Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmatNya saya dapat menyelesaikan makalah HAK CIPTA ini. Penulis juga menyampaikan
rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberi motivasi dan dorongan
dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Penulis

Hak Cipta | 1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
1.1

Latar Belakang......................................................................................

1.2

Rumusan Masalah.................................................................................

1.3

Tujuan Penulisan...................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................


2.1

Definisi Hak Cipta................................................................................

2.2

Sejarah Hak Cipta.................................................................................

2.3

Sifat Hak Cipta......................................................................................

2.4

Fungsi Hak Cipta..................................................................................

2.5

Prosedur Pendaftaran Hak Cipta...........................................................

2.6

Penegakan Hukum atas Hak Cipta........................................................ 10

2.7

Ketentuan Sanksi Pidana Pelanggaran Hak Cipta................................ 10

BAB III PENUTUP.................................................................................................


4.1

Kesimpulan........................................................................................... 13

4.2

Saran..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 14

Hak Cipta | 2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Begitu banyaknya kasus pelanggaran hak cipta yang terjadi di Indonesia, tentunya
merupakan suatu hal yang meresahkan para pencipta suatu karya. Suatu bentuk
kreativitas seseorang yang harusnya dihargai, justru dijadikan sebagai kesempatan untuk
mencari keuntungan bagi berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab.
Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman etnik/ suku bangsa dan
budaya serta kekayaan di bidang seni dan sastra dengan pengembanganpengembangannya yang memerlukan perlindungan hak cipta terhadap kekayaan
intelektual yang lahir dari keanekaragaman tersebut. perkembangan di bidang
perdagangan, industri, dan investasi telah sedemikian pesat sehingga memerlukan
peningkatan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak terkait dengan tetap
memperhatikan kepentingan masyarakat luas.
Melihat pemberitaan yang disampaikan oleh Vivanews pada tanggal 1 Mei 2012
menyatakan bahwa Amerika Serikat kembali menggolongkan Indonesia dalam daftar
negara yang sangat bermasalah dalam pelanggaran hak cipta atau kekayaan intelektual.
Amerika Serikat berkepentingan dalam penyusunan daftar ini mengingat sebagian besar
ekspor mereka terkait dengan hak cipta.
Amerika Serikat tahun ini, menggolongkan Indonesia dalam daftar "priority
watch list" untuk pelanggaran hak cipta. Daftar negara yang paling bermasalah dengan
pelanggaran hak cipta ini tidak berakibat munculnya sanksi. Namun, sekadar untuk
membuat efek malu bagi pemerintah negara yang bersangkutan untuk lebih giat lagi
memberantas pembajakan dan pemalsuan merek dagang serta memperbaiki penegakan
hukum masing-masing di bidang perlindungan kekayaan intelektual.
Indonesia yang sebenarnya memiliki banyak kreativitas daya cipta, memang
tidak terlepas dari adanya realita bahwa memang ada sebagian masyarakat yang
memiliki mental plagiatisme.

Hak Cipta | 3

Semakin hari, kasus pelanggaran hak cipta di Indonesia, semakin meningkat. Kasus ini
harusnya dijadikan kasus utama yang harus segera diatasi, bukan dianggap sebagai
sesuatu yang tidak penting. Sebagian besar masyarakat mungkin tidak memandang hal
ini sebagai suatu masalah besar, sehingga masalah ini tidak segera diatasi dan
memberikan sanksi jera bagi orang yang melanggar hak cipta.
Atas pemikiran tersebut dan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika
dan Profesionalisme TSI (SoftSkill), maka penulis menyusun makalah Hak Cipta ini
untuk memberikan pembahasan mengenai berbagai hal yang menyangkut hak cipta,
yang disertai dengan contoh kasus pelanggarannya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa itu hak cipta?


Bagaimana sejarah munculnya hak cipta?
Apa saja sifat dari hak cipta?
Apa fungsi dari hak cipta?
Bagaimana prosedur pendaftaran hak cipta?
Seperti apa upaya penegakan hukum atas hak cipta?
Apa sanksi pidana atas pelanggaran hak cipta?

1.3 Tujuan Penulisan


Selain untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika dan Profesionalisme
TSI (SoftSkill), berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan yang
hendak dicapai antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Untuk mengetahui definisi dari hak cipta.


Untuk mengetahui sejarah munculnya hak cipta.
Untuk mengetahui sifat-sifat dari hak cipta.
Untuk mengetahui fungsi dari hak cipta.
Untuk mengetahui prosedur pendaftaran hak cipta.
Untuk mengetahui upaya penegakan hukum atas hak cipta.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta.

Hak Cipta | 4

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Hak Cipta

Hak Cipta | 5

Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, pengertian hak cipta adalah hak
khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini menunjukkan
bahwa hak cipta itu hanya dapat dimiliki oleh si pencipta atau si penerima hak. Hanya
namanya yang disebut sebagai pemegang hak khususnya yang boleh menggunakan hak
cipta dan ia dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subjek lain yang menggangu
atau yang menggunakannya tidak dengan cara yang diperkenankan oleh aturan hokum.
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, pengertian hak cipta adalah hak
khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini menunjukkan
bahwa hak cipta itu hanya dapat dimiliki oleh si pencipta atau si penerima hak. Hanya
namanya yang disebut sebagai pemegang hak khususnya yang boleh menggunakan hak
cipta dan ia dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subjek lain yang menggangu
atau yang menggunakannya tidak dengan cara yang diperkenankan oleh aturan hokum.
Menurut Wikipedia, hak cipta (lambang internasional: ©, Unicode:
U+00A9) adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur
penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta
merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan
pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada
umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.

2.2 Sejarah Hak Cipta


Konsep hak cipta di Indonesia merupakan terjemahan dari konsep copyright
dalam bahasa Inggris (secara harafiah artinya "hak salin"). Copyright ini diciptakan
sejalan dengan penemuan mesin cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh Gutenberg,
proses untuk membuat salinan dari sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan biaya
yang hampir sama dengan proses pembuatan karya aslinya. Sehingga, kemungkinan

Hak Cipta | 6

besar para penerbitlah, bukan para pengarang, yang pertama kali meminta perlindungan
hukum terhadap karya cetak yang dapat disalin.
Awalnya, hak monopoli tersebut diberikan langsung kepada penerbit untuk
menjual karya cetak. Baru ketika peraturan hukum tentang copyright mulai
diundangkan pada tahun 1710 dengan Statute of Anne di Inggris, hak tersebut diberikan
ke pengarang, bukan penerbit. Peraturan tersebut juga mencakup perlindungan kepada
konsumen yang menjamin bahwa penerbit tidak dapat mengatur penggunaan karya
cetak tersebut setelah transaksi jual beli berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga
mengatur masa berlaku hak eksklusif bagi pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun,
yang kemudian setelah itu karya tersebut menjadi milik umum.
Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi
Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) pada tahun 1886 adalah yang
pertama kali mengatur masalah copyright antara negara-negara berdaulat. Dalam
konvensi ini, copyright diberikan secara otomatis kepada karya cipta, dan pengarang
tidak harus mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan copyright. Segera setelah
sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si pengarang otomatis
mendapatkan hak eksklusif copyright terhadap karya tersebut dan juga terhadap karya
derivatifnya, hingga si pengarang secara eksplisit menyatakan sebaliknya atau hingga
masa berlaku copyright tersebut selesai.
Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari
Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta,
dan karsa bangsa asing tanpa harus membayar royalty.
Pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta
berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad No. 600 Tahun 1912 dan menetapkan Undangundang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang hak cipta
yang pertama di Indonesia. Undang-undang tersebut kemudian diubah dengan Undangundang No. 7 Tahun 1987, Undang-undang No. 12 Tahun 1997, dan pada akhirnya
dengan Undang-undang No. 19 Tahun 2002 yang kini berlaku.
Perubahan undang-undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia dalam
pergaulan antarnegara. Pada tahun 1994, pemerintah meratifikasi pembentukan World

Hak Cipta | 7

Trade Organization - WTO (Organisasi Perdagangan Dunia), yang mencakup pula


Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Propertyrights - TRIPs (Persetujuan
tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual). Ratifikasi tersebut
diwujudkan dalam bentuk Undang-undang No. 7 Tahun 1994. Pada tahun 1997,
pemerintah meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18
Tahun 1997 dan juga meratifikasi World Intellectual Property Organization Copyrights
Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO) melalui Keputusan Presiden No. 19 Tahun 1997.

2.3 Sifat Hak Cipta


Sifat-sifat hak cipta diatur dalam pasal 3 ayat (1) dan (2) No. 19 Tahun 2002,
yaitu:
a. Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak.
b. Hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian
karena beberapa hal, seperti pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tulis, dan
sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Serta pasal 4 ayat (1) dan (2) UU yang sama, yaitu:
a. Hak cipta yang dimiliki oleh Pencipta, yang setelah Penciptanya meninggal
dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan Hak Cipta
tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan
hokum.
b. Hak cipta yang tidak atau belum diumumkan yang setelah Penciptanya
meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat,
dan Hak Cipta tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara
melawan hokum.

2.4 Fungsi Hak Cipta


Secara umum, fungsi hak cipta diatur dalam pasal 2 ayat (1) dan (2) UU No. 19
Tahun 2002:
a. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara

Hak Cipta | 8

otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan


menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pencipta dan/ atau pemegang hak cipta atas karya sinematografi dan program
komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang
tanpa persetujuannya menyewakan ciptaannya untuk kepentingan yang
bersifat komersial.

2.5 Prosedur Pendaftaran Hak Cipta


Perlindungan suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan
dalam bentuk yang nyata. Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu kewajiban untuk
mendapatkan hak cipta. Namun demikian, pencipta maupun pemegang hak cipta yang
mendaftarkan ciptaannya akan mendapat surat pendaftaran ciptaan yang dapat dijadikan
sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap
ciptaan tersebut. Ciptaan dapat didaftarkan ke Kantor Hak Cipta, Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual-Departemen Hukum dan HAM (Ditjen HKI-Depkumham).
Syarat untuk permohonan pendataran Hak Cipta:
a. Mengisi formulir pendaftaran ciptaan rangkap dua.
b. Surat permohonan pendaftaran ciptaan yang mencantumkan nama dan
kewarganegaraan yang bersangkutan.
c. Uraian ciptaan rangkap dua.
Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan:
a. Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan Melampirkan
bukti kewarganegaraan pencipta dan pemegang hak cipta berupa fotokopi
KTP.
b. Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan atas nama lebih dari seorang dan
satu Badan Hukum dengan demikian nama-nama harus ditulissemuanya ,
dengan menetapkan satu alamat pemohon.
c. Melampirkan contoh ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya atau
penggantinya.
d. Membayar biaya permohonannya pendaftaran sebesar Rp. 75.000 (tujuh
puluh lima ribu rupiah).

Hak Cipta | 9

2.6 Penegakan Hukum atas Hak Cipta


Penegakan hukum atas hak cipta biasanya dilakukan oleh pemegang hak cipta
dalam hukum perdata, namun ada pula sisi hukum pidana. Sanksi pidana secara umum
dikenakan kepada aktivitas pemalsuan yang serius, namun kini semakin lazim pada
perkara-perkara lain. Sanksi pidana atas pelanggaran hak cipta di Indonesia secara
umum diancam hukuman penjara paling singkat satu bulan dan paling lama tujuh tahun
yang dapat disertai maupun tidak disertai denda sejumlah paling sedikit satu juta rupiah
dan paling banyak lima miliar rupiah, sementara ciptaan atau barang yang merupakan
hasil tindak pidana hak cipta serta alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak
pidana tersebut dirampas oleh Negara untuk dimusnahkan (UU 19/2002 bab XIII).

2.7 Ketentuan Sanksi Pidana Pelanggaran Hak Cipta


Berdasarkan pasal 56 Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun
2002, bahwa hak untuk mengajukan gugatan ganti rugi sebagaimana
diatur dalam pasal 66 ayat (1) Undang-undang Hak Cipta No. 19
Tahun 2002, tidak mengurangi hak negara untuk melakukan tuntutan
pidana pada setiap pelanggaran hak cipta. Negara berkewajiban
mengusut setiap pelanggaran hak cipta yang terjadi. Hal ini
didasarkan

pada

kerugian

yang

ditimbulkan

oleh

tindakan

pelanggaran hak cipta, yang tidak saja diderita oleh pemilik atau
pemegang hak cipta dan hak terkait, tetapi juga oleh negara, karena
kurangnya pendapatan negara yang seharusnya bisa didapat dari
pemegang hak cipta atau hak terkait. Selain itu negara harus
melindungi kepentingan pemilik hak, agar haknya jangan sampai
dilanggar oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Perlindungan melalui ketentuan-ketentuan pidana, seperti yang
diatur dalam pasal 382 bis KUH Pidana yang lazim dikenal sebagai
persaingan

curang

(oneerlijke

concurrentie).

Persaingan

curang

Hak Cipta | 10

merupakan perbuatan untuk menyesatkan khalayak umum atau


seseorang

tertentu

melangsungkan,

dengan

atau

maksud

memperluas

untuk

debit

mendapatkan,

perdagangan

atau

perusahaan kepunyaan sendiri atau orang lain.


Dengan
pengaturan

Undang-undang
mengenai

Hak

ketentuan

Cipta

No.

pidana

19

telah

Tahun

berubah

2002,
secara

mendasar. Pada Undang-undang Hak Cipta sebelumnya tidak ada


ketentuan yang mengatur tentang hukuman penjara minimum. Jika
terdakwa

dinyatakan

terbukti

bersalah

oleh

pengadilan,

maka

terdakwa dapat dipidana penjara paling singkat satu bulan atau


denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). Di samping itu,
juga

terdapat

kenaikan

denda

yang

sangat

tinggi

dari

Rp

100.000.000,- menjadi Rp 5.000.000.000,-. Kenaikan hukuman denda


yang sangat besar itu dimaksudkan agar ada efek jera bagi mereka
yang melakukan pelanggaran, karena denda Rp 100.000.000,dianggap masih ringan oleh para pelanggar, karena keuntungan
(profit gain) yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan denda yang
dijatuhkan.
Bentuk pelanggaran hak cipta yang pertama adalah dengan
sengaja dan tanpa hak mengumumkan, memperbanyak suatu ciptaan
atau memberi izin untuk itu. Termasuk perbuatan pelanggaran ini
antara

lain

melanggar

larangan

untuk

mengumumkan,

memperbanyak atau memberi izin untuk itu setiap ciptaan yang


bertentangan

dengan

kebijaksanaan

pemerintah

di

bidang

pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan, dan ketertiban umum.


Pelanggaran hak cipta ini melanggar pasal 72 ayat (1).
Pasal 72 ayat (1) menyebutkan, bahwa bagi yang tanpa hak
mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2),

Hak Cipta | 11

dipidana dengan pidana penjara paling singkat atau pidana minimum


1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta
rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau denda
paling banyak Rp 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah).

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Hak Cipta | 12

Dari pembahasan kasus yang telah kami jelaskan, dapat dilihat bahwa
pelanggaran-pelanggaran hak cipta terjadi karena 3 (tiga) faktor utama, yaitu masih
rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap ketentuan hak cipta yang telah
diberlakukan, belum tegasnya penerapan sanksi terhadap para pelaku yang terlibat
untuk memberikan efek jera, serta kurangnya sosialisasi atau penyuluhan pemerintah
tentang pentingnya penghargaan terhadap suatu kekayaan intelektual kepada
masyarakat.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan mengenai kasus pelanggaran hak cipta
antara lain:
a. Pemerintah harus memberikan sosialisasi kepada semua masyarakat untuk
menghargai hasil karya cipta seseorang.
b. Pemerintah harus bertindak tegas untuk menghukum pelaku yang terlibat
dalam kasus pelanggaran hak cipta di Indonesia.
c. Pemerintah mengharuskan setiap pencipta suatu karya untuk segera
mendaftarkan karya ciptaannya, agar tidak terjadi plagiatisme atau
pembajakan terhadap hasil karyanya.

Hak Cipta | 13

DAFTAR PUSTAKA
URL: http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta, 03 Oktober 2015.
URL: http://hakintelektual.com/hak-cipta/prosedur-pendaftaran-ciptaan/, 03 Oktober
2015
URL: http://www.dgip.go.id/hak-cipta/referensi-hukum-cipta, 04 Oktober 2015

Hak Cipta | 14

Anda mungkin juga menyukai