TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
O2 + 2H2O + 4e 4(OH)
2.1.3.
Elektrolit
Elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya
gelmbung gas dalam larutan .Larutan yang menunjukan gejala gejala tersebut
pada pengujian tergolong ke dalam larutan elektrolit. Pada pengjuian korosi,
elektrolit merupakan media yang membasahi logam anoda dan logam katoda agar
dapat dilalui oleh aliran listrik.
Sebetulnya semua lingkugan adalah korosif pada kadar tertentu. Beberapa
contohnya adalah udara dan uap lembab; air suling, air bersih, air garam dan air
tambang; lingkungan industri, pedesaan, dan perkotaan; uap gas, gas ammonia,
klorin, H 2 S , dan gas bahan bakar (Fontana, M.G. 1987).
Lapisan kromium pada stainless steel bertindak sebagai anoda sehingga
mengalami oksidasi. Proses korosi lapisan kromium dalam medium NaCl dapat
dilihat pada reaksinya berikut ini :
Cr(s) Cr3+(aq) + 3eReaksi katodik juga berlangsung dalam proses korosi. Reaksi katodik
diasumsikan melalui penurunan nilai elektron valensi yang dihasilkan dari reaksi
anodik sehingga oksigen tereduksi. Reaksi katodik yang terjadi adalah
O2(g) + 2H2O(aq) + 4e- 4OH-(aq)
Reaksi redoks keseluruhan adalah:
4Cr(s) + 3O2(g) + 6H2O(aq) 4Cr(OH)3(s)
Kromium(III) hidroksida bereaksi dengan oksigen terlarut dalam air
sehingga terbentuk oksida yang berbentuk karat. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut:
lama logam akan semakin menipis. Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil,
logam homogen. Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara diberi lapis lindung
yang mengandung inhibitor seperti gemuk.
Korosi merata terjadi secara merata pada permukaan logam. Korosi ini
terjadi jika lingkungan korosif mempunyai akses yang sama ke seluruh bagian
dari permukaan logam dan secara thermodinamika logamnya harus mempunyai
komposisi kimia yang sama. Akan tetapi kondisi ini tidak berlaku umum. Pada
umumnya korosi merata ini tidak mempunyai sifat protektif mandiri yang baik,
sehingga mekanisme korosi di semua tempat berlangsung tanpa hambatan yang
berarti.
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
Mekanisme korosi galvanik terjadi karena proses elektro kimiawi dari dua
jenis logam yang berbeda potensial dan dihubungkan langsung dalam elektrolit
yang sama. Elektron mengalir dari logam anodik menuju logam katodik,
akibatnya logam anodik berubah menjadi ion-ion positif karena kehilangan
elektron.
2.2.4. Crevice corrosion (korosi celah)
Korosi celah merupakan korosi yang terjadi pada celah di antara dua
komponen logam atau komponen logam dan non-logam. Mekanismenya adalah
dimana ketika logam berdempetan dengan logam lain, maka kotoran serta air akan
tertahan akibat adanya celah kedua logam tersebut.
Maka dari itu, terdapat perbedaan konsentrasi oksigen di bagian luar dan
bagian dalam pada sambungan kedua logam yang mengakibatkan timbulnya sel
aerasi differensial. Hal itu mengakibatkan celah bagian dalam menjadi anodik
sedangkan celah bagian luar menjadi katodik
10
pada bahan tersebut dengan lingkungan korosif. Proses korosi retak tegang (SCC)
dapat terjadi dalam beberapa menit jika berada pada lingkungan korosif atau
beberapa tahun setelah pemakaiannya. Hal ini terjadi karena adanya serangan
korosi terhadap bahan.
SCC terjadi karena tiga hal, yaitu:
a. Adanya proses korosi lokal
b. Adanya tegangan tarik yang melewati yield point
c. Lingkungan yang begitu korosif yang menyebabkan korosi local
Universitas Sriwijaya
11
korosi, seperti halnya udara, cairan/ larutan yang bersifat asam/basa, gas-gas
proses (misal gas asap hasil buangan ruang bakar atau reaksi kimia lainnya),
logam yang berlainan jenis dan saling berhubungan dan sebagainya.
Untuk memperoleh ketahanan yang tinggi terhadap oksidasi biasanya
dilakukan dengan menambahkan krom sebanyak 13 hingga 26 persen. Lapisan
pasif chromium(III) oxide (Cr2O3) yang terbentuk merupakan lapisan yang sangat
tipis dan tidak kasat mata, sehingga tidak akan mengganggu penampilan dari
stainless steel itu sendiri. Dari sifatnya yang tahan terhadap air dan udara ini,
stainless steel tidak memerlukan suatu perlindungan logam yang khusus karena
lapisan pasif tipis ini akan cepat terbentuk kembali katika mengalami suatu
goresan. Peristiwa ini biasa disebut dengan pasivasi, yang dapat dijumpai pula
pada logam lain misalnya aluminium dan titanium.
Ada berbagai macam jenis dari stainless steel. Ketika nikel ditambahkan
sebagai campuran, maka stainless steel akan berkurang kegetasannya pada suhu
rendah. Apabila diinginkan sifat mekanik yang lebih kuat dan keras, maka
dibutuhkan penambahan karbon. Sejumlah unsur mangan juga telah digunakan
sebagai campuran dalam stainless steel. Stainless steel juga dapat dibedakan
berdasarkan struktur kristalnya menjadi: austenitic stainless steel, ferritic
stainless steel, martensitic stainless steel, precipitation-hardening stainless steel,
dan duplex stainless steel.
2.3.1. Baja tahan karat austenitik (austenitic stainless steel)
Austenitic stainless steel memiliki paduan yang cukup untuk menstabilkan
austenite pada suhu ruang. Baja ini bersifat non ferromagnetic. Baja tahan karat
austenitic memiliki sifat mampu bentuk dan keuletan pada suhu rendah yang
sangat baik. Selain itu baja tahan karat austenitic juga memiliki sifat mampu las
dan ketahanan karat yang sangat baik. Baja tahan karat jenis ini sangat cocok
diterapkan pada sistem dengan suhu tinggi. Di sisi lain baja tahan karat austenitic
relatif memiliki kekuatan yield yang rendah dan hanya dapat ditingkatkan
kekuatannya dengan pengerjaan dingin (cold working), precipitation hardening,
atau substitutional solid solution strengthening.
Menurut standar AISI-SAE, baja tahan karat austenitic umumnya memiliki
nomor 3xx. Material AISI-SAE 3xx merupakan paduan ferro-karbon-chromiumUniversitas Sriwijaya
12
Tipe
Deskripsi
201
202
205
301
variasi 202
kandungan nickel dan chromium yang lebih rendah untuk
302
302B
303
303Se
304
mampu
menahan
proses
terbentuknya
kerak
dengan
penambahan silicon
machinability meningkat dengan penambahan sulfur
permukaan hasil penyayatan ditingkatkan dengan penambahan
selenium
kandungan karbon lebih rendah dari variasi 302
304L
304L
N
304H
304Cu
penambahan
304N
pengerjaan dingin
penambahan nitrogen untuk meningkatkan kekuatan
tembaga
untuk
meningkatkan
kemampuan
305
308
pengerasan
peningkatan chromium dan nickel untuk meningkatkan sifat
309
mampu las
kandungan
309S
309Cb
chromium
dan
nickel
yang
tinggi
untuk
Universitas Sriwijaya
13
310
310S
310Cb
314
316
panas
penambahan molybdenum untuk meningkatkan ketahanan
316F
karat
peningkatan sulfur dan phosphorus untuk machinability
316L
316L
N
316H
316N
316Ti
penambahan titanium
316Cb
317
317L
ketahanan karat
kandungan karbon lebih rendah dari variasi 317 untuk
321
330
carbide
kandungan nickel tinggi untuk mengurangi karburisasi dan
347
347H
348
348H
384
untuk
mengurangi
14
Tipe
Deskripsi
405
409
429
otomotif
pengurangan chromium secara halus, meningkatkan sifat
430
mampu las
baja tahan karat ferritic dengan kegunaan umum
430F
430S
machinability
penambahan selenium untuk meningkatkan kualitas permukaan
e
434
hasil penyayatan
penambahan molybdenum untuk meningkatkan ketahanan
436
karat
penambahan molybdenum, niobium, dan tantalum untuk
439
Universitas Sriwijaya
15
442
peningkatan
chromium
untuk
meningkatkan
ketahanan
444
446
mengurangi sensitization
kadar chromium paling tinggi untuk meningkatkan ketahanan
pembentukan kerak
Tipe
Deskripsi
403
410
414
416
kandungan
416S
meningkatkan machinability
penambahan selenium untuk meningkatkan permukaan hasil
e
420
penyayatan
kandungan karbon tinggi untuk meningkatkan kekuatan
420F
422
machinability
penambahan molybdenum, vanadium, dan tungsten untuk
431
phosphorus
dan
sulfur
yang
tinggi
untuk
16
440A
440B
440C
501
502
kemampuan
dikeraskan
17
18
lingkungan terjadinya korosi, semakin cepat pula korosi yang akan terjadi.
2.9. Amonia
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas. Dalam larutan biasanya terdapat
dalam bentuk larutan ammonium hidroksida yang merupakan senyawa kaustik
yang dapat merusak kesehatan. Ammonia memiliki sifat-sifat yang tertera pada
table di bawah ini.
Tabel 2.4. Sifat-sifat amonia (Rahmawati, 2010)
No
1
2
3
4
5
6
Nilai
0,6942
89,9
-77,73
-33,34
9,25
4,75
19
(k W)
( A T D)
Dimana :
K
Konstanta (K)
3.45 X 106
3.45 X 103
3.45 X 102
2.87 X 104
8.76 X 107
Universitas Sriwijaya
20
2.78 X 106
Tabel 2.6. Densitas berbagai logam dan paduannya (ASTM G 1 vol. 03.02)
NILAI UNS
S20100
S20200
S30200
S30400
S30403
S30900
S31000
S31100
S31600
S31603
S31700
PADUAN
STAINLESS STELS
Tipe 201
Tipe 202
Tipe 302
Tipe 304
Tipe 304L
Tipe 309
Tipe 310
Tipe 311
Tipe 316
Tipe 316L
Tipe 317
M1XXXX
R03600
P04960
P07016
R05200
L13002
R50250
L13002
R50250
Logam Lainnya
Magnesium
Molibdenum
Platinum
Silver
Tantalum
Tin
Titanium
Zinc
Zirkonium
DENSITAS(gr/cm2)
7,94
7,94
7,94
7,94
7,94
7,98
7,98
7,98
7,98
7,98
7,98
1,74
10,22
21,45
10,49
16,60
7,30
4,54
7,13
6,53
Universitas Sriwijaya