saja dan dimana saja di dunia ini. Perkembangan lintas batas informasi adalah yang
tercepat. Sampai ketika Internet ditemukan, sekitar tahun 1990 globalisasi informasi
telah naik 200% dibanding tahun 1950an. Dengan semakin luasnya pemakaian
Internet globalisasi informasi naik entah berapa kali lipat, only sky is the limit.
Ketiga kecenderungan inilah yang membentuk ulang dunia tempat hidup kita
sekarang. Dan salah satu faktor penentu, modal transnasional, telah membuktikan
kekuatannya tatkala memicu runtuhnya perekonomian Indonesia.
Maka proses reformasi, dimana demokratisasi menjadi pegangan utamanya, yang
sedang kita lakukan sekarang ini, tidak lain hanyalah langkah awal dari perubahan
yang perlu dan harus kita lakukan demi menyiasati perubahan bukan saja di
lingkungan internal, bahkan juga di lingkungan global.
ekonomi adalah subjektif. Bagi seorang petani desa, pendapatan Rp.1 juta
sudah cukup untuk mencetak 5 anaknya menjadi sarjana. Tetapi uang sebesar
ini bagi seorang konglomerat, barangkali hanya cukup untuk sekali makan
siang.
6. Persoalan yang juga akut menyangkut pengembangan usaha kecil dan
menengah adalah terjebaknya usaha kecil dan menengah di dalam kelumpuhan
sumberdaya Keadaan mereka yang miskin, ketakpastian dan resiko yang tinggi
praktis telah mengasingkan mereka dari sumber-sumber modal, keahlian,
informasi dan peluang bisnis. Tidak seluruh kelemahan usaha kecil/menengah
berasal dari kelemahan internal mereka. Kesalahan kebijakan yang melahirkan
konsentrasi kekuasaan dan ekonomi mempunyai andil yang tidak kecil atas
keterpurukan UKM. Modal, keahlian, informasi dan pasar adalah komoditi
ekonomi yang senantiasa bergerak menuju lokasi dengan potensi keuntungan
tertinggi. Selama kebijakan tidak memberiadvantage kepada UKM, semua
sumberdaya itu hanya akan bergerak ke arah usaha besar. Hanya dengan
memberi advantage kepada UKM maka kesenjangan dapat dijembatani.
7. Fokus kebijaksanaan ekonomi kepada Usaha Kecil Menengah merupakan suatu
keharusan apabila kita memperhatikan mereka adalah mayoritas pelaku usaha
di Indonesia seperti tercermin dalam data berikut. Data BPS Desember 1998
menunjukkan bahwa terdapat 39,8 juta pengusaha di Indonesia, dimana 99,8%
adalah pengusaha kecil dan hanya 0,2% pengusaha besar dan menengah. Dari
jumlah 39,8 juta diatas, komposisi sektoral adalah pertanian 62,7%,
perdagangan, perhotelan dan restauran 22,67%, Industri 5,7% dan Jasa sebesar
3,9%. Dari komposisi volume usaha sejumlah 99,85% volumeusahanya
dibawah 1 miliar, 0,14% diantara 1-50 miliar, dan 0,01% yang diatas 50 miliar.
Dari komposisi penyerapan tenaga kerja, kelompok pertama tersebut menyerap
88,66%, kelompok kedua menyerap 10,78% dan yang ketiga menyerap 0,56%
8. Apakah kebijaksanaan serupa itu akan mendistorsi pasar? Distorsi adalah
keadaan ketika pelaku ekonomi keliru menafsirkan sinyal pasar. Ketika
seharusnya ia membeli, malah menjual. Sebaliknya, saat seharusnya ia menjual
malah membeli. Distorsi tidak disebabkan oleh policy, betapa pun
buruknya policy itu. Distorsi ditimbulkan oleh ketidak-terbukaan. Kebijakan
apapun kalau dibuat dan dijalankan secara tertutup akan menyebabkan distorsi.
Keadaan ini terjadi akibat ada informasi yang asymmetric, sebagian orang tahu
sementara yang lain tidak tahu. Akibatnya sebagian pelaku akan bertindak
optimal sementara yang lain tidak. Jadi, masalahnya bukankah kebijaksanaan
apa, tetapi apakah semua orang punya informasi yang sama?
suatu jaringan yang diusahakan untuk siap bersaing dalam era globalisasi,
dengan cara mengadopsi teknologi informasi dan sistem manajemen yang
paling canggih sebagaimana dimiliki oleh lembaga-lembaga bisnis
internasional, dengan sistem kepemilikan koperasi dan publik.
Paradigma Networked Economy (Ekonomi Jaringan) dalam era globalisasi tidak bisa
dihindari. Sukses Ekonomi Rakyat adalah Indonesia harus memiliki Ekonomi
Jaringan sebelum tahun 2003. Semoga.
Penutup
Solow, Dertouzos dan Lester dari MIT , ketika memimpin Komisi Produktivitas
Industri Amerika, yang salah satu laporannya dimuat dalam buku berjudul "Made in
America", kembali mengingatkan kita bahwa apabila suatu banga ingin hidup secara
baik, maka bangsa itu harus berproduksi secara baik. Karena kalau tidak demikian,
maka bangsa itu harus menanggung defisit akibat ketidak-setaraan dalam perdagangan
antar bangsa.
Komisi Produktivitas Industri Amerika ini dibentuk karena desakan berbagai produk
Jepang yang membanjiri Amerika dengan kualitas dan harga bersaing. Pabrik-pabrik
Amerika dianggap tidak efisien, kelompok pekerja yang diperlakukan kurang baik dan
kurang terperbaharui pengetahuan dan ketrampilannya, manajer dianggap sangat
oportunistik karena mengejar hasil jangka pendek ketimbang memperjuangkan tujuan
fundamental jangka panjang.
Amerika telah memberi contoh bagaimana strategi ekonomi yang diterapkan dalam
melindungi pasar domestik untuk kepentingan produksi dalam negeri dengan cara
meningkatkan produktivitas dan kualitas produk-produk untuk bersaing secara
kompetitif dengan produk negara lain, bukan dengan cara proteksi yang mematikan.
Untuk menuju kesana. Langkah awal yang harus dilakukan adalah perhatian kepada
mayoritas pelaku usaha, yakni usaha kecil menengah dan koperasi. Perhatian ini pada
kenyataannya harus menyangkut pembenahan dalam banyak hal, mulai dari
infrastruktur telekomunikasi, infrastruktur pembiayaan, dan infrastruktur usaha
lainnya, ketersediaan sumberdaya manusia yang kreatif, ketersediaan riset dan
teknologi yang bervariasi sesuai tuntutan usaha kecil menengah, ketersediaan
dukungan untuk membentuk jaringan pasar domestik yang menjadi incaran pelakupelaku usaha internasional, dll. merupakan isu sentral dari usaha demokrasi ekonomi
saat ini.
Ekonomi kerakyatan berbasis ekonomi jaringan harus mengadopsi teknologi tinggi
sebagai faktor pemberi nilai tambah terbesar dari proses ekonomi itu sendiri. Faktor
skala ekonomi dan efisiensi yang akan menjadi dasar kompetisi bebas menuntut
keterlibatan jaringan ekonomi rakyat, yakni berbagai sentra-sentra kemandirian
ekonomi rakyat, skala besar dengan pola pengelolaan yang menganut model siklus
terpendek dalam bentuk yang sering disebut dengan "pembeli adalah juga pemilik".
Dengan keyakinan ini,
Masyarakat Indonesia baru akan memasuki era globalisasi dengan cara-cara yang
elegan dan kompetitif sebagaimana suatu korporasi "New Indonesia Incorporated".
Sumber :
http://www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/makalah/adisas.html