DAMPAK LINGKUNGAN
Latar Belakang
Grafik 2
Perkembangan Genangan Lumpur
Area (Ha)
500
400
300
200
Area (Ha)
100
0
29- 2929- 2912- Jan
Aug Sep
Oct Nov
Dec
Area (Ha)
Peb
224
Hasil
Pemeriksaan
BPK-RI
225
Dampak
Genangan
Lumpur pada
Pemukiman dan
Berbagai
Bangunan Penting
Desa Renokenongo
Kelurahan Jatirejo
Desa Kedungbendo
Kelurahan Siring
Desa Besuki
Kelurahan Mindi
Desa Pajarakan
Dampak
Genangan
Lumpur pada
Sumur
Masyarakat
Jenis
: Air Bersih
Jenis
: Air Bersih
Lokasi
Lokasi
Pukul
Pukul
: 13.30 WIB
: 14.20 WIB
226
Personal : Rosihan ST
HASIL
HASIL
umhos/cm
bersih)
bersih)
Pada sumur yang kandungan Daya Hantar Listrik (DHL) dan zat padat
terlarutnya tinggi, pemilik sumur mengeluhkan bahwa air tersebut terasa
gatal bila digunakan untuk mandi tidak seperti sebelum terjadinya
semburan lumpur. Selain itu berapa sumur penduduk tingkat
kekeruhannya melebihi baku mutu (maksimum 25 NTU), kadar
kekeruhan yang terukur di 12 sumur penduduk berkisar 47-169 NTU,
beberapa parameter lain, seperti Klorida, Sulfat, Natrium, Magnesium
dan Kalsium juga melebihi baku mutu sehingga penduduk mengeluhkan
bau air sumur mereka seperti bau limbah.
Laporan Kemajuan Penanganan Dampak Lingkungan Tim Pokja 2
tanggal 27 Juli 2006 menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi TDS, Fe,
Mn dan Cl- pada air sumur (dangkal) di Desa Balongkenongo dan Desa
Siring melebihi Baku Mutu Air Bersih yang diatur dengan Permenkes
No. 416 Tahun 1990.
Dampak pencemaran di sumur-sumur sekitar lokasi semburan BJP-1
menurut studi kepustakaan H.J. Mukono (Fakultas Kesehatan Unair
Surabaya) akan berdampak ke masalah kesehatan seperti:
a. Diduga Kandungan logam berat (Mangan (Mn) dan Timbal (Pb))
yang cukup tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem reproduksi,
sistem pencernaan, sistem hemopoitik, sistem syaraf.
b. Kandungan H2S dapat menyebabkan iritatif, berbau busuk dan
menyebabkan rasa tercekik, sedangkan Phenol dapat menyebabkan
korosif sedangkan bila masuk ke tubuh dapat menyebabkan kelainan
jantung, penyakit ginjal dan disinyalir dapat menyebabkan ISPA.
c. Air sumur berubah menjadi lebih keruh, berbau seperti bau limbah,
rasanya asin dan gatal bila digunakan untuk mandi hal ini karena
banyak kandungan senyawa garam, sehingga tidak dapat
dipergunakan untuk mandi apalagi untuk konsumsi.
Berkaitan dengan dampak semburan atas sumur masyarakat, Timnas
PSLS menjelaskan bahwa:
a. Memang terjadi penurunan kualitas air sumur akibat rembesan air
lumpur baik secara langsung atau tidak langsung. Penurunan kualitas
air terutama naiknya daya hantar listrik, TDS, klorida, sulfat, Na,
magnesium
b. Tingginya kadar Mn, Pb pada air sumur yang dekat pada
kolam/saluran pembuang lumpur. Hal ini disebabkan karena air
227
Dampak
Genangan
Lumpur pada
Kualitas Sektor
Pertanian
Dampak
Genangan
Lumpur pada
lahan pertanian
Kecamatan
Porong
Tanggulangin
Tanaman
lain (Ha)
-
2
2
228
Sentul
Besuki
Kedungcangkring
Pejarakan
Jabon
Jumlah
25,0
79,00
27,00
36,00
229,70
3,00
12,70
17,60
64,015
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Sidoarjo, 23 Nopember 2006
Tebu (Ha)
7,20
7,20
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Sidoarjo, 23 Nopember 2006
sehingga
bahwa
avfour
yang
mengalami
Dampak
Genangan
Lumpur pada
Kesehatan
Selain kerusakan fisik yang telah dan akan ditimbulkan oleh banjir
lumpur, lumpur juga dapat berdampak pada kesehatan manusia.
Genangan lumpur mempengaruhi manusia dengan adanya dampak
perubahan udara dan air di sekitar. Hasil penelitian Universitas
Brawijaya menunjukkan hal berikut:
a. Banjir lumpur dapat menyebabkan infeksi pernafasan dan iritasi
kulit. Lumpur juga mengandung unsur beracun yang secara
kumulatif dapat menyebabkan kanker. Pada bayi hal ini akan
menghambat perkembangan otaknya.
b. Berdasarkan sampling dan uji coba laboratorium pada 3 lokasi
berbeda, air tanah di lokasi mengandung 9 dari 10 unsur kimia yang
melampaui baku mutu. Misalkan kandungan logam berat seperti
merkuri mencapai 2.565 mg/liter, dimana baku mutunya adalah
0.002 mg/liter Hg (Koran Tempo, 16 Juni 2006). Uji laboratorium
menunjukkan lumpur mengandung senyawa bernahaya dan beracun
melampaui baku mutu. Sampling lumpur yang dilakukan 5 Juni 2006
oleh pemerintah daerah setempat, didapati fenol yang termasuk
kategori senyawa berbahaya dan beracun.
c. Terdeteksinya gas H2S dan Hidrokarbon di udara sekitar lokasi
semburan dapat berdampak negatif terutama terhadap kesehatan
pekerja harian di lokasi semburan yang mencoba menanggulangi
dampak lebih luas dari genangan lumpur. Karena itu perlu
diperhatikan waktu exposure yang aman melalui pengendalian
dan/atau penetapan panjangnya jam kerja tiap hari bagi pekerja
lapang.
d. Adanya senyawa berbahaya dan beracun dalam lumpur
mengindikasikan bahwa pemanfaatan ataupun mobilisasi lumpur ke
wilayah lain membawa resiko tersebar luasnya pencemar, selain
material sedimen.
e. Pengujian toksikologis di 3 laboratorium terakreditasi (Sucofindo,
Corelab dan BogorLab) menyimpulkan bahwa lumpur Sidoarjo tidak
termasuk limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) baik untuk
bahan anorganik seperti Arsen, Barium, Boron, Timbal, Raksa,
Sianida Bebas, maupun untuk bahan organik seperti Trichlorophenol,
Chlordane, Chlorobenzone, Chloroform dan sebagainya. Hasil
pengujian menunjukkan semua parameter bahan kimia itu berada di
bawah baku mutu yang diijinkan.
f.
Sebagai catatan, logam berat tidak larut air, kecuali pada pH sangat
rendah 2, sehingga pada kondisi pH normal tidak akan dijumpai
konsentrasi logam berat dalam jumlah berarti dalam air. Dampak logam
berat terhadap kesehatan manusia bersifat akumulatif melalui rantai
makanan, sehingga uji LC50 pada organisme akuatik tidak berarti apaapa untuk menunjukkan bahaya dampak akumulatif logam berat terhadap
manusia.
Telah dilakukan pengukuran radiasi dengan Geiger Muller dan proteksi
radiasi dari RSUD Dr. Syaiful Anwar. Hasilnya adalah seperti pada tabel
di bawah.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Posisi
0
Tempat
0
S 06,34891 , E114,31274
Elev 563 m, Pkl. 10.10 WIB
S 07,346650, E112,730530
Elev 38 m, Pkl. 11.23 WIB
S 07,519610, E112,705620
Elev 31 m, Pkl. 12.11 WIB
S 07 ,546590, E112,700870
Elev 32 m, Pkl. 12.50 WIB
S 07,562810, E112,716740
Elev 22 m, Pkl. 13.12 WIB
S 07,543460, E112,708460
Elev 25 m, Pkl. 13.25WIB
S 07,529210, E112,709660
Elev 36 m, Pkl. 14.17 WIB
S 07,527500, E112,710850
Elev 36 m, Pkl. 14.30 WIB
Rumah Tamu
Pemkab Sidoarjo
Dekat Bappedal
Sebelah rel KA jalan
tol
Kali Porong dekat rel
KA
Tiket masuk
Spillway
Pusat semburan
Sisa lumpur basah
mA
0,002
Pengukuran
mR/jam
0,04
Cpm
27
0,002
0,04
27
0,002
0,04
27
0,002
0,035
25
0,003
0,05
32
0,0020,001
0,003
0,02-0,03
20-24
0,05
32
0,003
0,05 pernah
mencapai 0,07
32-43
Dampak
Genangan
Lumpur pada
Tanah Sekitar
Semburan
Penyebaran air dan lumpur dari pusat semburan dan pusat genangan
dapat terjadi karena pertambahan volume semburan lumpur dan kapasitas
kolam penampungan tidak memadai sehingga perlu diperluas. Upaya
untuk mengurangi beban kolam penampungan dengan membuang air dan
lumpur ke Sungai Porong juga mempengaruhi penyebaran dampak
semburan lumpur ke areal disekitarnya.
Selain terhadap lahan dan irigasi pertanian, luapan lumpur dikhawatirkan
warga akan mempengaruhi kualitas air irigasi untuk pertambakan.
Oleh karena itu Dinas Kelautan dan Perikanan Sidoarjo pada tanggal 26
Juni s.d. 20 November 2006 melakukan pemantauan atas rembesan yang
terjadi di saluran irigasi, yang dapat berdampak pada usaha perikanan
warga. Dinas Kelautan dan Perikanan Sidoarjo menyimpulkan bahwa
terjadi luberan air lumpur dan rembesan yang teraliri air di Sungai
Sangewu dan Saluran Mati yang kemudian merambah ke Saluran Kebo
Guyang, ke Kali Toyono, sehingga menyebabkan adanya udang yang
mati di dalam tambak.
Menurut Universitas Brawijaya:
a. Sampai saat ini belum ada laporan lumpur panas menggenangi lahan
pertambakan, tetapi luasan 7.000 ha akan terancam jika spillway
beroperasi penuh. Nelayan tambak mengambil air laut dari selokan
pemasok air laut yang dibangun oleh Departemen Pekerjaan Umum
dan/atau Jasa Tirta. Air selokan ini bersifat payau, airnya berasal dari
muara Kali Porong (akibat beroperasinya spillway), maka usaha
tambaknya akan rusak/gulung tikar karena tercemar.
b. Saat ini, karena situasi yang tidak menentu, beberapa petambak telah
memanen tambak sebelum waktunya, beberapa yang lain berhenti
menebar bibit.
Dampak
Pembuangan
Lumpur ke
Sungai Porong
Mempercepat
Proses
Sedimentasi
235
236
aliran Sungai Porong, antara lain tambak ikan, penangkapan ikan dan
peternak itik. Sedangkan di daerah pantai atau pesisir timur adalah
petambak bandeng, udang windu, serta penangkap ikan, pengumpul
kupang dan peternak itik.
Hasil penelusuran Tim BPK-RI di sepanjang Sungai Porong (dari
jembatan tol setelah titik pembuangan sampai dengan perairan di muara)
pada tanggal 12 dan 13 Januari 2007 menunjukkan bahwa masyarakat
memanfaatkan sungai untuk penambangan pasir kali dalam skala kecil
dan menengah, serta untuk penangkapan ikan. Selain itu, masyarakat
mengambil limpahan air sungai, khususnya pada saat pasang naik, untuk
mengairi lahan pertambakan.
Kali Porong digolongkan stabil dan emphemeral karena debitnya selalu
ada sepanjang tahun.2 Debit air Sungai Porong mencapai tingkat tertinggi
sebesar 2.000 m3/detik dan minimum sebesar 0-10 m3/detik yang
biasanya terjadi pada saat musim kemarau, dengan rata-rata sebesar
1.5001.600 m3/detik. Di sepanjang aliran sungai terdapat irigasi teknis
dengan sistem jaringan saluran pembawa dan pembuangan (avfour).
Pada saat musim kemarau saluran pembuang difungsikan juga sebagai
saluran pembawa untuk mensuplai air irigasi dengan membuat bendungbendung dalam saluran pembawa. Hal ini menunjukkan karakteristik
Sungai Porong sebagai lingkungan buatan (man-made environment) yang
eksistensi alirannya bergantung pada curah hujan dan air pasang laut.
Pada tanggal 15 September 2006, Bupati Sidoarjo mengambil keputusan
untuk membuang lumpur ke Sungai Porong setelah melakukan
pembahasan dengan Muspida dan perwakilan warga. Seperti diketahui,
pembuangan lumpur tersebut dilakukan tanpa melalui pengolahan
(treatment) sebagaimana mestinya.
Berbagai kalangan telah menentang pembuangan lumpur ke Sungai
Porong atau laut Selat Madura dengan berbagai alasan sejak kali pertama
dicetuskan pada bulan Juni 2006.
Berbagai pendapat tersebut mengindikasikan adanya potential problem
sebagai dampak pembuangan lumpur ke badan sungai atau laut. Potensi
ini terkait dengan karakteristik fisik lumpur dan tingkat keasinan.
Potensi dampak negatif tersebut didukung pula berdasarkan kesimpulan
hasil simposium di ITS tanggal 7 September 2006 yang diselenggarakan
KLH bersama dengan UNDP dan Adnan Awad (Konsultan Marine
Affair dari Afrika Selatan) yang menunjukkan bahwa kandungan bahan
beracun dan tingkat keasinan lumpur Porong tidak membahayakan bagi
ekositem lingkungan laut. Namun, potensi bahaya terbesar berasal dari
sedimentasi yang akan terjadi di Sungai Porong dan peningkatan
turbiditas (tingkat kekentalan) air yang akan mengancam ekosistem laut.
Sumber daya alam yang terancam meliputi industri perikanan (tambak
udang) di sepanjang Sungai Porong dan Selat Madura, sektor pariwisata
di kawasan perlindungan dan terumbu karang, serta fungsi
keanekaragaman hayati dan ekologi di sepanjang pesisir pantai Selat
Madura.3
Selanjutnya UNDP memperkirakan dampak pembuangan lumpur ke
badan sungai dan laut melalui model berikut:
2
3
237
Gambar 33
Dampak Pembuangan Lumpur Ke Badan Sungai Dan Laut
Sumber: Adnan Awad (UNDP) & Ministry of Environment; Direct Discharge of Sidoarjo Mud to the Ocean?
Overview of Risk Factors Associated with Disposal of Sidoarjo Mud at Sea; September 8, 2006
UN Disaster Assessment and Coordination, Environmental Assessment: Hot Mud Flow, East Java-Indonesia, July 2006
238
239
Hasil simposium 7 September 2006 sebagaimana dikutip dari Buku Putih Penanganan Lumpur Sidoarjo, KLH, Oktober 2006
Rencana Kerja Timnas Penanggulangan Luapan Lumpur di Sidoarjo, 18 September 2006
11
Surbaktian Lubis (Puslitbang Geologi Kelautan), Mengalirkan air lumpur Porong: Sudah siapkah Kali Porong dan Selat Madura
menerima dampak multiefeknya?, 5 Oktober 2006, Web Puslitbang Ekologi Kesehatan
12
Surbaktian Lubis, Tinjauan Aspek Geologi Kelautan: Tempat Pantas bagi Lumpur Porong?, 2 November 2006
13
Subaktian Lubis; Mengalirkan air lumpur Porong: sudah siapkah Kali Porong dan Selat Madura menerima dampak multiefeknya?;
dikutip dari website Institut Geologi Kelautan; 2006
10
240
turbulen mempunyai (1) daya campur yang tinggi; (2) dapat menetralisir
kotoran dan lumpur yang dialirkan ke laut: serta (3) dapat menetralisir
kepekatan lumpur secara alami dari muara. Dengan demikian, pada
musim Timur, pergerakan lumpur cenderung akan diendapkan ke arah
Utara oleh dinamika arus dari arah Tenggara Kali Porong (Pasuruan)
pada musim Timur. Sedangkan, pada musim Barat, perairan ini relatif
tenang (P3GL 1999) sehingga diperkirakan sebagian sedimen lumpur
tersebut cenderung akan diendapkan di daerah estuari dan sekitarnya.
Faktor ini yang menjadi kendala bila terjadi pendangkalan di mulut
muara Kali Porong yang akan memperlambat laju aliran lumpur ke arah
laut, sehingga pada musim hujan dikhawatirkan akan memicu meluapnya
air di bagian hilir Kali Porong. Di lain pihak jika aliran lumpur secara
terus menerus terakumulasi di muara Kali Porong, maka lambat laun
endapan lumpur ini membentuk delta dan menjadi zona pecahnya
gelombang secara alamiah. Dengan adanya hutan mangrove yang
berfungsi sebagai perangkap sedimen di pesisir pantai Sidoarjo maka
akumulasi sedimen lumpur yang tertahan oleh tumbuhan mangrove di
sekitar muara Kali Porong dan pesisir pantai Sidoarjo tersebut akan
menjadi barier dari energi gelombang yang mengerosi lahan tambak di
sepanjang pesisir pantai.14
Dengan demikian berdasarkan karakteristiknya, lumpur Porong akan
terus terbawa di sepanjang aliran sungai sampai ke muara, dan kemudian
terendap (atau terhambat sedimentasi alami). Dalam jangka pendek,
endapan tersebut akan memicu banjir di daerah hilir sungai. Dalam
jangka panjang, tergantung dari musimnya, akumulasi endapan akan
terbawa arus laut dan mengendap di daerah Utara (Surabaya) atau di
muara Sungai Porong.
Namun demikian, sungai memerlukan daya dorong arus yang sangat
besar untuk membawa muatan lumpur yang digelontorkan dalam volume
yang cukup besar untuk sampai ke muara. Kondisi ini hanya dapat
ditemui pada saat musin penghujan, sebagaimana terlihat dari
pengamatan Tim BPK-RI (November 2006Januari 2007). Pengamatan
pada awal November 2006 (musim kemarau) dan Desember 2006 (akhir
musim kemarau) menunjukkan dominansi endapan lumpur di sekitar
lokasi pembuangan. Namun pada saat musim hujan (akhir Januari 2007),
debit arus sungai mampu membawa padatan lumpur ke arah hilir.
Lebih lanjut, hasil penelitian atas dokumen presentasi Timnas mengenai
Konsep Pengaliran Lumpur di Porong diketahui peta profil dasar
Sungai Porong (sumber dari Proyek Brantas) sebagai berikut:
14
Delyuzar Ilahude; Dinamika arus pesisir pantai Pasuruan mendorong aliran lumpur Sidoarjo ke arah Utara Kali Porong; dikutip dari
website Institut Geologi Kelautan
241
Gambar 34
Peta Profil Dasar Sungai Porong
15
242
Gambar 35
Respon Morfologi Sungai Porong Sebagai Emergency Release Channel
Untuk Pembuangan Lumpur Ke Laut.
meter]
15-6-2006 13:55:00
50000
51000
47000
48000
43000
42000
3.0
49000
46000
4.0
45000
5.0
44000
39000
40000
41000
36000
6.0
37000
7.0
38000
33000
34000
30000
32000
29000
8.0
35000
9.0
31000Buangan
Lokasi
26000
27000
10.0
28000
23000
24000
11.0
25000
20000
21000
17000
12.0
22000
13.0
19000
16000
14.0
18000
13000
Lokasi pembuangan
14000
15.0
15000
10000
16.0
12000
9000
6000
11000
17.0
7000
18.0
8000
19.0
4000
0
20.0
1000
21.0
2000
22.0
5000
3000
23.0
2.0
1.0
0.0
-1.0
-2.0
-3.0
-4.0
-5.0
-6.0
-7.0
-8.0
-9.0
PORONG 0 - 51000
10.0
0.0
5000.0
10000.0
15000.0
20000.0
25000.0
30000.0
35000.0
40000.0
45000.0
50000.0
[m]
243
244
Hasil pengamatan lanjutan pada tanggal 23 Januari 2007, saat debit air
sungai cukup tinggi dan mengalir dengan kecepatan deras, tidak terlihat
pengendapan lumpur di lokasi pembuangan. Tetapi bila sungai dalam
keadaan debit normal (musim kemarau maka akan tampak penumpukan
lumpur seperti gambar di atas).
Gambar 38
Kondisi Sungai Porong Setelah Titik Pembuangan (23 Jan 2007)
Dampak
Pembuangan
Lumpur ke
Sungai Porong
Merubah
Kualitas Sungai
17
245
246
Dampak
Pembuangan
Lumpur
Menurunkan
Kualitas Air
Di Sungai
Porong
No.
Parameter
Satuan
Umhos/cm
Air Lumpur
Unibraw
Timnas
Gol I
4475-6500
33600-69925
COD
Phenol
Mg/l
2350-2525
100
100
Mg/l
10,37-13,17
0,09-2,42
0,5
Krom Hexavalen
Mg/l
0,033-0,036
Tt
0,1
Magnesium
Mg/l
312-328 (ca)
147-541
Amonia
Mg/l
4,460-6,557
0,016
H2S
Mg/l
0,007-0,008
0,25
247
248
Parameter
Suhu Air
Ph
Alkalinitas
-Mg/l
CaCO3/l
Ppm
Promil
Mg/l
DO
Salinitas
NO2
(Nitrit)
NO3
(Nitrat)
NH4
(amonia)
Batas
syarat
Satuan
28
Sampel 3
Muara Sungai
Porong pukul
13.15
30,9
Sampel 4
Ds. Telocor pertemuan
Muara Selatan dan
Utara
30
Sampel 1
Sungai Rangkah
tanggal 26 Sept
Sampel 2
Sungai Mati
Pukul 12.00
30, 8
T air
alam
+ 4o
69
100
150
48
15 25
0,06
8
120
8,2
30
8,2
30
8
300
6,9
34
< 0,2
30
< 0,2
7
34
< 0,2
4
27
< 0,2
Mg/l
20
< 10
< 10
< 10
< 10
Mg/l
0,016
2,5
1,5
2,25
Catatan: Tanggal analisa sampel 27 September 2006, pengambilan sampel tanggal 26 September 2006
Parameter
Satuan
Suhu Air
Ph
Alkalinitas
Mg/l
CaCO3/l
Ppm
Promil
Mg/l
Mg/l
Mg/l
DO
Salinitas
NO2 (Nitrit)
NO3 (Nitrat)
NH4 (Amonia)
Batas
syarat
T air alam
+ 4o
69
100 150
48
15 25
0,06
20
0,016
Sampel 1
lumpur
BJP1
29
Sampel 2
lumpur mengalir ke
Sungai Porong
28
Sampel 3
Endapan lumpur
setelah 4 hari
30
8
600
600
240
1,82
32
< 0,2
20
> 2,5
15
< 0,2
20
> 2,5
2,17
20
< 0,2
20
> 2,5
Catatan: Tanggal analisa sampel 2 Oktober 2006, pengambilan sampel tanggal 26 September 2006
249
TDS
BOD5
COD
DO
PHENOL
< 400
> 1000
>6
> 50
>3
> 0,001
Mg/L
Mg/L
Mg/L O2
Mg/L O2
Mg/L O2
Mg/L
251
Dampak
Semburan
Lumpur Akan
Menimbulkan
Penurunan
Permukaan
Tanah
252
18
19
253
254
Subsidence
Pergeseran Tanah
8
RW2
-20
-40
2
0
-60
-2
-80
RW1
-4
RW2 NW
-100
-6
-120
-8
-140
RW1 NE
-10
21
255
f.
Gambar 42
Penampang Seismic dari Daerah Antara Sumur Banjar Panji 1 dan Porong
BJP-1
Wunut-2 Possible crater/subsidence forming
PRG-1
Pucangan/Kabuh Boundary
Unconformity
Underground Blowout
Gas chimney?
Water IN SANDS
KUJUNG
Oligo/Mio Boundary
Unconformity
KUJUNG
Potential Sourcerock
OIL AND GAS POOL
Sumber: Unibraw
256
j.
Langkah
Mitigasi Atas
Proses
Geohazard
Belum Memadai
Untuk
Mengurangi
Resiko
22
257
23
258
Perkiraan
Dampak
Lingkungan
Hidup Tahun
2007 S.D. 2013
Dengan adanya kejadian semburan lumpur yang hingga kini kurang jelas
penyebab utamanya, maka perlu dipastikan tidak ada faktor geohazard
yang ikut berperan dalam semburan lumpur Sidoarjo, suatu survei umum
perlu segera dilakukan untuk mendapatkan informasi lengkap dan akurat
mengenai keadaan geologis Wilayah Kerja Blok Brantas dan wilayah
terkait yang kuat diduga terkait erat dengan situasi geologis Blok
Brantas.
Hasil survei umum ini juga akan sangat berguna dalam menentukan
penyebab utama semburan sehingga berdampak pada telitinya
perencanaan dalam upaya penghentian semburan dan menduga luas
wilayah dan lamanya dampak yang harus ditangani secara komprehensif.
Hal ini juga penting untuk pemberian ijin baru bagi pemboran eksplorasi
di wilayah kerja yang sama.
Pada tanggal 18 Desember 2008 BPMIGAS menargetkan sepanjang
periode 2007-2009 ada kegiatan pemboran sebanyak 200 sumur
eksplorasi. Target tersebut ditetapkan sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan produksi minyak nasional.
Karenanya mengingat Kontrak Kerjasama Lapindo Brantas, Inc. Di Blok
Brantas masih berlaku hingga tahun 2020, tidak dapat dihindari
kemungkinan terjadi kegiatan pemboran eksplorasi di wilayah kerja
tersebut.
Diperkirakan sepanjang garis pantai sebelah timur semburan lumpur ke
arah Barat akan mengalami dampak ( 1.200 Ha tambak) karena
terkontaminasi dengan rembesan air lumpur yang mempunyai Daya
Hantar Listrik tinggi, yaitu 6500 (s/cm) serta kandungan NH3 5 ppm
relatif besar untuk penebaran bibit. Dampak ini dapat bertahan cukup
lama, selama genangan lumpur masih bertambah.
Ditemuinya unsur besi dan alumunium yang cukup tinggi pada lumpur
bersifat meracuni tanaman. Salinitas yang tinggi akan potensial
menghasilkan tekanan osmose sangat tinggi sehingga tanaman dapat mati
kekeringan. Redoks Potensial (Eh) negatif pada lumpur mengindikasikan
potensi terbentuknya asam sulfida (H2S), gas methane (CH4).
Akumulasi zat organik beracun juga dapat terjadi seperti fenol dan asam
lemak berantai pendek. Hal tersebut berakibat tidak dapatnya lahan
dimanfaatkan untuk budidaya pertanian, kecuali dilakukan upaya
remediasi. Diperkirakan dampak ini akan bertahan minimal dalam waktu
3 s.d. 5 tahun. Hal ini disebabkan tidak mudahnya usaha-usaha
penggelontoran kadar garam antara lain karena masalah topografi,
normalisasi saluran irigasi, langkanya varietas tahan salinitas tinggi serta
upaya pengaturan pola tanam.
263
Saran BPK-RI
264