Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji & syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yg Maha Esa, karena atas berkat & rahmatNyalah kami bisa menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yg sudah membantu & memberikan dukungan dlm
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dlm penyusunan makalah ini masih sangat berlimpah kekurangan
baik dari segi materi, tata bahasa, maupun penyusunan. Dgn rendah hati penulis
mengharapkan kritik & saran yg selanjutnya membangun buat lebih menyempurnakan
makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Denpasar

juli 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Miastenia gravis ialah kelemahan otot yg cukup berat di dlm terjadi kelelahan otot-otot
secara cepat dgn lambatnya pemulihan (bisa memakan waktu 10 hingga 20 kali lebih lama
dari normal). Miastenia gravis mempengaruhi sekitar 400 per 1 juta manusia. Kelemahan otot
yg parah yg menyebabkan karena penyakit tersebut membawa sejumlah komplikasi lain,
termasuk kesulitan bernapas kesulitan mengunyah & menelan, bicara cadel, kelopak mata
murung & kabur / penglihatan ganda.
Miastenia gravis bisa mempengaruhi manusia-manusia dari segala umur. Tapi lebih kerap kali
terjadi pada para wanita, yaitu wanita berusia antara 20 & 40 tahun. Pada pria lebih dari 60
tahun. & jarang terjadi selama masa kanak-kanak.
Siapapun bisa mewarisi kecenderungan terhadap kelainan autoimun ini. Sekitar 65% manusia
yg mengalami miastenia gravis mengalami pembesaran kelenjar hymus, & sekitar 10%
memiliki tumor pada kelenjar thymus (thymoma). Sekitar setengah thymoma ialah kanker
(malignant). Beberapa manusia dgn gangguan tersebut tak memiliki antibodi buat reseptor
acetylcholine tetapi memiliki antibodi terhadao enzim yg berhubungan dgn pembentukan
persimpangan neuromuskular sebagai pengganti. Manusia ini bisa membutuhkan pengobatan
berbeda.
Pada 40% manusia dgn miastenia gravis, otot mata terlebih dahulu terkena, tetapai 85%
segera mengalami kasus ini. Pada 15% manusia, hanya otot-otot mata yg terkena,, tetapi pada
kebanyakan manusia, lalu seluruh tubuh terkena , kesulitan berbicara, & menelan &
kelemahan pada lengan & kaki serimg terjadi. Pegangan tangan bisa berubah-ubah antara
lemah & normal. Otot leher bisa menjadi lemah. Sensasi tak terpengaruh.
Ketika manusia dgn miastenia gravis memanfaatkan otot secara berulang-ulang, otot tersebut
biasanya menjadi lemah. Misalnya, manusia yg dahulu bisa memanfaatkan palu dgn baik
menjadi lemah sesudah memalu buat beberapa menit. Walaupun begitu, kelemahan otot
bervariasi dlm intensitas dari jam ke jam & dari hari ke hari, & rnagkaian peyakit tersebur

bervariasi secara luas. Sekitar 15% manusia mengalami peristiwa berat (dijuluki miastenia
crisis), kadangkala dipicu karena infeksi. Lengan & kaki sangat lemah. Pada beberapa
manusia, otot dibutuhkan buat pernapasan yg melemah . keadann ini bisa mengancam nyawa.
B.

Rumusan Kasus

1.

Bagaimanakah Asuhan Keperawtan pada pasien Miastenia Gravis?

C.

Tujuan Penulisan

1.

Tujuan Umum

Mengetahui Asuhan Keperawatan padas pasien Miastenia Gravis.


2.

Tujuan Khusus

a.

Mengetahui pengertian Miastenia Gravis

b.

Mengetahui klasifikasi Miastenia Gravis

c.

Mengetahui etiologi Miastenia Gravis

d.

Mengetahui patofisiologi Miastenia Gravis

e.

Mengetahui manifestasi klinis Miastenia Gravis

f.

Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada Miastenia Gravis

D. Manfaat
1.

Manfaat Teoritis

Mahasiswa menjadi mengerti tentang:


a. Konsep teori Miastenia Gravis
b. Konsep teori asuhan keperawatan pada pasien Miastenia Gravis
2.

Manfaat Praktis

Mahasiswa bisa mengerti & memberikan askep kepada pasien dgn Miastenia Gravis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Miastenia gravis ialah suatu kelainan autoimun yg ditandai karena suatu kelemahan abnormal
& progresif pada otot rangka yg dipergunakan secara terus-menerus & diikuti dgn kelelahan
saat beraktivitas. Penyakit ini muncul karena adanya gangguan dari synaptictransmission /
pada neuromuscular

junction.

Gangguan

tersebut

mau

mempengaruhi

transmisi

neuromuscular pada otot tubuh yg kerjanya dibawah kesadaran seseorang (volunter).


Karakteristik yg muncul berupa kelemahan yg berlebihan, & umumnya terjadi kelelahan pada
otot-otot volunter & hal 1tu dipengaruhi karena fungsi saraf cranial (Dewabenny,2008).
Miastenia gravis mewujudkan/adalah sindroma klinis dampak kegagalan transmisi
neuromuskuler yg dikarenakan karena hambatan & destruksireseptor asetilkolin karena
autoantibodi. Sehingga dlm hal ini, miasteniagravis mewujudkan/adalah penyakit autoimun
yg spesifik organ. Antibodi reseptor asetilkolin terdapat didalam serum pada hampir semua
pasien. Antibodi ini mewujudkan/adalah antibodi IgG & bisa melewati plasenta pada
kehamilan. (Chandrasoma & Taylor, 2005).
Miastenia Gravis adalah suatu kelainan autoimun saraf perifer berupa terbentuknya antibody
terhadap resetor pascasinaptik asetilkolin(ACH)nikotinik pada myoneural junction,yang
menyebabkan penurunan kekuatan otot yang progresif dan terjadi pemulihan setelah
istitahat(Dewanto dkk,2009).
B.

Etiologi

Penyebab miastenia gravis masih belum diketahui secara pasti, diduga kemungkinan terjadi
karena gangguan / destruksi reseptor asetilkolin (Acetyl Choline Receptor(AChR)) pada
persimpangan neoromuskular dampak reaksi autoimun. Etiologi dari penyakit ini ialah:
1.

Kelainan autoimun: direct mediated antibody, kekurangan AChR, / kelebihan

kolinesterase.
2.

Genetik: bayi yg dilahirkan karena ibu MG

Faktor risiko yg mempengaruhi terjadinya miastenia gravis ialah:

a)

Infeksi (virus)

b)

Pembedahan

c)

Stress

d)

Perubahan hormonal

e)

Alkohol

f)

Tumor mediastinum

g)

Obat-obatan

Antibiotik (Aminoglycosides, ciprofloxacin, ampicillin, erythromycin)

B-blocker (propanolol)

Lithium

Magnesium

Procainamide

Verapamil

Chloroquine

Prednisone

C. Klasifikasi
Menurut Myasthenia Gravis Foundation of America (MGFA), miastenia gravis bisa
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas I

Adanya kelemahan otot-otot ocullar, kelemahan pada saat menutup


mata & kekuatan otot-otot lain normal

Kelas II

Terdapat kelemahan otot okular yg semakin parah, serta adanya


kelemahan ringan pada otot-otot lain selain otot okular.

Kelas IIa

Mempengaruhi otot-otot aksial, anggota tubuh, / keduanya. Jg terdapat


kelemahan otot-otot orofaringeal yg ringan

Kelas IIb

Mempengaruhi otot-otot orofaringeal, otot pernapasan / keduanya.


5

Kelemahan pada otot-otot anggota tubuh & otot-otot aksial lebih ringan
dibandingkan klas IIa.
Kelas III

Terdapat kelemahan yg berat pada otot-otot okular. Sedangkan otot-otot


lain selain otot-otot ocular mengalami kelemahan tataran sedang

Kelas III a

Mempengaruhi otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, / keduanya


secara predominan. Terdapat kelemahan otot orofaringeal yg ringan

Kelas III b

Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan, / keduanya


secara predominan. Terdapat kelemahan otot-otot anggota tubuh, otototot aksial, / keduanya dlm tataran ringan.

Kelas IV

Otot-otot lain selain otot-otot okular mengalami kelemahan dlm tataran


yg berat, sedangkan otot-otot okular mengalami kelemahan dlm aneka
tataran

Kelas IV a

Secara predominan mempengaruhi otot-otot anggota tubuh & / otot-otot


aksial. Otot orofaringeal mengalami kelemahan dlm tataran ringan

Kelas IV b

Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan / keduanya


secara predominan. Selain 1tu jg terdapat kelemahan pada otot-otot
anggota tubuh, otot-otot aksial, / keduanya dgn tataran ringan. Penderita
memanfaatkan feeding tube tiada dikerjakan intubasi.

Kelas V

Penderita ter-intubasi, dgn / tiada ventilasi mekanik.

Klasifikasi menurut osserman ada 4 tipe :


1.

Ocular miastenia

Terkenanya otot-otot mata saja, dgn ptosis & diplopia sangat ringan & tak ada kematian
2.

Generalized myiasthenia

a)

Mild generalized myiasthenia

Permulaan lambat, kerap kali terkena otot mata, pelan-pelan meluas ke otot-otot skelet &
bulber. System pernafasan tak terkena. Respon terhadap otot baik.
b)

Moderate generalized myasthenia

Kelemahan hebat dari otot-otot skelet & bulbar & respon terhadap obat tak memuaskan.

3.

Severe generalized myasthenia

a)

Acute fulmating myasthenia

Permulaan cepat, kelemahan hebat dari otot-otot pernafasan, progresi penyakit biasanya
komplit dlm 6 bulan. Respon terhadap obat minus memuaskan, aktivitas penderita terbatas &
mortilitas cukup tinggi, insidens cukup tinggi thymoma
b)

Late severe myasthenia

Muncul amat sedikit 2 tahun sesudah kelompok I & II progresif dari myasthenia gravis bisa
pelan-pelan / tiba-tiba, prosentase thymoma kedua amat cukup tinggi. Respon terhadap obat
& prognosis jelek
4.

Myasthenia crisis

Menjadi cepat buruknya keadann penderita myasthenia gravis bisa dikarenakan : pekerjaan
fisik yg berlebihan, emosi, infeksi, melahirkan anak
D. Patofisiologis
Saraf besar bermielin yg berasal dari sel kornu anterior medulla spinalis & batang otak
mempersarafi otot rangka / otot lurik. Saraf-saraf ini mengirimkan aksonnya dlm wujud sarafsaraf spinal & kranialmenuju ke perifer. Masing-masing saraf bercabang berlimpah sekali
danmampu merangsang sekitar 2000 serabut otot rangka. Gabungan antara saraf motorik &
serabut-serabut otot yg dipersarafi dinamakan unit mototrik.Walaupun setiap neuron mototrik
mempersarafi berlimpah serabut otot, tetapisetiap serabut otot dipersarafi karena hanya satu
neuron

motorik. Daerah

khusus

yg

mewujudkan/adalah

tempat

pertemuan

antara

saraf motorik & serabut otot dijuluki sinaps neuromuskular / hubunganneuromuscular.


Hubungan neuromuskular mewujudkan/adalah suatu sinaps kimiaantara saraf & otot yg
tersusun dari tiga komponen dasar: unsur presinaps,elemen postsinaps, & celah sinaps yg
memiliki lebar sekitar 200.Unsur presinaps tersusun dari akson terminal dgn vesikel sinaps
yangberisi asetilkolin yg mewujudkan/adalah neurotransmitter. Asetilkolin disintesisdan
disimpan dlm akson terminal (bouton). Membran plasma aksonterminal dijuluki membran
presinaps. Unsur postsinaps tersusun dari membranpostsinaps / lempeng akhir motorik
serabut otot. Membran postsinapsdibentuk karena invaginasi selaput otot / sarkolema yg
dinamakan

aluratau

palung sinaps

dimana
7

akson terminal

menonjol

masuk

ke

dalamnya. Bagian ini memiliki berlimpah lipatan (celah-celah subneural) yg sangatmenambah


luas permukaan.
Membran postsinaps memiliki reseptor-reseptorasetilkolin & mampu menghasilkan potensial
lempeng

akhir

yangselanjutnya

bisa

mencetuskan

potensial

aksi

otot.

Pada

membranpostsinaps jg terdapat suatu enzim yg bisa menghancurkan asetilkolinyaitu


asetilkolinesterase. Celah sinaps ialah ruang yg terdapat antaramembran presinaps &
postsinaps. Ruang tersebut terisi semacam zatgelatin, & lewat gelatin ini cairan ekstrasel bisa
berdifusi
E.

Pathway
Terlampir

F.

Manifestasi Klinis

1.

Kelemahan otot mata & wajah (hampir kerap kali diketemukan)

a)

Ptosis

b)

Diplobia

c)

Otot mimik

2.

Kelemahan otot bulbar

a)

Otot-otot lidah

Suara nasal, regurgitasi nasal

Kesulitan dlm mengunyah

Kelemahan rahang yg berat bisa menyebebkan rahang terbuka

Kesulitan menelan & aspirasi bisa terjadi dgn cairan batuk & tercekik saat minum

b)

Otot-otot leher

Otot-otot fleksor leher lebih terpengaruh daripada otot-otot ekstensor


3.

Kelemahan otot anggota gerak

4.

Kelemahan otot pernapasan

a)

Kelemahan otot interkostal & difragma menyebabkan retensi CO2. Hipoventilasi

menyebabkan kedaruratan neuromuskular.


b)
G.

Kelemahan otot faring bisa menyebabkan gagal saluran napas atas.


Komplikasi

1.

Miatenia crisis / cholinergic crisis dampak terapi yg tak diawasi

2.

Pneumonia

3.

Bollous Death

Faktor-faktor yg bisa memicu komplikasi pada pasien termasuk riwayat penyakit sebelumnya
(misalnya, infeksi virus pada pernapasan), pasca operasi, penggunaan kortikosteroid
yg lenyap secara cepat, aktivitas berlebih (terutama pada cuaca yg panas), kehamilan, & stress
emosional (Widagdo, 2007).
H.

Pemeriksaan diagnostik

1.

Laboratorium

a)

Anti-acetylcholine receptor antibody

85% pada miastenia umum

60% pada pasien dgn miastenia okuler

b)

Anti-striated muscle

Pada 84% pasien dgn timoma dgn usia minus dari 40 tahun
c)

Interleukin-2 receptor

Berkembang/berubah naik pada MG

Peningkatan berhubungan dgn progresifitas penyakit

2.

Imaging

a)

X-ray thoraks

Foto polos posisi AP & Lateral bisa mengidentifikasi timoma sebagai massa mediatinum
anterior
9

10

b)

CT scan thoraks

Identifikasi timoma
c)

MRI otak & orbita

Menyingkirkan penyebab lain defisit Nn. Craniales, tak diberdayakan secara rutin
3.

Pemeriksaan klinis

a)

Menatap tiada kedip pada suatu benda yg terletak diatas bidang kedua mata selama 30

dtk, mau terjadi ptosis


b)

Melirik ke samping terus menerus mau terjadi diplopia

c)

Menghitung / membaca keras-keras selama 3 menit mau terjadi kelemahan pita suara

suara hilang
d)

Tes buat otot leher dg mengangkat kepala selama 1 menit dlm posisi berbaring

e)

Tes exercise buat otot ekstremitas, dg mempertahankan posisi saat mengangkat kaki dg

sudut 45 pd posisi tidur telentang 3 menit, / duduk-berdiri 20-30 kali. Jalan diatas tumit / jari
30 langkah, tes tidur-bangkit 5-10 kali
4.

Tes tensilon (edrophonium chloride)

a)

Suntikkan tensilon 10 mg (1 ml) i.v, secara bertahap. Mula-mula 2 mg kalau/jika

perbaikan (-) dlm 45 dtk, berikan 3 mg lagi kalau/jika perbaikan (-), berikan 5 mg lagi. Efek
tensilon mau berakhir 4-5 menit
b)

Efek samping : ventrikel fibrilasi & henti jantung

5.

Tes kolinergik

6.

Tes Prostigmin (neostigmin)

a)

Injeksi prostigmin 1,5 mg im

b)

Bisa ditambahkan atropin buat mengurangi efek muskariniknya spt nausea, vomitus,

berkeringat. Perbaikan tjd pd 10-15 menit, mencapai puncak dlm 30 menit, berakhir dlm 2-3
jam
7.

Pemeriksaan EMNG

Pada stimulasi berulang 3 Hz terdapat menurunnya amplitudo (decrement respons) > 10%
antara stimulasi I & V. MG ringan menurunnya mencapai 50%, MG sedang hingga berat bisa
hingga 80%
8.

Pemeriksaan antibodi AchR

Antibodi AChR diketemukan pd 85-90% penderita MG generalisata, &0% MG okular. Kadar


ini tdk berkorelasi dg beratnya penyakit
9.

Evaluasi Timus

Sekitar

75%

penderita

MG

didapatkan

timus

yg

abnormal,terbanyak

berupa

hiperplasia,sedangkan15% timoma. Adanya timoma bisa dilihat dg CT scan mediastinum,


tetapi pd timus hiperplasia hasil CT kerap kali normal

I.
a)

Diagnosis Banding
Sindroma Eaton-Lambert :

Kerap kali terjadi bersamaan dengang small cell Ca dari paru.

Lesi terjadi di membran pre sinaptik dimana release Ach tak dpt berlangsung dg baik

b)

Botulism
Penyebab : neurotoksin dari Clostridium botulinum, yg dpt masuk mll makanan yg

terkontaminasi

Dengang cara menghambat/menghalang-halangi pelepasan Ach dari ujung terminal akson

persinaptik

J.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diarahkan pada perbaikan fungsi lewat pemberian obat antikolinestrase &
mengurangi serta membuang antibodi yg bersikulasi. Secara garis besar, pengobatan
Miastenia gravis berdasarkan 3 prinsip, yaitu
1.

Mempengaruhi transmisi neuromuskuler:


11

12

a.

Istirahat

Dengan istirahat, banyaknya ACh dengan rangsangan saraf akan bertambah sehingga seratserat otot yang kekurangan AChR di bawah ambang rangsang dapat berkontraksi.
b.

Memblokir pemecahan Ach

Dengan anti kolinesterase, seperti prostigmin, piridostigmin, edroponium atau ambenonium


diberikan sesuai toleransi penderita, biasanya dimulai dosis kecil sampai dicapai dosis
optimal. Pada bayi dapat dimulai dengan dosis 10 mg piridostigmin per os dan pada anak
besar 30 mg, kelebihan dosis dapat menyebabkan krisis kolinergik.
2.

Mempengaruhi proses imunologik

a. Timektomi
Tujuan neurologi utama dari Thymectomi ini adalah tercapainya perbaikan signifikan dari
kelemahan pasien, mengurangi dosis obat yang harus dikonsumsi pasien, serta idealnya
adalah kesembuhan yang permanen dari pasien. Timektomi dianjurkan pada MG tanpa
timoma yang telah berlangsung 3-5 tahun. Dengan timektomi, setelah 3 tahun 25%
penderita akan mengalami remisi klinik dan40-50% mengalami perbaikan.
b. Kortikosteroid
Diberikan prednison dosis tunggal atau alternating untuk mencegah efek samping. Dimulai
dengan dosis kecil, dinaikkan perlahan-lahan sampai dicapai dosis yang diinginkan. Kerja
kortikosteroid untuk mencegah kerusakan jaringan oleh pengaruh imunologik atau bekerja
langsung pada transmisi neromuskuler.
c. Imunosupresif
Yaitu dengan menggunakan Azathioprine, Cyclosporine, Cyclophosphamide (CPM). Namun
biasanya digunakan azathioprin (imuran) dengan dosis 2 mg/kg BB. Azathioprine
merupakan obat yang secara relatif dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh dan secara umum
memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat imunosupresif lainnya.
Perbaikan lambat sesudah 3-12 bulan. Kombinasi azathioprine dan kortikosteroid lebih efektif
yang dianjurkan terutama pada kasus-kasus berat.
d. Plasma exchange

Berguna untuk mengurangi kadar anti-AChR; bila kadar dapat diturunkan sampai 50% akan
terjadi perbaikan klinik.
3. Penyesuaian penderita terhadap kelemahan otot
Tujuannya agar penderita dapat menyesuaikan kelemahan otot dengan:
a. Penjelasan mengenai penyakitnya untuk mencegah problem psikis.
b. Alat bantuan non medika mentosa Pada Miastenia gravis dengan ptosis diberikan kaca
mata khususyang dilengkapi dengan pengkait kelopak mata. Bila otot-otot leher yang kena,
diberikan penegak leher. Juga dianjurkan untuk menghindari panas matahari, mandi sauna,
makanan yang merangsang, menekan emosi dan jangan minum obat-obatan yang
mengganggu transmisi neuromuskuler seperti B-blocker, derivat kinine, phenintoin,
benzodiazepin, antibiotika seperti aminoglikosida, tetrasiklin dan d-penisilamin.

K.Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan suatu bentuk pencegahan yang dilakukan pada saat individu
belum menderita sakit. Bentuk upaya yang dilakukan yaitu dengan cara promosi kesehatan
atau penyuluhan degan cara memberikan pengetahuan bagaimana penanggulangan dari
penyakit Miastenia gravis yang dapat dilakukan dengan;
a. Memberi pengetahuan untuk tidak mengkonsumsi minum-minuman beralkohol, khususnya
apabila minuman keras tersebut dicampur dengan air soda yang mengandung kuinin. Kuinin
ini merupakan suatu obat yang memudahkan terjadinya kelemahan otot.
b. Menjaga kondisi untuk tidak kelelahan dalam melakukan pekerjaan dan menjaga kondisi
untuk tidak stres. Karena kebanyakan pasien-pasien Miastenia gravis ini terjadi pada saat
mereka dalam kondisi yang lelah dan tegang.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini ditujukan pada individu yang sudah mulai sakit dan menunjukkan adanya
tanda dan gejala. Pada tahap ini yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengobatan antara
13

14

lain dengan mempengaruhi proses imunologik pada tubuh individu, yang bisa dilaksanakan
dengan; Timektomi, Kortikosteroid, Imunosupresif yangbiasanya menggunakan Azathioprine.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier (rehabilitasi), pada bentuk pencegahan ini mengusahakan agar penyakit
yang di derita tidak menjadi hambatan bagi individu serta tidak terjadi komplikasi pada
individu. Yang dapat dilakukan dengan;
a. Mencegah untuk tidak terjadinya penyakit infeksi pada pernafasan. Karena hal ini dapat
memperburuk kelemahan otot yang diderita oleh individu.
b. Istirahat yang cukup
c. Pada Miastenia gravis dengan ptosis, yaitu dapat diberikan kacamata khusus yang
dilengkapi dengan pengait kelopak mata.
d. Mengontrol pasien Miastenia gravis untuk tidak minum obat-obatan tikolinesterase secara
berlebihan.

L.Prognosis
Pada anak, prognosis sangat bervariasi tetapi relatif lebih baik daripada orang dewasa. Dalam
perjalanan penyakit, semua otot serat lintang dapat diserang, terutama otot-otot tubuh bagian
atas, 10% Miastenia gravis tetap terbatas pada otot-otot mata, 20% mengalami insufisiensi
pernapasan yang dapat fatal, 10%,cepat atau lambat akan mengalami atrofi otot. Progresi
penyakit lambat, mencapai puncak sesudah 3-5 tahun, kemudian berangsur-angsur baik dalam
15-20 tahun dan 20% antaranya mengalami remisi. Remisi spontan pada awal penyakit
terjadi pada 10% Miasteniagravis.

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I.PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1.Identitas
2.Keluhan utama
Adanya

penurunan

atau

kelemahan

otot-otot

dengan

manifestasi

diplopia,ptosis,disfonia,masalah menelan dan mengunyah makanan. Pada kondisi berat


biasanya adalah ketidakmampuan menutup rahang ,ketidakmampuan batuk efektif,dan
dispenia.
B.Riwayat penyakit saat ini
Miatenia gravis juga menyerang otot-otot wajah,laring dan faring. Keadaan ini
meyebabkan regurgitasi melalui hidung jika menelan (otot-otot palatum),menimbulkan
suara yang abnormal,atau suara nasal,dank lien tidak mampu menutup mulut.
Terserangnya otot pernafasan terlihat dari adanya batuk yang lemah,dan akhirnya dapat
berupa seranga dyspnea,dank lien tidak mampu lagi membersihkan lendir dari trakea. Pada
kasus lanjut gelang bahu dan panggul dapat terserang dan terjadi kelemahan semua otot
rangka.
C.Riwayat penyakit terdahulu
Kaji faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit yang memperberat kondisi miastenia
grafis seperti hipertensi dan diabetes militus.
D.Pengkajian psiko sosio spiritual
Klien miastenia gravis sering mengalami emosi dan kelemahan otot,apabila mereka berada
dalam keadaan tegang,kelemahan pada kelopak mata ,diplopia dan kerusakan dalam
komunikasi verbal menyebabkan klien sering mengalami gangguan citra diri.
E.Pemeriksaan fisik
1.B1(Breathing)
15

16

Inspeksi apakah klien mengalami kemampuan atau penurunan batuk efektif,produksi


spututm,sesak nafas,dyspnea,resiko terjadi aspirasi,dan gagal nafas akut . Auskultasi bunyi
nafas tambahanseperti ronchi,dan strodor pada klie menandakan adanya akumulasi secret
pada jalan nafas dan penurunan kemampuan otot-otot pernafsan.
2.B2(Blood)
Kaji status kardiovaskuler terutama denyut nadi dan tekana darah yang secara progresif
akan

berubah

sesuai

dengan

kondisi

tidam\k

membaiknya

status

pernafasan

,hipotensi/hipertensi,takikardi/bradikardi.
3.B3(Brain)
Kaji adanya kelemahan otot ektraokular yang meneyebabkan palsi ocular,jatuhnya kelopak
mata atau diplopia intermiten,Tingkat kesadaran biasanya pada kondisi awal masih baik.
Kaji status mental,observasi penampilan dan tingkah laku klien,nilai gaya bicara dan
observasi ekspresi wajah ,aktifitas motorik yang mengalami perubahan.
4.B4(Bladder)
Biasanya didapatkan berkurangnya volume output urine berhubungan dengan penururna
perfusi dan penururna curah jantung ke ginjal . Menurunnya fungsi kandung kemih,retensi
urine,hilangnya sensasi saat berkemih.
5.B5(Bowel)
Mual sampai muntah dihubungkan denga peningkatan produksi asam lambung,nutrisi
menurun disebabkan ketidakmampuan menelan, kesulitan mengunyah-menelan, disfagia,
dan peristaltik usus turun, hipersalivasi, hipersekresi
6.B6(Bone)
Ada

kelemahan

otot-otot

volunteer

memeberikan

fisisk,kelemahan otot berlebih.

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1). Ketidakefektifan pola nafas b.d kelemahan otot pernafasan

hambatan

pada

mobilitas

2). Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan ptosis, dipoblia


3).Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia, gangguan pengucapan kata,
gangguan neuromuskular, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral
4).Gangguan citra diri b,d adanya ptosis ,ketidakmampuan komunikasi verbal.

C.INTERVENSI KEPERAWATAN
1).Ketidakefektifan pola nafas
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jampasien menunjukkan keefektifan
pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:
-Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
-Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
-Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan).
Intervensi
Airway management
a.Kaji kemampuan ventilasi
Rasional ;untuk klien dengan penururnan kapasitas ventilasi perawat mengkaji frekwensi
pernafasan ,kedalaman ,dan bunyi nafas,pantau hasil tes paru,dengn interval sering dalam
mendeteksi masalah paru.
b.Kaji kualitas ,frekuensi,dan kedalaman pernafasan,laporkan setiap perubahan yang terjadi
Rasional:dengan mengkaji kualitas ,frekwensi,kedalaman pernafasan kita dapat
mengetahui sejauh mana perubahan kondisi klien.
c.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional; penurunan diafragma memprluas daerah dada sehingga ekspansi paru dapat
maksimal.
d.Asukultasi suara nafas ,catat adanya suara nafas tambahan
Rasional;auskultasi dapat menetukan kelaina suara nafas pada bagian paru-paru.
17

18

e.Observasi tanda-tanda vital


Rasional:peningkatan RR dan takikardi merupakan indikasi adanya penururnan fungsi paru.
f.Bantu dan ajarkan klien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif
Rasional:menekan daerah yang nyeri ketika batuk dan nafas dalam .penekanan otot-otot
serta abdomen membuat batuk lebih efektif .

2). Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan ptosis, dipoblia


Tujuan dan kriteria hasil
Setelah diberi asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan persepsi sensorik meningkat
secara optimal dengan kriteria hasil;
1.

Adanya perubahan kemampuan yang nyata

2.

Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang

Intervensi
a. Tentukan kondisi patologis klien
Rasional : untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan.
b. Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi
Rasional : untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi klien.
c.Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama
Rasional : agar klien tidak kebingungan dan lebih berkonsentrasi.
d.Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia, bermusuhan, halusinasi setiap
saat.
Rasional : untuk mengetahui keadaan emosi klien
e. Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat pendek.
Rasional : memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat dimengerti

3)Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia, gangguan pengucapan kata,


gangguan neuromuskular, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral
Tujuan dan kriteria hasil
Setelah diberi asuhan keperawatan selama.. diharapkan klien dapat menunjukkan
pengertian

terhadap

masalahkomunikasi,

mampu

mengekspresikan

perasaannya,

mampumenggunakan bahasa isyarat dengan kriteria hasil:


1. Terciptanya suatu komunikasi di mana kebutuhan klien dapat dipenuhi
2. Klien mampu merespons setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat.

Intervensi
1. Kaji komunikasi verbal klien
Rasional : Kelemahan otot-otot bicara klien krisis miastenia gravis dapat berakibat pada
komunikasi
2. Lakukan metode komunikasi yang idealsesuai dengan kondisi klien
Rasional : Teknik untuk meningkatkan komunikasi meliputi mendengarkan klien,
mengulangi apa yang mereka coba komunikasikan dengan jelas dan membuktikan yang
diinformasikan, berbicara dengan klien terhadap kedipan mata mereka dan atau goyangkan
jari-jari tangan atau kaki untuk menjawab ya/tidak. Setelah periode krisis klien selalu mampu
mengenal kebutuhan mereka.
3.Beri peringatan bahwaklien di ruang ini mengalami gangguan berbicara, sediakan bel
khusus bila perlu
Rasional : Untuk kenyamanan yang berhubungan dengan ketidakmampuan komunikasi
4.Antisipasi dan bantu kebutuhan klien
Rasional : Membantu menurunkan frustasi oleh karena ketergantungan atau ketidakmampuan
berkomunikasi
5.Ucapkan langsung kepada klien dengan berbicara pelan dan tenang, gunakan pertanyaan
denganjawaban ya atautidak dan perhatikan respon klien
19

20

Rasional : Mengurangi kebingungan atau kecemasan terhadap banyaknya informasi.


Memajukan stimulasi komunikasi ingatan dan kata-kata.
6. Kolaborasi: konsultasi ke ahli terapi bicara
Rasional : Mengkaji kemampuan verbal individual,sensorik, dan motorik, serta fungsi
kognitif untuk mengidentifikasi defisit dankebutuhan terapi

4)Gangguan citra diri berhubungan dengan ptosis, ketidakmampuan komunikasi verbal


Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . gangguan citra diri pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
-Body image positif
-Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
-Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
-Mempertahankan interaksi sosial
Intervensi
1. Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
Rasional : Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau
pemilihan intervensi.
2. Identifikasi arti dari Kehilangan atau disfungsi pada klien.
Rasional : Beberapa klien dapat menerima dan mengatur beberapa fungsi secara efektif
dengan

sedikit

penyesuaian

diri,

sedangkan

yang

lain

mempunyai

kesulitan

membandingkan mengenal dan mengatur kekurangan.


3. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan
Rasional : Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu
area kehidupan
4. Anjurkan orang yang Terdekat untuk mengizinkan klien melakukan hal untuk dirinya
sebanyak-banyaknya

Rasional : Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan


harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi
5. Kolaborasi: rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi
Rasional : Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan
perasaan

D.IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah di buat

E. EVALUASI
1. Pola nafas efektif
2. Persepsi sensorik optimal
3. Pasien dapat melihat dengan bantuan penutup mata
4. Kemampuan aktivitas optimal
5. Pasien mampu berkomunikasi dengan alternatif pilihan pasien
6. Pasien mampu mengekspresikan konsep diri yang positif

BAB IV
PENUTUP
21

22

A. Kesimpulan
Miastenia gravis adalah kelemahan otot yang cukup berat dimana terjadi kelelahan otot-otot
secara cepat dengan lambatnya pemulihan. Myasthenia gravis dapat mempengaruhi orangorang dari segala umur. Namun lebih sering terjadi pada para wanita sehingga kita sebagai
perawat harus bisa menentukan diagnosa keperawatan terhadap pasien dengan myastenia
gravis serta perlu melakukan beberapa tindakan dan asuhan kepada pasien dengan masalah
tersebut.

B.Saran
Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien, dan menganjurkan
pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi,
serta menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi yang dianjurkan.
Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi dampak
yang terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita myhastenia gravis.

DAFTAR PUSTAKA

W.A NewmanDorland.2010.Kamus Kedokteran Dorland.edisi 31.Jakarta:EGC


Muttaqin ,arif,Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan,Jakarta Salemba Medika ,2008
Corwin,J Elizabeth,Buku patofisiologi ed 3 terjemahan dari handbook of patophisiologi 3nd
ED copyright 2008,Jakarta ,EGC,2009
http://copyaskep.wordpress.com/2011/09/13/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-myastheniagravis/ (diakses pada tanggal18 juli 2016)
http://www.mgindonesia.org/myasthenia-gravis.html(diakses pada tanggal 18 juli 2016)

23

Anda mungkin juga menyukai