Anda di halaman 1dari 3

dilakukan interpretasi data pengukuran resistivitas semu yang diperoleh dari VLFResistivitas di daerah Sangon, Kulon Progo.

Posisi Sangon adalah 7 50 13.2 - 7 50 29.4


Lintang Selatan dan 110 03 47.2 - 110 04 02.2 Bujur Timur. Tujuan interpretasi ini
untuk mengetahui arah penyebaran urat sulfida dan kedalamannya yang diduga sebagai
penyebab anomali. Metode interpretasi yang digunakan adalah pemodelan maju dari Kunetz
mengenai respon VLF-R pada sistem dua lapisan yang programnnya dibuat oleh Pirttijrvi
dalam 2LAYINV. Hasil interpretasi kualitatif dan kuantitatif menunjukkan bahwa anomali
berupa urat-urat sulfida berbentuk jejaring urat dengan arah penyebaran cenderung ke
Baratdaya - Timurlaut, dengan kedalaman puncak sumber anomali berkisar antara (2-3)
meter dari permukaan. Daerah Sangon di Kabupaten Kulon Progo telah lama dikenal sebagai
daerah pertambangan emas rakyat. Teknik penambangan baik eksplorasi maupun eksploitasi
yang dilakukan oleh penambang yang merupakan penduduk lokal masih menggunakan caracara sederhana. Eksplorasi dilakukan dengan cara mencari singkapan-singkapan urat kuarsa
yang dianggap berasosiasi dengan emas di permukaan. Pada tahap eksploitasi, singkapan urat
yang ditemukan lalu digali menggunakan cangkul, linggis, palu, dan beberapa alat sederhana
lainnya. Penggalian biasanya hanya dilakukan secara vertikal, namun dalam kondisi tertentu
penggalian dilakukan secara horizontal. Arah penggalian secara horizontal biasanya
ditentukan hanya lewat naluri tanpa asumsi apapun. Tidak jarang naluri ini salah, hanya
beberapa meter menggali urat kuarsa sudah tidak ditemukan lagi. Teknik penambangan
seperti ini tentu sangat tidak efektif, risiko mengalami kerugian baik tenaga, biaya, maupun
waktu sangat mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan tidak adanya informasi mengenai
persebaran urat kuarsa yang berasosiasi dengan emas pada daerah tersebut. Sismanto, dkk.,
2009 telah melakukan pengukuran data tilt dan resistivitas dengan menggunakan metode
elektromagnetik very low frequency (VLF) di dusun Sangon II, desa Kalirejo, kecamatan
Kokap, kabupaten Kulon Progo, DIY. Posisi 7 50 13.2 - 7 50 29.4 LS dan 110 03
47.2 - 110 04 02.2 BT. Luas daerah penelitian adalah (300 x 400) m2. Tepatnya lokasi
penelitian ditunjukkan pada gambar 1. Survey tersebut untuk memetakan penyebaran uraturat sulfida atau kuarsa yang berasosiasi dengan logam-logam mulia. Dari pemrosesan data
VLF-tilt dengan filter Karous Hjelt, 1983 dan pemetaan resistivitas semunya diperoleh posisi
anomaly di (396800, 9133450) to (396850, 9133500) dengan arah Baratdaya - Timurlaut,
kedalaman sumber anomali mencapai 20 meter dari permukaan.
Prinsip pengukuran metode VLF sebenarnya sangat sederhana. Sumber gelombang
elektromagnetik berfrekuensi rendah yang berasal dari pemancar radio, dalam metode VLF
disebut sebagai medan primer, dan mempunyai frekuensi 15 kHz sampai 30 kHz,

dirambatkan di antara permukaan bumi dan ionosfer. Dalam tubuh batuan konduktif, medan
primer ini akan menginduksi arus sekunder didalamnya. Arus ini akan membangkitkan
medan sekunder yang kemudian bergabung dengan medan primer. Medan sekunder yang
dibangkitkan tergantung dari besaran fisika yang terkandung dalam batuan yaitu resistivitas
atau konduktivitas. Dengan melakukan pengukuran medan total (primer + sekunder) di
permukaan bumi dapat diketahui resistivitas sebagai salah satu sifat fisis batuan. Alat VLF
biasanya dapat digunakan untuk dua teknik pengukuran, yaitu mode tilt-angle dan mode
resistivity. Mode tilt-angle mengukur polarisasi komponen medan magnetik, sedangkan mode
resistivity mengukur polarisasi komponen medan magnetik dan medan listrik. Berdasarkan
orientasi sumber pemancar yang digunakan, teknik pengukuran VLF dapat dibagi lagi
menjadi dua mode yaitu polarisasi-E (E-polarization) dan polarisasi-H (H-polarization).
Polarisasi-E jika sumber pemancar berada searah dengan jurus struktur batuan yang diteliti,
sedangkan polarisasi-H jika sumber pemancar berada pada posisi tegak lurus dengan arah
jurus struktur.
Berdasarkan informasi geologi yang ada, area penelitian adalah zona alterasi dan
mineralisasi dimana ditemui urat-urat dibeberapa tempat yang mengandung mineral sulfida
dan logam-logam dasar seperti Pirit, Kalkopirit, Au, dan, Ag. Zona alterasi dan mineralisasi
secara fisis memiliki nilai resistivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai
resistivitas batuan segar di sekitarnya karena zona ini merupakan zona akumulasi mineral
logam yang memiliki nilai resistivitas rendah atau konduktivitas tinggi dibandingkan mineral
non logam. Sehingga, diperkirakan anomali yang ada ditunjukkan oleh nilai resistivitas semu
yang rendah pada peta kontur. Keberadaan anomali yang dicirikan dengan nilai resistivitas
semu yang relatif lebih rendah dengan area sekelilingnya menunjukkan bahwa anomali
merupakan akumulasi mineral - mineral sulfida dalam bentuk urat - urat sulfida yang
memiliki nilai resistivitas rendah. Hal ini didukung oleh data lapangan yang ada dimana pada
zona resistivitas semu rendah di peta (zona merah), pada data lapangan terdapat sumur-sumur
galian tambang dimana ditemukan urat-urat yang mengandung mineral sulfida seperti pirit,
kalkopirit, dan sebagainya pada area tersebut. Selain itu berdasarkan pengamatan geologi
melalui sampel batuan menunjukkan batuan di zona merah pada kontur resistivitas semu
teralterasi dengan kuat dengan tingkat alterasi 0,5 - 0,8, sedangkan di daerah lain batuannya
tidak teralterasi dengan kuat dan masih cukup segar dengan tingkat alterasi 0,2 -0,3. Pada
kontur beda fase yang dihasilkan, terlihat sebagian besar daerah penelitian memiliki nilai
beda fase yang rendah yaitu sekitar 2 - 12. Pada utara peta terlihat adanya klosur nilai beda

fase yang lebih tinggi daripada sekelilingnya dengan nilai berkisar antara 16 - 21. Nilai beda
fase pada metode VLF-R menggambarkan variasi nilai resistivitas secara vertikal. Nilai beda
fase lebih dari 45 menunjukkan semakin ke dalam resistivitasnya semakin rendah,
sebaliknya bila nilai beda fasenya kurang dari 45, maka semakin ke dalam resistivitasnya
semakin tinggi. Secara umum nilai beda fase yang ada pada peta kontur beda fase bernilai
kurang dari 45. Hal ini menunjukkan semakin ke dalam resistivitas lapisan yang ada
semakin tinggi.
Dari hasil pemodelan keempat lintasan tersebut, anomali resistivitas rendah berada
pada lintasan BB dan lintasan C-C yang di perkirakan sebagai urat sulfida. Anomali yang
dihasilkan dari pemodelan terletak pada kedalaman 2-3 meter dari permukaan tanah dan
memiliki lebar berkisar 30 - 35 meter. Berdasarkan informasi geologi dan pengamatan di
lapangan, urat-urat sulfida pada daerah penelitian tersebar dalam bentuk stockworkveins atau
jejaring urat. Stockwork merupakan struktur seperti jejaring yang pada awalnya merupakan
rekahan pada batuan yang kemudian terisi oleh mineral-mineral yang terbawa oleh larutan
hidrotermal. Urat-urat sulfida sulfida berstruktur Stockwork pada daerah penelitian memiliki
arah penyebaran yang bervariasi sehingga diperkirakan lebar tubuh anomali yang berkisar
antara 30 - 35 meter tersebut bukanlah merupakan satu tubuh penuh urat sulfida yang berarti
bila memang benar maka tubuh anomali yang diperoleh adalah sebuah retas atau dyke. Lebar
urat sulfida pada daerah penelitian tidak dapat diperkirakan, namun berdasarkan letak
sebarannya pada lintasan B-B dan C-C diperkirakan arah persebaran urat sulfida berarah
baratdaya - timurlaut. Diperoleh sebaran anomali yang dicirikan oleh nilai resistivitas semu
yang relatif rendah (9 -15) m dan (15 210) m pada zona yang terdapat titik-titik galian
tambang penduduk dan ditemukan urat-urat sulfida. Anomali yng diperoleh disebabkan oleh
keberadaan urat-urat sulfida dalam bentuk stockwork dengan arah penyebaran relatif menuju
baratdaya - timurlaut dengan kedalaman 2-3 meter dari permukaan.

Anda mungkin juga menyukai