Anda di halaman 1dari 5

Peningkatan Efektifitas ...

(Hayani, et al)

PENGARUH PELATIHAN GURU UKS TERHADAP EFEKTIVITAS


PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE DI
TINGKAT SEKOLAH DASAR, KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH
The Influence Of UKS (School Health Program) Teachers Training
On Eradication of Breeding Places of Dengue Haemoraghic Fever (DHF) Effectivity
In Palu Municipality, Central Sulawesi Province
Hayani A*, Ahmad Erlan*, Yunus W*, Samarang*
Abstract. A study on the influence of school health program teachers training on eradication of breeding
places of mosquitoes that cause Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) was conducted in Palu Municipality,
Central Sulawesi Province from September to November 2004. Teachers were given lessons about DHF,
eradication of mosquito breeding places, and Aedes aegypti larvae survey method. The information was
then transferred to students, and under the supervision of school health program teachers, they also
undertake eradication of mosquito breeding places and Aedes aegypti larvae survey. The result showed that
the school health program teachers knowledge has increased after training (p-value< 0.005). After routine
implementation of eradication programs, no more Aedes aegypti larvae was found in water containers.
Larvae free index after training had increased compared to that before the training.
Key words : Aedes aegypti, school health program, DHF, eradication of mosquito breeding places

PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalah penyakit menular berbahaya yang
dapat menyebabkan kematian
yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Sejak
ditemukan pertama kali pada tahun 1968 di
Surabaya dan Jakarta, jumlah kasus DBD
maupun luas daerah penyebarannya semakin
bertambah seiring dengan meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk (Ditjen
P2M&PL, 2004). Di kota-kota di Indonesia,
penyakit DBD merupakan masalah kesehatan
masyarakat, yang sewaktu-waktu dapat
menjadi wabah.
Pada awalnya strategi utama
pemberantasan DBD adalah memberantas
nyamuk dewasa penular DBD dengan
pengasapan, kemudian diperluas dengan
menggunakan larvasida temephos. Namun
kedua strategi tersebut belum memberikan
hasil
yang
optimal
bahkan
terjadi
kecenderungan peningkatan kasus (tahun
2001 2003). Case Fatality Rate (CFR)
cenderung meningkat, yaitu sebesar 1,1%
(2001), 1,3% (2002), dan 1,4% (2003)
dengan angka Incidence Rate (IR) per
100.000 penduduk berturut-turut 21,66
(2001), 19,24 (2002), 23,87 (2003).

Penularan DBD dapat terjadi di


tempat-tempat umum dan salah satu tempat
yang potensial, yaitu di sekolah. Hal ini
didukung studi yang telah dilakukan
sebelumnya yang menyatakan bahwa 32,2%
penularan DBD terjadi di sekolah
(Suskamdani et al, 1997). Penularan DBD di
sekolah juga terjadi di wilayah Kota Palu
yang menunjukkan jumlah kasus tertinggi
DBD selama 3 tahun berturut-turut (2001
2003) terjadi pada usia anak sekolah (5 14
tahun) (Dinkes Kota Palu, 2004). Hasil survei
pendahuluan yang dilakukan di Palu
menunjukkan bahwa 60% bak mandi dari 10
sekolah yang diperiksa positif jentik Aedes
aegypti (Loka Litbang P2B2 Donggala).
Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) sejak
lama telah dicanangkan secara nasional
namun belum memberikan dampak sesuai
yang diharapkan. Hambatan yang selama ini
muncul adalah bahwa pemahaman /pengetahuan masyarakat mengenai DBD cukup
baik namun tidak dibarengi dengan sikap dan
perilakunya dalam PSN DBD. PSN DBD
tidak dilakukan secara teratur dan berkesinambungan, masih berupa kegiatan seremonial sesaat. Hal ini terjadi juga di
sekolah.

*) Loka Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Donggala

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 5 No 1, April 2006 : 376 - 379

Agar kegiatan PSN DBD dapat


menjadi kegiatan sehari-hari diharapkan
sekolah dapat memasukkan pembersihan
jentik di lingkungan sekolah secara rutin.
Untuk itu diperlukan tenaga yang dapat
mengkoordinir dan memantau pelaksanaan
PSN DBD di sekolah.
Pemilihan guru UKS sebagai
koordinator dalam melaksanakan PSN DBD
di sekolah merupakan salah satu alternatif
yang dapat mendukung terlaksananya PSN
DBD secara berkesinambungan sehingga
pada akhirnya angka bebas jentik (ABJ) di
sekolah dan kelurahan tempat sekolah
tersebut akan menurun dan pada akhirnya
akan berdampak pada penurunan kasus DBD.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai
pengaruh pelatihan guru UKS Sekolah Dasar
terhadap pemberantasan sarang nyamuk
demam berdarah dengue.
BAHAN DAN CARA KERJA
Bentuk intervensi peningkatan PSN
di tingkat sekolah dasar adalah pelatihan
pada guru UKS mengenai demam berdarah
dengue (DBD), bahaya DBD, nyamuk
penular
DBD,
tata
laksana
DBD,
pemberantasan sarang nyamuk DBD, dan
teknik survei jentik. Dari hasil pelatihan
diperoleh data nilai (skala 1 10) pre dan
post test guru UKS untuk melihat perubahan
tingkat pengetahuan mereka. Jumlah guru
UKS yang ada di tiap sekolah berbeda. Oleh
karena itu ada sekolah yang hanya
mengirimkan 1 guru UKS dan sekolah
lainnya lebih dari satu.
Setelah pelatihan para guru UKS
akan melatih setiap siswa kelas 3, 4, dan 5 di
sekolahnya untuk melakukan PSN DBD dan
survei jentik. Siswa kelas 1 dan 2 tidak
dipilih karena dianggap masih terlalu muda
dan siswa kelas 6 sedang dalam masa
persiapan untuk ujian.
Kegiatan
PSN
DBD
berupa
membersihkan tempat-tempat penampungan
air di sekolah, membersihkan lingkungan
sekolah dan sekitarnya, menguburkan
barang-barang bekas yang dapat menampung
air, dilakukan setiap hari Jumat. Sesudah jam

sekolah para siswa melakukan survei jentik


dan memeriksa semua tempat-tempat penampungan air dan barang-barang yang mungkin
dapat menampung air di sekolah, rumah,
rumah keluarga, rumah tetangga, dan rumah
di sekitar sekolah mereka, apakah terdapat
jentik nyamuk atau tidak. Mereka melakukan
survei dengan membawa format survei jentik
yang telah disediakan. Hasil survei yang
mereka lakukan, dilaporkan setiap hari Sabtu
yang kemudian direkap oleh guru UKS
masing-masing.
Kegiatan PSN DBD di sekolah
dikontrol setiap hari Sabtu untuk melihat
sejauh mana kegiatan PSN DBD telah
dilaksanakan.
Setiap
melakukan
pengontrolan, dilakukan juga survei jentik
pada tempat-tempat penampungan air di
sekolah.
Sekolah yang dipilih adalah sekolahsekolah yang berada di 3 kelurahan endemis
DBD di Kota Palu, yaitu Kelurahan Palupi,
Kelurahan Kamonji, dan Kelurahan Siranindi. Jumlah sekolah yang diteliti adalah 9
sekolah, yaitu SD Inpres Palupi, SDN Palupi,
SD Alkhairaat, SDN 12 Palu, SD Inpres 1
Kamonji, SDN 18 Palu, SD Inpres 2
Kamonji, SDN 20 palu, dan SDN 4 Palu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pre dan post test guru UKS
dalam pelatihan dapat dilihat pada Gambar 1.
Pada Gambar 1 dapat dilihat adanya
perbedaan nilai sebelum dan sesudah diberi
pelatihan. Nilai peserta pelatihan sesudah
diberi pelatihan jauh lebih baik dibandingkan
sebelum pelatihan. Dari hasil ini terlihat
adanya peningkatan tingkat pengetahuan
guru UKS mengenai DBD dan PSN DBD.
Dari hasil uji statistik diperoleh hasil yang
bermakna secara signifikan (p-value < 0,05).
Beberapa peserta guru mengalami kenaikan
nilai post test yang cukup tinggi. Dalam
pelatihan mereka memang terlihat lebih aktif
dan keingin-tahuannya mengenai DBD
sangat tinggi. Sehingga mereka lebih sering
bertanya di dalam maupun di luar kelas.

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 5 No 1, April 2006 : 376 - 379

12
10

Nilai

Post-Test
Pre-Test

6
4
2

(1
IP
)
al
up
i(
N
P a 2)
SD lup
i(
N
P a 1)
l
u
SD
p
I 2 i (2
Ka )
SD
m
(1
I2
Ka )
m
SD ( 2)
N
4
SD (1)
N
SD
4
(2
Al
kh )
air
SD aat
I1
K
SD am
N
20
(1
SD
)
N
20
(2
)

(3
)

SD

up
i

IP
al

12
N

SD

N
SD

SD

SD

(2
)

(1
)

12

(2
)

12

SD

18
N

SD

SD

18

(1
)

Sekolah

Gambar 1. Nilai Pre dan PostTest peserta pelatihan Guru UKS

Guru UKS berhasil mentransfer


pengetahuannya kepada murid dan berhasil
mengkoordinir pelaksanaan PSN DBD dan
survei jentik yang dilakukan oleh siswanya.
Hal ini dapat dilihat dari kegiatan PSN DBD
dan survei jentik yang dilakukan anak
sekolah, yang
ternyata cukup berhasil.
Masyarakat yang didatangi anak sekolah

bersedia rumahnya untuk diperiksa dan


rumah-rumah yang ditemukan jentik bersedia
menerima saran dari anak-anak tersebut
untuk menguras tempat penampungan air
mereka.
Hasil survei jentik di sekolah-sekolah
tersebut pada periode pra-pelatihan dan
pasca-pelatihan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Survei Jentik Sebelum dan Sesudah Pelatihan Guru UKS
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sekolah
SD Inpres Palupi
SDN Palupi
SD Alkhairaat
SDN 12 Palu
SD Inpres 1
Kamonji
SDN 18 Palu
SD Inpres 2
Kamonji
SDN 20 Palu
SDN 4 Palu

Setelah Pelatihan
Minggu Minggu
3
4
+
+
+
+

Sebelum
Pelatihan
+
+
+

Minggu
1
-

Minggu
2
-

+
+

+
+

Keterangan :
+ Ditemukan jentik di sekolah
- Tidak ditemukan jentik di sekolah
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari
9 sekolah yang menjadi tempat pengamatan 5
sekolah ditemukan positif jentik Aedes
aegypti sedangkan 4 sekolah yang lain tidak
ditemukan jentik. Tidak adanya jentik pada 4

Minggu
5
-

Minggu
6
-

+
+

sekolah tersebut dikarenakan mereka


menggunakan
ember
sebagai
tempat
penampungan air sehingga airnya setiap hari
terganti.
Jika dilihat pada Tabel 1 kolom 4
dan 5, pada minggu pertama dan kedua
setelah pelatihan di semua sekolah tidak lagi
ditemukan jentik. Akan tetapi pada minggu
ketiga dan keempat , 4 sekolah, yaitu SD

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 5 No 1, April 2006 : 376 - 379

Inpres Palupi, SDN 12 Palu, SD Inpres 2


Kamonji, dan SDN 4 Palu, kembali
ditemukan jentik Aedes aegypti. Hal ini
terjadi karena pada saat itu adalah masa
liburan sekolah (libur puasa), keempat
sekolah tersebut tidak mengatur jadwal
kegiatan PSN dan penjaga sekolah tidak
memantau kebersihan sekolah. Bak-bak
penampungan air yang ada di sekolah itu
juga tidak dikuras sehingga selama liburan
bak-bak tersebut menjadi tempat bertelur
nyamuk Aedes aegypti. Lima sekolah lain
yang negatif jentik, mereka melakukan
pengurasan tempat penampungan air sebelum
libur. Selain itu penjaga sekolah ditugaskan
untuk
memantau
kebersihan
sekolah
sehingga tidak ada tempat yang bisa
dijadikan tempat bertelur nyamuk.

Setelah liburan sekolah selesai, di


semua sekolah kegiatan PSN DBD dan survei
jentik kembali dilakukan. Setelah dilakukan
pengamatan mingguan, tidak ditemukan lagi
adanya jentik Aedes aegypti di sekolah.
Pada minggu ke-7 setelah pelatihan,
dilakukan survei jentik di ketiga wilayah
kelurahan tempat sekolah-sekolah tersebut
berada, yaitu Kelurahan Palupi, Kelurahan
Siranindi, dan Kelurahan Kamonji.
Berdasarkan hasil survei jentik
setelah PSN DBD dilakukan selama 6
minggu, terlihat adanya kenaikan Angka
Bebas Jentik (ABJ) sesudah pelatihan dibandingkan sebelum pelatihan (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil Survei Jentik Sebelum dan Sesudah Pelatihan


No

Kelurahan

Angka Bebas Jentik


Sebelum

Sesudah

1.

Siranindi

86%

93%

2.

Kamonji

88%

91%

3.

Palupi

72%

78%

Kenaikan ABJ sesudah pelatihan


masih di bawah standar nasional 95 %,
terutama di kelurahan Palupi yang ABJ-nya
masih sangat rendah. Tetapi kenaikan ABJ
yang terjadi setelah pelatihan, menunjukkan
kenaikan yang cukup berarti. Kenaikan ABJ
ini menunjukkan
bahwa pemberdayaan
murid sekolah dasar dengan koordinasi guru
UKS sangat penting dalam upaya
menurunkan jumlah kasus DBD. Dengan
naiknya Angka Bebas Jentik (ABJ) nantinya
akan memberi dampak pada penurunan
jumlah kasus DBD terutama pada anak
sekolah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pemberian pelatihan kepada Guru
UKS memberikan pengaruh positif pada
pelaksanaan kegiatan PSN DBD di sekolah
dan di lingkungan sekitarnya sehingga dapat
menurunkan indeks jentik di sekolah dan
lingkungannya dan meningkatkan ABJ
(Angka Bebas Jentik). Oleh karena itu, perlu
dilakukan pelatihan DBD dan PSN DBD bagi

semua guru UKS di wilayah kota Palu dan


oleh karena belum adanya anggaran untuk
kegiatan tersebut maka perlu adanya
anggaran khusus untuk pelaksanaan PSN
DBD dan survey jentik oleh anak sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymus.
(2003).
Dengue
Fever.
www.cdc.gov/DVBID/CDC Dengue Fever
Home 3/13/2003
Dinkes Kota Palu. (2004). Data Kasus Penyakit DBD
di Kota Palu tahun 2001 2003. Dinas
Kesehatan Kota Palu, Sulawesi Tengah
Ditjen
P2M&PLP.
(1992).
Petunjuk
Teknis
Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit
Demam Berdarah Dengue. Departemen
Kesehatan RI, Jakarta
Ditjen P2M&PL. (2004). Kebijaksanaan Program P2
DBD dan Situasi Terkini DBD Indonesia.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Suskamdani et al. (1997). Penggerakkan Infrastruktur
SD dalam Upaya Pemantauan dan
Pembersihan Rutin Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Sekolah.
Makalah Seminar Hasil penelitian SPVP,
1996/1997 2425 Februari 1997, SPVP
Salatiga

Peningkatan Efektifitas ...(Hayani, et al)

Anda mungkin juga menyukai