Sejarah Kerajaan Mempawah
Sejarah Kerajaan Mempawah
Jabatan raja sepeninggal Gusti Jamiril dipimpin oleh anaknya, Gusti Jati yang
bergelar Sultan Muhammad Zainal Abidin. Kedudukan Gusti Jati yang berada di
Mempawah, dipercaya sebagai pendiri Kota Mempawah.
Kedudukan Gusti Jati digantikan oleh adiknya yang bernama Gusti Amir dan
bergelar Panembahan Adinata Karma Oemar Kamaruddin. Setelah Gusti Amir
wafat, ia digantikan oleh anaknya yang bernama Panembahan Mukmin.
Namun, usai penobatan kerajaan dilakukan, Panembahan Mukmin meninggal
dunia. Iapun dikenal dengan sebutan Raja Sehari. Karena putranya masih kecil
dan dirasa belum mampu mengurus kerajaan, penerus kepemimpinan kerajaan
diserahkan kepada adiknya, Gusti Mahmud, yang bergelar Panembahan Muda
Mahmud.
Wafatnya Gusti Mahmud digantikan oleh putra Panembahan Mukmin yang
bernama Panembahan Usman dan bergelar Panembahan Usman Natajaya
Kesuma. Ia mangkat pada 6 Jumadil, awal 1280 Hijriah, dan dimakamkan di Pulau
Pedalaman.
Perjuangan Melawan Penjajah
Selepas Panembahan Usman wafat, tampuk kepemimpinan Kerajaan Mempawah
dipegang oleh putra Panembahan Muda Mahmud bernama Panembahan Ibrahim
Muhammad Tsaifuddin. Masa pemerintahannya inilah, pennindasan penjahan
Belanda merajalela dan mengakibatkan masyarakat menderita.
Tak tahan ditindas, masyarakat mulai mengadakan pemberontakan kepada
penjajah Belanda. Terlebih, dengan diberlakukannya pembayaran pajak oleh
masyarakat dengan cara pemaksaan.
Pemberontakan dilakukan oleh suku Dayak. Peperangan tersebut dikenal dengan
nama perang Sangking, hingga mayarakat banyak merasa antipati dengan
keberadaan Belanda di tanah kerajaan Mempawah.
Setelah Panembahan Ibrahim Muhammad Tsaifuddin wafat, pimpinan kerajaan
yang semula akan diberikan kepada putranya, Gusti Muhammad Taufik. Tetapi,
putranya tersebut belum dewasa, hingga kerajaan dipimpin sementara oleh
Pangeran Ratu Suri, kakak dari Gusti Muhammad Taufik.
Pada 1902 masehi, Gusti Muhammad Taufik dirasakan sudah cukup umur untuk
memimpin kerajaan. Iapun naik tahta dan bergelar Panembahan Muhammad
Kasim, Syarif Husein, Gusti Jati, Gusti Amir, Gusti Mukmin, Gusti Mahmud, Gusti
Usman, Gusti Ibrahim, Muhammad Tsafiudin, Drs Gusti H Jimmi Muhammad
Ibrahim, dan Ir Mardan Adijaya M Sc P Hd.