Anda di halaman 1dari 43

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Building Code
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

BATASAN
BIDANG TATA RUANG
KETENTUAN UMUM
Pada dasarnya penataan ruang merupakan pengaturan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan bagi kegiatan pembangunan berbagai sektor yang membutuhkan ruang. Penataan ruang adalah salah satu
bentuk kebijakan pemerintah dalam bidang pengembangan kota dan wilayah yang mencakup tiga proses utama yang
saling terkait, yaitu :
perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Ketiga kegiatan tersebut berjalan sebagai suatu siklus kontinyu dalam suatu manajemen penataan ruang yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan manusianya.
Strategi penataan ruang untuk Provinsi NAD harus didasarkan kepada arahan yang jelas dan terarah dalam
menetapkan :
kawasan rawan bencana,
kawasan budidaya berbasis bencana gempa dan tsunami (kawasan permukiman, perdagangan, dan pusat
pemerintahan, kelautan dan perikanan, pertanian dan perkebunan, kehutanan, pariwisata, dan pertambangan),
pengembangan buffer zone di kawasan rawan bencana gempa dan tsunami serta
pengembangan infrastruktur wilayah pasca bencana gempa dan tsunami.
Building Code Provinsi NAD dalam hal ini menggunakan penataan ruang sebagai arahan umum bagi setiap
kabupaten/kota di dalam mengatur arsitektur bangunan rumah tinggal dan non-rumah tinggal sesuai dengan fungsinya
pada masing-masing kawasan tersebut di atas.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

5. Fungsionalisasi dan peningkatan Bandar Udara: Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Cut Nyak Dien, Lasikin,

Maimun Saleh, Malikussaleh, dan Teuku Cut Ali. Pelabuhan udara di pantai barat-selatan dapat didarati
hercules untuk evakuasi dan supply logistik.
6. Perbaikan kawasan budidaya industri di Lhoknga, Lhokseumawe, dan Malahayati; perdagangan, pertanian
pangan dan perkebunan, dan pesisir kelautan.

Arahan khusus bang pengembangan fisik kota masa depan yang terkait dengan arahan pembangunan bangunan
gedung yaitu :
Beberapa pusat pertumbuhan diharapkan menjadi daya tarik ekonomi utama untuk wilayah NAD. Kota
dimaksud adalah Banda Aceh, Sabang, Meulaboh, Langsa, dan Lhokseumawe yang tersebar di daerah
pesisir; dan Takengon di wilayah pedalaman.
Sementara itu pusat-pusat pertumbuhan skala lebih kecil adalah Sigli, Bireuen, Singkil, Tapak Tuan,
Blangpidie, Calang di wilayah pesisir; dan Blangkejeren dan Jantho di wilayah pedalaman.
ZONIFIKASI
Dari hasil kajian dokumen Blue Print Rencana Induk Rekonstruksi Wilayah Aceh, Nias dan Sumatera Utara, sumber
Badan Metrologi dan Geofisika dan pengamatan di lapangan untuk aspek tata ruang, ada tiga fungsi dasar zonasi
lainnya selain zonasi untuk tata ruang, yaitu :
Zonasi Gempa, berdasarkan klas kuat gempa ; menurut Peta Gempa Indonesia Tahun 2002, Provinsi NAD
termasuk di dalam Zona 3, 4, 5, 6.
Zonasi Elevasi muka bumi, memperhatikan aspek bencana Tsunami ; diklasifikasikan pada elevasi kurang
dari 5 meter, 5 15 meter dan diatas 15 meter.
Zonasi Radius/Jarak dari perairan laut, memperhatikan aspek bencana tsunami dan badai angin ;
diklasifikasikan pada jarak kurang dari 5 kilometer, 5 25 kilometer, dan lebih dari 25 kilometer.

KETENTUAN KHUSUS
Ketentuan khusus bidang Tata Ruang yang ada di dalam Building Code Provinsi NAD mengacu kepada Kebijakan
Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Provinsi NAD di dalam Dokumen Blue Print Rencana Induk Rekonstruksi
Wilayah Aceh, Nias dan Sumatera Utara. Beberapa hal yang terkait erat dengan penyusunan Building Code Provinsi
NAD antara lain:
1. Pusat Permukiman/Kota-kota di Pantai Barat tetap dipertahankan untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan
antar wilayah (Barat-Timur) dan wilayah Tengah serta didukung pusat-pusat pertumbuhan skala lebih kecil
adalah Sigli, Bireuen, Singkil, Tapak Tuan, Blangpidie, Calang di wilayah pesisir; dan Blangkejeren dan Jantho
di wilayah pedalaman.
2. Kota-kota Tepi Air dikembangkan dengan memperhatikan juga aspek-aspek lokal terutama keterkaitannya
dengan rawan Gempa dan Tsunami dengan kawasan konservasi dan penyangga yang berfungsi lindung.
3. Khususnya pada bagian kawasan permukiman diupayakan tidak berada di kawasan lindung, seperti wilayah
kehidupan gajah yang semakin langka populasinya, antara lain di Desa Pucok, Alue Raya, Blang Dalam &
Lhok Kuala, Lamje, Kr. Batee Mirah, Kr. Alue Ceuroloup, Kr. Buerieng, Can. Kaking Ungoh Batee, perbatasan
Tutut, Kawasan Uteun Cut, Panga, Panga-Teunom, dan Lageun.
4. Fungsionalisasi dan peningkatan pelabuhan laut: Sabang, Malahayati, Calang, Meulaboh, Kuala Langsa,
Singkil, dan Lhokseumawe. Lokasi pelabuhan penyeberangan pengganti Uleu-lhee ditentukan setelah
melakukan studi kelayakan teknis terlebih dahulu.

INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

Sedangkan menurut zonasi tata ruang pada kawasan amatan, secara umum kawasan-kawasan kabupaten dan kota di
Provinsi NAD berdasarkan kepadatan bangunan dan batasan fungsi bangunannya diklasifikasikan menjadi : Zona-I
berkepadatan sangat rendah, Zona-II berkepadatan rendah, Zona-III berkepadatan sedang dan Zona-IV berkepadatan
tinggi. Selanjutnya menurut hasil kajian dari pengamatan lapangan, apabila dilakukan superimpose terhadap ketiga
fungsi zonasi di atas didapatkan matriks zonasi tata ruang yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Draft Matriks - 1

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

BATASAN

BIDANG ARSITEKTUR
UMUM
Meskipun Building Code akan dipakai sebagai acuan dalam menentukan karakter bangunan yang akan dibangun di
daerah Provinsi NAD, tetapi untuk bidang Arsitektur lebih membatasi pada aspek-aspek normatif yang tidak terukur,
berdasarkan pada aspek budaya setempat, pengalaman oleh masyarakat dan kesempatan untuk mengembangkan diri
di masa yang akan datang.
Oleh karena itu batasan umum yang akan dipakai dalam menentukan Building Code pada aspek Arsitektur adalah :
1. Aspek Normatif - Kualitatif, dimana akan sangat dipengaruhi oleh adat, budaya dan kebiasaan yang berlaku di
masyarakat setempat, yang biasanya sulit untuk dikuantifikasi.
2. Aspek Keterbukaan, dimana tetap memberikan kesempatan yang luas bagi para arsitek dan pelaku perencana
yang lain untuk berperan dalam menentukan arah perkembangan arsitektur bangunan dan kota di Provinsi
NAD.
3. Aspek Kuantitatif, untuk hal-hal yang sifatnya khusus perlu mengacu pada dokumen-dokumen standar yang
lain yang relevan.
4. Aspek Partisipatif, dimana didasarkan atas keyakinan pada kemampuan oleh masyarakat untuk membangun
dan mengembangkan rumah tinggal secara swadaya dan mandiri, sehingga perlu dilakukan pendidikan
arsitektur praktis yang dapat dipahami oleh masyarakat.
RUMAH TINGGAL
Untuk bangunan Rumah Tinggal, standar yang dipakai untuk bidang arsitektur lebih merupakan telaah normatif pada
aspek perilaku berbudaya dan berarsitektur yang telah dilakukan oleh masyarakat Aceh selama ini dan kecenderungan
perkembangannya di masa depan.
Pada arsitektur Rumah Tinggal, secara umum yang akan diamati dan diberikan Guide Lines adalah :
1. Pada bangunan rumah darurat yang akan dibangun dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan
korban bencana alam gempa dan tsunami di provinsi NAD. Yang dimaksudkan dengan rumah darurat ini
adalah rumah awal yang dibangun sebagai langkah awal pemulihan kondisi fisik, sosial dan ekonomi
masyarakat korban bencana. Rumah darurat ini dibangun dengan persyaratan khusus, sebagai bagian dari
dokumen Building Code secara keseluruhan.
2. Pada bangunan rumah tinggal tradisional, aspek budaya Aceh sangat kental, dimana aspek agama (Islam)
merupakan patron yang sangat ditaati dan memberikan pengaruh besar bagi perikehidupan masyarakat Aceh
secara umum.
3. Pada bangunan rumah tinggal yang lebih modern, di mana mempunyai ciri yang berbeda dengan arsitektur
tradisional.
Pemberian istilah tradisional dan modern di sini hanyalah sebagai acuan bagi masyarakat secara umum untuk
memberikan sebutan bagi rumah tinggal dengan karakter yang berbeda, antara rumah tinggal yang dibangun dengan
kaidah budaya warisan nenek moyang, dan rumah tinggal yang dibangun tanpa banyak mengacu pada kaidah budaya
lama (modern).
Batasan lain yang akan diberikan dalam Building Code untuk rumah tinggal adalah:
1. Aspek penataan ruang dalam
2. Aspek penataan massa bangunan.
3. Aspek kenyamanan, keselamatan dan keamanan

INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

BANGUNAN GEDUNG
Untuk bangunan gedung, batasan umum yang diberikan adalah :
1. Merupakan bangunan non rumah tinggal perorangan/tunggal.
2. Terbagi atas berbagai macam jenis bangunan tergantung dari fungsinya. Khusus untuk Building Code di level
provinsi NAD ini, tidak akan memberikan penjelasan yang rinci untuk masing-masing fungsi bangunan gedung
3. Bangunan non rumah tinggal yang dimaksudkan di dalam building code ini adalah bangunan yang didirikan
dan atau diletakkan dalam suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, di atas atau di dalam tanah
dan/atau perairan secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya.
4. Standar yang digunakan dalam penyusunan building code bangunan non rumah tinggal didasarkan pada
standar-standar yang telah ada dan digunakan secara luas, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
dan Keputusan Menteri.
5. Apabila dalam building code bangunan non rumah tinggal tersebut belum memuat situasi-situasi khusus
sebagaimana yang berkembang di lapangan, maka akan dirujuk kemudian pada dokumen-dokumen lain yang
relevan.
ZONIFIKASI
Dari hasil pengamatan di lapangan, untuk aspek arsitektur, hampir tidak ditemui perbedaan yang signifikan antara
karakter arsitektur di daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi.
Demikian juga halnya dengan zonifikasi gempa di provinsi NAD, tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap
karakter arsitektur yang muncul.
Zonifikasi dari aspek elevasi dari muka air lautpasang dan jarak dari tepi pantai, ternyata juga tidak memebrikan
pengaruh yang signifikan pada karakter asritektur daerah Aceh secara umum.
Oleh karena itu untuk bahasan pada aspek Arsitektur, zonufikasinya tidak dibagi berdasarkan atas karakter fisik
kawasan, daerah gempa, elevasi dari pasang air laut maupun jarak dari tepi pantai, mengingat pengaruhnya yang tidak
signifikan pada arsitektur yang muncul.
Namun demikian meski Building Code ini masuk dalam tataran provinsi NAD, ketika akan diterjemahkan dalam
Building Code yang lebih detail pada masing-masing kabupaten dan kota, maka perlu di telaah lagi zonifikasi
berdasarkan berbagai aspek di atas untuk menghasilkan pedoman yang lebih aplikatif, dengan tetap memberi
kesempatan bagi perkembangan arsitektur.

Draft Matriks - 2

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

MATRIKS Building Code


Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
1. Persyaratan Teknis Tata Bangunan dan Lingkungan
NO
1.1

URAIAN

ZONE I

ZONE II

ZONE III

ZONE IV

Tambak, hutan bakau, rekreasi pantai,dan kawasan


lindung pantai, pertanian (sub urban)
Permukiman nelayan terbatas
Permukiman perdesaan terbatas lainnya pada
kawasan budidaya pertanian, hutan produksi,
pertambangan, dan pariwisata (rural)

Permukiman terbatas nelayan dan petani dan


komersial sangat terbatas (sub urban)
Sistem drainase yang handal terutama pada daerah
dengan kemiringan (< 8 %)
Peraturan Bangunan Nasional; SNI Tata Cara
Perencanaan Kawasan Perumahan di Perkotaan

Permukiman dan kawasan komersial terbatas dengan


mempertahankan nilai-nilai heritage (urban)
Sistem drainase yang handal terutama pada daerah
dengan kemiringan (< 8 %)
Peraturan Bangunan Nasional; SNI Tata Cara
Perencanaan Kawasan Perumahan di Perkotaan

Permukiman dan fasilitas umum, sarana pemerintahan


dan perdagangan skala kecamatan dan kota (urban)
Sistem drainase yang handal terutama pada daerah
dengan kemiringan (< 8 %)
Peraturan Bangunan Nasional; SNI Tata Cara
Perencanaan Kawasan Perumahan di Perkotaan

PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN

1.1.1. PERUNTUKAN FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN


a.

Fungsi
- Lahan

- Bangunan pada Kawasan Lindung

- Bangunan pada Kawasan Budidaya

b.

Permukiman kepadatan rendah dengan persyaratan


bangunan dan lingkungan ketat
Non rumah tinggal; bangunan komersiil skala rumah
tangga, pendidikan, sosial dan budaya terbatas untuk
kebutuhan lingkungan, untuk keamanan, pemeliharaan
tambak, bangunan air, bangunan pompa, gardu
pembangkit energi dan navigasi
Daerah alirah sungai dan cekungan daratan dengan
sempadannya dilarang dibangun.

Permukiman kepadatan sedang, tidak diperbolehkan


diperluas hingga kawasan lindung, tidak boleh
dikembangkan/ diperluas/ditambah baru hingga/
menjadi kepadatan tinggi.
Non rumah tinggal; fasilitas pendidikan, kesehatan,
ibadah, perdagangan, sosial dan pemerintahan skala
desa dan kecamatan
Daerah alirah sungai dan cekungan daratan dengan
sempadannya dilarang dibangun.

Bangunan klas 1 (termasuk rumah panggung), 9, 10


Kepmen PU 441/KPTS/1998

Bangunan klas 1 (termasuk rumah panggung), 2,6, 8,


9, 10.
Kepmen PU 441/KPTS/1998

Semua klas bangunan

Tidak boleh ada bangunan rumah tinggal


Non rumah tinggal; bangunan arkeologi untuk keamanan dan mitigasi

Luas Hunian untuk Setiap Orang

Kebutuhan ruang minimum adalah 9 m2/ orang

b.

Luas Persil () per Unit Bangunan

Luas persil/ minimum rumah tinggal yang dihuni oleh 3-4 orang adalah 90m2 dengan lebar minimum 6 m
Luas persil/ minimum bangunan non-rumah tinggal menyesuaikan standar kebutuhan masing-masing klas bangunan.
Rumah tinggal dan non-rumah tinggal: < 15 % luas
persil

c.

Luas Lantai Bawah Bangunan terhadap


Luas Lahan (KDB)

d.

Luas Seluruh Lantai Bangunan terhadap


Rumah tinggal: jumlah lantai 1-2 lantai,
Luas Lahan (KLB)
Non-rumah tinggal sesuai standar yang ditetapkan.
Luas Seluruh Dasar Bangunan terhadap
Sangat Rendah
Luas Lahan dalam Satu Cluster
Lingkungan Permukiman
Ketinggian Maksimum- Minimum Bangunan

f.

Kepmen PU 441/KPTS/1998

INTENSITAS BANGUNAN

a.

e.

Permukiman kepadatan tinggi, tidak diperbolehkan


diperluas hingga kawasan lindung
Non rumah tinggal; fasilitas pendidikan, kesehatan,
ibadah, perdagangan, sosial dan pemerintahan skala
kecamatan dan kota.

Klasifikasi Bangunan:
Berdasarkan fungsi

1.1.2.

Tidak boleh ada bangunan rumah tinggal


Non rumah tinggal; untuk penelitian, bangunan
arkeologi keamanan dan militer, navigasi,
pemeliharaan tambak dan perikanan
Kepadatan bangunan rumah tinggal nelayan, petani
sangat rendah, tidak boleh dikembangkan/
diperluas/ditambah baru, hanya ditingkatkan
kualitasnya, bangunan tua/lama direvitalisasi.
Non rumah tinggal; bangunan untuk tujuan penelitian,
konservasi, fasilitas pelabuhan, pembangkit energi,
penjagaan/ pengawasan dan penyelamatan pantai.
Daerah alirah sungai dan cekungan daratan dengan
sempadannya dilarang dibangun.

Kepmen Kimpraswil 403/KPTS/2002

Rumah tinggal: 15-30 % luas persil


Non-rumah tinggal: maksimum 60 % luas persil

Jumlah lantai maksimum 2 lantai


Non-rumah tinggal sesuai standar yang ditetapkan.
Rendah

Kepmen Kimpraswil 403/KPTS/2002


SNI Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan di Perkotaan
Rumah tinggal: 30-50 % luas persil
Rumah tinggal maksimal 60 % luas persil
Non-rumah tinggal: maksimum 75 % luas persil
Non-rumah tinggal: maksimum 75 % luas persil
Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan
Sederhana Tidak Bertingkat
Rumah tinggal: 3 lantai
Rumah tinggal: maksimum 3 lantai
Non-rumah tinggal: jumlah lantai bangunan > 4 lantai
Non-rumah tinggal: jumlah lantai bangunan < 4 lantai
Sedang
Tinggi

- Terhadap Keamanan

Sesuai ngina struktur dan bahan bangunan yang digunakan, ketahanan terhadap gempa dan keamanan terhadap angin, dan jalur penerbangan.

- Terhadap Keselamatan

Menjamin keamanan terhadap bahaya kebakaran, gempa dan bencana lainnya.

- Terhadap Kesehatan

Rumah tinggal: ketinggian langit-langit minimum= 2.40 m, kecuali bangunan yang dindingnya terbuka termasuk lantai panggung
Non rumah tinggal : Ketinggian langit-langit minimum= 2.70 m, kecuali bangunan yang dindingnya terbuka termasuk lantai panggung
Mempertimbangkan optimasi intensitas bangunan
Mempertimbangkan keserasian bangunan dengan lingkungan
Memenuhi persyaratan ekologis yang ditetapkan untuk luasan tertentu

- Terhadap Daya Dukung Lahan

Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bertingkat

Draft Matriks - 3
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

URAIAN

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

ZONE I

ZONE II

ZONE III

ZONE IV

1.1.3. GARIS SEMPADAN BANGUNAN


a.

Garis sempadan bangunan pada klas


jalan lingkungan perumahan besar,
sedang dan kecil

b.

Garis sempadan bangunan terhadap


batas-batas persil/ sendiri dan
lingkungannya

c.

Garis sempadan bangunan berdasarkan


klas jalannya

d.

Garis sempadan bangunan terhadap


jalan rel, jaringan listrik tegangan tinggi

e.

Garis sempadan bangunan pada


kawasan pinggir sungai berdasarkan klas
lebar sungainya

f.

Garis sempadan bangunan pada


kawasan pesisir, lahan peresapan air dan
kawasan lindung lainnya

g.

Garis sempadan bangunan pada tepi


danau, waduk, mata air dan sungai yang
terpengaruh pasang-surut air laut

h.

Jarak bebas bangunan terhadap utilitas


kota

1.2

Rumah tinggal dan non rumah tinggal:


besar (> 450 m)
Sempadan muka minimum 8 m
Sempadan samping minimum 4 m
Sempadan belakang minimum 5 m
Rumah tinggal:
Persil kecil minimal 1 m jika atap samping tanpa teritisan dan 1,5 m jika
atap samping menggunakan teritisan
Persil sedang dan besar minimal 2 m

sedang (> 200m)


Sempadan muka minimum 5 m
Sempadan samping minimum 3 m
Sempadan belakang minimum 3 m

kecil (>90 m2)


Sempadan samping minimum 2 m
Sempadan muka minimum 3 m
Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bertingkat

Non rumah tinggal:


Bangunan dengan tinggi <8 m = 3 m, Bangunan dengan tinggi > 8 m = 1/2 tinggi bangunan dikurangi 1 m
Jarak massa/blok bangunan satu lantai minimum 4 m
Jarak massa/blok bangunan dengan bangunan sekitarnya minimum 6 m dan 3 m dengan batas kapling
Jarak dengan batas persil minimum 4 m
Bangunan berdampingan tidak sama tinggi, jarak minimum antar bangunan = {( tinggi bangunan A + tinggi bangunan B) /2} -1 meter
Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bertingkat

Rumah tinggal dan non rumah tinggal:


Jarak as jalan dengan rumah maupun dengan pagar halaman
Sesuai Qanun tentang Syarat Konstruksi Bangunan masing-masing Kota/Kabupaten.
Garis pondasi pagar terluar yang berbatasan dengan jalan = batas terluar rencana jalan
Tinggi pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukan oleh keputusan Kepala Daerah
Garis lengkung pagar di sudut persimpangan jalan = ukuran radius/ serongan/ lengkungan sesuai kelas persimpangan jalan
Bagi jalan yang lebarnya > 20 m, titik sudut garis lengkung pagar = 10 meter dari garis sempadan pagar ke tengah jalan
Garis sempadan denah teras terluar, yang sejajar dengan arah jalan di sekeliling bangunan = lebar rencana jalan dikurangi maksimum 2 m dan tidak melewati garis pondasi pagar terluar

Kepmen PU 441/KPTS/1998
Rumah tinggal dan non rumah tinggal:
Berdasarkan SK Menteri Perhubungan yang disesuaikan dengan kondisi NAD
Berdasarkan PUIL 2000 (jarak ke kiri dan kanan dari tegangan tinggi (70 KV ke atas) sejauh 25 m)
Rumah tinggal dan non rumah tinggal:
Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan minimum 5 m dari luar kaki tanggul
Sungai bertanggul di kawasan perkotaan minimum 3 m dari luar kaki tanggul
Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan untuk Sungai Besar (luas daerah pengaliran > 500 Km2) dan Sungai Kecil (luas daerah pengaliran < 500 Km2) ditentukan setiap ruas sesuai perhitungan teknis luas daerah pengaliran
Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan kedalaman < 3 m minimum 10 m dari tepi sungai, kedalaman 3 20 m minimum 15 m dari tepi sungai, kedalaman > 20 m minimum 30 m dari tepi sungai
Permen PU 63/PRT/1993
Rumah tinggal dan non rumah tinggal:
Rumah tinggal dan non rumah tinggal:
Minimum jarak dari bibir pantai 1.000 m, kecuali
Tidak menggusur RTH dan diluar kawasan lindung yang ditetapkan masing-masing daerah
bangunan non-rumah tinggal sesuai dengan standar
dan Peraturan Daerah setampat.
Sempadan pondasi bangunan terluar minimum 100 m
dari garis pasang tertinggi.
Danau dan waduk minimum 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Mata air minimum 200 m di sekitar mata air
Sungai terpengaruh pasang-surut air laut minimum 100 m dari tepi sungai untuk jalur hijau.
Permen PU 63/PRT/1993
Minimum = 3 meter
Minimum = jarak sempadan bangunan terhadap pagar

ARSITEKTUR

1.2.1. ARSITEKTUR BANGUNAN


a.

Kebutuhan jumlah minimal ruang untuk


satu bangunan rumah tinggal dan
bangunan gedung

Rumah tinggal :
1 ruang privat (kamar tidur)
1 ruang serbaguna (ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan), dimana ruang ini sifatnya fleksibel dalam arti
dapat dipakai untuk berbagai kegiatan tanpa harus mengubah-ubah penataan perabot di dalamnya. Pengaturan
ruang, lebih tergantung dengan kebutuhan mengingat arsitektur rumah Aceh sangat memperhatikan privasi
untuk golongan tertentu (misalnya kaum wanita, pasangan pengantin baru) berdasarkan kaidah Islam
1 ruang servis (KM/WC)

Non rumah tinggal :


Standar jumlah ruang pada Bangunan Gedung sangat tergantung pada fungsi bangunan. Standar untuk setiap
fungsi bangunan telah ditetapkan di berbagai dokumen.
Bangunan gedung harus dirancang dengan memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur lingkungan yang
ada di sekitarnya,
Rancangan ruang harus memperhatikan kebutuhan dan hirarkhi berdasarkan fungsi bangunan

Draft Matriks - 4
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

URAIAN

b.

Kebutuhan jumlah minimal


pengembangan ruang untuk satu
bangunan rumah tinggal dan bangunan
gedung

c.

Tampilan arsitektur pada tampang


bangunan yang mencirikan lokalitas dan
tradisi setempat

d.

Tampilan arsitektur pada rehabilitasi


bangunan dan terhadap bangunan di
sekitarnya
Tampilan arsitektur pad rekonstruksi
bangunan dan terhadap bangunan di
sekitarnya
Tampilan arsitektur bangunan terhadap
keserasian lingkungan

e.

f.

g.

h.

i.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Penerapan tampilan arsitektur


tradisional/lokal terhadap bangunan
modern
Tata urutan ruang-ruang berdasarkan
kedekatan fungsi ruang

Tata letak ruang-ruang pada bangunan


yang bercirikan budaya lokal

ZONE I

ZONE II

ZONE III

ZONE IV

Rumah tinggal :
1 ruang privat (kamar tidur)
1 ruang serbaguna (penegasan batas ruang keluarga, ruang makan)
1 ruang servis (dapur)
Non rumah tinggal :
Bangunan atau bagian bangunan yang mengalami perubahan, perbaikan, perluasan, penambahan, tidak boleh menyebabkan berubahnya fungsi/penggunaan utama, karakter arsitektur bangunan dan bagian-bagian bangunan serta tidak
boleh mengurangi atau mengganggu fungsi sarana jalan keluar/masuk.
Perubahan fungsi dan penggunaan ruang suatu bangunan atau bagian bangunan dapat diijinkan apabila masih memenuhi ketentuan penggunaan jenis bangunan dan dapat menjamin keamanan dan keselamatan bangunan serta
penghuninya
Ruang penunjang dapat ditambahkan dengan tujuan memenuhi kebutuhan kegiatan bangunan, sepanjang tidak menyimpang dari penggunaan utama bangunan
Jenis dan jumlah kebutuhan fasilitas penunjang yang harus disediakan pada setiap penggunaan jenis bangunan ditetapkan oleh Kepala Daerah
Tata ruang dalam untuk bangunan tempat ibadah, bangunan monumental,gedung serbaguna, gedung pertemuan, gedung pertunjukan,gedung sekolah, gedung olahraga serta gedung sejenis lainnya diatur secara khusus
Bangunan kantor sekurang-kurangnya memiliki ruang-ruang fungsi utama yang mewadahi kegiatan kerja, ruang umum dan ruang pelayanan.
Bangunan toko sekurang-kurangnya memiliki ruang-ruang fungsi utama yang mewadahi kegiatan toko, kegiatan umum dan pelayanan
Suatu bangunan gudang, sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi dan kakus serta ruang kebutuhan karyawan
Suatu bangunan pabrik sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi dan kakus, ruang ganti pakaian karyawan, ruang makan, ruang istirahat serta ruang pelayanan kesehatan yang memadai
Penempatan fasilitas kamar mandi dan kakus untuk pria dan wanita harus terpisah
Pemakaian ornamentasi budaya lokal Aceh misalnya ragam hias tumbuhan ataupun pola geometri ragam hias arsitektur Islam.
Pola struktur rumah panggung khas arsitektur Aceh terutama pada daerah pesisir, dan bangunan rumah di atas tanah
Bentuk atap pelana atau variannya.
Arah hadap bangunan disesuaikan dengan budaya Aceh dan kaidah Islam
Pola bukaan pintu disesuaikan dengan kaidah Islam (langkah kaki pada saat masuk atau keluar rumah)
WC sedapat mungkin tidak menghadap barat timur (menghadap membelakangi kiblat)
Penyelesaian pada setiap bagian bangunan, termasuk di dalamnya pemakaian warna, diupayakan agar mudah dalam perawatan dan pembersihan sebagai cerminan pola hidup bersih dan sehat rakyat Aceh yang mencirikan pelaksanaan
kaidah Islam di dalamnya
Rehabilitasi tampilan arsitektur pada rumah tinggal dan bangunan gedung sedapat mungkin diselaraskan dengan tampilan arsitektur di sekitarnya.
Rehabilitasi tampilan bangunan tidak diperbolehkan sampai melanggar garis sempadan bangunan
Tampilan bangunan rekonstruksi diarahkan pada kaidah arsitektur Islami yang telah disesuaikan dengan budaya Aceh.
Inovasi tampilan bangunan disarankan dengan memperkaya ragam hias pada tampilan.

Orientasi bangunan terhadap pergerakan matahari dan angin pantai serta arah hadap kiblat
Untuk bangunan rumah tinggal, bujur bangunan sedapat mungkin ke arah timur-barat
Sedangkan untuk bangunan Meunasah, arah bujur bangunan adalah utara-selatan.
Arah bujur bangunan rumah tinggal dan meunasah perlu dibedakan untuk membedakan fungsi bangunan dan penanda kawasan gampong.
Pada bagian depan rumah (yang berbatasan dengan jalan), disediakan lahan yang cukup sebagai ruang terbuka hijau.
Jenis tanaman yang ditanam dapat berupa tanaman hias, peneduh maupun tanaman produktif.
Pemakaian ragam hias tradisional pada bagian-bagian tertentu dari bangunan, seperti kolom, pintu dan jendela, sebagian dinding dan sebagainya yang sifatnya ornamentasi tempelan, harus tetap memperhatikan makna penempatannya
Bangunan tradisional Aceh dapat dibuat dengan teknologi konstruksi, bahan dan material yang lebih modern.

Rumah Tinggal :
Teras depan sebagai perwujudan serambi depan, berhubungan langsung dengan ruang serbaguna
Ruang privat (kamar tidur) diletakkan berdampingan dengan ruang serbaguna.
Ruang servis diletakkan pada bagian belakang bangunan, bisa sebagai bagian dari rumah induk maupun dibangun terpisah secara struktural.
Jika rumah induk akan dikembangkan, diupayakan untuk menambah ruang privat (kamar tidur) yang mampu mewadahi privasi angggota keluarga khusus (orang tua, kaum wanita, pengantin baru)
Non rumah tinggal::
Ruang-ruang inti dan ruang pendukung lainnya disesuaikan dengan fungsi bangunan
Rumah tinggal :
Non rumah tinggal:
Terdapat pemisah yang jelas dan tegas antara ruang serbaguna dengan ruang privat (kamar) untuk orang tua
Tata letak ruang tergantung dari fungsi bangunan
atau kaum wanita
Perlu diperhatikan pola pemisahan antar ruang dan tata ruang sebagai perwujudan budaya Aceh dan kaidah
Terdapat ruang serbaguna yang sifatnya semi privat yang dapat dipakai untuk berbagai aktifitas bersama seperti
Islam
ruang santai keluarga, sholat berjamaah, dan acara adat.
Batas-batas ruang yang masif dan personal dibutuhkan untuk ruang-ruang yang memerlukan privasi tinggi
Terdapat ruang serbaguna yang sifatnya semi publik yang dapat dipakai untuk berbagai aktifitas seperti
seperti ruang kepala, runag pertemuan dan sejenisnya.
menerima tamu dan ruang tidur tamu.

Draft Matriks - 5
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

URAIAN

j.

Tata letak dan jarak ruang-ruang pada


bangunan utama terhadap bangunanbangunan penunjangnya (termasuk
bangunan utilitas, sanitasi MCK, dll) pada
arsitektur lokal dan lingkungan bangunan
lainnya

k.

Tatanan ruang dalam dan


pengembangannya terhadap struktur
bangunan yang ada

m.

Pengaturan tata letak ruang-ruang dalam


satu bangunan terhadap
pekarangan/halaman bangunan dengan
mempertimbangkan keselarasan,
keserasian, keseimbangan dengan
lingkungannya
Penggunaan jenis-jenis material bangunan
berdasarkan klasifikasi bangunannya

n.

o.

Penggunaan kombinasi material bangunan


dalam satu bangunan dengan
memperhatikan keserasian, keamanan,
keselamatan dan keawetan bangunan

p.

Sistem konstruksi bangunan dan tipetipenya berdasarkan periode/gaya


arsitekturnya.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

ZONE I

ZONE II

ZONE III

ZONE IV

Rumah tinggal :
Bangunan induk rumah terpisah dari fasilitas KM/WC dan sumur jika bangunan utama rumah berstruktur panggung dan terbuat dari bahan kayu, tetapi dapat dibuat menyatu dalam rumah jika bangunan utama rumah terbuat dari dari
beton dan bata.
KM/WC terletak di belakang rumah induk dengan jarak yang cukup aman dari sumur
Dapur dapat dibuat di dalam rumah induk, tetapi juga bisa dibangun terpisah secara struktural, melihat dari tipe struktur dan tingkat bahayanya terhadap kebakaran.
Perluasan bangunan rumah induk, jika sifatnya semi permanen maka sebaiknya terpisah secara struktural, untuk mencegah kerusakan parah pada saat gempa akibat sambungan struktur lama dan struktur baru yang tidak rigid.
Untuk mengantisipasi keamanan struktur, maka pada saat awal pembuatan rumah induk, sudah dipikirkan bentuk perluasan yang memungkinkan di masa mendatang, terutama terhadap jarak bangunan dengan batas lahan dan
bangunan tetangga.
Non rumah tinggal :
Bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang, termasuk di dalamnya bangunan utilitas, yang dibutuhkan untuk menjaga dan menjamin keamanan, kenyamanan, kesehatan dan keselamatan pengguna
Bangunan-bangunan penunjang bangunan, termasuk di dalamnya prasarana-prasarana pendukung bangunan harus direncanakan secara terintegrasi dengan sistem prasarana lingkungan sekitar
Sarana dan prasarana pendukung harus menjamin bahwa pemanfaatan bangunan tersebut tidak mengganggu bangunan gedung lain dan lingkungan sekitarnya
Bangunan gedung harus direncanakan dan dirancang sebaik-baiknya sehingga menjamin fungsi bangunan juga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh semua orang, termasuk penyandang cacat dan warga usia lanjut.
Perluasan bangunan induk, jika sifatnya semi permanen maka sebaiknya terpisah secara struktural, untuk mencegah kerusakan parah pada saat gempa akibat sambungan struktur lama dan struktur baru yang tidak rigid.
Untuk mengantisipasi keamanan struktur, maka pada saat awal pembuatan bangunan, sudah dipikirkan bentuk perluasan yang memungkinkan di masa mendatang, terutama terhadap jarak bangunan dengan batas lahan dan
bangunan tetangga dan bangunan sekitarnya
Secara umum struktur bangunan utama harus mempunyai daya tahan terhadap gempa.
Jika akan merubah tatanan ruang, maka yang dapat dimodifikasi adalah bagian yang bukan merupakan struktur utama, melainkan bagian pengisi (non struktural) misalnya partisi di dalam bangunan.
Jika bangunan rumah akan diperluas, maka struktur perluasan rumah dapat terpisah (tidak rigid dengan bangunan lama) atapun menyatu (rigid) dengan bangunan lama. Jika bangunan akan diperluas dengan bahan dan sistem struktur
yang berbeda, maka struktur bangunan baru harus dipisah dari struktur bangunan yang lama.
Jika bangunan akan diperluas dengan bahan dan pola struktur yang sama dengan bangunan lama, maka dapat dibuat menyatu dengan metoda sambungan yang tepat.
Untuk kavling yang luas, bangunan dibangun tidak berhimpit dengan batas lahan, melainkan pada tengah lahan sehingga masih memungkinkan untuk dikembangkan.
Untuk kavling kecil, ditentukan garis sempadan bangunan depan dan belakang, sedangkan samping bangunan diijinkan berimpit dengan bangunan tetangga tetapi terpisah secara struktural.
Batas depan dan belakang bangunan harus mengikuti aturan garis sempadan yang berlaku dimana sangat bergantung pada lebar jalan yang ada di depannya.
Bagian lahan yang tidak terdapat bangunan harus disisakan untuk ruang terbuka hijau dan areal limpasan air hujan.
Ruang-ruang di dalam bangunan harus cukup mendapat penerangan dan penghawaan alami, sehingga posisi ruang dalam diupayakan selalu berhubungan dengan ruang luar di sekitarnya dalam jarak yang cukup memadai
Pada bangunan rumah induk, struktur utama harus tahan gempa dengan variasi bahan berupa beton bertulang atau kayu kelas kuat yang memadai. Disarankan untuk menghindari pemakaian bahan logam yang mudah berkarat (corosive
material) pada daerah pantai yang dekat dengan laut.
`Pemakaian bahan konstruksi baja dan besi diperkenankan dengan syarat memenuhi standar konstruksi tahan gempa.
Sedangkan untuk bagian pengisi non struktural (dinding luar, penyekat ruang) dapat memakai bahan lainnya seperti papan, batu bata, batako, sesek dan sebagainya.
Khusus untuk bahan fibercement, asbes, calsiboard, disaranakan untuk tidak dipakai pada dinding luar bangunan.
Fungsi bangunan juga menentukan material yang akan dipakai. Bangunan rumah lebih ditekankan pada aspek struktural dan estetika, sedangkan bangunan untuk servis (dapur dan KM/WC) lebih ditekankan pada aspek kualitas sanitasi
lingkungan.
Sesederhana apapun bahan bangunannya, maka yang tidak boleh diabaikan adalah faktor kekuatan struktur, keamanan bangunan dan kenyamanan ruang dalam batas tertentu.
SNI 03-6389-2000 tentang Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung
Penggunaan material diprioritaskan pada aspek struktur utama dimana telah dipersyaratkan harus tahan gempa.
Untuk bagian non struktural utama, pemakaian bahan diarahkan pada bahan yang mudah didapat, mudah perawatan dan cukup ketersediaannya di pasaran sebagai stock cadangan untuk perbaikan bila terjadi kerusakan.
Bahan bangunan yang dipakai sedapat mungkin menjamin keselamatan penghuni dari bahaya bencana alam, petir dan akibat kesalahan teknik pemanfaatan dan pemasangan bahan.
Bahan bangunan yang dipakai sedapat mungkin juga dihindari dari bahan-bahan yang membahayakan kesehatan penghuni dari pengaruh kimiawi.
Pemakaian material yang berbeda harus memperhatikan teknik penyambungan antar bahan jika menyangkut sistem struktur bangunan, untuk menghindari pengurangan kekuatan struktur utama bangunan.
Secara umum struktur rumah panggung dengan berbagai variasi ketinggian lantai, dan bangunan di atas tanah
Pondasi struktur utama berupa plat beton setempat atau menerus, pondasi batu keras, kombinasi dengan bor pile.
Struktur kolom dan balok menggunakan material beton bertulang ataupun kayu kelas kuat yang memadai.
Struktur atap memakai sistem rangka dengan bahan utama kayu dan penutup atap seng gelombang, atau bahan lain yang sejenis seperti metal sheet, folding plat dan sejenisnya.
Dinding luar dan dalam dapat memakai bahan pengisi, mulai dari yang masif seperti batu-bata, batako sampai dengan bahan yang ringan seperti papan kayu, sesek bambu, fibercement.
Untuk lantai bangunan dapat berupa plat lantai beton ataupun dengan lantai papan rangka kayu.
Karakter struktur utama pada bangunan tradisional lebih didominasi oleh pemakaian balok kayu dengan sistem struktur rangka portal sederhana.
Karakter struktur utama pada bangunan modern lebih variatif karena didukung oleh teknologi bahan yang telah berkembang seperti beton bertulang, rangka baja anti karat, aluminium dan sejenisnya.

Draft Matriks - 6
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN

ZONE I

ZONE II

ZONE III

ZONE IV

1.2.2. RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


a.

Fungsi-fungsi ruang terbuka hijau (RTH)


dalam satu lingkungan permukiman/
gampong

b.

Jenis-jenis ruang terbuka hijau yang perlu


disediakan dalam satu lingkungan
permukiman/gampong

c.

Luas maksimum dan minimum ruang


terbuka hijau

Lokasi penanaman vegetasi untuk kepentingan


ekologis, keamanan, ekonomi dan estetika.
Disertai daerah penyangga/buffer yaitu hutan
mangrove pada kawasan sempadan pantai, kawasan
pemanfaatan terbatas, dan jalan lingkar pulau dengan
ketinggian > 3.
Hutan mangrove, taman dan rekreasi

Kedalaman lebih kurang 100 meter sepanjang pesisir


pantai ke arah daratan
Taman dibuat pada setiap satu lingkungan lorong
Bangunan non rumah tinggal harus memiliki Koefisien
Daerah Hijau minimum 30%

Lokasi penanaman vegetasi penyangga untuk


kepentingan ekologis, ekonomi maupun estetika
Kawasan permukiman perlu menyediakan RTH
berupa taman lingkungan, pekarangan, hutan
produksi, ruang budidaya

Diperuntukkan untuk daerah penanaman di kota / wilayah / halaman yang berfungsi untuk kepentingan ekologis,
sosial, ekonomi, ameniti maupun estetika
Berupa kawasan lindung, taman kota, pekarangan, sarana olah raga, rekreasi dengan memperhatikan perencanaan
kota yang telah ada

Pekarangan, taman permukiman terbatas, tambak


Tanaman pohon kelapa, pinang dan lainnya yang
mempunyai karakter sama, pada pekarangan
merupakan tanaman penyelamat terhadap bencana.
Pada setiap persil bangunan rumah pada satu luasan
permukiman/ gampong
Dikelilingi ruang terbuka budidaya
pertambakan/pertanian
Taman dibuat pada setiap satu lingkungan lorong
Bangunan non rumah tinggal harus memiliki Koefisien
Daerah Hijau minimum 30%

Pekarangan, taman, lapangan olah raga, bermain anak, hutan lingkungan, makam, kolam peresapan air hujan

Di sekitar lokasi yang memiliki aktivitas tinggi dengan luas ruang terbuka terhadap luas kawasan perumahan lebih
kurang 30 % - 50 %
Taman dibuat pada setiap satu lingkungan lorong
Bangunan non rumah tinggal harus memiliki Koefisien Daerah Hijau minimum 30%
Standar luasan RTH berdasarkan jumlah penduduk (250 jiwa, 2500 jiwa, 30.000 jiwa dan 120.000 jiwa) mengacu
pada:
SNI tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan di Perkotaan

1.2.3. SIRKULASI, PERTANDAAN DAN PENCAHAYAAN RUANG LUAR BANGUNAN


a.
b.

Lokasi pintu masuk-keluar bangunan ke


lingkungan:
Lokasi pintu masuk-keluar dari
lingkungan ke kawasan:

c.

Pola sirkulasi jalan

d.

Fasilitas parkir

e.

Pemisahan jalan

f.

Perletakan sarana keamanan dan


keselamatan lingkungan

g.

Perletakan tanda dan rambu lalu-lintas


dan rambu keselamatan:
Perletakan pencahayaan buatan pada:
- Sempadan Jalan

h.

- RTH
- Sarana Umum lainnya

Terdapat sekurangnya 2 pintu keluar-masuk pada satu bangunan


Akses pintu masuk dan keluar bangunan mudah dicapai dan berada di dua sisi bangunan yang berbeda
Terdapat sekurangnya 1 jalan keluar-masuk
Terdapat sekurangnya 2 jalan keluar-masuk lingkungan ke arah zona lingkungan tetangganya
lingkungan ke arah daratan
Lokasi mudah dicapai dari semua sisi lingkungan
Lokasi mudah dicapai dari semua sisi lingkungan
Berbentuk pita, dari jalan lingkungan terhubung langsung ke jalan lokal, kolektor, dan/atau primer ke arah dataran
Berbentuk pita, dari jalan lingkungan terhubung langsung ke jalan lokal, kolektor, dan/atau primer.
lebih tinggi.
Pola cluster dan cul-de-sac terhubung dengan jalan penyelamatan (utama lingkungan, kolektor, lokal)
Pola cluster dan cul-de-sac terhubung dengan jalan penyelamatan (utama lingkungan, kolektor, lokal) ke arah
dataran lebih tinggi
Tidak menggunakan badan jalan dan pedestrian pejalan kaki
Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas lingkungan
Bangunan non-rumah tinggal wajib menyediakan area parkir kendaraan yang proporsional terhadap luas lantai bangunan (sesuai standar teknis parkir yang berlaku)
Jalur kendaraan harus terpisah dengan jalur pedestrian pejalan kaki
Jalur kendaraan harus dilengkapi dengan jalur hijau:
Jalan masuk utama lingkungan kendaraan dua arah dipisahkan dengan median jalur hijau
Jalan gang/lingkungan dilengkapi jalur hijau pada sisi kiri dan kanan bahu jalan
Terutama pada bagian pintu masuk-keluar lingkungan
Pada titik bebas pandang sebelum masuk daerah peringatan
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab III Arsitektur dan Lingkungan (p.30)

Setiap jarak < 50 meter


Memperhatikan karakter lingkungan, fungsi dan arsitektur bangunan dan estetika amenity
Memberikan penerangan pada seluruh badan dan sempadan jalan dengan baik dan memperhatikan aspek operasi dan pemeliharaan
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab III Arsitektur dan Lingkungan (p.30)
Setiap jarak < 50 meter, sesuai kebutuhan standar jenis RTH
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab III Arsitektur dan Lingkungan (p.30)

1.2.4. TATA LETAK BANGUNAN


a.

Bentuk tatanan bangunan dalam satu


lingkungan pada arsitektur tradisional
NAD dan arsitektur lainnya yang ada

Bangunan dan kegiataan yang berlangsung didalamnya tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi
lindung kawasan, dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum yang ada
Setiap lorong harus memiliki jalan darurat diantara bangunannya sebagai akses penyelamatan bagi penghuni

Bangunan dan kegiataan yang berlangsung didalamnya tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi
lindung kawasan, dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum yang ada. Bangunan boleh ditambah/diperluas ke
arah horizontal dan vertikal hingga mencapai KDB dan KLB yang dipersyaratkan masing-masing daerah.
Setiap lorong harus memiliki jalan darurat diantara bangunannya sebagai akses penyelamatan bagi penghuni

Draft Matriks - 7
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

URAIAN

b.

Orientasi tatanan permukiman terhadap


kaidah agama, tradisi, topografi, orientasi
matahari, arah angin, pola jalan, sungai
dan elemen-elemen alam dan buatan lain
yang membentuknya
Kelengkapan Gampong

c.

1.3. PENGELOLAAN DAMPAK


LINGKUNGAN
1.

2.

Dampak Penting

Ketentuan UPL dan UKL

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

ZONE I

ZONE II

ZONA IV

Rumoh-rumoh berfilosofi adat tradisional Aceh sebaiknya ditata dengan orientasi membujur dari timur ke barat (mengarah kiblat), sedangkan rumah-rumah non-tradisional ditata dengan orientasi sesuai pola jalan, lorong, gang, elemenelemen alam dan buatan
Bangunan meunasah sebaiknya membujur ke arah utara-selatan
Bangunan non rumah tinggal ditata menurut topografi dan orientasi jalan
Tidak menghalangi pandangan lalu lintas, tidak menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan umum, keseimbangan/ kelestarian dan kesehatan lingkungan
Minimum sebuah meunasah dan kelengkapan sarana lingkungan minimum sesuai dengan Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001

PERSYARATAN
a. Setiap kegiatan dalam pembangunan permukiman yang diperkirakan menimbulkan dampak besar dan penting harus dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
b. Kewajiban mengadakan kajian AMDAL tergantung masing-masing tipologi kota

c. Setiap kegiatan dalam bangunan dan atau lingkungannya yang menimbulkan dampak tidak penting terhadap lingkungan, atau
secara teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya, tidak perlu dilengkapi dengan AMDAL, tetapi diharuskan melakukan
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
d. Kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan adalah bila rencana kegiatan tersebut
akan berpengaruh pada :
(a) Jumlah manusia terkena dampak
(b) luas wilayah persebaran dampak
(c) intensitas dan lamanya dampak berlangsung
(d) banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
(e) sifat kumulatif dampak
berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversiblenya) dampak
a. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam
pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 86 Tahun 2002.
b. Dalam UKL dan UPL harus diuraikan informasi mengenai :
- identitas pemrakarsa rencana usaha atau kegiatan;
- rencana usaha atau kegiatan;
- dampak lingkungan yang akan terjadi
- program pengelolaan dan pemantauan lingkungan;

3.

ZONA III

berdasarkan Keputusan MENLH no.17 Tahun 2001.


diperhitungkan berdasarkan tingkat pembebasan lahan, daya dukung lahan meliputi daya dukung tanah,
kapasitas resapan air tanah, tingkat bangunan per hektar, dan lain-lain, tingkat kebutuhan air sehari-hari,
limbah yang dihasilkan sebagai akibat hasil kegiatan perumahan dan pemukiman, efek pembangunan
terhadap lingkungan sekitar (mobilisasi material dan manusia), serta koefisien dasar bangunan (KDB)
dan koefisien luas bangunan (KLB).

meliputi nama, lokasi, skala usaha atau kegiatan, garis besar rencana usaha dan atau kegiatan
meliputi kegiatan yang menjadi sumber dampak, jenis dan besaran dampak, serta hal lain yang perlu
disampaikan untuk menjelaskan dampak yang akan terjadi
meliputi langkah-langkah untuk mencegah dan mengelola dampak termasuk upaya menangani kedaan
darurat, kegiatan pemantauan untuk mengetahui efektifitas pengelolaan dan ketaatan terhadap
peraturan lingkungan hidup dan tolok ukur yang digunakan untuk mengetahui efektifitas pengelolaan;

- tanda tangan dan cap usaha dari penanggung jawab usaha atau kegiatan.
Persyaratan Teknis Pengelolaan Dampak Lingkungan

Draft Matriks - 8
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
a.

Persyaratan bangunan

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

(a) Untuk mendirikan bangunan yang menurut fungsinya menggunakan, menyimpan memproduksi, mengolah bahan mudah
meledak dan mudah terbakar, korosif, toksik (beracun), reaktif, infeksius dan radioaktif, dapat diberikan ijin apabila :
- Merupakan daerah bebas banjir, dan
- Jarak antara lokasi pengolahan dan lokasi fasilitas umum minimal 50 meter.
- Pada jarak paling dekat 150 meter dari jalan utama/jalan tol dan 50 meter untuk jalan lainnya;
- Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah pemukiman, perdagangan, rumah sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan
sosial, hotel, restoran, fasilitas keagamaan dan pendidikan;
- Pada jarak paling dekat 300 meter dari garis pasang naik laut, sungai, daerah pasang surut, kolam, danau, rawan, mata air
dan sumur penduduk;
- Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah yang dilindungi (cagar alam, hutan lindung dan lain-lainnya).
(b) Pada bangunan yang menggunakan kaca pantul pada tampak bangunan, sinar yang dipantulkan tidak boleh melebihi 24% dan
memperhatikan tata letak serta orientasi bangunan terhadap matahari.

Draft Matriks - 9
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

PERSYARATAN

1.3. PENGELOLAAN DAMPAK


LINGKUNGAN

b.

c.

3.

Persyaratan Pelaksanaan Konstruksi

Pembuangan Limbah Cair dan Padat

Pengelolaan Daerah Bencana

(c) Bangunan yang menurut fungsinya memerlukan pasokan air bersih dengan debit > 5L/detik atau > 500 m3/hari dan akan
mengambil sumber air tanah dangkal dan atau air tanah dalam (deep well) harus mendapatkan ijin dari dinas terkait yang
bertanggung jawab serta menggunakan hanya untuk keperluan darurat atau alternatif dari sumber utama PDAM.
(d) Guna mengurangi limpasan air, maka setiap tapak bangunan gedung harus dilengkapi dengan saluran drainase tersier dan
sekunder yang akan dihubungkan dengan saluran drainase primer untuk dibung ke badan air.
(e) Jika muka air tanah rendah maka dapat digunakan sumur resapan yang berfungsi untuk menampung limpasan air hujan guna
menambah cadangan air tanah.
(a) Apabila bangunan yang menurut fungsinya akan membangkitkan LHR >= 60 SMP per 1000 feet2 luas lantai, maka rencana
teknis sistem jalan akses keluar masuk bangunan gedung harus mendapat ijin dari dinas teknis yang berwenang
(b) Setiap kegiatan konstruksi yang menimbulkan genangan baru sekitar tapak bangunan harus dilengkapi dengan saluran
drainase yang nantinya dapat dibuat permanen dan menjadi bagian sistem drainase yang ada.
(c) Setiap kegiatan pelaksanaan konstruksi yang dapat menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas umum harus dilengkapi
dengan rambu-rambu lalu lintas yang dioperasikan dan dikendalikan oleh tim pengatur lampu lalu lintas.
(d) Penggunaan hammer pile untuk pemancangan pondasi hanya diijinkan bila tidak ada bangunan rumah yang rawan keretakan
dan tidak meimbulkan kebisingan yang menggangu masyarakat sekitar.
(e) Penggunaan peralatan konstruksi yang diperkirakan menimbulkan keretakan bangunan sekelilingnya harus dilengkapi dengan
kolam peredam getaran.
(f) Setiap kegiatan pengeringan (dewatering) yang menimbulkan kekeringan sumur penduduk harus memperhitungkan pemberian
kompensasi berupa penyediaan air bersih kepada masyarakat selama pelaksanaan kegiatan, atau sampai sumur penduduk
pulih seperti semula.
(g) Kegiatan konstruksi yang berpotensi menghasilkan debu harus melakukan penyiraman pada waktu tertentu untuk menghindari
penyebaran debu yang dihasilkan dari kegiatan tersebut.
(a) Setiap bangunan yang menghasilkan limbah cair dan padat atau buangan lainnya yang dapat menimbulkan pemcemaran air
dan tanah harus dilengkapi sarana pengumpulan dan pengolahan limbah sebelum dibuang ke tempat pembuangan yang
diijinkan dan atau ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
(b) Sarana pengumpulan dan pengolahan air limbah harus dipelihara secara berkala untuk menjamin kualitas effluen yang
memenuhi standar baku mutu limbah cair.
(c) Sampah :
- harus dipisahkan antara sampah basah dan sampah kering.
- pengangkutan sampah basah dilakukan berdasarkan jenisnya

a.
b.
c.
d.
e.

- sampah basah setiap hari atau maksimal setiap dua hari sekali untuk menjamin agar tidak timbul bau
dan menjadi sarang penyakit.
- sampah kering maksimal setiap tiga hari sekali agar tidak terjadi penumpukan sampah yang
mengganggu kesehatan lingkungan bangunan gedung.

Suatu daerah dapat ditetapkan sebagai daerah bencana, daerah banjir, dan yang sejenisnya.
Pada daerah bencana sebagaimana dimaksud pada butir a dapat ditetapkan larangan membangun atau menetapkan tata cara
dan persyaratan khusus di dalam membangun, dengan memperhatikan keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan.
Lingkungan bangunan yang mengalami kebakaran dapat ditetapkan sebagai daerah tertutup dalam jangka waktu tertentu,
dibatasi, atau dilarang membangun bangunan.
Bangunan-bangunan pada lingkungan bangunan yang mengalami bencana, dengan memperhatikan keamanan, keselamatan
dan kesehatan, dapat diperkenankan mengadakan perbaikan darurat, bagi bangunan yang rusak atau membangun bangunan
sementara untuk kebutuhan darurat dalam batas waktu penggunaan tertentu dan dapat dibebaskan dari izin.
Daerah sebagaimana dimaksud pada butir a dapat ditetapkan sebagai daerah peremajaan kota.

Draft Matriks - 10
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

2. Persyaratan Teknis Keandalan Bangunan Gedung


2.1. Persyaratan Keselamatan
2.1.1. Persyaratan Struktur
Jenis dan Persyaratan Pondasi Berdasarkan Zoning Gempa dan Karakteristik Tanah / Batuan
No

Zonasi
Gempa

A ).Tanah berkohesi
( Lempung, Lanau )
a. Rumah Tinggal

Zona 4 Jenis Pondasi :

A.2.a ( Pondasi setempat batu kali ) atau


a max A.1.a ( Pondasi menerus batu kali )
0.20 g Dengan catatan :
1) Harus ada interkoneksi antara sloof dan pondasi
dengan pemberian anchor.
2) Sekeliling pondasi harus menumpu pada tanah pasir yang
bergradasi baik dan berbutir kasar.
3) Dimensi pondasi harus dihitung dengan bearing capacity
sesuai teori mekanika tanah yang baku.
4) Kedalaman dasar pondasi (D) min = 1.5 m dan lebar dasar
pondasi ( B) min = 1.0 m ( berlaku untuk medium clay keatas)
5) Untuk kondisi very soft dan soft harus dilakukan perbaikan
tanah dahulu.
Zona 5 Jenis Pondasi A.2.b ( Pondasi setempat beton )

a max Dengan catatan :


1) Harus ada interkoneksi antara sloof dan pondasi
0.25 g
dengan pemberian anchor.
2) Sekeliling pondasi harus menumpu pada tanah pasir yang
bergradasi baik dan berbutir kasar.
3) Dimensi pondasi harus dihitung dengan bearing capacity
sesuai teori mekanika tanah yang baku.
4) Kedalaman dasar pondasi (D) min = 1.5 m dan lebar dasar
pondasi ( B) min = 1.0 m ( berlaku untuk medium clay keatas)
5) Untuk kondisi very soft dan soft harus dilakukan perbaikan
tanah dahulu.

Zona 6 Jenis Pondasi A.1.b ( Pondasi menerus beton )


Dengan catatan :
1) Harus ada interkoneksi antara sloof dan pondasi
a max
dengan pemberian anchor.
0.30 g 2) Sekeliling pondasi harus menumpu pada tanah pasir yang
bergradasi baik dan berbutir kasar.
3) Dimensi pondasi harus dihitung dengan bearing capacity
sesuai teori mekanika tanah yang baku.
4) Kedalaman dasar pondasi (D) min = 1.5 m dan lebar dasar
pondasi ( B) min = 1.0 m ( berlaku untuk medium clay keatas)
5) Untuk kondisi very soft dan soft harus dilakukan perbaikan
tanah dahulu.

b.Gedung ( > 3 lt)

Jenis Tanah
B). Tanah tak berkohesi
( Pasir, Kerikil )
a). Rumah Tinggal

C) Batuan
b) Gedung ( > 3 lt)

Rumah Tinggal

Jenis Pondasi :
B.1. Mikropile/minipile
B.2.a. ( Tiang Bor Beton )
B.3. ( Sumuran / Caisson )
Catatan :
1) Tiang harus berfungsi sebagai
extension dan compression pile
2) Tiang harus mampu menerima
gaya horisontal dan vertikal
3) Dimensi dan kedalaman pondasi
harus dihitung berdasarkan
ketentuan yang berlaku

Jenis Pondasi :
A.2.a ( Pondasi setempat batu kali ) atau
A.1.a ( Pondasi menerus batu kali )
Dengan catatan :
1) Harus ada interkoneksi antara sloof dan pondasi
dengan pemberian anchor.
2) Sekeliling pondasi harus menumpu pada tanah pasir yang
bergradasi baik dan berbutir kasar.
3) Dimensi pondasi harus dihitung dengan bearing capacity
sesuai teori mekanika tanah yang baku.
4) Kedalaman dasar pondasi (D)min.= 0.7 m dan lebar dasar
pondasi (B) minimum = 0.7 m

Jenis Pondasi :
B.1. ( Mikropile/minipile) atau
B.2.a. (Tiang Bor Beton )
Catatan :
1) Tiang harus berfungsi sebagai
extension dan compression pile
2) Tiang harus mampu menerima
gaya horisontal dan vertikal
3) Dimensi dan kedalaman pondasi
harus dihitung berdasarkan
ketentuan yang berlaku

Jenis Pondasi :
A.2.a( Pondasi setempat batu kali ) atau
A.1.a ( Pondasi menerus batu kali )
Dengan catatan :
1) Harus ada interkoneksi antara sloof dan pondasi
dengan pemberian anchor.
2) Sekeliling pondasi harus menumpu pada tanah pasir yang
bergradasi baik dan berbutir kasar.
3) Dimensi pondasi harus dihitung dengan bearing capacity
sesuai teori mekanika tanah yang baku.

Jenis Pondasi:
C.1.a (T. Pancang
Catatan :
1) Tiang harus be
extension dan
2) Tiang harus ma
gaya horisonta
3) Dimensi dan ke
harus dihitung
ketentuan yan
4) Disarankan Hyd
dgn kapasitas

Jenis Pondasi :
B.2.a.(Tiang Bor Beton)
C.1.c ( Tiang pancang beton tanpa
mandrel )
Catatan :
1) Tiang harus berfungsi sebagai
extension dan compression pile
2) Tiang harus mampu menerima
gaya horisontal dan vertikal
3) Dimensi dan kedalaman pondasi
harus dihitung berdasarkan
ketentuan yang berlaku

Jenis Pondasi A.2.b ( Pondasi setempat beton )

Jenis Pondasi:
B.2.a ( Tiang Bor Beton)
Catatan :
1) Tiang harus berfungsi sebagai
extension dan compression pile
2) Tiang harus mampu menerima
gaya horisontal dan vertikal
3) Dimensi dan kedalaman pondasi
harus dihitung berdasarkan
ketentuan yang berlaku

Jenis Pondasi:
A.2.b ( Pondasi setempat beton )
Dengan catatan :
1) Harus ada interkoneksi antara sloof dan pondasi
dengan pemberian anchor.
2) Sekeliling pondasi harus menumpu pada tanah pasir yang
bergradasi baik dan berbutir kasar.
3) Dimensi pondasi harus dihitung dengan bearing capacity
sesuai teori mekanika tanah yang baku.

Jenis Pondasi:
C.1.a (T. Pancang
Catatan :
1) Tiang harus be
extension dan
2) Tiang harus ma
gaya horisonta
3) Dimensi dan ke
harus dihitung
ketentuan yan
4) Disarankan Hyd
dgn kapasitas

Jenis Pondasi:
C.1.e. ( Tiang Pancang Baja Profil)
dgn Beton
Catatan :
1) Tiang harus berfungsi sebagai
extension dan compression pile
2) Tiang harus mampu menerima
gaya horisontal dan vertikal
3) Dimensi dan kedalaman pondasi
harus dihitung berdasarkan
ketentuan yang berlaku

Jenis Pondasi: A.1.b ( Pondasi menerus beton )


A.1.b ( Pondasi menerus beton )
Dengan catatan :
1) Harus ada interkoneksi antara sloof dan pondasi
dengan pemberian anchor.
2) Sekeliling pondasi harus menumpu pada tanah pasir yang
bergradasi baik dan berbutir kasar.
3) Dimensi pondasi harus dihitung dengan bearing capacity
sesuai teori mekanika tanah yang baku.

Jenis Pondasi:
C.1.d (Tiang Panc
C.2.b.( Tiang Baja
yang sudah dibor
Catatan :
1) Tiang harus be
extension dan
2) Tiang harus ma
gaya horisonta
3) Dimensi dan ke
harus dihitung
ketentuan yan
4) Disarankan Hyd
dgn kapasitas

Jenis Pondasi :
C.1.b ( Tiang Pancang Beton )
C.2.a. ( Tiang Bor Beton)
Catatan :
1) Tiang harus berfungsi sebagai
extension dan compression pile
2) Tiang harus mampu menerima
gaya horisontal dan vertikal
3) Dimensi dan kedalaman pondasi
harus dihitung berdasarkan
ketentuan yang berlaku

Dengan catatan :
1) Harus ada interkoneksi antara sloof dan pondasi
dengan pemberian anchor.
2) Sekeliling pondasi harus menumpu pada tanah pasir yang
bergradasi baik dan berbutir kasar.
3) Dimensi pondasi harus dihitung dengan bearing capacity
sesuai teori mekanika tanah yang baku.
4) Kedalaman dasar pondasi (D)min.= 0.7 m dan lebar dasar
pondasi (B) minimum = 0.7 m

Jenis Pondasi A.1.b ( Pondasi beton )


Dengan catatan :
1) Harus ada interkoneksi antara sloof dan pondasi
dengan pemberian anchor.
2) Sekeliling pondasi harus menumpu pada tanah pasir yang
bergradasi baik dan berbutir kasar.
3) Dimensi pondasi harus dihitung dengan bearing capacity
sesuai teori mekanika tanah yang baku.
4) Kedalaman dasar pondasi (D)min.= 0.7 m dan lebar dasar
pondasi (B) minimum = 0.7 m

Draft Matriks - 11
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Tabel Jenis Pondasi Struktur Bawah

Draft Matriks - 12
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Draft Matriks - 13
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

PERSYARATAN STRUKTUR
ZONA GEMPA 6
BANGUNAN RUMAH TINGGAL (Non Engineering Building Structures)
ZONA6
NO.

URAIAN
R < 5 KM

1
2
3

Persyaratan Umum
Jumlah lantai
Type rumah

4
5
6
7
8
9
10
11
12

Pondasi
Sloof
Lantai
Sistim struktur utama
Kolom utama
Dinding pengisi
Ring balk
Balok latai
Sistem pengaku lateral

13
14
15
16
17

6.1

6.2

6.3

EL < 5 M

EL 5 - 15 M

EL > 15 M

5 < R < 20 KM

R > 20 KM

R < 5 KM

5 < R < 20 KM

R > 20 KM

R < 5 KM

5 < R < 20 KM

R > 20 KM

Pembuatan Bangunan Rumah Tinggal boleh dilakukan langsung oleh pemilik Bangunan atau dengan bantuan Tenaga Ahli di bidang struktur
Maksimum 1 lantai
Panggung dengan h
Panggung dengan h
Bukan Panggung
Bukan Panggung
Bukan Panggung
0,3 m
0,3 m
Umpak
Menerus
Umpak
Menerus
Menerus
kayu 6/12
beton/150x200/ 412/8-150
kayu 6/12
beton/150x200/ 412/8-150
beton/150x200/ 412/8-151
kayu papan 5/20
rabat beton
kayu papan 5/20
rabat beton
rabat beton
rangka kayu
rangka beton
rangka kayu
rangka beton
rangka beton
kayu 6/12
beton/150x150/ 412/8-150
kayu 6/12
beton/150x150/ 412/8-150
beton/150x150/ 412/8-150
kayu papan 2/20
batubata
kayu papan 2/20
batubata
batubata
kayu 6/12
beton/150x150/ 412/8-150
kayu 6/12
beton/150x150/ 412/8-150
beton/150x150/ 412/8-150
Harus dipasang pada tiap bukaan
batang diagonal, skoor
batang diagonal, skoor
kolom pengaku (tiap luasan 6 m2)
kolom pengaku (tiap luasan 6 m2)
kolom pengaku (tiap luasan 6 m2)
(kayu 5/10)
(kayu 5/10)
rangka kayu
kayu 5/10
Boleh dipasang
kayu 5/10
Boleh dipasang
kayu 5/10
Boleh dipasang
idealnya eternit
kaku/rigid

Struktur atap
Ikatan angin
Penutup atap
Sistem sambungan
Hubungan antara elemen
paku, pen, angker
angker dan penjangkaran tulangan
paku, pen, angker
angker dan penjangkaran tulangan
bangunan
18 Type semen
PPC/Type V
Type I
PPC/Type V
Type I
19 Komposisi beton
Minimal 1 pc: 2 ps:3 kr: 1/2 air
20 Komposisi spesi
Minimal 1 pc: 3 ps
21 Kelas kuat kayu
Min kls III
Note : Kolom pengaku dibuat sama dengan kolom utama
Balok latai dibuat sama dengan ring balk
Beton/150x150/412/8-150 = ukuran 150x150 mm2/penulangan utama/sengkang
Bangunan 1 lantai dengan bentang (jarak antar kolom yang cukup besar) dikategorikan bangunan gedung teknis (engineering building structures)

angker dan penjangkaran tulangan


PPC/Type V

Type I

Draft Matriks - 14
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

PERSYARATAN STRUKTUR
ZONA GEMPA 5
BANGUNAN RUMAH TINGGAL (Non Engineering Building Structures)
NO.

URAIAN

1
2
3

Persyaratan Umum
Jumlah lantai
Type rumah

4
5
6
7
8
9
10
11
12

Pondasi
Sloof
Lantai
Sistim struktur utama
Kolom utama
Dinding pengisi
Ring balk
Balok latai
Sistem pengaku lateral

13
14
15
16
17

ZONA5
5.1
5.2
5.3
EL < 5 M
EL 5 - 15 M
EL > 15 M
R < 5 KM
5 < R < 20 KM
R > 20 KM
R < 5 KM
5 < R < 20 KM
R > 20 KM
R < 5 KM
5 < R < 20 KM
R > 20 KM
Pembuatan Bangunan Rumah Tinggal boleh dilakukan langsung oleh pemilik Bangunan atau dengan bantuan Tenaga Ahli di bidang struktur
Maksimum 1 lantai
Panggung dengan h
Panggung dengan h
Bukan Panggung
Bukan Panggung
Bukan Panggung
0,3 m
0,3 m
Umpak
Menerus
Umpak
Menerus
Menerus
kayu 6/12
beton/150x200/ 412/8-150
kayu 6/12
beton/150x200/ 412/8-150
beton/150x200/ 412/8-151
kayu papan 5/20
rabat beton
kayu papan 5/20
rabat beton
rabat beton
rangka kayu
rangka beton
rangka kayu
rangka beton
rangka beton
kayu 6/12
beton/150x150/ 412/8-150
kayu 6/12
beton/150x150/ 412/8-150
beton/150x150/ 412/8-150
kayu papan 2/20
batubata
kayu papan 2/20
batubata
batubata
kayu 6/12
beton/150x150/ 412/8-150
kayu 6/12
beton/150x150/ 412/8-150
beton/150x150/ 412/8-150
Harus dipasang pada tiap bukaan
batang diagonal, skoor
batang diagonal, skoor
kolom pengaku (tiap luasan 6 m2)
kolom pengaku (tiap luasan 6 m2)
kolom pengaku (tiap luasan 6 m2)
(kayu 5/10)
(kayu 5/10)
rangka kayu
kayu 5/10
Boleh dipasang
kayu 5/10
Boleh dipasang
kayu 5/10
Boleh dipasang
idealnya eternit
kaku/rigid

Struktur atap
Ikatan angin
Penutup atap
Sistem sambungan
Hubungan antara elemen
paku, pen, angker
angker dan penjangkaran tulangan
paku, pen, angker
angker dan penjangkaran tulangan
bangunan
18 Type semen
PPC/Type V
Type I
PPC/Type V
Type I
19 Komposisi beton
Minimal 1 pc: 2 ps:3 kr: 1/2 air
20 Komposisi spesi
Minimal 1 pc: 3 ps
21 Kelas kuat kayu
Min kls III
Note : Kolom pengaku dibuat sama dengan kolom utama
Balok latai dibuat sama dengan ring balk
Beton/150x150/412/8-150 = ukuran 150x150 mm2/penulangan utama/sengkang
Bangunan 1 lantai dengan bentang (jarak antar kolom yang cukup besar) dikategorikan bangunan gedung teknis (engineering building structures)

angker dan penjangkaran tulangan


PPC/Type V

Type I

Draft Matriks - 15
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

PERSYARATAN STRUKTUR
ZONA GEMPA 4
BANGUNAN RUMAH TINGGAL (Non Engineering Building Structures)
NO.

URAIAN

1
2
3

Persyaratan Umum
Jumlah lantai
Type rumah

4
5
6
7
8
9
10
11
12

Pondasi
Sloof
Lantai
Sistim struktur utama
Kolom utama
Dinding pengisi
Ring balk
Balok latai
Sistem pengaku lateral

13
14
15
16
17

ZONA4
4.1
4.2
4.3
EL < 5 M
EL 5 - 15 M
EL > 15 M
R < 5 KM
5 < R < 20 KM
R > 20 KM
R < 5 KM
5 < R < 20 KM
R > 20 KM
R < 5 KM
5 < R < 20 KM
R > 20 KM
Pembuatan Bangunan Rumah Tinggal boleh dilakukan langsung oleh pemilik Bangunan atau dengan bantuan Tenaga Ahli di bidang struktur
Maksimum 1 lantai
Panggung dengan h
Panggung dengan h
Bukan Panggung
Bukan Panggung
Bukan Panggung
0,6 m
0,6 m
Umpak
Menerus
Umpak
Menerus
Menerus
kayu 6/12
beton/150x200/ 412/8-150
kayu 6/12
beton/150x200/ 412/8-150
beton/150x200/ 412/8-151
kayu papan 5/20
rabat beton
kayu papan 5/20
rabat beton
rabat beton
rangka kayu
rangka beton
rangka kayu
rangka beton
rangka beton
kayu 6/12
beton/150x150/ 412/8-150
kayu 6/12
beton/150x150/ 412/8-150
beton/150x150/ 412/8-150
kayu papan 2/20
batubata
kayu papan 2/20
batubata
batubata
kayu 6/12
beton/150x150/ 412/8-150
kayu 6/12
beton/150x150/ 412/8-150
beton/150x150/ 412/8-150
Harus dipasang pada tiap bukaan
batang diagonal, skoor
batang diagonal, skoor
kolom pengaku (tiap luasan 9 m2)
kolom pengaku (tiap luasan 9 m2)
kolom pengaku (tiap luasan 9 m2)
(kayu 5/10)
(kayu 5/10)
rangka kayu
kayu 5/10
Boleh dipasang
kayu 5/10
Boleh dipasang
kayu 5/10
Boleh dipasang
idealnya eternit
kaku/rigid

Struktur atap
Ikatan angin
Penutup atap
Sistem sambungan
Hubungan antara elemen
paku, pen, angker
angker dan penjangkaran tulangan
paku, pen, angker
angker dan penjangkaran tulangan
bangunan
18 Type semen
PPC/Type V
Type I
PPC/Type V
Type I
19 Komposisi beton
Minimal 1 pc: 2 ps:3 kr: 1/2 air
20 Komposisi spesi
Minimal 1 pc: 3 ps
21 Kelas kuat kayu
Min kls III
Note : Kolom pengaku dibuat sama dengan kolom utama
Balok latai dibuat sama dengan ring balk
Beton/150x150/412/8-150 = ukuran 150x150 mm2/penulangan utama/sengkang
Bangunan 1 lantai dengan bentang (jarak antar kolom yang cukup besar) dikategorikan bangunan gedung teknis (engineering building structures)

angker dan penjangkaran tulangan


PPC/Type V

Type I

Draft Matriks - 16
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

PERSYARATAN STRUKTUR
ZONA GEMPA 3
BANGUNAN RUMAH TINGGAL (Non Engineering Building Structures)
NO.

URAIAN

1
2
3

Persyaratan Umum
Jumlah lantai
Type rumah

4
5
6
7
8
9
10
11
12

Pondasi
Sloof
Lantai
Sistim struktur utama
Kolom utama
Dinding pengisi
Ring balk
Balok latai
Sistem pengaku lateral

13
14
15
16
17

ZONA3
3.1
3.2
3.3
EL < 5 M
EL 5 - 15 M
EL > 15 M
R < 5 KM
5 < R < 20 KM
R > 20 KM
R < 5 KM
5 < R < 20 KM
R > 20 KM
R < 5 KM
5 < R < 20 KM
R > 20 KM
Pembuatan Bangunan Rumah Tinggal boleh dilakukan langsung oleh pemilik Bangunan atau dengan bantuan Tenaga Ahli di bidang struktur
Maksimum 1 lantai
Panggung dengan h >
Panggung dengan h >
Bukan Panggung
Bukan Panggung
Bukan Panggung
0,6 m
0,6 m
Umpak
Menerus
Umpak
Menerus
Menerus
kayu 6/12
beton/150x200/ 410/8-150
kayu 6/12
beton/150x200/ 410/8-150
beton/150x200/ 410/8-150
kayu papan 5/20
rabat beton
kayu papan 5/20
rabat beton
rabat beton
rangka kayu
rangka beton
rangka kayu
rangka beton
rangka beton
kayu 6/12
beton/150x150/ 410/8-150
kayu 6/12
beton/150x150/ 410/8-150
beton/150x150/ 410/8-150
kayu papan 2/20
batubata
kayu papan 2/20
batubata
batubata
kayu 6/12
beton/150x150/ 410/8-150
kayu 6/12
beton/150x150/ 410/8-150
beton/150x150/ 410/8-150
Harus dipasang pada tiap bukaan
batang diagonal, skoor
batang diagonal, skoor
kolom pengaku (tiap luasan 12 m2)
kolom pengaku (tiap luasan 12 m2)
kolom pengaku (tiap luasan 12 m2)
(kayu 5/10)
(kayu 5/10)
rangka kayu
kayu 5/10
Boleh dipasang
kayu 5/10
Boleh dipasang
kayu 5/10
Boleh dipasang
idealnya eternit
kaku/rigid

Struktur atap
Ikatan angin
Penutup atap
Sistem sambungan
Hubungan antara elemen
paku, pen, angker
angker dan penjangkaran tulangan
paku, pen, angker
angker dan penjangkaran tulangan
bangunan
18 Type semen
PPC/Type V
Type I
PPC/Type V
Type I
19 Komposisi beton
Minimal 1 pc: 2 ps:3 kr: 1/2 air
20 Komposisi spesi
Minimal 1 pc: 3 ps
21 Kelas kuat kayu
Min kls III
Note : Kolom pengaku dibuat sama dengan kolom utama
Balok latai dibuat sama dengan ring balk
Beton/150x150/410/8-150 = ukuran 150x150 mm2/penulangan utama/sengkang
Bangunan 1 lantai dengan bentang (jarak antar kolom yang cukup besar) dikategorikan bangunan gedung teknis (engineering building structures)

angker dan penjangkaran tulangan


PPC/Type V

Type I

Draft Matriks - 17
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

PERSYARATAN STRUKTUR
ZONA GEMPA 6
BANGUNAN GEDUNG (Engineering Building Structures)
NO.

6.1
EL < 5 M
5 < R < 20 KM

URAIAN
R < 5 KM

1
2
3
4

Persyaratan Umum
Jumlah lantai
Type BG
Sumbu Lay-out BG

5
6
7
8
9

Waktu getar alami


fundamental
Pondasi
Sloof
Sistim struktur utama
Kolom

10

Balok

11
12
13
14
15
16

Hubungan balok kolom


Balok Latai
Lantai
Sistem pengaku dinding
Dinding pengisi
Hubungan antara elemen
bangunan
Sistem sambungan
Struktur atap
Ikatan angin
Penutup atap
Type semen
Mutu beton
Tulangan Utama
Mutu baja
Kelas kuat kayu

17
18
19
20
21
22
23
24
25

R > 20 KM

ZONA GEMPA 6
6.2
EL 5 - 15 M
5 < R < 20 KM

R < 5 KM

R > 20 KM

6.3
EL > 15 M
5 < R < 20 KM

R < 5 KM

R > 20 KM

Pembuatan Bangunan Gedung wajib dilakukan dengan bantuan Tenaga Ahli di bidang Struktur
1
Bukan Panggung
Arah Sumbu
memanjang, tegak lurus
garis pantai

Arah Sumbu
memanjang, tegak lurus
garis pantai

Arah Sumbu Bebas

Arah Sumbu
memanjang, tegak lurus
garis pantai

Arah Sumbu Bebas

Arah Sumbu Bebas

< 0.15 x jumlah lantai


Plat, bored pile, tiang pancang
Beton (hb lb/16)
Rangka beton
Kk > Kb, beton (min
250x250), bulat lebih
baik
Beton (hb lb/12, bb
250)

Rangka beton, rangka baja


Kk > Kb, beton (min 250x250), baja
Beton (hb lb/12,bb 250), baja

Rangka beton
Rangka beton, rangka baja
Kk > Kb, beton (min
250x250), bulat lebih
Kk > Kb, beton (min 250x250), baja
baik
Beton (hb lb/12, bb
Beton (hb lb/12,bb 250), baja
250)
Mempunyai kekangan yang cukup dan mampu menyerap energi dissipasi

Rangka beton
Kk > Kb, beton (min
250x250), bulat lebih
baik
Beton (hb lb/12, bb
250)

Rangka beton, rangka baja


Kk > Kb, beton (min 250x250), baja
Beton (hb lb/12,bb 250), baja

Harus dipasang pada tiap bukaan


Plat beton h 100 mm
kolom pengaku (tiap luasan 6 m2)
Batu bata
baut, las, angker dan penjangkaran tulangan
Kaku/rigid
Rangka kayu, rangka baja
Kayu, baja

Boleh dipasang

Kayu, baja

Boleh dipasang

Kayu, baja

Boleh dipasang

Type I

PPC/Type V

Type I

Idealnya eternit
PPC/Type V

Type I

PPC/Type V

Harus dengan Mixed design dan mutu fc' > 20 MPa


Sebaiknya Ulir (deform)
Minimal 360 MPa

Min kls III


Note : Kolom pengaku dibuat sama dengan balok latai = beton/150x150/412/8-150 = ukuran 150x150 mm2/penulangan utama/sengkang
lb = bentang balok
(1/12 bb hb3)/lb
Kb = kekakuan balok =
(1/12 bk hk3)/lk
Kk = kekakuan kolom =
hb = tinggi balok
bb = lebar balok
Dimensi profil baja dan penulangan beton tergantung hasil analisa struktur
Bangunan 1 lantai dengan bentang (jarak antar kolom yang cukup besar) dikategorikan bangunan gedung teknis (engineering building structutres)
Untuk Zona R < 5 KM struktur utama dianjurkan memakai struktur beton. Boleh memakai struktur baja tetapi harus dilindungi terhadap bahaya korosi
Draft Matriks - 18
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

PERSYARATAN STRUKTUR
ZONA GEMPA 5
BANGUNAN GEDUNG (Engineering Building Structures)
NO.

5.1
EL < 5 M
5 < R < 20 KM

URAIAN
R < 5 KM

1
2
3
4

Persyaratan Umum
Jumlah lantai
Type BG
Sumbu Lay-out BG

5
6
7
8
9

Waktu getar alami


fundamental
Pondasi
Sloof
Sistim struktur utama
Kolom

10

Balok

11
12
13
14
15
16

Hubungan balok kolom


Balok Latai
Lantai
Sistem pengaku dinding
Dinding pengisi
Hubungan antara elemen
bangunan
Sistem sambungan
Struktur atap
Ikatan angin
Penutup atap
Type semen
Mutu beton
Tulangan Utama
Mutu baja
Kelas kuat kayu

17
18
19
20
21
22
23
24
25

R > 20 KM

ZONA GEMPA 5
5.2
EL 5 - 15 M
5 < R < 20 KM

R < 5 KM

R > 20 KM

5.3
EL > 15 M
5 < R < 20 KM

R < 5 KM

R > 20 KM

Pembuatan Bangunan Gedung wajib dilakukan dengan bantuan Tenaga Ahli di bidang Struktur
1
Bukan Panggung
Arah Sumbu
memanjang, tegak lurus
garis pantai

Arah Sumbu
memanjang, tegak lurus
garis pantai

Arah Sumbu Bebas

Arah Sumbu
memanjang, tegak lurus
garis pantai

Arah Sumbu Bebas

Arah Sumbu Bebas

< 0.16 x jumlah lantai


Plat, bored pile, tiang pancang
Beton (hb lb/16)
Rangka beton
Kk > Kb, beton (min
250x250), bulat lebih
baik
Beton (hb lb/12, bb
250)

Rangka beton, rangka baja


Kk > Kb, beton (min 250x250), baja
Beton (hb lb/12,bb 250), baja

Rangka beton
Rangka beton, rangka baja
Kk > Kb, beton (min
250x250), bulat lebih
Kk > Kb, beton (min 250x250), baja
baik
Beton (hb lb/12, bb
Beton (hb lb/12,bb 250), baja
250)
Mempunyai kekangan yang cukup dan mampu menyerap energi dissipasi

Rangka beton
Kk > Kb, beton (min
250x250), bulat lebih
baik
Beton (hb lb/12, bb
250)

Rangka beton, rangka baja


Kk > Kb, beton (min 250x250), baja
Beton (hb lb/12,bb 250), baja

Harus dipasang pada tiap bukaan


Plat beton h 100 mm
kolom pengaku (tiap luasan 6 m2)
Batu bata
baut, las, angker dan penjangkaran tulangan
Kaku/rigid
Rangka kayu, rangka baja
Kayu, baja

Boleh dipasang

Kayu, baja

Boleh dipasang

Kayu, baja

Boleh dipasang

Type I

PPC/Type V

Type I

Idealnya eternit
PPC/Type V

Type I

PPC/Type V

Harus dengan Mixed design dan mutu fc' > 20 MPa


Sebaiknya Ulir (deform)
Minimal 360 MPa
Min kls III

Note : Kolom pengaku dibuat sama dengan balok latai = beton/150x150/412/8-150 = ukuran 150x150 mm2/penulangan utama/sengkang
lb = bentang balok
(1/12 bb hb3)/lb
Kb = kekakuan balok =
(1/12 bk hk3)/lk
Kk = kekakuan kolom =
hb = tinggi balok
bb = lebar balok
Dimensi profil baja dan penulangan beton tergantung hasil analisa struktur
Bangunan 1 lantai dengan bentang (jarak antar kolom yang cukup besar) dikategorikan bangunan gedung teknis (engineering building structutres)
Untuk Zona R < 5 KM struktur utama dianjurkan memakai struktur beton. Boleh memakai struktur baja tetapi harus dilindungi terhadap bahaya korosi
Draft Matriks - 19
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

PERSYARATAN STRUKTUR
ZONA GEMPA 4
BANGUNAN GEDUNG (Engineering Building Structures)
NO.

4.1
EL < 5 M
5 < R < 20 KM

URAIAN
R < 5 KM

1
2
3
4

Persyaratan Umum
Jumlah lantai
Type BG
Sumbu Lay-out BG

5
6
7
8
9

Waktu getar alami


fundamental
Pondasi
Sloof
Sistim struktur utama
Kolom

10

Balok

11
12
13
14
15
16

Hubungan balok kolom


Balok Latai
Lantai
Sistem pengaku dinding
Dinding pengisi
Hubungan antara elemen
bangunan
Sistem sambungan
Struktur atap
Ikatan angin
Penutup atap
Type semen
Mutu beton
Tulangan Utama
Mutu baja
Kelas kuat kayu

17
18
19
20
21
22
23
24
25

R > 20 KM

ZONA GEMPA 4
4.2
EL 5 - 15 M
5 < R < 20 KM

R < 5 KM

R > 20 KM

4.3
EL > 15 M
5 < R < 20 KM

R < 5 KM

R > 20 KM

Pembuatan Bangunan Gedung wajib dilakukan dengan bantuan Tenaga Ahli di bidang Struktur
1
Bukan Panggung
Arah Sumbu
memanjang, tegak lurus
garis pantai

Arah Sumbu
memanjang, tegak lurus
garis pantai

Arah Sumbu Bebas

Arah Sumbu
memanjang, tegak lurus
garis pantai

Arah Sumbu Bebas

Arah Sumbu Bebas

< 0.17 x jumlah lantai


Plat, bored pile, tiang pancang
Beton (hb lb/16)
Rangka beton
Kk > Kb, beton (min
250x250), bulat lebih
baik
Beton (hb lb/12, bb
250)

Rangka beton, rangka baja


Kk > Kb, beton (min 250x250), baja
Beton (hb lb/12,bb 250), baja

Rangka beton
Rangka beton, rangka baja
Kk > Kb, beton (min
250x250), bulat lebih
Kk > Kb, beton (min 250x250), baja
baik
Beton (hb lb/12, bb
Beton (hb lb/12,bb 250), baja
250)
Mempunyai kekangan yang cukup dan mampu menyerap energi dissipasi

Rangka beton
Kk > Kb, beton (min
250x250), bulat lebih
baik
Beton (hb lb/12, bb
250)

Rangka beton, rangka baja


Kk > Kb, beton (min 250x250), baja
Beton (hb lb/12,bb 250), baja

Harus dipasang pada tiap bukaan


Plat beton h 100 mm
kolom pengaku (tiap luasan 9 m2)
Batu bata
baut, las, angker dan penjangkaran tulangan
Kaku/rigid
Rangka kayu, rangka baja
Kayu, baja

Boleh dipasang

Kayu, baja

Boleh dipasang

Kayu, baja

Boleh dipasang

Type I

PPC/Type V

Type I

Idealnya eternit
PPC/Type V

Type I

PPC/Type V

Harus dengan Mixed design dan mutu fc' > 20 MPa


Sebaiknya Ulir (deform)
Minimal 360 MPa
Min kls III

Note : Kolom pengaku dibuat sama dengan balok latai = beton/150x150/412/8-150 = ukuran 150x150 mm2/penulangan utama/sengkang
lb = bentang balok
(1/12 bb hb3)/lb
Kb = kekakuan balok =
(1/12 bk hk3)/lk
Kk = kekakuan kolom =
hb = tinggi balok
bb = lebar balok
Dimensi profil baja dan penulangan beton tergantung hasil analisa struktur
Bangunan 1 lantai dengan bentang (jarak antar kolom yang cukup besar) dikategorikan bangunan gedung teknis (engineering building structutres)
Untuk Zona R < 5 KM struktur utama dianjurkan memakai struktur beton. Boleh memakai struktur baja tetapi harus dilindungi terhadap bahaya korosi
Draft Matriks - 20
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

PERSYARATAN STRUKTUR
ZONA GEMPA 3
BANGUNAN GEDUNG (Engineering Building Structures)
NO.

3.1
EL < 5 M
5 < R < 20 KM

URAIAN
R < 5 KM

1
2
3
4

Persyaratan Umum
Jumlah lantai
Type BG
Sumbu Lay-out BG

5
6
7
8
9

Waktu getar alami


fundamental
Pondasi
Sloof
Sistim struktur utama
Kolom

10

Balok

11
12
13
14
15
16

Hubungan balok kolom


Balok Latai
Lantai
Sistem pengaku dinding
Dinding pengisi
Hubungan antara elemen
bangunan
Sistem sambungan
Struktur atap
Ikatan angin
Penutup atap
Type semen
Mutu beton
Tulangan Utama
Mutu baja
Kelas kuat kayu

17
18
19
20
21
22
23
24
25

R > 20 KM

ZONA GEMPA 3
3.2
EL 5 - 15 M
5 < R < 20 KM

R < 5 KM

R > 20 KM

3.3
EL > 15 M
5 < R < 20 KM

R < 5 KM

R > 20 KM

Pembuatan Bangunan Gedung wajib dilakukan dengan bantuan Tenaga Ahli di bidang Struktur
1
Bukan Panggung
Arah Sumbu
memanjang, tegak lurus
garis pantai

Arah Sumbu
memanjang, tegak lurus
garis pantai

Arah Sumbu Bebas

Arah Sumbu
memanjang, tegak lurus
garis pantai

Arah Sumbu Bebas

Arah Sumbu Bebas

< 0.18 x jumlah lantai


Plat, bored pile, tiang pancang
Beton (hb lb/16)
Rangka beton
Kk > Kb, beton (min
250x250), bulat lebih
baik
Beton (hb lb/12, bb
250)

Rangka beton, rangka baja


Kk > Kb, beton (min 250x250), baja
Beton (hb lb/12,bb 250), baja

Rangka beton
Rangka beton, rangka baja
Kk > Kb, beton (min
250x250), bulat lebih
Kk > Kb, beton (min 250x250), baja
baik
Beton (hb lb/12, bb
Beton (hb lb/12,bb 250), baja
250)
Mempunyai kekangan yang cukup dan mampu menyerap energi dissipasi

Rangka beton
Kk > Kb, beton (min
250x250), bulat lebih
baik
Beton (hb lb/12, bb
250)

Rangka beton, rangka baja


Kk > Kb, beton (min 250x250), baja
Beton (hb lb/12,bb 250), baja

Harus dipasang pada tiap bukaan


Plat beton h 100 mm
kolom pengaku (tiap luasan 12 m2)
Batu bata
baut, las, angker dan penjangkaran tulangan
Kaku/rigid
Rangka kayu, rangka baja
Kayu, baja

Boleh dipasang

Kayu, baja

Boleh dipasang

Kayu, baja

Boleh dipasang

Type I

PPC/Type V

Type I

Idealnya eternit
PPC/Type V

Type I

PPC/Type V

Harus dengan Mixed design dan mutu fc' > 20 MPa


Sebaiknya Ulir (deform)
Minimal 360 MPa
Min kls III

Note : Kolom pengaku dibuat sama dengan balok latai = beton/150x150/410/8-150 = ukuran 150x150 mm2/penulangan utama/sengkang
lb = bentang balok
(1/12 bb hb3)/lb
Kb = kekakuan balok =
(1/12 bk hk3)/lk
Kk = kekakuan kolom =
hb = tinggi balok
bb = lebar balok
Dimensi profil baja dan penulangan beton tergantung hasil analisa struktur
Bangunan 1 lantai dengan bentang (jarak antar kolom yang cukup besar) dikategorikan bangunan gedung teknis (engineering building structutres)
Untuk Zona R < 5 KM struktur utama dianjurkan memakai struktur beton. Boleh memakai struktur baja tetapi harus dilindungi terhadap bahaya korosi
Draft Matriks - 21
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN

PERSYARATAN

KETERANGAN

2.1.2. PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA


KEBAKARAN

1.

Sistem Proteksi Pasif


1. Ketahanan Api dan Stabilitas
Bangunan Gedung (BG) harus
a. stabil secara struktural selama kebakaran
b. dilengkapi sarana/prasarana
pangamanan/pencegahan kebakaran
c. mempunyai bagian/elemen yang akan
mempertahankan stabilitas struktural
d. dilindungi dari penyebaran api dan asap
e. memakai bahan dan komponen bangunan yang
tahan-penyebaran api
f. dihindarkan dari keruntuhan dinding luar yang
berupa panel
g. mempunyai elemen bangunan yang dapat
menghindarkan penyebaran api dari peralatan
utilitas
h. mempunyai elemen bangunan yang dapat
menghindarkan penyebaran api, sehingga
memungkinkan peralatan darurat tetap
beroperasi
i. mempunyai perlindungan kebakaran untuk setiap
elemen bangunan yang dipasang atau
disediakan untuk menahan penyebaran api
pada bukaan, sambungan-sambungan, tempattempat penembusan struktur untuk utilitas
j. mempunyai akses ke dan sekeliling bangunan

Harus memenuhi : Kepmen PU no. 10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis bahaya kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan dan Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Gedung (SNI 03-1736-2000).

2. Tipe Konstruksi Tahan Api


a. Tipe A
b. Tipe B
c. Tipe C

3. Type Konstruksi Yang Diwajibkan

secara struktural terhadap kebakaran pada bangunan minimal 2 (dua) jam


secara struktural terhadap kebakaran pada bangunan minimal 1 (satu) jam
tidak dimaksudkan untuk bertahan terhadap api
Spesifikasi detail ketiga jenis Type konstruksi diatas dapat dilihat pada Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan bab IV pasal 2.4 (Kepmen PU Nomor 10/KPTS/2000).
Tergantung ketinggian (jumlah lantai) dan klas bangunan
Harus memenuhi : Kepmen PU no. 10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis bahaya kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan.

4. Kompartemenisasi dan Pemisahan


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Ukuran Kompartemen
Pemberlakuan
Batasan umum luas lantai
Bangunan-bangunan besar yang diisolasi
Kebutuhan ruang terbuka dan jalan masuk
kendaraan
Pemisahan
Tangga dan Lift pada satu shaft
Koridor umum pada bangunan klas 2 dan 3

Harus memenuhi : Kepmen PU no. 10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis bahaya kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan.

5. Proteksi Bukaan

Draft Matriks - 22
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Harus dilindungi dan diberi penyetop api


Bukaan vertikal harus tertutup
Sarana dan atau peralatan proteksi harus
memenuhi dengan dibuktikan melalui
pengujian
Proteksi bukaan pada dinding luar
Pemisahan Bukaan Pada Kompartemen
Kebakaran
Metoda Proteksi Yang Diperbolehkan

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Harus memenuhi : Kepmen PU no. 10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis bahaya kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan.

Draft Matriks - 23
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO.
6.

URAIAN
Pemeriksaan, Pengujian, dan Pemeliharaan

2.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

PERSYARATAN

KETERANGAN

Harus memenuhi : Kepmen PU no. 10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis bahaya kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan.

Sistem Proteksi Aktif


1.

2.

3.

Sistem Pemadam Kebakaran dalam Bentuk Sistem Plambing dan Alat Pemadam Ringan
a. Hidran Kebakaran
Panjang selang minimum 30 meter. Untuk hidran bangunan dengan ukuran selang 1 inci atau kurang, yang
dipasang dalam bangunan untuk pemadaman kebakaran oleh penghuni bangunan.
Pada bangunan yang dilengkapi dengan hidran harus terdapat personil (penghuni) terlatih untuk mengatasi
kebakaran di dalam bangunan.
Sumber air untuk hidran harus dicatu dari sumber yang dapat diandalkan, serta mampu menyediakan tekanan
dan aliran yang diperlukan dalam waktu minimal 30 menit, sesuai dengan standar SNI 03-1745.
Hidran untuk Lingkungan Perumahan, Perdagangan, Industri Dan Atau Campuran: Lingkungan tersebut harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga tersedia sumber air berupa hidran lingkungan, sumur kebakaran atau
reservoir air dan sebagainya yang memudahkan instansi pemadam kebakaran untuk menggunakannya, sehingga
setiap rumah dan bangunan dapat dijangkau oleh pancaran air unit pemadam kebakaran dari jalan lingkungan.
Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50
m dari hidran kota. Bila hidran kota tidak tersedia, maka harus disediakan hidran halaman.
b. Hose Reel
Catu air bagi sistem harus mempunyai tekanan yang cukup untuk mencapai titik terjauh instalasi kepala , yaitu
c. Sistem Sprinkler
antara (0,5 - 2,0) kg/cm2.
d. Pipa
Air yang digunakan tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu kerja . Pemakaian air asin
tidak diizinkan, kecuali bila tidak ada penyediaan air lain pada waktu terjadinya kebakaran dengan syarat harus segera
dibilas dengan air bersih.
Aliran sumber catu air untuk harus mencukupi untuk dapat mengalirkan air sekurang-kurangnya (40-200)
liter/menit per kepala menurut jenis dan tingkat bahaya kebakaran yang diproteksi.
Pipa penyalur untuk sistem sprinkler tidak boleh dihubungkan pada sistem lain kecuali : jaringan kota apabila kapasitas
dan tekanannya mencukupi; tangki gravitasi; dan tangki bertekanan sesuai syarat pada SNI-3989.
Penempatan kepala sprinkler : didasarkan pada luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler di dalam satu deret dan
jarak maksimum deretan yang berdekatan. Luas lingkup maksimum disesuaikan dengan tingkat bahaya kebakaran,
sesuai dengan SNI-3989.
Komponen dari sistem sprinkler: Spesifikasi dan standard pipa harus dari jenis :
Pipa baja :
Pipa baja galbani (pipa putih)
Pipa besi tuang dengan flens
Pipa besi tuang dengan mof
Pipa tembaga dengan standar minimum klas menengah (medium).
Ukuran pipa dan perhitungan hidrolik sesuai dengan SNI-3989.
Perlindungan pipa : Pipa harus diilndungi terhadap korosi dan gempa bumi sesuai ketentuan pada SNI-3989.
e. Pemadam Api Ringan (PAR)
Sistem PAR harus memenuhi SNI-3987.
Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
d. Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran Otomatis
Harus memenuhi : standar teknis yang berlaku, SNI-3985 dan SNI 03-3986-edisi terakhir mengenai Instalasi Alarm
e. Spesifikasi Sistem Deteksi dan Alarm
Kebakaran Otomatis.
Kebakaran
Harus memenuhi : SK Menteri PU tentang ketentuan Pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan
c. Penempatan Alat Pendeteksi Asap
gedung; Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI) yang dikeluarkan oleh Departemen PU; PUIL 2000;
Harus memenuhi : buku Panduan Pemasangan Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran pada Bangunan Rumah dan
Gedung yang diterbitkan oleh Departemen PU.
Pengendalian Asap Kebakaran
Pusat Pengendali Kebakaran harus dilengkapi dengan sarana alat pengendali, panel kontrol, telepon, meubel,
peralatan dan sarana lainnya yang diperlukan dalam penanganan kondisi kebakaran;
Ruang Pusat Pengendali Kebakaran pada bangunan gedung yang tinggi efektifnya lebih dari 50 meter harus
merupakan ruang terpisah, di mana :
a. konstruksi penutupnya dari beton, atau sejenisnya mempunyai kekokohan yang cukup terhadap keruntuhan akibat
kebakaran dan dengan nilai TKA tidak kurang dari 120/120/120;
b. bahan lapis dan penutup, pembungkus atau sejenisnya, harus memenuhi persyaratan terhadap kebakaran;
c. peralatan utilitas, pipa, saluran udara, dan sejenisnya, yang tidak diperlukan untuk berfungsinya ruang pengendali,
tidak boleh lewat ruang tersebut;
d. bukaan pada dinding, lantai atau langit-langit yang memisahkan ruang pengendali dengan ruang dalam bangunan
dibatasi hanya untuk pintu, ventilasi dan lubang perawatan lainnya, yang khusus untuk melayani fungsi ruang
pengendali tersebut

Harus memenuhi : Kepmen PU no. 10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan.
Sesuai dengan standar SNI 03-1745-edisi terakhir tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem Hidran untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung.

Sistem harus memenuhi Standar perancangan dan pemasangan otomatis sesuai standar teknis yang
berlaku, SNI-3989 tentang Instalasi Sprinkler Otomatis.
Harus memenuhi : persyaratan dan standarisasi yang berlaku dari National Fire Protection Association
(NFPA), Standar Industri Indonesia (SII), PUIL, American Standard For Testing Material (ASTM), dan
SNI-1745.

Harus memenuhi : Kepmen PU no. 10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan.
Daftar simak (checklist) untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan sistem pemadam kebakaran
terdapat pada lampiran.

Draft Matriks - 24
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO.
.

4.
5.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN

PERSYARATAN

KETERANGAN

Ruang pengendali harus:


a. mempunyai luas lantai tidak kurang dari 10m2, dan salah satu panjangnya dari sisi bagian dalam tidak kurang dari
2,50 m;
b. jika hanya menampung peralatan minimum, luas lantai bersih tidak kurang dari 8 m2 dari luas ruang bebas di depan
panel indikator tidak kurang dari 1,50 m2.
c. jika dipasang peralatan tambahan, luas lantai bersih daerah tambahan adalah 2 m2 untuk setiap penambahan alat,
ruang bebas di depan panel indikator tidak kurang 1,50 m2 dan ruang untuk tiap rute evakuasi penyelamatan dari
ruang pengendali ke ruang lainnya harus disediakan sebagai tambahan persyaratan (2) dan (3) di atas.

(lanjutan No.3. Pengendalian Asap Kebakaran)

Pusat Pengendali Kebakaran


Pemeriksaan, Pengujian, dan Pemeliharaan
Sistem Pemadam Kebarakan.

Harus memenuhi : standar teknis yang berlaku, SNI-3985 dan SNI 03-3986-edisi terakhir mengenai Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatis.
Harus memenuhi : SK Menteri PU tentang ketentuan Pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan
gedung; Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI) yang dikeluarkan oleh Departemen PU; PUIL 2000;
Harus memenuhi : buku Panduan Pemasangan Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran pada Bangunan Rumah dan
Gedung yang diterbitkan oleh Departemen PU.
Daftar simak (checklist) untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan sistem pemadam kebakaran terdapat pada
lampiran.

2.1.3. INSTALASI PENANGKAL PETIR


1.
2.
3.

NO
2.2.

Sistem terminasi udara : Susunan sistem terminasi udara memadai jika persyaratan pada Tabel 1 SNI 03-7014
tentang Prinsip Umum Proteksi Bangunan Terhadap Petir..
Sistem Konduktor Penyalur : Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya latu berbahaya, konduktor penyalur harus
disusun sedemikian sehingga dari titik sambaran ke bumi:
a. terdapat beberapa jalur arus paralel;
b. panjang jalur arus diusahakan seminimum mungkin.
Konduktor penyalur harus disusun sedemikian sehingga sedapat mungkin berhubungan langsung dengan konduktor
terminasi udara.
Konstruksi Konduktor Penyalur : Konduktor penyalur tidak boleh dipasang pada talang atau pipa saluran air,
meskipun dibungkus dengan bahan insulasi.
Direkomendasikan agar konduktor penyalur ditempatkan sedemikian sehingga ada jarak antara konduktor penyalur
tersebut dengan pintu atau jendela.
Konduktor penyalur harus dipasang lurus dan tegak sedemikian sehingga membentuk jalur terpendek dan paling
langsung ke bumi. Bentuk lingkar harus dihindari. Jika hal ini tidak mungkin, jarak yang diukur melalui celah antara dua
titik pada konduktor dan panjang l dari konduktor antara titik-titik tersebut harus memenuhi 3.2 (Gambar 1 SNI 03-7014
tentang Prinsip Umum Proteksi Bangunan Terhadap Petir).

Perencanaan Penangkal Petir


Instalasi Penangkal Petir
Pemeriksaan dan Pemeliharaan

URAIAN

ZONE I

ZONE II

Harus memenuhi : SNI-3990 tentang Tata Cara Instalasi Penangkal Petir Untuk Bangunan dan SNI-3991
tentang Tata Cara Instalasi Penyalur Petir.
Hal-hal yang belum diatur di dalam peraturan tersebut di atas baik yang menyangkut perhitungan
maupun peralatan dan instalasinya, harus mengacu pada rekomendasi dari badan internasional seperti
IEC.
Daftar simak (checklist) untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan instalasi penangkal petir
terdapat pada lampiran.

ZONA III

ZONA IV

KESEHATAN

2.2.1. VENTILASI DAN PENGKONDISIAN


UDARA
1.

Kebutuhan ventilasi

2.

Ventilasi alami

3.

Ventilasi buatan

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XII Ventilasi dan Pengkondisian Udara halaman 93
Setiap bangunan harus mempunyai ventilasi alami dan ventilasi mekanis.
Ventilasi mekanis diperlukan untuk bangunan fasilitas tertentu yang memerlukan perlindungan dari udara luar dan pencemaran dan persyaratan lainnya.
Ventilasi mekanis harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XII Ventilasi dan Pengkondisian Udara hal. 93
Ventilasi alami harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka.
Jumlah bukaan berukuran tidak kurang dari 5 % dari luas lantai ruangan yang dibutuhkan untuk diventilasi.
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XII Ventilasi dan Pengkondisian Udara hal. 95
Penempatan fan harus memungkinkan pelepasan udara secara maksimal dan juga memungkinkan masuknya udara segar atau sebaliknya
Harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat tidak memadai.
Sistem ventilasi alami harus bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni.
Ruang parkir pada bawah tanah (basement) yang terdiri dari lebih satu lantai, gas buang mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu udara bersih pada lantai lainnya.
Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruang dalam bangunan harus sesuai standar yang berlaku setempat.

KepMen Kimpraswil RI No. 403/KPTS/M/2002

Draft Matriks - 25
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN

4.

Pengkondisian udara

5.

Kebutuhan pengkondisian udara

6.

Konservasi energi

7.

Perhitungan beban pendinginan

ZONE I

ZONE II

ZONA III

ZONA IV

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XII Ventilasi dan Pengkondisian Udara hal. 95
Bila diperlukan pada bangunan-bangunan tertentu dapat menggunakan sistem pengkondisian udara yang memenuhi ketentuan yang berlaku
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XII Ventilasi dan Pengkondisian Udara hal. 96
Harus memperhatikan upaya konservasi energi, minimal seperti dinyatakan dalam SK SNI tentang Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung.
Rancangan sistem pengkondisian udara harus dikembangkan sehingga penggunaan energi yang optimal dapat diperoleh, termasuk dengan memperhitungkan pemilihan jenis material selubung bangunan, pemakaian energi per tahunnya,
pemilihan peralatan, serta biaya awal dan biaya umur pemakaian energi.
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XII Ventilasi dan Pengkondisian Udara hal. 96
Harus mengikuti prosedur sesuai yang ditunjukkan dalam SK SNI tentang Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada bangunan gedung, dan standar teknis lain yang berlaku.
Harus memperhatikan upaya konservasi energi, minimal seperti dinyatakan dalam SK SNI tentang Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung.
Rancangan sistem pengkondisian udara harus dikembangkan sehingga penggunaan energi yang optimal dapat diperoleh, termasuk dengan memperhitungkan pemakaian energi per tahunnya, pemilihan peralatan, serta biaya awal dan
biaya umur pemakaian energi.
Karakteristik beban bangunan harus dianalisa sehingga memungkinkan sistem dan peralatan dengan ukuran yang tepat serta dipilih untuk memperoleh efisiensi yang baik pada beban penuh atau beban paruh.
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XII Ventilasi dan Pengkondisian Udara hal. 96
Harus mengikuti prosedur sesuai yang ditunjukkan dalam SK SNI tentang Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada bangunan gedung, dan standar teknis lain yang berlaku.

2.2.2. PENCAHAYAAN
1.

Kebutuhan Pencahayaan

2.

Pencahayaan Buatan

3.

Pencahayaan Alami

4.

Pengendalian Operasi dan Pemeliharaan

NO.

URAIAN

2.2.3. SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH


a. Sumber Air Bersih

b. Kualitas air Bersih


c. Sistem penampungan Air Bersih

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XII Ventilasi dan Pengkondisian Udara hal. 97 dan SNI 03-6197-2000 tentang Konservasi energi sistem pencahayaan pada bangunan
gedung
Jalan, taman dan daerah bagian luar lainnya, termasuk daerah di udara terbuka dimana pencahayaan dibutuhkan dan disambungkan dengan listrik bangunan.
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XII Ventilasi dan Pengkondisian Udara hal. 97-98
Mengacu pada SNI tentang Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung.
Penghematan energi yang dikonsumsi
Standar tingkat iluminasi masing-masing ruang
Perencanaan sistem pencahayaan
Penggunaan lampu hemat energi dengan menggunakan sesuai dengan kebutuhan dan mempertimbangkan upaya konservasi energi pada bangunan gedung.
Daya maksimum yang diijinkan untuk tiap-tiap tipe bangunan (standar PLN).
Daya pencahayaan buatan di luar bangunan
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XII Ventilasi dan Pengkondisian Udara hal. 98
Mengacu pada SNI 2396 tentang Penerangan Alami Siang hari untuk Rumah dan Gedung.
Pemanfaatan pencahayaan alami yang optimal pada bangunan dihitung sesuai dengan ketentuan yang mengacu pada Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat
KepMen Kimpraswil RI No.: 403/KPTS/M/2002
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XII Ventilasi dan Pengkondisian Udara hal. 99
Letak pengendalian harus mudah dicapai

PERSYARATAN
Diperoleh secara individual maupun komunal.
Sumber air bersih untuk rumah tinggal dan non rumah tinggal :
- air PAM (Perusahaan Air Minum),
- sumur gali
- sumur bor
- sumber lain
Kebutuhan air bersih untuk perumahan antara 60-250 liter/orang/hari
Air bersih harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih
Untuk yang digunakan sebagai sumber air minum langsung, memenuhi persyaratan kualitas air minum
Bangunan dilengkapi sistem penampungan air bersih.
Fungsi tangki penampungan air bersih: menyimpan cadangan air bersih
Perencanaan dan pemasangan:
- untuk menyediakan air dengan kuantitas dan tekanan yang cukup,
- tidak menganggu struktur bangunan
- memberikan kemudahan pengoperasian dan pemeliharaan.
Bahan tangki dapat berupa beton, baja, fiberglass dan kayu.
Dilengkapi dengan sistem perpipaan dan perlengkapannya
Tangki yang berkapasitas lebih besar dari 5 m3 harus dirancang agar tidak terjadi air diam (stagnant).

KETERANGAN

- Memenuhi persyaratan air kualitas bersih


- Air bersih tersedia secara kontinyu.
- untuk bangunan lainnya disesuaikan dengan standar kebutuhan air bersih yang berlaku di Indonesia.
- Peraturan Menkes Republik Indonesia Nomor 416/ MENKES/PER/ IX/ 1990
- Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/ MENKES/ VII/ 2002.
- untuk menjamin kontinyuitas persediaan air,
- untuk kebutuhan penghuni, perlengkapan bangunan, penanggulangan kebakaran, dan pengaturan
tekanan air.

- pipa masuk dan pipa keluar, pipa peluap, pipa penguras dan pipa ven, lubang pemeriksaan

Draft Matriks - 26
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN
d. Sistem Plambing Air Bersih

PERSYARATAN

e. Penggunaan Pompa

f. Sistem Penyediaan Air panas

g. Sistem Distribusi Air Bersih

h. Pemeriksaan, Pengujian, dan Pemeliharaan

Sistem plambing air bersih dimaksudkan untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan
jumlah dan tekanan yang cukup.
Perencanaan dan pemasangan:
- diperhitungkan berdasarkan standar, petunjuk teknis dan mengacu pada NSPM Kimpraswil No. Pt T 21-2000-C
Pipa yang digunakan dapat berupa: PVC, PE (poli-etilena), besi lapis galvanis, atau tembaga,

KETERANGAN

Syarat pipa:
- mampu menahan tekanan minimal 2 kali tekanan kerja,
- tidak mengandung bahan beracun

Alat plambing:
- Jumlah dan jenis, serta perlengkapan disesuaikan dengan kebutuhan dan penggunaannya.
- direncanakan dan dipasang agar memenuhi aspek kebersihan, kesehatan dan kenyamanan bagi penghuni - untuk alat yang mengalirkan air bersih ke tempat yang dapat menimbulkan pencemaran
bangunan.
- katup penahan aliran balik dan katup pencegah atau pemutus vakum.
- dilengkapi dengan alat pencegah kontaminasi.
Jenis dan motor pompa:
- disesuaikan dengan karakteristik pompa yang dibutuhkan
- mempunyai effisiensi yang maksimal
Pemasangan pompa :
- pada lokasi yang mudah untuk pengoperasian dan pemeliharaannya
- dipasang pada dudukan pompa, pipa isap dan pipa keluaran pompa
- dilengkapi peralatan peredam getaran
Pompa harus dilengkapi dengan:
- dipasang pada pipa keluaran dan ujung pipa isap pompa
- alat pengukur tekanan
- katup pencegah aliran balik
Sistem penyediaan air panas:
- instalasi yang menyediakan air panas
- menggunakan sumber air bersih yang dipanaskan dengan alat pemanas (lokal atau sentral)
Untuk penyediaan air panas secara sentral, air didistribusikan melalui pipa menuju ke lokasi alat plambing yang
membutuhkan air panas.
Tata cara perancangan pipa air panas harus mengikuti pedoman plambing yang berlaku.
Sistem distribusi air bersih:
- Pelanggan dapat menikmati air layanan air bersih dengan jumlah dan tekanan yang cukup.
- sistem perpipaan yang menyediakan air bersih dari air PAM menuju ke pelanggan.
- direncanakan sesuai dengan kebutuhan pelanggan
Sambungan pelanggan:
- diameter pipa sambungan dari jaringan pipa distribusi kota disesuaikan dengan kelas bangunan.
- harus dilengkapi dengan meter air.
Pipa distribusi:
- terbuat dari bahan PVC, PE, galvanis, atau bahan lain yang mampu menahan tekanan air.
- bila pipa ditanam di bawah jalan atau lokasi yang menerima beban
- harus ada perlindungan terhadap pipa.
- untuk menjamin kualitas air
Pemeriksaan dan pengujian dilakukan terhadap kualitas sumber air yang digunakan sebagai air bersih.
- untuk memastikan bahwa pemasangan telah dilakukan dengan baik dan peralatan berjalan dengan baik
Pada setiap pemasangan pipa distribusi, pompa dan peralatan plambing harus dilakukan pengujian
Pemeriksaan untuk pemeliharaan sistem plambing air bersih meliputi :
- satu kali seminggu
1) Pengendalian kualitas air :
- kadar sisa klor harus lebih dari 0,1 ppm klor bebas, dan lebih dari 0,4 ppm klor keseluruhan
Pemeriksaan atas kadar sisa klor
- satu kali setiap enam bulan
pemeriksaan atas kualitas air
- sekali dalam setahun
2) Pemeriksaan tangki air (tangki air di bawah dan tangki air di atas)
- dilakukan oleh pekerja yang terlatih
3) Pemeriksaan sistem pipa
4) Pembersihan tangki

2.2.4. SISTEM PEMBUANGAN AIR LIMBAH


a.

Sumber Air Limbah

Air limbah berasal rumah tinggal dan non rumah tinggal berasal dari kegiatan sehari-hari.
Air limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya tidak boleh digabung dengan limbah pada butir di atas.

Draft Matriks - 27
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
b.

Sistem Plambing Air Limbah

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Setiap bangunan yang menghasilkan air limbah harus dilengkapi dengan plambing air limbah.
Sistem plambing air limbah dalam bangunan harus dilengkapi dengan pipa ven
Pipa penyaluran :
- diameter dibuat seekonomis mungkin sesuai dengan kapasitas dan bahan buangan yang dialirkan.
- Pemilihan bahan dan pemasangan: disesuaikan dengan penggunannya dan sifat cairan yang akan dialirkan
- dilengkapi dengan alat perangkap minyak atau lemak.

- untuk menetralisir tekanan udara di dalam saluran.


- untuk pipa penyaluran yang menerima buangan mengandung minyak atau lemak
- untuk pipa pembuangan dari alat plambing yang digunakan untuk menyimpan atau mengolah makanan,
minuman bahan steril, dan atau bahan sejenis lainnya

- dilengkapi dengan celah udara yang cukup untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontaminasi.

Draft Matriks - 28
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN
c.

Pembuangan dan Pengolahan Air Limbah

PERSYARATAN

Semua air limbah harus diolah sebelum dibuang ke saluran air limbah umum kota atau disalurkan ke bangunan
pengolahan air limbah komunal bila tersedia.
Sistem pembuangan harus dilengkapi dengan perangkap bau
Pengolahan dilakukan dalam tangki septik yang kedap air dan dilengkapi dengan sumur resapan.

KETERANGAN
Sesuai dengan SNI 03-6379-2000.
- kecuali tersedia saluran air limbah umum kota
- Jarak tangki septik dan resapan dengan sumber air bersih min.10 meter.
- Letak tangki septik boleh dibelakang atau dimuka rumah, tergantung kemudahan pengaliran dari KM/WC
dengan memperhatikan jarak minimum dari sumber air bersih disekitar lingkungan permukimannya.
Lebih jelas tata letak dapat diihat di lampiran 4.
- tata cara perencanaan tangki septik dan resapan mengacu pada SNI-03-6379-2000
- untuk daerah yang muka air tanahnya dangkal (kurang dari 1 m), tangki septik dibuat lebih tinggi dan
resapan dibuat mengalir horisontal.

d.

e.

Sistem Penyaluran Air Limbah

Pemeriksaan, Pengujian dan Pemeliharaan

Air limbah yang mengandung bahan buangan berbahaya dan beracun, serta yang mengandung radioaktif, harus
ditangani secara khusus, sesuai peraturan yang berlaku di Indonesia.
Sistem penyaluran air limbah adalah jaringan perpipaan yang mengalirkan air limbah dari rumah tinggal atau non
rumah tinggal menuju ke instalasi pengolah air limbah.
Sistem pengaliran ;
- dirancang mampu mengalirkan air limbah dengan lancar dan tidak menimbulkan bau tidak sedap
- dengan menggunakan saluran tertutup dan kemiringan tertentu
- apabila cara gravitasi ini tidak dapat dilakukan, dapat menggunakan sistem pemompaan
- kapasitas aliran disesuaikan dengan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh penghuni rumah tinggal dan non rumah
tinggal.
Bahan pipa adalah PVC, PE, beton, atau bahan lain
Pemeriksaan dan pengujian dilakukan pada sistem plambing, pembuangan, pengolahan, dan penyaluran air limbah
Pemeriksaan untuk pemeliharaan sistem pembuangan air limbah meliputi:
1) Bak penampung air buangan (sump pit)
2) Pemeriksaan sistem pipa pembuangan
3) Pemeriksaan sistem pipa ven
4) Pemeriksaan mesin-mesin
5) Pembersihan bak penampung air buangan:

- agar dapat mengalirkan air limbah secara gravitasi


- dipilih pompa yang peruntukannya khusus untuk air limbah
- syarat bahan: kuat dan tidak mudah mengalami korosi serta tahan terhadap panas.

- meliputi pemeriksaan : bagian dalam (kotoran pada dinding, saklar listrik, dan sebagainya), adanya
kotoran terapung, endapan, tinggi muka air dan sebagainya, kemungkinan bocornya uap atau gas keluar
- dibersihkan setiap 6 bulan sekali
- meliputi pemeriksaan dan pengujian: celah udara, kelancaran aliran, kebocoran dan pencegahan karat,
kemiringan pipa, penggantung pipa
- pemeriksaan dan pembersihan kepala pipa tegak ven
- pemeriksaan penggantung pipa
- pemeriksaan pompa penguras bak penampung air buangan (sump pit), meliputi pemeriksaan: kondisi
operasinya (tekanan, arus dan tegangan listrik, kebisingan dan sebagainya, sekat poros dan kopling,
kebocoran dan pencegahan karat)
- dilakukan enam bulan sekali
- Hal penting yang perlu diperhatikan selama kegiatan pembersihan bak: ventilasi dan penerangan yang
memadai, pemeriksaan kebersihan bak, lapisan kedap air, kebocoran dinding dan dasar bak,
pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap pompa (jika ada), pengarsipan

2.2.5. SISTEM PENYALURAN AIR HUJAN


a.

Kelengkapan Dalam Bangunan

b.

Kelengkapan di Sekitar Bangunan Gedung

Setiap bangunan dan pekarangannya harus dilengkapi sistem penyaluran air hujan
Air hujan harus dialirkan ke sumur resapan kecuali pada kondisi daerah yang tidak memungkinkan (misalkan: air
tanah tinggi, tanah yang mudah longsor, tanah lempung) boleh dialirkan ke jaringan air hujan umum kota sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Bila belum tersedia jaringan umum kota ataupun sebab-sebab lain yang dapat diterima, maka harus dilakukan caracara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
Di kedua sisi jalan harus disediakan saluran drainase/selokan
Saluran ini merupakan bagian dari sistem drainase yang lebih besar atau sungai-sungai pengumpul drainase
Dimensi setiap saluran tergantung dari daerah pelayanannya
Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase sebagai penampung, pembagi, dan
pembuang air dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil guna
Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan faktor ekonomi dan faktor keamanan
Perencanaan drainase ini tidak termasuk untuk sistem drainase areal, tetapi harus diperhatikan dalam perencanaan
terutama untuk tempat air keluar
Gorong-gorong pembuang air meliputi hal-hal sebagai berikut:
(1) ditempatkan melintang jalan yang berfungsi untuk menampung air dari selokan samping dan membuangnya;
(2) harus cukup besar untuk melewatkan debit air maksimum dari daerah pengaliran secara efisien;
(3) harus dibuat dengan tipe permanent
Draft Matriks - 29

INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN
c.

Persyaratan Saluran

d.

Pemeriksaan, Pengujian, dan Pemeliharaan

PERSYARATAN

Saluran air hujan dapat merupakan saluran terbuka dan atau saluran tertutup
Apabila saluran dibuat tertutup, pada tiap perubahan arah aliran harus dilengkapi dengan lubang pemeriksa
Kemiringan saluran harus dibuat cukup memadai

Bahan saluran dapat berupa PVC, fiberglass, pasangan tanah liat, beton, seng, besi dan baja.

Pemeliharaan sistem air hujan harus dilakukan secara berkala untuk mencegah terjadinya endapan dan
penyumbatan pada saluran.

KETERANGAN

lubang dibuat dengan jarak tiap 25-100 m, disesuaikan dengan diameter saluran dan standar yang
berlaku.
- agar dapat mengalirkan seluruh air hujan dengan baik agar bebas dari genangan air dengan cara
gravitasi
- bila tidak dapat dilakukan dengan cara gravitasi, dapat menggunakan sitem pemompaan
- khusus untuk bahan seng, besi dan baja harus dilapisi dengan lapisan tahan karat.

2.2.6. SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH


a. Timbulan Sampah

b. Sistem Pewadahan

Sumber sampah permukiman berasal dari : perumahan, toko/ ruko, pasar, sekolah, tempat ibadah, jalan, hotel, rumah
makan dan fasilitas umum lainnya
Besaran timbulan sampah dihitung berdasarkan : jumlah penduduk dalam suatu kawasan permukiman atau
berdasarkan komponen kegiatan yang dilakukan.
Kriteria besaran timbulan sampah untuk rumah tinggal adalah 2,1 L/orang/hari, sedangkan untuk non-rumah tinggal
adalah 24 L/unit/hari.
Setiap bangunan baru dan atau perluasan bangunan dilengkapi fasilitas pewadahan atau penampungan sampah
sementara.
Kapasitas pewadahan sampah atau tempat penampungan sampah sementara dihitung berdasarkan timbulan sampah
dan frekwensi pengangkutan sampah.
Tempat pewadahan sampah terpisah antara sampah basah dan sampah kering
Penempatan wadah sampah individual ditempatkan di halaman muka rumah atau di halaman belakang khusus untuk
sumber sampah dari hotel dan restoran.
Jika bangunan baru tersebut mempunyai luas pekarangan yang cukup, maka penampungan sampah dapat dilakukan
dengan cara penimbunan di area pekarangannya.

Jika belum tersedia sistem pewadahan sampah, maka sampah yang mudah terbakar seperti kertas, sisa pembersihan
tanaman, kayu dan lain-lain dapat dibakar.

b.

Potensi Reduksi

Sampah yang dapat didaur ulang, bisa dimanfaatkan kembali, tidak dibuang ke wadah sampah atau tempat
penampungan sementara.
Sampah tersebut dapat dikumpulkan dalam wadah sampah yang terpisah dengan sampah yang akan dibuang.
Sampah basah (organik) dapat dikomposkan

c.

Sistem Pengumpulan

Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan:


- mengumpulkan sampah dan mengangkut ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun
tidak langsung
Pola pengumpulan sampah :
- pola pengumpulan langsung
- pola pengumpulan tidak langsung.

- Fasilitas penampungan atau pewadahan harus memadai, sehingga tidak mengganggu kesehatan dan
kenyamanan bagi penghuni, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
- syarat wadah: terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah rusak, mempunyai tutup, harganya murah atau
dapat dibuat sendiri oleh masyarakat dan mudah diangkut.
- Bahan wadah: plastik, pasangan batu bata atau beton.
Penimbunan sampah di area pekarangan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
- Berjarak > 10 m dari sumber air bersih atau air minum.
- Setiap hari wadah penimbunan harus ditutup dengan tanah penutup dari sekitar lokasi penimbunan atau
bahan lain, untuk melindungi dari gangguan binatang dan serangga.
- Ukuran volume penimbunan sampah, ditentukan berdasarkan jumlah timbulan sampah, frekuensi
pembuangan, dan periode waktu penggunaan lahan penimbunan tersebut.
Pembakaran sampah harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Tidak menimbulkan masalah pencemaran udara.
- Tidak merugikan lingkungan sekitar dan kesehatan masyarakat sekitar.
- Tidak dilakukan di derah yang dekat dengan area yang mudah terbakar seperti hutan dan padang ilalang
serta jauh dari bahan-bahan yang mudah meledak.
- Dilakukan di daerah dengan kepadatan penduduk rendah.
- Sampah yang biisa didaur ulang seperti botol bekas, kertas, kertas koran, kardus, aluminium, kaleng,
wadah plastik, dan lain-lain
- Wadah harus ditempatkan di lokasi yang kering, bebas dari pengaruh air hujan
- Mengacu pada PEDOMAN TEKNIK TATACARA PEMASANGAN DAN PENGOPERASIAN
KOMPOSTER RUMAH TANGGA DAN KOMUNAL NO: Pd-T-15-2003
-

Draft Matriks - 30
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN

PERSYARATAN

KETERANGAN

Pola pengumpulan langsung, kegiatan pengambilan sampah dari sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat
pembuangan akhir tanpa melalui kegiatan pemindahan.

Teknis operasional, persyaratan :


o Dilakukan jika kondisi topografi bergelombang kemiringan >15%.
o Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari.
o Alat pengumpul menggunakan mesin
o Frekwensi pengumpulan terpisah, untuk sampah basah (organik) setiap hari, maksimal setiap 2 hari
sekali, sedangkan untuk sampah kering (anorganik) dapat dilakukan setiap 3 hari sekali.
o Penjadwalan pengumpulan dilakukan oleh instansi pengelola persampahan pemukiman mengacu pada
SNI 03-3242-1994.
Teknis operasional, persyaratan :
- Bagi kondisi topografi pemukiman yang relatif datar , dengan rata-rata kemiringan <5%.
- Alat angkut bukan mesin seperti gerobak sampah, becak dan lain-lain, dengan volume rata-rata alat angkut
1 sampai 2 m3.
- Penentuan tempat penampungan sementara mengacu pada SNI no 19-2454-2002
- Frekwensi pengumpulan dilakukan terpisah, pengumpulan untuk sampah basah setiap hari, maksimal
setiap 2 hari sekali, sampah kering dapat dilakukan setiap 3 hari sekali.
- Sifat utama dari sampah ini adalah buangan yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar,
infeksius, korosif, dan beracun.

Pola pengumpulan tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-masing sumber sampah, dibawa
ke lokasi pemindahan (tempat pembuangan sampah sementara) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan
akhir.

c.

Sampah Beracun dan Berbahaya

Sampah yang dikategorikan sebagai buangan beracun dan berbahaya telah diatur dalam PP no. 18/1999 yang
diperbaharui dengan PP no 85 tahun 1999.
Sumber-sumber sampah B3 di permukiman berasal dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri, dan kegiatan rumah
sakit.
Buangan ini tidak boleh dibuang langsung ke wadah sampah tetapi harus dipisahkan dan diolah tersendiri.
Tata cara penanganan sampah B3 ini di daerah mengacu pada Keputusan 03/BAPEDAL/09/1995

2.2.7. SISTEM SANITASI KOMUNAL


a.

Hidran Umum

b.

MCK Umum

c.

Pewadahan dan Pengumpulan Sampah

Sistem penyediaan air bersih komunal disediakan pada permukiman bila tidak tersedia secara individual dan dilayani
melalui hidran umum.
Perancangan hidran umum/kran umum didasarkan atas kebutuhan yaitu setiap kran dapat melayani antara 30
L/orang/hari sampai dengan 50 L/orang/hari.
Untuk sumber air dari sumur gali atau sumur pompa tangan, diperhitungkan setiap sumur harus dapat melayani 10
kepala keluarga
MCK (mandi, cuci, kakus) umum dibangun di permukiman yang tidak tersedia fasilitas MCK pribadi.
Pemilihan kokasi MCK umum hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
i. lokasi mudah dijangkau
ii. dapat dibangun di daerah yang sempit
iii. terdapat sumber air, baik dari PAM atau sumur
Sistem plambing pada MCK umum mengikuti sistem plambing air bersih dan air limbah pada peraturan ini.
Bangunan MCK umum harus dipisahkan antara MCK untuk orang laki-laki dengan MCK untuk orang perempuan.
Tata cara perencanaan bangunan MCK umum mengacu pada SNI 03-2399-2002

Pengolahan limbah dari MCK umum dilakukan menggunakan septik tank, dengan kapasitas yang ditentukan
berdasarkan jumlah pemakai MCK.

Bagi developer yang membangun + 80 rumah harus menyediakan wadah sampah, alat pengumpul, dan tempat
penampungan sampah sementara sedangkan pengangkutan dan pembuangan akhir sampah bergabung dengan yang
sudah ada.
Penyediaan secara komunal dapat dilakukan oleh instansi berwenang atau swadaya masyarakat maupun pihak swasta.
Wadah komunal :
- di sediakan bagi permukiman yang sulit dijangkau oleh alat angkut dan permukiman yang tidak teratur.
- ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber sampah
- tidak menganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya, di ujung gang atau jalan kecil, fasilitas umum
- jarak antar wadah sampah untuk pejalan kaki maksimal 100 m.
Pola pengumpulan komunal: pola komunal langsung dan pola komunal tidak langsung.
Pengumpulan :
- Frekwensi pengumpulan terpisah antara sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik)

Fasilitas dalam MCK umum (untuk pria dan wanita terpisah):


Jumlah
Banyaknya ruangan
pemakai
Mandi
Cuci
(orang)
10 20
2
1
21 40
2
2
41 - 80
2
3
81 100
2
4
101 120
4
5
121 160
4
5
161 - 200
4
6
- kecuali tersedia saluran air limbah umum kota
- Jarak tangki septik dan resapan dengan sumber air bersih min.10 meter.
- tata cara perencanaan tangki septik dan resapan mengacu pada SNI-03-6379-2000

Kakus
2
2
4
4
4
6
6

- sampah basah atau sampah organik setiap hari, maksimal 2 hari dan sampah anorganik maksimal setiap 3
hari sekali
Draft Matriks - 31

INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN

ZONE I

ZONE II

ZONA III

ZONA IV

2.3. KENYAMANAN
2.3.1. SIRKULASI UDARA
a.

Pada Bidang Dinding Terhadap


Pengaturan Suhu Udara dan
Kelembaban Ruangan
Luas bukaan pada bidang dinding
Arah bukaan

Ketinggian bukaan
Posisi bukaan
b.

2.3.2.

2.3.3.

2.3.4.

Pada Bidang Atap


Luas bukaan pada bidang atap
Arah bukaan
Posisi bukaan
PANDANGAN
Perletakan dan penataan elemen-elemen
alam dan buatan pada bagian bangunan
maupun ruang luarnya untuk tujuan
melindungi hak pribadi
Perletakkan bukaan pada bagian-bagian
persimpangan jalan agar pengguna jalan
saling dapat melihat sebelum tiba pada
persimpangan
KEBISINGAN
Penggunaan jenis-jenis material dan
jenis-jenis lapisan dinding untuk
meredam kebisingan di dalam bangunan
Perletakkan elemen-elemen alam dan
buatan untuk mengurangi/meredam
kebisingan yang datang dari luar
bangunan
GETARAN
Penggunaan material dan sistem
konstruksi bangunan untuk meredam
getaran yang datang dari luar bangunan
lain dan dari luar lingkungan

SNI 03-6390-2000 tentang Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung

Luasan berukuran tidak kurang dari 5% dari luas lantai ruangan


Pertukaran udara diperlukan untuk kondisi temperatur dan kelembaban tinggi
Halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai atau daerah yang terbuka ke atas.
Teras terbuka, pelataran parkir dan yang sejenis
Ruang bersebelahan
Ketinggian bukaan didasarkan pada patokan pertukaran udara sesuai dengan jenis atau fungsi ruang atau bangunan
Apabila terpenuhi kebutuhan minimal standar untuk sirkulasi udara maka kelebihannya dapat dimanfaatkan sebagai sistem pendinginan pasif yang dapat digunakan sebagi pendukung kenyamanan dalam bangunan
Posisi bukaan didasarkan pada patokan pertukaran udara sesuai dengan jenis atau fungsi ruang atau bangunan
Apabila terpenuhi kebutuhan minimal standar untuk sirkulasi udara maka kelebihannya dapat dimanfaatkan sebagai sistem pendinginan pasif yang dapat digunakan sebagi pendukung kenyamanan dalam bangunan
Luas bukaan didasarkan atas perhitungan terhadap iklim khususnya arah dan kecepatan angin serta karakteristik daerah dan bangunan (dimensi dan fungsinya)
Setiap bukaan pada ruang atap, tidak boleh mengubah sifat dan karakter arsitektur bangunan
Arah bukaan didasarkan atas arah mengalirnya angin
Posisi bukaan didasarkan atas arah mengalirnya angin

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Perletakan dan penataan elemen-elemen dan buatan pada bagian bangunan dan ruang luarnya harus dapat membantu orientasi tetapi tidak mengganggu karakter lingkungan yang ingin dicptakan atau dipertahankan
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Perletakan bukaan pada bagian-bagian persimpangan jalan harus berorientasi pada kepentingan pengguna jalan, memudahkan aksesibilitas dan tidak mengganggu pandangan sirkulasi kendaraan

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XIV. Kebisingan dan Getaran hal 100
Baku tingkat kebisingan untuk kenyamanan dan kesehatan harus mengikuti ketentuan dalam standar teknis yang berlaku.
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XIV Kebisingan dan Getaran hal. 100
Bagi usaha atau kegiatan yang mensyaratkan baku tingkat kebisingan lebih ketat dari ketentuan, maka untuk usaha atau kegiatan tersebut beriaku baku tingkat kebisingan sebagaimana disyaratkan oleh analisis mengenai dampak
lingkungan atau ditetapkan oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab XIV Kebisingan dan Getaran hal 100
Baku tingkat getaran untuk kenyamanan dan kesehatan harus mengikuti standar teknis yang berlaku.
Bagi usaha atau kegiatan yang mensyaratkan baku tingkat getaran lebih ketat dari ketentuan, maka untuk usaha atau kegiatan tersebut, beriaku baku tingkat getaran sebagaimana disyaratkan oleh analisis mengenai dampak lingkungan
atau ditetapkan oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.

2.4. KEMUDAHAN
2.4.1. SARANA JALAN MASUK DAN KELUAR
1.
a.

Fungsi dan Persyaratan Kinerja


Fungsi

b.
2.
1.

Persyaratan kinerja
Ketentuan Jalan Keluar
Persyaratan keamanan

2.

Kebutuhan jalan keluar

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 59
Melengkapi bangunan dengan akses yang layak, aman, nyaman dan memadai bagi semua orang
Melengkapi bangunan dengan sarana evakuasi yang memungkinkan penghuni punya waktu untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa merasakan keadaan darurat
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 59

Tangga, ramp, lantai, balkon dan atap yang dapat dicapai oleh manusia harus mempunyai dinding pembatas, balustrade atau penghalang lainnya yang untuk melindungi pengguna bangunan terhadap resiko jatuh
Ramp kendaraan dan lantai yang dapat dilewati kendaraan harus mempunyai pembatas pinggir atau penghalang lainnya untuk melindungi pejalan kaki dan struktur bangunannya
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 60
Semua bangunan : Setiap bangunan harus mempunyai sedikitnya 1 jalan keluar untuk setiap lantainya dengan peraturan keamanan sesuai dengan peraturan yang berlaku
Draft Matriks - 32

INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN

ZONE I

ZONE II

ZONA III

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 61

4.

Jalan keluar yang diisolasi terhadap


kebakaran
Jarak jalur menuju pintu keluar

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 63

5.

Jarak antara pintu pintu keluar alternatif

6.

Dimensi/ukuran pintu keluar

7.

Jalur lintasan melalui jalan keluar yang


diisolasi terhadap kebakaran
Tangga luar bangunan

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 63
Harus merata di sekeliling lantai dimaksud sehingga akses ke minimal dua pintu keluar tidak terhalang dari semua tempat termasuk area lift di lobby
Lebar pintu keluar tidak boleh berkurang pada jalur lintasan ke jalan atau ruang terbuka.
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 63
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 64

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 65
Berfungsi sebagai pintu keluar yang diisyaratkan menggantikan pintu keluar yang diisolasi terhadap kebakaran.
Konstruksi tangga (termasuk jembatan penghubung secara keseluruhan dari bahan yang tidak mudah terbakar.
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 65

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 66
Harus tidak terhalang, bila perlu dibuat penghalang untuk mencegah kendaraan menghalangi jalan keluar atau akses menuju ke pintu keluar tersebut.
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 66
Pintu keluar horisontal harus mempunyai area bebas disetiap sisi dinding tahan api untuk menampung jumlah orang dari seluruh bagian lantai minimal :
- 2,5 m2 tiap pasien pada bangunan klas 9a
0,5 m2 tiap orang pada klas bangunan lainnya.

3.

8.

9.
10.

Lintasan melalui tangga ramp yang tidak


diisolasi terhadap kebakaran
Keluar melalui pintu-pintu keluar

11.

Pintu keluar horizontal

2.4.1.3.

Ruang Peralatan dan Ruang Motor Lift

2.4.1.4.

Jumlah Orang Yang Ditampung

2.4.1.5.
a.

Konstruksi Jalan Keluar


Penerapan

ZONA IV

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 67
Bila ruang peralatan atau motor lift mempunyai luasan :
tidak lebih dari 100m2, tangga pengait (ladder) dapat dipakai sebagai pengganti tangga (stairway) dari setiap tempat jalan keluar dari ruangan;
lebih dari 100 m2 dan tidak lebih dari 200 m2, dan bila 2 atau lebih tempat jalan keluar tersedia dalam ruangan tersebut, tangga pengait dapat dipakai sebagai pengganti tangga seluruhnya, kecuali satu dari jalan keluar tersebut
Kondisi khusus diatur menurut peraturan yang berlaku
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 68
Jumlah orang yang ditampung dalam satu lantai, ruang atau mesanin harus ditentukan dengan mempertimbangkan kegunaan atau fungsi bangunan, tata letak lantai tersebut dan luas lantai
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 69
Persyaratan ini tidak berlaku untuk unit hunian tunggal pada bangunan klas 2 atau atau 3 atau bagian klas 4
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 69
Tangga atau ramp yang diisyaratkan berada dalam saf tahan api harus dengan konstruksi dan material yang tidak mudah terbakar

b.

Tangga dan Ramp yang Diisolasi


Terhadap Kebakaran

c.

Tangga dan Ramp yang Tidak Diisolasi


Terhadap Kebakaran

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 69
Tangga atau ramp yang diisyaratkan berada dalam saf tahan api harus dengan konstruksi dan material yang tidak mudah terbakar
Tangga atau ramp yang diisyaratkan berada dalam saf tahan api harus dengan konstruksi tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku

d.

Pemisahan Tanjakan dan Turunan Tangga

e.

Ramp dan Balkon Akses yang Terbuka

f.

Lobby Bebas Asap

g.

Instalasi pada Pintu Keluar dan Jalur


Lintasan

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 69
Bila tangga dipakai sebagai jalan keluar, diisyaratkan untuk diisolasi terhadap kebakaran
Setiap konstruksi yang memisahkan tanjakan dan turunan tangga harus tidak mudah terbakar dan mempunyai TKA minimal 60/60/60
Harus tidak ada hubungan langsung antara tanjakan tangga dari lantai di bawah lantai dasar ke arah jalan/ruang terbuka dan di atas lantai dasar
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 69
Ramp dan balkon akses yang terbuka yang merupakan bagian dari jalan keluar yang diisyaratkan maka harus memenuhi peraturan yang berlaku
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 69-70
Lobby bebas asap harus memenuhi persyaratan-persyaratan khusus sebagaimana terdapat dalam peraturan yang berlaku
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 70
Jalan masuk ke saf servis dan lainnya, kecuali ke peralatan pemadaman atau deteksi kebakaran sesuai dengan yang diijinkan dalam pedoman ini, tidak harus disediakan dari tangga, lorong atau ramp yang diisolasi terhadap kebakaran
Bukaan pada saluran atau duct yang membawa hasil pembakaran yang panas harus tidak diletakkan di bagian manapun dari jalan keluar yang diisyaratkan, koridor, gang, lobby atau sejenisnya yang menunjukkan jalan keluar tersebut
Gas atau bahan bakar lainnya harus tidak dipasang di jalan keluar yang disyaratkan
Peralatan harus tidak dipasang di jalan keluar yang diisyaratkan atau koridor, gang, lobby atau sejenisnya yang menunjukkan jalan keluar tersebut, dengan persyaratan sebagaimana tercantum dalam peraturan yang berlaku.

Draft Matriks - 33
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN
h.

Pelindungan pada Ruang di Bawah


Tangga dan Ramp

i.

Lebar Tangga

j.

Ramp Pejalan Kaki

k.

Lorong yang Diisolasi Terhadap


Kebakaran

l.

Atap sebagai Ruang Terbuka

m.

Injakan dan Tanjakan Tangga

n.

Bordes

o.

Ambang Pintu

p.

Balustrade

ZONE I

q.

Pegangan Rambat pada Tangga

r.

Pintu

s.

Pintu Ayun

t.

Pengoperasian Gerendel Pintu

u.

Rambu pada Pintu

v.

Masuk dan Pintu Keluar yang Diisolasi


terhadap Kebakaran

ZONE II

ZONA III

ZONA IV

Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 70-71
Tangga dan ramp tahan api bila ruang di bawah tangga atau ramp tahan api
Bukaan pada saluran atau duct yang membawa hasil pembakaran yang panas harus tidak diletakkan di bagian manapun dari jalan keluar yang diisyaratkan, koridor, gang, lobby atau sejenisnya yang menunjukkan jalan keluar tersebut
Gas atau bahan bakar lainnya harus tidak dipasang di jalan keluar yang disyaratkan
Peralatan harus tidak dipasang di jalan keluar yang diisyaratkan atau koridor, gang, lobby atau sejenisnya yang menunjukkan jalan keluar tersebut, dengan persyaratan sebagaimana tercantum dalam peraturan berlaku
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 71
Lebar tangga yang disyaratkan harus bebas halangan dengan lebar sesuai dengan peraturan yang berlaku
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal 71
Ramp yang diisolasi terhadap kebakaran dapat menggantikan tangga bila konstruksi yang menutup ramp, lebar dan tinggi langit-langit sesuai persyaratan untuk tangga yang diisolasi terhadap kebakaran
Ramp yang berfungsi sebagai jalan keluar yang diisyaratkan harus mempunyai tinggi tanjakan sesuai dengan peraturan yang berlaku
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal.71
Konstruksi lorong yang diisolasi terhadap kebakaran harus dari material yang tidak mudah terbakar dengan persyaratan-persyaratan tertentu sebagaimana peraturan yang berlaku:
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal.71
Jika pintu keluar menuju ke atap bangunan, atap tersebut harus mempunyai TKA 120/120/120 dan konstruksi sebagaimana terdapat dalam peraturan
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal.72
Tangga harus mempunyai persyaratan-persyaratan khusus sebagaimana peraturan yang berlaku
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal.72
Bordes tangga dengan maksimum kemiringan 1:50 dapat digunakan untuk mengurangi jumlah tanjakan, dan setiap bordes harus memenuhi persyaratan sebagaimana peraturan berlaku
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal.72
Ambang pintu tidak mengenai anak tangga atau ramp minimal selebar daun pintu kecuali :
Ruang perawatan pasien bangunan klas 9a, ambang pintu tidak lebih dari 25 mm di atas ketinggian lantai di mana pintu membuka
Ambang pintu tidak lebih dari 190 mm di atas permukaan tanah, balkon atau sejenis di mana pintu membuka
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal.72-73
Balustrade menerus harus tersedia sekeliling atap yang terbuka untuk umum, tangga, ramp, lantai, koidor, balkon dan sejenisnya, bila :
tidak dibatasi dengan dinding
tinggi lebih dari 1 m di atas lantai atau di bawah muka tanah, kecuali sekeliling panggung, tempat bongkar muat barang atau tempat lain bagi staf untuk pemeliharaan
Balustrade, tangga dan ramp di luar ketentuan di atas akan diatur dalam peraturan yang lain
Balustrade sepanjang sisi atau dekat permukaan horisontal seperti :atap, yang tersedia akses untuk umum dan alur masuk ke bangunan, lantai, koridor, balkon, lorong dan mesanin dan sejenisnya, harus mengikuti ketentuan-ketentuan
di dalam peraturan
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal. 73
Pegangan rambat harus tersedia untuk membantu agar orang aman menggunakan tangga atau ramp
Pegangan rambat memenuhi ketentuan sebagaimana persyaratan di dalam peraturan yang berlaku
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal. 73-74
Sebagai pintu keluar yang diisyaratkan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana peraturan yang berlaku.
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal. 74
Tidak mengganggu lebih dari 500 mm pada lebar yang disyaratkan dari tangga, lorong, ramp termasuk bordes
Bila terbuka sempurna, lebih dari 100 mm pada lebar pintu keluar yang disyaratkan
Ayunan harus searah dengan akses keluar, kecuali dengan kondisi-kondisi khusus sebagaimana tercantum dalam peraturan berlaku
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal. 74
Pintu yang disyaratkan sebagai lintasan, bagian atau jalan keluar harus siap dibuka tanpa kunci dari sisi dalam dengan satu tangan, dengan mendorong alat yang dipasang paa ketinggian 0,9 m-1,2 m dari lantai, kecuali bila terdapat
kondisi-kondisi khusus sebagaimana tercantum dalam peraturan yang berlaku
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal. 75
Rambu untuk memberi tanda dengan jelas pada orang bahwa pintu tertentu harus tidak dihalangi, dipasangi di tempat yang mudah dilihat atau dekat dengan pintu-pintu tahan api dan asap
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal. 74-75
Pintu harus tidak terkunci dari dalam tangga/ramp atau lorong yang diisolasi terhadap kebakaran untuk melindungi orang yang masuk kembali ke lantai atau ruang yang dilayani pada:
Bangunan klas 9a
Bangunan dengan tinggi efektif lebih 25 m, kecuali semua pintu secara otomatis terkunci dengan alat yang mengaktifkan alarm kebakaran dan :
Sedikitnya setiap 4 tingkat terdapat pintu tidak terkunci dan terdapat rambu permanen bahwa dapat dilalui
Tersedia sistem komunikasi internal, sistem audibel/visual alarm yang dioperasikan dari dalam ruangan khusus dekat pintu dan juga rambu permanen tentang cara mengoperasikannya

Draft Matriks - 34
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

URAIAN

2..1..4.6.
a.

b.

c.
2.4.1.7.
a.
b.
c.

URAIAN

2.
3.

ZONE I

ZONE II

ZONA III

ZONA IV

Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar dan Sistem


Sistem Pencahayaan Darurat
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VIII Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar dan Sistem Peringatan Bahaya hal.80
Sistem lampu darurat dipasang pada tempat-tempat tertentu sebagaimana diatur dalam peraturan dan persyaratan yang berlaku
Setiap lampu darurat, harus bekerja secara otomatis,mempunyai tingkat pencahayaan yng cukup untuk evakuasi yang aman dan jika menggunakan sistem terpusat, catu daya cadangan dan kontrol otomatisnya harus dilindungi dari
kerusakan karena api dengan konstruksi penutup yang mempunyai TKA tidak kurang dari 60/60/60.
Lampu darurat yang digunakan harus sesuai dengan standar yang berlaku
Tanda Arah Keluar
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VIII Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar dan Sistem Peringatan Bahaya hal.80
Setiap tanda KELUAR yang dibutuhkan harus jelas, mudah dibaca, mempunyai huruf dan simbol dengan ukuran yang cukup
Tanda tersebut harus diterangi dengan pencahayaan cukup sehingga jelas terbaca sepanjang waktu sesuai dengan peraturan yang berlaku
Sistem Peringatan Bahaya
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VIII Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar dan Sistem Peringatan Bahaya hal.81
Sistem peringatan bahaya dan komunikasi internal mengacu pada standar yang berlaku dan harus dipasang pada bangunan-bangunan tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku
Akses Bagi Penyandang Cacat
Pada bangunan-bangunan tidak bertingkat
Sesuai dengan KEPMEN PU No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Bab VI Sarana Jalan Masuk dan Keluar hal.75
tetapi mempunyai perbedaan ketinggian
Untuk bangunan yang digunakan untuk pelayanan umum harus dilengkapi dengan fasilitas yang memberikan kemudahan akses dan sirkulasi bagi semua bagi semua orang termasuk penyandang cacat
lantai
Penyediaan ramp pada jalan-jalan pejalan
kaki dan dari pedestrian ke dalam
Sesuai dengan Pedoman Teknis Aksesibilitas pada Gedung Bangunan dan Lingkungan
bangunan
Penyediaan ramp pada bangunanbangunan dan pelataran parkir menuju
Sesuai dengan Pedoman Teknis Aksesibilitas pada Gedung Bangunan dan Lingkungan
bangunan lain atau pedestrian

NO.
2.4.1.8.
1.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Transportasi di dalam Gedung


Lift

4.

Lift Kebakaran
Peringatan Terhadap Pengurus Lift
Pada Saat Terjadi Kebakaran
Lift Untuk Rumah Sakit

5.

Sangkar Lift

6.

Shaft Lift

7.

Mesin Lift dan Ruang Mesin Lift

PERSYARATAN

KETERANGAN

Harus memenuhi : ketentuan yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja RI tentang kesehatan dan keselamatan kerja untuk Pesawat
Angkat Elevator.
Sesuai dengan Kepmen PU 441/KPTS/1998 tentang PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG.
Harus sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Kebakaran (DPK) tentang elevator (lift) untuk pelayanan kebakaran gedung.
Sesuai dengan Kepmen PU 441/KPTS/1998 tentang PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG.
Lift pasien yang dibutuhkan pada butir a, harus:
a. berukuran cukup untuk meletakknya fasilitas kereta dorong (wheel stretcher) secara horisontal.
b. Lift yang melayani ruang rawat pasien dihubungkan juga ke sistem tenaga listrik cadangan, dan
c. mempunyai kapasitas beban tidak kurang dari 600 kg.
Sangkar pada setiap lift harus dilengkapi dengan peralatan tanda bahaya yang dapat dioperasikan dari dalam sangkar, berupa bel listrik,
telepon, atau alat-alat lainnya yang dipasang dalam gedung di tempat yang mudah didengar oleh pengelola bangunan gedung yang
bersangkutan.
Dalam shaft lift dilarang memasang pipa atau peralatan lain yang tidak merupakan bagian dari instalasi lift.
Untuk shaft lift yang menerus dan tidak memiliki pintu keluar pada setiap lantainya, setiap 3 lantai harus memiliki bukaan untuk digunakan
dalam kondisi darurat.
1. Bangunan ruang mesin lift harus kuat dan kedap air serta berventilasi cukup. Ruang mesin harus mempunyai sirkulasi udara, untuk
mempertahankan suhu udara dan panas dari peralatan mesin.
2. Minimum satu jalan keluar harus dibuat pada setiap ruang mesin lift.
3. Balok, lantai, dan penyangga di ruang mesin harus direncanakan dengan memenuhi:
a. Beban balok dan penyangga harus sudah termasuk beban mesin lift, motor generator, panel kontrol, governor dan peralatan lain, termasuk
lantai ruang mesin.
b. Dua kali jumlah beban komponen yang bergerak vertikal dari tromol (dihitung dari dua sisi), atau dihubungkan ke tali yang disangga oleh
balok, dengan beban sangkar lift.
c. Balok diperhitungkan pada saat bandul mekanis (governor) bekerja.
4. Jika mesin lift dan tali ditempatkan di lantai bawah, atau di samping ruang luncur di lantai bawah, pondasi untuk mesin, tromol, dan penyangga
harus direncanakan sesuai beban di bawah ini:
a. Pondasi harus menyangga berat mesin, tromol tali, peralatan lain dan lantai di atasnya.
b. Balok penahan tali dan pondasi harus dihitung dua kali beban berat pada arah tegak.
c. Balok penahan tali dan pondasi harus dihitung dua kali beban berat pada arah sejajar.
d. Balok penahan tali dan pondasi harus dihitung dua kali beban berat pada arah semua gaya.
Draft Matriks - 35

INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO.

URAIAN
8.

Instalasi Listrik

9.

Pemeriksaan,
Pengujian
dan
Pemeliharaan
Tangga Berjalan dan Lantai Berjalan

10.
2.4.1.9.
1.

Sistem Pencahayaan Darurat


Sistem Pencahayaan Darurat

2.
3.
2.4.1.10
1.

Tanda Arah Keluar


Sistem Peringatan Bahaya
Instalasi Listrik
Perencanaan Instalasi Listrik

2.

Jaringan Distribusi Listrik

3.

Beban Listrik

4.
5.

Sumber Daya Listrik


Transformator Distribusi Outdoor dan
Indoor

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

PERSYARATAN
1. Semua hantaran listrik harus dipasang dalam pipa atau saluran kabel (duct) kecuali hantaran lemas (fleksibel) yang khusus.
2. Instalasi listrik untuk lift harus dilengkapi dengan pengaman arus lebih atau sakelar otomatis.
3. Semua bagian logam dari lift pada keadaan bekerja normal tidak boleh bertegangan.
Prosedur pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan instalasi lift sesuai dengan SNI 03-1718-1989 dan SNI 03-2190-1991.
Harus mengikuti pedoman dan ketentuan yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja RI tentang kesehatan dan keselamatan kerja untuk
sistem penggunaan Eskalator (moving stair).

Sesuai dengan SNI-03-6574-2001 tentang Perancangan Pencahayaan Darurat,Tanda arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan
Gedung.

Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya, jaringan distiribusi, papan hubung bagi dan beban listrik. Sistem instalasi listrik dan
penempatannya harus mudah diamati, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan bagi manusia, lingkungan, bagian
bangunan dan instalasi lainnya.

Kabel Tegangan Menengah


Kabel dapat dipasang dengan 2 cara : ditanam atau tidak ditanam (di udara). Pada umunya kabel yang digunakan di sini adalah N2XSEFGby
12/20 kV 3 inti (3 core). Atau antara PTM dengan trafo, biasanya kabel yang digunakan adalah N2XSY 12/20 kV inti tunggal x 3; atau
N2XSEFGby 12/20 kV 3 inti.
Kabel Tegangan Rendah
a. Kabel Tegangan Rendah (NYY 0,6/1 kV) mulai digunakan dari trafo ke PUTR dan seterusnya hingga ke setiap titik beban.
b. Kabel Tegangan Rendah (NYFGbY 0,6/1 kV) digunakan pada instalasi yang langsung berhubungan dengan tanah.
c. Kabel Tegangan Rendah (NYM 500 V) hanya digunakan untuk instalasi penerangan saja.
d. Sebagai pengenal untuk inti kabel atau rel digunakan warna, lambang atau huruf seperti yang terdapat dalam tabel 2.3. (Tabel : 701-1, PUIL
2000).
e. Ketentuan Kapasitas Hantar Arus (KHA) penghantar fasanya, pengecualian hanya diperbolehkan sesuai tabel 2.4. (Tabel : 313-1, PUIL 2000).
Pembumian sistem dibagi dua; tegangan menengah dan tegangan rendah. Tegangan menengah menggunakan Neutral Grounding Resistor
(NGR) yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan. NGR diposisikan di titik netral transformator. Tegangan rendah menggunakan sistem
solid ground (pembumian langsung)
Pembumian bodi dilakukan pada bagian konduktif terbuka perlengkapan (peralatan listrik) dan isolasi listrik.
Peralatan pada papan hubung bagi seperti sakelar, tombol, alat ukur, dan lain-lain harus ditempatkan dengan baik sehingga memudahkan
pengoperasiannya oleh petugas.
Papan hubung bagi dan alat ukur listrik diletakkan di dinding bagian depan rumah/bangunan yang aman terhadap air hujan atau diletakkan di
halaman rumah dengan diberi pelindung terhadap hujan.
Tombol, sakelar, dan stop kontak diletakkan di tempat yang aman (daerah yang tidak lembab/kering) dan aman dari jangkauan anak-anak.
Untuk pemasangan stop kontak di bawah, harus dilengkapi dengan pengaman terhadap tusukan.
Beban maksimum suatu instalasi listrik arus kuat harus dihitung dengan memperhatikan besarnya beban terpasang, faktor kebersamaan
(coincidence factor) atau faktor ketidakbersamaan (diversity factor).

KETERANGAN

Daftar simak (checklist) untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan sistem


pemadam kebakaran terdapat pada lampiran.

Sesuai dengan Kepmen PU 441/KPTS/1998 tentang PERSYARATAN TEKNIS


BANGUNAN GEDUNG.

Harus sesuai dengan buku Peraturan Umum Instalasi Listrik dan SNI-0225 yang
berlaku.
Hal-hal yang belum dicakup atau tidak disebut dalam PUIL, dapat menggunakan
ketentuan/standar dari negara lain atau badan internasional, sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.
Ketentuan mengenai penghantar pengaman dapat dilihat pada PUIL 2000

Daftar simak (checklist) untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan


instalasi listrik terdapat pada lampiran.

Transformator yang diletakkan di permukaan tanah/lantai harus dilindungi dengan pagar pelindung yang jaraknya terhadap transformator diatur
sebagaimana dalam SNI-0225.
Transformator yang diletakkan pada tiang harus memiliki konstruksi sedemikan hingga kokoh dan tidak jatuh pada saat terjadi gempa berskala
tinggi.
Transformator harus dilengkapi dengan pendingin/sistem pendingin transformator yang terdiri dari sistem pendingin secara alamiah (natural)
atau dengan melengkapi transformator dengan sirip-sirip (radiator).
Transformator tipe basah harus dilengkapi dengan alat pernafasan (breathing system) untuk mengurangi tekanan gas pada saat beban
berlebih. Peralatan tersebut harus dilengkapi dengan tabung berisi kristal zat hygroskopis untuk mencegah kelembaban (humidity) yang dapat
menurunkan nilai tegangan tembus minyak transformator.
Transformator harus dilengkapi dengan peralatan proteksi; rele Buchholz, pengaman tekanan lebih (explosive membrane/pressure relief valve),
rele tekanan lebih (sudden pressure relay), dan pengaman terhadap arus lebih. Transformator dengan daya lebih dari 10 MVA harus dilengkapi
dengan rele diferensial (differential relay). Transformator dapat juga dilengkapi dengan rele tangki tanah, rele hubung tanah dan rele termis.
Draft Matriks - 36

INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN
6.

2.4.1.11
1.
2.
3.
4.
2.4.1.12
1.

2.

Pemeriksaan,
Pengujian
dan
Pemeliharaan
Instalasi Komunikasi Dalam Gedung
Perencanaan Komunikasi Dalam
Bentuk Telepon dan Data
Instalasi Telekomunikasi
Instalasi Tata Suara
MA TV
Instalasi Gas
Instalasi Gas Pembakaran :
Jenis Gas
Jaringan Distribusi Gas Kota
Pemeriksaan dan Pengujian
Instalasi Gas Medik :
Jenis Gas
Jaringan Distribusi Gas Medik
Pemeriksaan dan Pengujian

PERSYARATAN

KETERANGAN

Pengujian meliputi pengujian instalasi penerangan, instalasi tenaga, dan pengujian genset seperti terlampir.

Sesuai dengan Kepmen PU 441/KPTS/1998 tentang PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG


Daftar simak (checklist) untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan instalasi komunikasi terdapat pada lampiran.

Sesuai dengan Kepmen PU 441/KPTS/1998 tentang PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG.

Udara medik harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :


a. Dipasok dari silinder, kontainer curah, sumber kompresor udara medik, atau diperoleh dari rekonstitusi oksigen USP dan nitrogen kering NF,
bebas minyak;
b. Memenuhi persyaratan udara medik USP;
c. Kadar hidrokarbon cair tidak terdeteksi;
d. Kadar gas hidrokarbon kurang dari 25 ppm;
e. Kadar partikulat permanen, yang berukuran 1 mikron atau lebih, sama atau kurang dari 5 mg/m3.

Berdasarkan SNI 03-7011-2004 tentang Keselamatan Pada Bangunan Fasilitas


Kesehatan

Lokasi untuk sistem pasokan sentral dan penyimpanan gas-gas medik harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Dibangun dengan akses untuk memindahkan silinder, peralatan, dan sebagainya, keluar dan masuk lokasi;
b. Dijaga keamanannya dengan pintu atau gerbang yang dapat dikunci atau diamankan dengan cara lain;
c. Jika di luar bangunan ruangan, harus dilindungi dengan dinding atau pagar dari bahan yang tidak dapat terbakar;
d. Jika di dalam bangunan, harus dibangun dan menggunakan bahan interior yang tidak dapat terbakar atau sulit terbakar sehingga semua
dinding, lantai, langit-langit, dan pintu sekurang-kurangnya mempunyai ketahanan api 1 jam;
e. Harus memenuhi SNI 04-0225-edisi terakhir atau standar lain seperti NFPA 70, untuk lokasi biasa, dengan peralatan listrik ditempatkan pada
atau lebih dari 152 cm (5 ft) di atas lantai untuk menghindari kerusakan fisik;
f. Harus dipanaskan dengan cara tidak langsung, (misalnya dengan uap air atau air panas) jika diperlukan;
g. Dilengkapi dengan rak, rantai, atau pengikat lainnya untuk mengamankan masing-masing silinder, baik terhubung maupun tidak terhubung,
penuh atau kosong, agar tidak roboh;
h. Dipasok dengan daya listrik yang memenuhi persyaratan sistem kelistrikan esensial;
i. Apabila disediakan rak, lemari, dan penyangga, harus dibuat dari bahan tidak dapat terbakar atau bahan sulit terbakar.
Ketentuan-ketentuan detail mengenai sumber, identifikasi dan pelabelan sistem, pengoperasian sistem pasokan sentral, sistem pasokan
sentral, perancangan dan pembangunan, ventilasi, ventilasi di lokasi manifol, ventilasi untuk peralatan, ventilasi untuk lokasi luar, penyimpanan,
regulator tekanan, katup pelepas tekanan, dan regulator tekanan udara medik terdapat pada SNI 03-7011-2004 tentang Keselamatan Pada
Bangunan Fasilitas Kesehatan.
Pengujian meliputi : pengujian kemampuan mempertahankan tekanan, pengujian sambung-silang, pemberian tekanan masing-masing pipa,
pengujian beda tekanan, pengujian katup, pengujian alarm, pengujian kebersihan pipa/sistem pipa, pengujian tekanan kerja, dan pengujian
konsentrasi dan kemurnian gas medik. Ketentuan secara detail terdapat pada SNI 03-7011-2004 tentang Keselamatan Pada Bangunan
Fasilitas Kesehatan.

NO
2.4.1.13.
2.4.1.14.
2.4.1.15.

URAIAN
BAHAYA KEBAKARAN
Perencanaan Tapak Untuk Proteksi
Kebakaran
Lingkungan Bangunan

ZONE I

ZONE II

ZONA III

ZONA IV

Kepmen PU No 10/KPTS/2000
Tapak harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tersedia sumber air yang memudahkan instansi pemadam kebakaran dalam operasi pemadaman dan proteksi terhadap meluasnya kebakaran direncanakan dengan pengaturan
tapak berupa lingkungan jalan dengan perkerasan, penyediaan jalur akses dan jarak antar bangunan sesuai dengan peraturan yang berlaku
Lingkungan tersebut di atas harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tersedia sumber air berupa hidran lingkungan, sumur kebakaran atau reservoir air dan sebagainya yang memudahkan instansi pemadam kebakaran untuk
menggunakannya, sehingga setiap rumah dan bangunan dapat dijangkau oleh pancaran air unit pemadam kebakaran dari jalan lingkungan
Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran, harus disediakan jalur akses dan ditentukan jarak antar bangunan

Draft Matriks - 37
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
2.4.1.16.
a.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Akses Petugas Pemadam Kebakaran ke


Lingkungan
Akses Petugas Pemadam Kebakaran ke
Dalam Bangunan

b.

Akses Petugas Pemadam Kebakarandi


Dalam Bangunan

c.

Saf (Shaft) untuk Petugas Pemadam


Kebakaran

NO

URAIAN

2.4.1.17.
1.
a.

Sarana Penyelamatan
Persyaratan Jalan Keluar
Kebutuhan Jalan Keluar (Eksit)

ZONE I

b.

Eksit yang Terlindung Terhadap


Kebakaran

c.

Jarak Tempuh ke Eksit

Akses Petugas Pemadam Kebakaran dibuat melalui dinding luar untuk operasi pemadaman dan penyelamatan. Bukaan tersebut harus siap dibuka dari dalam dan luar atau terbuat dari bahan yang mudah dipecahkan, dan senantiasa
bebas hambatan selama bangunan dihuni atau dioperasikan.
Akses Petugas Pemadam Kebakaran harus diberi tanda segitiga warna merah atau kuning dengan ukuran tiap sisi minimum 150 mm dan diletakkan pada sisi luar dinding dan diberi tulisan .AKSES PEMADAM KEBAKARAN .
JANGAN DIHALANGI. dengan ukuran tinggi minimal 50 mm. Ketentuan ini tidak dipersyaratkan untuk bangunan kelas 1, 2, dan 3.
Ukuran Akses Petugas Pemadam Kebakaran tidak boleh kurang dari 85 cm lebar dan 100 cm tinggi, dengan tinggi ambang bawah tidak lebih dari 100 cm dan tinggi ambang atas tidak kurang dari 180 cm di atas permukaan lantai
bagian dalam.
Jumlah dan posisi bukaan akses Pemadam Kebakaran untuk selain bangunan hunian diatur dalam peraturan bangunan yang berlaku seperti Kepmen PU No. 10/KPTS/2000
Pada bangunan gedung rendah yang tidak memiliki bismen, yang dalam persyaratan akses masuk bagi personil instansi kebakaran akan dipenuhi oleh kombinasi dari sarana jalan ke luar dengan akses masuk kendaraan
Pada bangunan lainnya, masalah-masalah yang dihadapi saat mendekati lokasi kebakaran dan berada dekat lokasi kebakaran dalam upaya menanggulangi kebakaran, diperlukan persyaratan mengenai sarana atau fasilitas tambahan
untuk menghindari penundaan dan untuk memperlancar operasi pemadaman.
Fasilitas-fasilitas tambahan ini meliputi lif untuk pemadaman kebakaran, tangga untuk keperluan pemadaman kebakaran, dan lobi untuk operasi pemadaman kebakaran yang dikombinasi di dalam suatu saf yang dilindungi terhadap
kebakaran atau disebut sebagai saf untuk pemadaman kebakaran.
Bangunan yang lantainya terletak lebih dari 20 m di atas permukaan tanah atau di atas level akses masuk bangunan atau yang bismennya lebih dari 10 m di bawah permukaan tanah atau level akses masuk bangunan, harus memiliki
saf untuk pemadaman kebakaran yang berisi di dalamnya lif untuk pemadaman kebakaran.
Bangunan yang bukan tempat parkir sisi terbuka dengan tuas tingkat bangunan seluas 600 m2 atau lebih, yang bagian atas tingkat tersebut tingginya 7,5 m di atas level akses, harus dilengkapi dengan saf untuk tangga pemadam
kebakaran yang tidak perlu dilengkapi dengan lif pemadam kebakaran.
Bangunan dengan dua atau lebih lantai bismen yang luasnya lebih dari 900 m2, harus dilengkapi dengan saf tangga kebakaran terlindung untuk personil pemadam kebakaran yang tidak perlu membuat lif pemadam kebakaran.
Kompleks perbelanjaan harus dilengkapi dengan saf untuk pemadaman kebakaran.
Penempatan saf untuk pemadaman kebakaran harus sedemikian rupa, hingga setiap bagian dari tiap lapis atau tingkat bangunan di luar level akses masuk petugas pemadaman kebakaran, tidak lebih dari 60 m diukur dari pintu masuk
ke lobi.

ZONE II

ZONA III

ZONA IV

Setiap bangunan harus mempunyai sedikitnya 1 eksit dari setiap lantainya.


Bangunan kelas 2 s.d kelas 8: Selain terdapat eksit horisontal, minimal harus tersedia 2 eksit:
a. tiap lantai bila bangunan memiliki tinggi efektif lebih dari 2,5 m;
b. bangunan kelas 2 atau 3 atau gabungan kelas 2 dan 3 dengan ketinggian 2 lantai atau lebih dengan jenis konstruksi tipe - C, maka setiap unit hunian harus mempunyai:
1) akses ke sedikitnya 2 jalan ke luar; atau
2) akses langsung ke jalan atau ruang terbuka
Selain adanya eksit horisontal minimal harus tersedia 2 eksit dari setiap lantai, bila jalur penyelamatan dari lantai tersebut naik lebih dari 1,5 m kecuali:
a. luas lantai tak lebih dari 50 m2, dan
b. jarak tempuh dari titik manapun pada lantai dimaksud kesatu eksit tidak lebih dari 20 m.
Bangunan kelas 9: Selain tersedia eksit horisontal, minimal harus tersedia 2 jalan ke luar dengan kondisi-kondisi sebagaimana tercantum dalam peraturan yang berlaku
a. tiap lantai bila bangunan memiliki lantai lebih dari 6 atau ketinggian efektif lebih dari 2,5 m;
Bangunan kelas 2 dan 3: Setiap eksit yang diperlukan harus dilindungi terhadap kebakaran, kecuali jalan tersebut menghubungkan tidak lebih dari:
a. 3 lapis lantai berurutan dalam suatu bangunan kelas 2, atau
b. 2 lapis lantai berurutan dalam suatu bangunan kelas 3, dan termasuk 1 lapis lantai tambahan bila digunakan sebagai tempat menyimpan kendaraan bermotor atau keperluan pelengkap lainnya.
Bangunan kelas 5 s.d. 9: Setiap eksit harus terlindung terhadap bahaya kebakaran kecuali:
a. pada bangunan kelas 9a: eksit tidak menghubungkan atau melalui lebih dari 2 lapis lantai berurutan pada area yang bukan area perawatan pasien; atau
b. merupakan bagian dari panggung penonton terbuka untuk tempat penonton; atau
c. tidak menghubungkan atau melewati lebih dari 2 lapis lantai secara berurutan atau 3 lapis lantai berurutan, bila bangunan tersebut mempunyai sistem sprinkler yang terpasang memenuhi ketentuan
Bangunan kelas 2 dan 3:
a. Pintu masuk pada setiap hunian tunggal harus berjarak tidak lebih dari:
1) 6 m dari satu eksit atau dari suatu tempat di mana dari tempat tersebut terdapat jalur yang berbeda menuju ke 2 eksit; atau
2) 20 m dari eksit tunggal yang melayani lantai pada level penyelamatan menuju ke jalan atau ke ruang terbuka; dan
b. Tidak boleh ada tempat pada suatu ruang yang bukan pada unit hunian tunggal pada suatu lantai memiliki jarak lebih dari 20 m dari suatu eksit atau dari suatu tempat di mana terdapat jalur dua arah yang berbeda menuju ke 2 eksit.
Bagian bangunan kelas 4: Pintu masuk kesetiap bagian Bangunan Kelas 4,harus tidak lebih dari 6 m dari suatu eksit, atau dari suatu tempat di mana terdapat jalur dua arah menuju ke 2 eksit.
Bangunan kelas 5 s.d. 9: Terkena aturan butir 2.4., 2.5., 2.6. dan:
a. Setiap tempat harus berjarak tidak lebih 20 m dari pintu ke luar, atau dari tempat dengan jalur dua arah menuju ke 2 pintu ke luar tersedia, jika jarak maksimum ke salah satu pintu ke luar tersebut tidak melebihi 40 m, dan
b. Pada bangunan kelas 5 atau 6, jarak ke eksit tunggal yang melayani lantai pada level akses ke jalan atau ke ruang terbuka dapat diperpanjang sampai 30 m.

Draft Matriks - 38
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN

ZONE I

d.

Jarak Antar Eksit-eksit Alternatif

e.

Dimensi/Ukuran Eksit

A
a.

PENGAMANAN TERHADAP BENCANA


Bencana Tsunami dan Gempa
Jalur Penyelamatan

b.

Bangunan Penyelamat

III

ZONE II

ZONA III

ZONA IV

Bangunan kelas 9a: Pada area perawatan pasien di bangunan kelas 9a:
a. Jarak dari setiap titik pada lantai ke suatu tempat di mana di tempat tersebut dua jalur yang berbeda menuju ke 2 eksit yang tersedia sesuai persyaratan, tidak lebih dari 12 m; dan
b. Jarak maksimum dari tempat tersebut ke salah satu dari eksit tidak lebih dari 30 m.
Tempat Duduk Penonton yang Terbuka: Jarak tempuh menuju ke eksit pada bangunan kelas 9b, yang dipakai sebagai tempat duduk terbuka bagi penonton, harus tidak boleh lebih dari 60 m.
Gedung Pertemuan: Pada bangunan kelas 9 b yang bukan gedung sekolah atau pusat asuhan balita, jarak ke salah satu eksit boleh 60 m, bila:
a. jalur lintasan dari ruang tersebut ke eksit melewati ruang lain yakni koridor, lobby, ramp, atau ruang sirkulasi lainnya, dan
b. konstruksi ruang tersebut bebas asap, memiliki TKA tidak kurang dari 60/60/60 dan konstruksi setiap pintunya terlindung serta dapat menutup sendiri dengan ketebalan tidak kurang dari 35 mm.
c. jarak tempuh maksimum dalam ruang tidak boleh melebihi 40 m dan dari pintu ke ruang melalui ruang sirkulasi ke eksit tidak boleh melebihi 20 m.
Eksit yang disyaratkan sebagai alternatif jalan ke luar harus:
1. tersebar merata di sekeliling lantai yang dilayani sehingga akses ke minimal dua eksit tidak terhalang dari semua tempat termasuk area lif di lobby; dan
2. jarak tidak kurang dari 9 m antar eksit; dan
3. jarak antar eksit tidak lebih dari:
a. 45 m pada bangunan kelas 2 atau kelas 3, atau
b. 45 m pada bangunan kelas 9a, bila eksit tersebut melayani tempat perawatan pasien, atau
c. 60 m, untuk bangunan lainnya.
4. terletak sedemikian rupa sehingga alternatif jalur lintasan tidak bertemu, sehingga jarak antar eksit kurang dari 6 m.

Pada suatu eksit yang disyaratkan atau jalur sirkulasi ke suatu eksit:
1. tinggi bebas seluruhnya tidak kurang dari 2 m, kecuali tinggi pintu yang tidak terhalang boleh dikurangi sampai tidak boleh kurang dari 148 cm; dan
2. jika lapis lantai atau mesanin menampung tidak lebih dari 100 orang, maka lebar bebas, kecuali untuk pintu harus tidak boleh kurang dari:
a. 1 m, atau
b. 1,8 m pada lorong, koridor atau ramp yang biasa digunakan untuk jalur sirkulasi pasien di atas tempat tidur dorong pada area atau bangsal perawatan;
3. jika lapis lantai atau mesanin menampung lebih dari 100 orang, tetapi tidak lebih dari 200 orang, maka lebar bersih, kecuali untuk pintu harus tidak kurang dari:
a. 1 m ditambah 25 cm untuk setiap kelebihan 25 orang dari sejumlah 100 orang; atau
b. 1,8 m pada lorong, koridor atau ramp yang normalnya digunakan untuk jalur sirkulasi pasien di atas tempat tidur dorong pada area atau bangsal perawatan;
4. jika lapis lantai atau mesanin menampung lebih dari 200 orang, maka lebar bersih, kecuali untuk pintu harus ditambah menjadi:
a. 2 m ditambah 500 mm untuk setiap kelebihan 60 orang dari sejumlah 200 orang jika jalan ke luar mencakup perubahan ketinggian lantai oleh tangga atau ramp dengan tinggi tanjakan 1:12, atau
b. pada kasus lain, 2 m ditambah 500 mm untuk setiap kelebihan 75 orang dari jumlah 200 orang; dan
5. pada panggung terbuka tempat penonton yang menampung lebih dari 2.000 orang, maka lebar bersih, kecuali untuk pintu ke luar harus diperlebar sampai 17 m ditambah dengan suatu kelebaran (dalam m) yang besarnya sama dengan
angka kelebihan dari jumlah 2.000 dibagi 600; dan
6. lebar pintu ke luar harus tidak kurang dari:
a. pada area perawatan pasien di mana pasien biasanya dipindahkan dalam tempat tidur dorong, maka jika pintu membuka ke arah koridor dengan:
1) lebar koridor lebih besar dari 1,8 m atau kurang dari 2,2 m, maka lebar bebasnya 120 cm; atau
2) lebar koridor tidak kurang dari 2,2 m, maka lebar bebasnya 107 cm;
b. untuk kawasan perawatan pasien di eksit horisontal dapat dikurangi 125 cm; atau
c. lebar dari setiap eksit yang memenuhi ketentuan butir 2.7.2., 2.7.3., 2.7.4., atau 2.7.5., minus 25 cm; atau
d. pada lokasi lain kecuali bila harus membuka ke ruang sanitasi atau kamar mandi dikurangi 75 cm; dan
7. lebar pintu ke luar atau eksit tidak boleh berkurang ukurannya pada jalur lintasan yang mengarah ke jalan atau ruang terbuka, kecuali apabila kelebaran tersebut telah ditambah
Untuk mempercepat evakuasi penduduk menjauhi pantai pada kawasan pesisir, jalan utama lingkungan (sejajar
dengan pantai) sebagai penghubung tidak boleh l> panjang dari jalan lokal dan kolektor (tegak lurus dengan pantai).
Jalan utama lingkungan terhubung baik dengan jalan lokal, kolektor maupun arteri, dengan lebar badan jalan bebas
hambatan dua jalur minimum 12 meter.
Jalan darurat merupakan jalan terpendek keluar lingkungan ke arah jalan lokal dan kolektor yang bebas hambatan,
dengan lebar badan jalan minimum 6 meter.
Jalan-jalan dengan kepadatan kendaraan tinggi tidak dianjurkan dipakai sebagai jalur penyelamatan.

Jalan utama lingkungan terhubung baik dengan jalan lokal, kolektor maupun arteri, dengan lebar badan jalan bebas
hambatan dua jalur minimum 12 meter.
Jalan darurat merupakan jalan terpendek keluar lingkungan ke arah jalan lokal dan kolektor yang bebas hambatan,
dengan lebar badan jalan minimum 6 meter.
Jalan keluar dari setiap bangunan harus langsung ke jalan lingkungan dan jalan darurat minimum ada 1 buah, tidak
boleh melewati bangunan tetangganya.
Jalan-jalan dengan kepadatan kendaraan tinggi tidak dianjurkan dipakai sebagai jalur penyelamatan.
Jalan lingkar luar kota merupakan jalur utama bebas hambatan sebagai jalur evakuasi utama kota.
Bangunan ibadah, sekolah, balai pertemuan, perkantoran dan bangunan tinggi lainnya dengan struktur yang kokoh dan dapat menampung orang banyak, dapat dicapai dalam15 menit, dengan radius pelayanan maksimum 2 Km
Pada zona I tinggi lantai > 1,5 meter atau bangunan berkolong/panggung

Draft Matriks - 39
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO
B
a.

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

URAIAN
Bencana Kebakaran
Jalur Penyelamatan

ZONE I

ZONE II

ZONA III

Rumah Tinggal

Non Rumah Tinggal

Lebar perkerasan jalan lingkungan minimum 4 m, akses jalan minimum 45 m masuk kedalam lingkungan dari jalan Jarak ruang akses minimal antar gedung: Tinggi bangunan 8 lantai, jarak antar bangunan minimum 3 m

Tinggi bangunan > 8-14 lantai, jarak antar bangunan minimum > 3-6 m
Tinggi bangunan < 14 lantai, jarak antar bangunan minimum > 6 m
Setiap bangunan selain klas 2,3 lebar perkerasan jalan minimum 6m, panjang jalan minimum 15m masuk ke dalam
tiap-tiap bangunan. Ketentuan terinci mengacu pada:
Kepmen PU 10/KPTS/2000

masuk, dapat dilalui kendaraan pemadam kebakaran dan sirkulasi petudas pemadam

b.

Hidran

c.
C
a.

Bangunan PosPemadam Kebakaran dalam


Wilayah Manajemen Kebakaran
Bencana Banjir dan Longsor
Jalur Penyelamatan

b.

Bangunan Penyelamat

ZONA IV

Rumah tinggal dan non rumah tinggal untuk hidran halaman:


Disediakan di dalam halaman bila tidak tersedia hidran kota.
Jarak bebas hambatan kendaraan pemadam kebakaran dari hidran kota ke dalam halaman sejauh 50 meter.
Satu Pos Pemadam Kebakaran berlokasi terjauh dengan radius layanan maksimum 15 menit sejak dimulainya waktu tanggap, atau maksimum melayani 3 wilayah kelurahan. Ketentuan terinci mengacu pada:

Kepmen PU 11/KPTS/2000

Untuk mempercepat evakuasi penduduk menjauhi daerah banjir atau longsor , dibuat jalan lingkungan/jalan darurat melintang atau tegak lurus terhadap kemiringan lahan ataupun daerah aliran air.
Jalan utama lingkungan terhubung baik dengan jalan lokal, kolektor maupun arteri, dengan lebar badan jalan bebas hambatan dua jalur minimum 12 meter.
Hindari jalan-jalan yang merupakan daerah aliran sungai dan berada pada daerah tebing yang tidak bertanggul.
Bangunan ibadah, sekolah, balai pertemuan, perkantoran dan bangunan tinggi lainnya dengan struktur yang kokoh dan dapat menampung orang banyak, dapat dicapai dalam 15 menit, dengan radius pelayanan maksimum 2 Km.
Pada zona I tinggi lantai > 1,5 meter atau bangunan berkolong/panggung.

3. Tata Laksana
NO

KEGIATAN

PERSYARATAN

KETERANGAN

1. PEMBANGUNAN
a. Penyelenggaraan
b. Perencanaan

Memenuhi persyaratan administrasi & teknis


Pelaksanaan pembangunan harus sesuai dengan IMB
Perencanaan bangunan gedung harus memenuhi persyaratan teknis
Mempertimbangkan segi keamanan, keselamatan, keserasian bangunan dan lingkungan
Perencana bangunan gedung harus mempunyai izin bekerja

c. Pelaksanaan

d. Pengawasan

1. Pendirian
Pelaksanaan pembangunan harus sesuai izin
Harus menjaga keamanan, keselamatan bangunan dan lingkungannya serta mengganggu lingkungan
sekitarnya
2. Perbaikan/Penambahan/Perubahan/Pemugaran
Harus mengajukan surat permohonan secara tertulis
(ukuran, bentuk dan penggunaan perubah)
Harus mengajukan surat pemberitahuan secara tertulis
(ukuran, bentuk dan penggunaan tetap)
Pelaksanaan sesuai izin yang diberikan
Pelaksanaan pembangunan harus sesuai izin
Pembangunan non rumah tinggal dilaksanakan oleh pemborong dan diawasi oleh pengawas pelaksana
Pemborong harus memiliki izin bekerja dari Pemerintah Daerah

Tata cara penyelenggaraan bangunan gedung ditetapkan dalam Peraturan Daerah


Penyelenggaraan meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran
Tata cara perencanaan ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Persyaratan teknis : persyaratan tata bangunan & keandalan bangunan
Pertimbangan meliputi segi asritektur, struktur, instalasi dan perlengkapan bangunan dan keamanan dalam mencegah
kebakaran
Izin bekerja dikeluarkan oleh Kepala Daerah, untuk :
- Perancang arsitektur bangunan gedung
- Perencana struktur bangunan gedung
- Perencana instalasi dan perlengkapan bangunan gedung

Tata cara pelaksanaan ditetapkan dalam Peraturan Daerah


Izin dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk

Tata cara pengawasan ditetapkan dalam Peraturan Daerah

2. PEMANFAATAN
a. Laik Fungsi

Pemanfaatan bangunan sesuai fungsi yang ditetapkan


Telah dilakukan pengkajian teknis

Draft Matriks - 40
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

KEGIATAN
b. Persyaratan administrasi & teknis

c. Pemliharaan, perawatan & pemeriksaan

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

PERSYARATAN
1. Persyaratan administrasi :
- Status hak atas tanah
- Izin pemanfaatan dari pemilik
- Status kepemilikan bangunan gedung
- IMB
2. Persyaratan teknis :
- Ketentuan planologis
- Struktur bangunan
- Keamanan
- Keselamatan
- Kesehatan
- Kenyamanan
- Dll
Pemilik, penghuni, pemakai bangunan wajib melakukan pemeliharaan dan perawatan
Pemeriksaan dilakukan secara berkala oleh tenaga/konsultan ahli

KETERANGAN

Tata cara ditetapkan dalam Peraturan Daerah


Setifikat Laik Fungsi (SLF) ditandatangani oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk

3. PELESTARIAN
a. Perlindungan
b. Pelestarian
c. Perbaikan
d. Pemugaran
e. Pemanfaatan

Bangunan gedung & lingkungannya sebagai cagar budaya


Umur bangunan 50 tahun
Tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang
dikandungnya
Memperhatikan nilai sejarah
Sesuai fungsi semula
Potensi pengembangan lain yang lebih tepat

Penetapan bangunan gedung & lingkungannya sebagai cagar


budaya oleh Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah
Teknis pelaksanaan diatur dalam Peraturan Daerah
Ditetapkan dalam Peraturan Daerah

4. PEMBONGKARAN
a. Persyaratan

b. Tata Cara

Tidak laik fungsi


Dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatan
Tidak memiliki IMB
Mengajukan permohonan
Memperoleh izin bongkar
Pelaksanaan pembongkaran

Hasil kajian teknis


Tata cara diatur dalam Peraturan Daerah
Izin dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk

5. HAK DAN KEWAJIBAN


a. Hak

b. Kewajiban

Mengetahui tata cara/proses


Mengetahui peruntukan lokasi
Mengetahui ketentuan keandalan bangunan
Mengetahui ketentuan bangunan laik fungsi
Mengetahui bangunan & lingkungan yang termasuk cagar budaya
Membangun sesuai perizinan
Penggunaan bangunan sesusai fungsi yang ditetapkan
Mendapat insentif jika bangunannya ditetapkan sebagai cagar budaya
Mendapat ganti rugi, apabila bangunannya dibongkar yang bukan akibat oleh kesalahannya
Menyediakan rencana teknis bangunan
Memiliki IMB
Melaksanakan pembangunan sesuai rencana teknis yang telah disahkan
Memanfaatkan bangunan sesuai fungsi
Memelihara/merawat bangunan

Tata cara diatur dalam Peraturan Daerah


Izin dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk

6. PERAN SERTA MASYARAKAT


a. Memantau & menjaga ketertiban
b. Memberikan masukan

c. Melaksanakan gugatan

Tidak tertib dalam pembangunan


Penggunaan bangunan tidak sesuai fungsi
Pembangunan merugikan masyarakat dan lingkungan

Sesuai peraturan perundangan


Tata cara diatur dalam Peraturan Daerah
Didampingi Tim ahli bangunan
Memberikan masukan
Menyampaikan pendapat dan pertimbangan
Gugatan perwakilan sesuai peraturan perundangan oleh perorangan atau kelompok

Draft Matriks - 41
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

KEGIATAN

PERSYARATAN

KETERANGAN

7. PEMBINAAN
a. Bangunan gedung
b. Penyelenggaraan

Tidak tertib dalam pembangunan


Penggunaan bangunan tidak sesuai fungsi
Pembangunan merugikan masyarakat dan lingkungan

Sesuai peraturan perundangan


Tata cara diatur dalam Peraturan Daerah

a. Bentuk

Sanksi administratif dan sanksi pidana

b. Tata cara pengenaan

Tidak memenuhi kewajiban pemenuhan fungsi dan/atau penyelenggaraan banguan gedung

Ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan


Sanksi administrative berupa :
- Peringatan tertulis
- Pembatasan kegiatan
- Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan dan/atau pemanfaatan
- Pembekuan IMB dan/atau SLF
- Pencabutan IMB dan/atau SLF
- Perintah pembongkaran
Sanksi pidana
Kegiatan pelaksanaan :
- 3 thn/denda 10 % nilai bgn jika mengakibatkan kerugian harta benda orang lain
- 4 thn/denda 15 % nilai bgn jika mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain sehingga cacat seumur hidup
- 5 thn/denda 20 % nilai bgn jika mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain
Pemanfaatan :
- 1 thn/denda 1 % nilai bgn jika mengakibatkan kerugian harta benda orang lain
- 2 thn/denda 2 % nilai bgn jika mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain sehingga cacat seumur hidup
- 3 thn/denda 3 % nilai bgn jika mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain
Pengenaan sanksi tidak berarti membebaskan dari kewajiban memenuhi ketentuan yang ditetapkan
Selain sanksi administratif, dapat dikenakan sanksi denda 10 % dari nilai bangunan yg sedang atau telah dibangun

c. Pemberdayaan masyarakat

8. SANKSI

9. PERIZINAN
a. Pemberian izin

b. Tidak perlu izin

c. Larangan mendirikan /
mengubah bangunan

d. Permohonan izin

Sesuai dengan Peraturan Daerah


Bangunan permanent
Bangunan sementara yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan (selama kegiatan pekerjaan
dilaksanakan)
Bangunan bedeng atau direksi keet
Pekerjaan pemeliharaan bangunan
Membuat lubang ventilasi, penerangan max 1 m
Bangunan tidak permanent unt pemeliharaan binatang/tanaman (luas max 10 m)
Membuat kolam hias, taman & patung, tiang bendera
Membongkar bagian-bagian bgn yang tidak membahayakan
Tidak mempunyai IMB
Menyimpang dari ketentuan atau persyaratan peraturan bangunan gedung
Menyimpang dari rencana pembangunan yg ditetapkan dlm IMB
Mendirikan bangunan diatas tanah bukan miliknya tanpa izin pemilik yang sah
Permohonan secara tertulis dilengkapi dengan melampirkan persyaratan administrasi dan teknis

Ditetapkan dalam Peraturan Daerah


Izin dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk

Ditetapkan dalam Peraturan Daerah

Ditetapkan dalam Peraturan Daerah


Tata cara diatur dalam Peraturan Daerah
Lampiran permohonan izin :
1. Rumah tinggal :
- Fotocopi KTP
- Fotocopi surat-surat tanah
- Keterangan peta rencana tata ruang
- Gbr rancangan arsitektur
- Fotocopi surat izin bekerja penanggungjawab arsitektur (kecuali rmh sederhama/kecil dan sedang)
- Perhit & gbr konstruksi
- Fotocopi surat izin bekerja perencana struktur
-

Draft Matriks - 42
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

NO

Draft Matriks Building Code Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

KEGIATAN

PERSYARATAN

e. Putusan izin

f. Penolakan izin

g. Pencabutan izin

h. Banding

Permohonan memenuhi persyaratan administrasi & teknis


Lokasi tidak sesuai rencana tata ruang
Bangunan tidak memenuhi persyaratan administrasi dan teknis
Pendirian/penggunaan bgn akan merugikan kepentingan umum
Kepentingan masyarakat akan dirugikan
Bangunan mengganggu lalu lintas, aliran air dan keserasian
Ada keberatan yang diajukan
Lokasi sudah ada rencana pembangunan
Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
6 bln setelah penetapan izin, pekerjaan belum dimulai
6 bln berturut-turut pekerjaan terhenti
Pekerjan tidak diteruskan (hanya pekerjaan persiapan)
Keterangan/lampiran permohonan izin yg diajukan palsu
Pelaksanaan tidak sesuai izin
Permohonan ditolak
Permohonan secara tertulis (jangka waktu 1 bln)

KETERANGAN
2.

Non rumah tinggal :


- Fotocopi KTP
- Fotocopi surat-surat tanah
- Keterangan peta rencana tata ruang
- Gbr rancangan arsitektur
- Fotocopi surat izin bekerja penanggungjawab arsitektur (kecuali rmh sederhama/kecil dan sedang)
- Perhit & gbr konstruksi
- Fotocopi surat izin bekerja perencana struktur (bagi yang disyaratkan)
- Perhit & gbr instalasi dan perlengkapannya
Fotocopi surat izin bekerja perencana instalasi & perlengkapan bangunan (bagi yang disyaratkan)
Tata cara diatur dalam Peraturan Daerah
Surat Izin ditanda tangani oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk
Paling lambat 3 bln sejak berkas dinyatakan lengkap

Sesuai peraturan perundangan


Tata cara diatur dalam Peraturan Daerah
Keputusan Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk

Keputusan Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk


6 bln tidak ada penyelesaian lanjutan, bangunan dibongkar

Keputusan Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk


Permohonan memuat : nama dan alamat, tanggal dan nomor putusan, alasan dan keputusan yang dikehendaki

Keterangan :
Daftar Referensi Standar yang Dipakai :
KODE

STANDAR ACUAN
Lampiran Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 111/KPTS/CK/1993 Tanggal 28 September 1993 Tentang PEDOMAN PEMBANGUNAN TAHAN GEMPA
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 441/KPTS/1998 Tentang PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang BANGUNAN GEDUNG
NSPM Kimpraswil, Pedoman/Petunjuk Teknik dan Manual, Bagian 3 : Rumah, Gedung dan Perumahan
NSPM Kimpraswil, Metoda, Spesifikasi dan Tata Cara, Bagian 13 : Kayu, Bahan Lain, Lain-lain
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wikayah Republik Indonesia Nomor 403/KPTS/M/2002 Tanggal 2 Desember 2002 Tentang: PEDOMAN TEKNIK PEMBANGUNAN
RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs Sehat)
Standar Nasional Indonesia (SNI): Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan di Perkotaan
NSPM Kimpraswil, Metoda, Spesifikasi dan Tata Cara, Bagian 9: Keselamatan Bangunan
Semua SNI yang berkaitan dengan Bangunan Gedung

KETERANGAN
Kantor Menteri Negara Pekerjaan Umum
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah

Draft Matriks - 43
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER

Anda mungkin juga menyukai