembuluh darah (thrombus dkk)

SOCA 2014
Tatalaksana Diabetes Mellitus

Famakologik
- DM tipe 1 insulin!!

DM tipe 2 pengontrol glukosa darah

Melisa Putri
2011-060-091

SOCA 2014

Melisa Putri
2011-060-091

Kontrol komplikasi DM berdasarkan komplikasi yang muncul

Non farmakologik
-

Kontrol asupan makanan

Berolahraga menurunkan risiko komplikasi (artherosklerosis dkk), diduga dapat


meningkatkan sensitivitas insulin.

Anda mungkin juga menyukai