Puji & syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yg Maha Esa, karena atas berkat & rahmatNyalah kami bisa menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yg sudah membantu & memberikan dukungan dlm
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dlm penyusunan makalah ini masih sangat berlimpah kekurangan
baik dari segi materi, tata bahasa, maupun penyusunan. Dgn rendah hati penulis
mengharapkan kritik & saran yg selanjutnya membangun buat lebih menyempurnakan
makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Denpasar
juli 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Miastenia gravis ialah kelemahan otot yg cukup berat di dlm terjadi kelelahan otot-otot
secara cepat dgn lambatnya pemulihan (bisa memakan waktu 10 hingga 20 kali lebih lama
dari normal). Miastenia gravis mempengaruhi sekitar 400 per 1 juta manusia. Kelemahan otot
yg parah yg menyebabkan karena penyakit tersebut membawa sejumlah komplikasi lain,
termasuk kesulitan bernapas kesulitan mengunyah & menelan, bicara cadel, kelopak mata
murung & kabur / penglihatan ganda.
Miastenia gravis bisa mempengaruhi manusia-manusia dari segala umur. Tapi lebih kerap kali
terjadi pada para wanita, yaitu wanita berusia antara 20 & 40 tahun. Pada pria lebih dari 60
tahun. & jarang terjadi selama masa kanak-kanak.
Siapapun bisa mewarisi kecenderungan terhadap kelainan autoimun ini. Sekitar 65% manusia
yg mengalami miastenia gravis mengalami pembesaran kelenjar hymus, & sekitar 10%
memiliki tumor pada kelenjar thymus (thymoma). Sekitar setengah thymoma ialah kanker
(malignant). Beberapa manusia dgn gangguan tersebut tak memiliki antibodi buat reseptor
acetylcholine tetapi memiliki antibodi terhadao enzim yg berhubungan dgn pembentukan
persimpangan neuromuskular sebagai pengganti. Manusia ini bisa membutuhkan pengobatan
berbeda.
Pada 40% manusia dgn miastenia gravis, otot mata terlebih dahulu terkena, tetapai 85%
segera mengalami kasus ini. Pada 15% manusia, hanya otot-otot mata yg terkena,, tetapi pada
kebanyakan manusia, lalu seluruh tubuh terkena , kesulitan berbicara, & menelan &
kelemahan pada lengan & kaki serimg terjadi. Pegangan tangan bisa berubah-ubah antara
lemah & normal. Otot leher bisa menjadi lemah. Sensasi tak terpengaruh.
Ketika manusia dgn miastenia gravis memanfaatkan otot secara berulang-ulang, otot tersebut
biasanya menjadi lemah. Misalnya, manusia yg dahulu bisa memanfaatkan palu dgn baik
menjadi lemah sesudah memalu buat beberapa menit. Walaupun begitu, kelemahan otot
bervariasi dlm intensitas dari jam ke jam & dari hari ke hari, & rnagkaian peyakit tersebur
bervariasi secara luas. Sekitar 15% manusia mengalami peristiwa berat (dijuluki miastenia
crisis), kadangkala dipicu karena infeksi. Lengan & kaki sangat lemah. Pada beberapa
manusia, otot dibutuhkan buat pernapasan yg melemah . keadann ini bisa mengancam nyawa.
B.
Rumusan Kasus
1.
C.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
D. Manfaat
1.
Manfaat Teoritis
Manfaat Praktis
Mahasiswa bisa mengerti & memberikan askep kepada pasien dgn Miastenia Gravis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Miastenia gravis ialah suatu kelainan autoimun yg ditandai karena suatu kelemahan abnormal
& progresif pada otot rangka yg dipergunakan secara terus-menerus & diikuti dgn kelelahan
saat beraktivitas. Penyakit ini muncul karena adanya gangguan dari synaptictransmission /
pada neuromuscular
junction.
Gangguan
tersebut
mau
mempengaruhi
transmisi
Etiologi
Penyebab miastenia gravis masih belum diketahui secara pasti, diduga kemungkinan terjadi
karena gangguan / destruksi reseptor asetilkolin (Acetyl Choline Receptor(AChR)) pada
persimpangan neoromuskular dampak reaksi autoimun. Etiologi dari penyakit ini ialah:
1.
kolinesterase.
2.
a)
Infeksi (virus)
b)
Pembedahan
c)
Stress
d)
Perubahan hormonal
e)
Alkohol
f)
Tumor mediastinum
g)
Obat-obatan
B-blocker (propanolol)
Lithium
Magnesium
Procainamide
Verapamil
Chloroquine
Prednisone
C. Klasifikasi
Menurut Myasthenia Gravis Foundation of America (MGFA), miastenia gravis bisa
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas I
Kelas II
Kelas IIa
Kelas IIb
Kelemahan pada otot-otot anggota tubuh & otot-otot aksial lebih ringan
dibandingkan klas IIa.
Kelas III
Kelas III a
Kelas III b
Kelas IV
Kelas IV a
Kelas IV b
Kelas V
Ocular miastenia
Terkenanya otot-otot mata saja, dgn ptosis & diplopia sangat ringan & tak ada kematian
2.
Generalized myiasthenia
a)
Permulaan lambat, kerap kali terkena otot mata, pelan-pelan meluas ke otot-otot skelet &
bulber. System pernafasan tak terkena. Respon terhadap otot baik.
b)
Kelemahan hebat dari otot-otot skelet & bulbar & respon terhadap obat tak memuaskan.
3.
a)
Permulaan cepat, kelemahan hebat dari otot-otot pernafasan, progresi penyakit biasanya
komplit dlm 6 bulan. Respon terhadap obat minus memuaskan, aktivitas penderita terbatas &
mortilitas cukup tinggi, insidens cukup tinggi thymoma
b)
Muncul amat sedikit 2 tahun sesudah kelompok I & II progresif dari myasthenia gravis bisa
pelan-pelan / tiba-tiba, prosentase thymoma kedua amat cukup tinggi. Respon terhadap obat
& prognosis jelek
4.
Myasthenia crisis
Menjadi cepat buruknya keadann penderita myasthenia gravis bisa dikarenakan : pekerjaan
fisik yg berlebihan, emosi, infeksi, melahirkan anak
D. Patofisiologis
Saraf besar bermielin yg berasal dari sel kornu anterior medulla spinalis & batang otak
mempersarafi otot rangka / otot lurik. Saraf-saraf ini mengirimkan aksonnya dlm wujud sarafsaraf spinal & kranialmenuju ke perifer. Masing-masing saraf bercabang berlimpah sekali
danmampu merangsang sekitar 2000 serabut otot rangka. Gabungan antara saraf motorik &
serabut-serabut otot yg dipersarafi dinamakan unit mototrik.Walaupun setiap neuron mototrik
mempersarafi berlimpah serabut otot, tetapisetiap serabut otot dipersarafi karena hanya satu
neuron
motorik. Daerah
khusus
yg
mewujudkan/adalah
tempat
pertemuan
antara
aluratau
palung sinaps
dimana
7
akson terminal
menonjol
masuk
ke
akhir
yangselanjutnya
bisa
mencetuskan
potensial
aksi
otot.
Pada
Pathway
Terlampir
F.
Manifestasi Klinis
1.
a)
Ptosis
b)
Diplobia
c)
Otot mimik
2.
a)
Otot-otot lidah
Kesulitan menelan & aspirasi bisa terjadi dgn cairan batuk & tercekik saat minum
b)
Otot-otot leher
4.
a)
1.
2.
Pneumonia
3.
Bollous Death
Faktor-faktor yg bisa memicu komplikasi pada pasien termasuk riwayat penyakit sebelumnya
(misalnya, infeksi virus pada pernapasan), pasca operasi, penggunaan kortikosteroid
yg lenyap secara cepat, aktivitas berlebih (terutama pada cuaca yg panas), kehamilan, & stress
emosional (Widagdo, 2007).
H.
Pemeriksaan diagnostik
1.
Laboratorium
a)
b)
Anti-striated muscle
Pada 84% pasien dgn timoma dgn usia minus dari 40 tahun
c)
Interleukin-2 receptor
2.
Imaging
a)
X-ray thoraks
Foto polos posisi AP & Lateral bisa mengidentifikasi timoma sebagai massa mediatinum
anterior
9
10
b)
CT scan thoraks
Identifikasi timoma
c)
Menyingkirkan penyebab lain defisit Nn. Craniales, tak diberdayakan secara rutin
3.
Pemeriksaan klinis
a)
Menatap tiada kedip pada suatu benda yg terletak diatas bidang kedua mata selama 30
c)
Menghitung / membaca keras-keras selama 3 menit mau terjadi kelemahan pita suara
suara hilang
d)
Tes buat otot leher dg mengangkat kepala selama 1 menit dlm posisi berbaring
e)
Tes exercise buat otot ekstremitas, dg mempertahankan posisi saat mengangkat kaki dg
sudut 45 pd posisi tidur telentang 3 menit, / duduk-berdiri 20-30 kali. Jalan diatas tumit / jari
30 langkah, tes tidur-bangkit 5-10 kali
4.
a)
perbaikan (-) dlm 45 dtk, berikan 3 mg lagi kalau/jika perbaikan (-), berikan 5 mg lagi. Efek
tensilon mau berakhir 4-5 menit
b)
5.
Tes kolinergik
6.
a)
b)
Bisa ditambahkan atropin buat mengurangi efek muskariniknya spt nausea, vomitus,
berkeringat. Perbaikan tjd pd 10-15 menit, mencapai puncak dlm 30 menit, berakhir dlm 2-3
jam
7.
Pemeriksaan EMNG
Pada stimulasi berulang 3 Hz terdapat menurunnya amplitudo (decrement respons) > 10%
antara stimulasi I & V. MG ringan menurunnya mencapai 50%, MG sedang hingga berat bisa
hingga 80%
8.
Evaluasi Timus
Sekitar
75%
penderita
MG
didapatkan
timus
yg
abnormal,terbanyak
berupa
I.
a)
Diagnosis Banding
Sindroma Eaton-Lambert :
Lesi terjadi di membran pre sinaptik dimana release Ach tak dpt berlangsung dg baik
b)
Botulism
Penyebab : neurotoksin dari Clostridium botulinum, yg dpt masuk mll makanan yg
terkontaminasi
persinaptik
J.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diarahkan pada perbaikan fungsi lewat pemberian obat antikolinestrase &
mengurangi serta membuang antibodi yg bersikulasi. Secara garis besar, pengobatan
Miastenia gravis berdasarkan 3 prinsip, yaitu
1.
12
a.
Istirahat
Dengan istirahat, banyaknya ACh dengan rangsangan saraf akan bertambah sehingga seratserat otot yang kekurangan AChR di bawah ambang rangsang dapat berkontraksi.
b.
a. Timektomi
Tujuan neurologi utama dari Thymectomi ini adalah tercapainya perbaikan signifikan dari
kelemahan pasien, mengurangi dosis obat yang harus dikonsumsi pasien, serta idealnya
adalah kesembuhan yang permanen dari pasien. Timektomi dianjurkan pada MG tanpa
timoma yang telah berlangsung 3-5 tahun. Dengan timektomi, setelah 3 tahun 25%
penderita akan mengalami remisi klinik dan40-50% mengalami perbaikan.
b. Kortikosteroid
Diberikan prednison dosis tunggal atau alternating untuk mencegah efek samping. Dimulai
dengan dosis kecil, dinaikkan perlahan-lahan sampai dicapai dosis yang diinginkan. Kerja
kortikosteroid untuk mencegah kerusakan jaringan oleh pengaruh imunologik atau bekerja
langsung pada transmisi neromuskuler.
c. Imunosupresif
Yaitu dengan menggunakan Azathioprine, Cyclosporine, Cyclophosphamide (CPM). Namun
biasanya digunakan azathioprin (imuran) dengan dosis 2 mg/kg BB. Azathioprine
merupakan obat yang secara relatif dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh dan secara umum
memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat imunosupresif lainnya.
Perbaikan lambat sesudah 3-12 bulan. Kombinasi azathioprine dan kortikosteroid lebih efektif
yang dianjurkan terutama pada kasus-kasus berat.
d. Plasma exchange
Berguna untuk mengurangi kadar anti-AChR; bila kadar dapat diturunkan sampai 50% akan
terjadi perbaikan klinik.
3. Penyesuaian penderita terhadap kelemahan otot
Tujuannya agar penderita dapat menyesuaikan kelemahan otot dengan:
a. Penjelasan mengenai penyakitnya untuk mencegah problem psikis.
b. Alat bantuan non medika mentosa Pada Miastenia gravis dengan ptosis diberikan kaca
mata khususyang dilengkapi dengan pengkait kelopak mata. Bila otot-otot leher yang kena,
diberikan penegak leher. Juga dianjurkan untuk menghindari panas matahari, mandi sauna,
makanan yang merangsang, menekan emosi dan jangan minum obat-obatan yang
mengganggu transmisi neuromuskuler seperti B-blocker, derivat kinine, phenintoin,
benzodiazepin, antibiotika seperti aminoglikosida, tetrasiklin dan d-penisilamin.
K.Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan suatu bentuk pencegahan yang dilakukan pada saat individu
belum menderita sakit. Bentuk upaya yang dilakukan yaitu dengan cara promosi kesehatan
atau penyuluhan degan cara memberikan pengetahuan bagaimana penanggulangan dari
penyakit Miastenia gravis yang dapat dilakukan dengan;
a. Memberi pengetahuan untuk tidak mengkonsumsi minum-minuman beralkohol, khususnya
apabila minuman keras tersebut dicampur dengan air soda yang mengandung kuinin. Kuinin
ini merupakan suatu obat yang memudahkan terjadinya kelemahan otot.
b. Menjaga kondisi untuk tidak kelelahan dalam melakukan pekerjaan dan menjaga kondisi
untuk tidak stres. Karena kebanyakan pasien-pasien Miastenia gravis ini terjadi pada saat
mereka dalam kondisi yang lelah dan tegang.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini ditujukan pada individu yang sudah mulai sakit dan menunjukkan adanya
tanda dan gejala. Pada tahap ini yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengobatan antara
13
14
lain dengan mempengaruhi proses imunologik pada tubuh individu, yang bisa dilaksanakan
dengan; Timektomi, Kortikosteroid, Imunosupresif yangbiasanya menggunakan Azathioprine.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier (rehabilitasi), pada bentuk pencegahan ini mengusahakan agar penyakit
yang di derita tidak menjadi hambatan bagi individu serta tidak terjadi komplikasi pada
individu. Yang dapat dilakukan dengan;
a. Mencegah untuk tidak terjadinya penyakit infeksi pada pernafasan. Karena hal ini dapat
memperburuk kelemahan otot yang diderita oleh individu.
b. Istirahat yang cukup
c. Pada Miastenia gravis dengan ptosis, yaitu dapat diberikan kacamata khusus yang
dilengkapi dengan pengait kelopak mata.
d. Mengontrol pasien Miastenia gravis untuk tidak minum obat-obatan tikolinesterase secara
berlebihan.
L.Prognosis
Pada anak, prognosis sangat bervariasi tetapi relatif lebih baik daripada orang dewasa. Dalam
perjalanan penyakit, semua otot serat lintang dapat diserang, terutama otot-otot tubuh bagian
atas, 10% Miastenia gravis tetap terbatas pada otot-otot mata, 20% mengalami insufisiensi
pernapasan yang dapat fatal, 10%,cepat atau lambat akan mengalami atrofi otot. Progresi
penyakit lambat, mencapai puncak sesudah 3-5 tahun, kemudian berangsur-angsur baik dalam
15-20 tahun dan 20% antaranya mengalami remisi. Remisi spontan pada awal penyakit
terjadi pada 10% Miasteniagravis.
BAB III
I.PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1.Identitas
2.Keluhan utama
Adanya
penurunan
atau
kelemahan
otot-otot
dengan
manifestasi
16
berubah
sesuai
dengan
kondisi
tidam\k
membaiknya
status
pernafasan
,hipotensi/hipertensi,takikardi/bradikardi.
3.B3(Brain)
Kaji adanya kelemahan otot ektraokular yang meneyebabkan palsi ocular,jatuhnya kelopak
mata atau diplopia intermiten,Tingkat kesadaran biasanya pada kondisi awal masih baik.
Kaji status mental,observasi penampilan dan tingkah laku klien,nilai gaya bicara dan
observasi ekspresi wajah ,aktifitas motorik yang mengalami perubahan.
4.B4(Bladder)
Biasanya didapatkan berkurangnya volume output urine berhubungan dengan penururna
perfusi dan penururna curah jantung ke ginjal . Menurunnya fungsi kandung kemih,retensi
urine,hilangnya sensasi saat berkemih.
5.B5(Bowel)
Mual sampai muntah dihubungkan denga peningkatan produksi asam lambung,nutrisi
menurun disebabkan ketidakmampuan menelan, kesulitan mengunyah-menelan, disfagia,
dan peristaltik usus turun, hipersalivasi, hipersekresi
6.B6(Bone)
Ada
kelemahan
otot-otot
volunteer
memeberikan
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1). Ketidakefektifan pola nafas b.d kelemahan otot pernafasan
hambatan
pada
mobilitas
C.INTERVENSI KEPERAWATAN
1).Ketidakefektifan pola nafas
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jampasien menunjukkan keefektifan
pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:
-Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
-Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
-Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan).
Intervensi
Airway management
a.Kaji kemampuan ventilasi
Rasional ;untuk klien dengan penururnan kapasitas ventilasi perawat mengkaji frekwensi
pernafasan ,kedalaman ,dan bunyi nafas,pantau hasil tes paru,dengn interval sering dalam
mendeteksi masalah paru.
b.Kaji kualitas ,frekuensi,dan kedalaman pernafasan,laporkan setiap perubahan yang terjadi
Rasional:dengan mengkaji kualitas ,frekwensi,kedalaman pernafasan kita dapat
mengetahui sejauh mana perubahan kondisi klien.
c.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional; penurunan diafragma memprluas daerah dada sehingga ekspansi paru dapat
maksimal.
d.Asukultasi suara nafas ,catat adanya suara nafas tambahan
Rasional;auskultasi dapat menetukan kelaina suara nafas pada bagian paru-paru.
17
18
2.
Intervensi
a. Tentukan kondisi patologis klien
Rasional : untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan.
b. Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi
Rasional : untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi klien.
c.Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama
Rasional : agar klien tidak kebingungan dan lebih berkonsentrasi.
d.Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia, bermusuhan, halusinasi setiap
saat.
Rasional : untuk mengetahui keadaan emosi klien
e. Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat pendek.
Rasional : memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat dimengerti
terhadap
masalahkomunikasi,
mampu
mengekspresikan
perasaannya,
Intervensi
1. Kaji komunikasi verbal klien
Rasional : Kelemahan otot-otot bicara klien krisis miastenia gravis dapat berakibat pada
komunikasi
2. Lakukan metode komunikasi yang idealsesuai dengan kondisi klien
Rasional : Teknik untuk meningkatkan komunikasi meliputi mendengarkan klien,
mengulangi apa yang mereka coba komunikasikan dengan jelas dan membuktikan yang
diinformasikan, berbicara dengan klien terhadap kedipan mata mereka dan atau goyangkan
jari-jari tangan atau kaki untuk menjawab ya/tidak. Setelah periode krisis klien selalu mampu
mengenal kebutuhan mereka.
3.Beri peringatan bahwaklien di ruang ini mengalami gangguan berbicara, sediakan bel
khusus bila perlu
Rasional : Untuk kenyamanan yang berhubungan dengan ketidakmampuan komunikasi
4.Antisipasi dan bantu kebutuhan klien
Rasional : Membantu menurunkan frustasi oleh karena ketergantungan atau ketidakmampuan
berkomunikasi
5.Ucapkan langsung kepada klien dengan berbicara pelan dan tenang, gunakan pertanyaan
denganjawaban ya atautidak dan perhatikan respon klien
19
20
sedikit
penyesuaian
diri,
sedangkan
yang
lain
mempunyai
kesulitan
D.IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah di buat
E. EVALUASI
1. Pola nafas efektif
2. Persepsi sensorik optimal
3. Pasien dapat melihat dengan bantuan penutup mata
4. Kemampuan aktivitas optimal
5. Pasien mampu berkomunikasi dengan alternatif pilihan pasien
6. Pasien mampu mengekspresikan konsep diri yang positif
BAB IV
PENUTUP
21
22
A. Kesimpulan
Miastenia gravis adalah kelemahan otot yang cukup berat dimana terjadi kelelahan otot-otot
secara cepat dengan lambatnya pemulihan. Myasthenia gravis dapat mempengaruhi orangorang dari segala umur. Namun lebih sering terjadi pada para wanita sehingga kita sebagai
perawat harus bisa menentukan diagnosa keperawatan terhadap pasien dengan myastenia
gravis serta perlu melakukan beberapa tindakan dan asuhan kepada pasien dengan masalah
tersebut.
B.Saran
Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien, dan menganjurkan
pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi,
serta menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi yang dianjurkan.
Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi dampak
yang terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita myhastenia gravis.
DAFTAR PUSTAKA
23