Anda di halaman 1dari 25

1

ASKEP NEOPLASMA
A. Konsep dasar
Pada konsep dasar ini akan dijelaskan mengenai pengertian,

anatomi dan

fisiologi, etiologi , ciri-ciri tumor ganas, penyebaran tumor ganas, derajat keganasan
tumor, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan serta asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengertian:
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Sutisna himawan (1996, hal: 77).
Kanker adalah

istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan

gangguan pertumbuhan selular dan merupakan kelompok penyakit dan bukan


hanya penyakit tunggal. Doengoes (2000, hal 997).
Cancer Mastoid adalah: kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh terjadi pada tulang mastoid.
2. Anatomi dan Fisiologi
Tulang adalah suatu bentuk khusus jaringan ikat, ditandai dengan adanya
sel bercabang panjang-panjang dan berkeluk-keluk (osteosit) yang mengisi
rongga-rongga (lakuna) dan celah yang kecil (kanalikulus) di dalam matrix yang
keras terdiri atas serabut kalogen pada jaringan amorf yang mengandung gugusan
fosfat kalsium. Tulang merupakan tempat penyimpanan kalsium dan fosfat, yaitu
99% daripada seluruh kalsium tubuh dan 90% daripada fosfat tubuh. Epifisis dan
metafisis ialah bagian tulang yang tumbuh. Sumusum tulang berwarna merah
pada umur muda dan kuning pada dewasa, kecuali tulang gepeng (tengkorak, iga,
vertebra, pelvis). Tulang mastoid merupakan bagian dari tulang tengkorak.

Gambar 2.1
Anatomi tulang tekorak Kepala Bagian Samping

Sumber: Atlas of Human Anatomy, Sobotta, 1995.


Tulang panjang :
a. Diafisis
Terdiri dari tulang kompakta dengan rongga sumsum tulang, medulla.
b. Epifisis
Terdiri dari tulang spongiosa dengan kortexnya tulang kompakta.
Pada orang dewasa rongga tulang spongiosa pada epifisis berhubungan
dengan rongga sumsum tulang diafisis. Tetapi pada anak-anak yang masih
tumbuh, epifisis dan diafisis dipisahkan oleh lempeng tulang rawan epifisis, yang
bersatu dengan diafisis melalui suatu tulang spongiosa yang disebut metafisis.
Lempeng tulang rawan epifisis merupakan tempat tulang panjang menjadi
panjang. Semua permukaan tulang diliputi oleh jaringan ikat khusus yang disebut
periosteum, kecuali pada bagian yang membentuk sendi.
Cara pembentukan tulang
a. Ossifikasi intramembranosa, ialah perubahan dari jaringan ikat, misalnya pada
tulang tengkorak, mandibula dan clavicula.
b. Ossifikasi intrakartilaginosa atau endochondral, ialah perubahan dari tulang
rawan, misalnya pada tulang panjang.

Unsur-unsur tulang
1. Unsur tetap: Osteosit, matrix (jaringan interseluler) yang mengandung
mineral (calcium phosphate, hydroxapatitecystal)
2. Unsur sementara: Osteoblas, Osteoklas
Selain ini terdapat pula : sumsum tulang berisi derivat sel retikuloendotel.
Osteosit
Sel tulang menunjukan gambaran sbb : Sel besar bercabang ke bagian arah
dan banyak cabang dbersatu dengan osteosit lain-lain. Badan osteosit terletak di
dalam lakuna dan cabang-cabangnya terletak di dalam kanalikulus. Slah satu ciri
khas osteosit ialah tidak dapat mengadakan mitosis.
Osteoblas
Sel osteogen yang belum berdiferensiasi sempurna. Osteoblas membentuk
dan mengadakan klasifikasi jaringan interseluler. Osteoblas-osteoblas saling
berhubungan melalui jembatan-jembatan interseluler. Pada pembentukan tulang,
beberapa osteoblas aka dikelilingi jaringan intrerseluler yang telah dibentuknya
sendiri dan menjadi cabang daripada osteosit. Osteoblas bila memperbanyak
diri/aktif menghasilkan enzim fosfate alkalik, yang berfungsi mengadakan
klasifikasi pada matrix.
Osteoklas
Sebuah sel raksasa berinti banyak: suatu fagosit tulang, dijumpai pada
permukaan tulang yang mengalami resorpsi. Perubahan vital pada tulang terjadi
oleh karena adanya keseimbangan antar pembentukan dan kerusakan tulang.
Matrix
Mengandung gugusan kalsium-fosfat-karbonat yang memberikan siafat
keras/kukuh daripada tulang. Gugusan ini diendapkan pada jaringan intraseluler
akibat pengaruh enzim fosfatase alkalik. Jaringan intraseluler (matrix) yang
mengandung mineral diseut osteoid.
Untuk kebutuhan tulang dibutuhkan :
a. Diet dengan mineral dan vitamin yang memadai.
b. Proses biologik dan biosintetik.
Fungsi tulang :
a. Alat penunjang : Melindungi alat tubuh vital di kepala dan rongga dada dan
mengandung sumsum tulang didalamnya.
b. Tempat cadangan kalsium dan fosfor.
c. Hematopoiesis.
Kadar kalsium darah kira-kira 8-11 mg% atau 4,5-5,5 mEq dan kadar
fosfor darah adalah 3-5 mg% (1,7-2,3 mEq). Kalsium dalam serum
mempunyai peranan penting dalam fungsi tubuh, yaitu berpengaruh pada

aktivitas enzim, permeabilitas membran sel, irama jantung dan aktivitas


neuromuskuler.
Penurunan kadar kalsium dalam darah akan mengakibatkan tetani dan
kematian, sedangkan kadar yang meninggi akan mengakibatkan gangguan
fungsionil dan efek pada jantung. Bila kadar kalsium serum tinggi, maka
kadar fosfor serum akan menurun.
Kalsium diserap dari bagian atas usus halus. Penyerapan ini terjadi bila
terdapat vitamin D. Kadar kalsium dalam darah bergantung kepada
keseimbangan antara kalsium yang diserap dari usus dan tlang serta kalsium
yang dikeluarkan oleh tubuh melalui air kemih dan tinja dan penimbunan
dalam bentuk garam-garam tulang.
Absorpsi fosfor dari usus dirangsang oleh banyaknya kalsium dan
lemak dalam makanan, dan dipengaruhi sedikit oleh vitamin D.
Metabolisme kalsium dan fosfor dipengaruhi terutama oleh hormon
parathyroid dan vitamin D. Hormon lain-lain juga berpengaruh yaitu estrogen,
androgen, thyroxin, calcitonin (dari thyroid), hormon hipofisis anterior.
3. Etiologi :
Menurut jenisnya kanker/korsinogen dapat berupa:
a. bahan kimia
b. virus
c. konsinogen fisik
d. hormon
Jenis-Jenis Neoplasma :
a. Jinak/non kanker
Adalah suatu perbedaan lokal semata. Peoliferisi sel-sel yang
merupakan neoplasma sangat kohesif,sehingga waktu massa sel neoplasma itu
tumbuh, terjadi perluasan massa secara sentifugal dengan batas yang sangat
nyata. Karena sel-sel yang berpeoliferisi tidak saling meninggalkan maka
pinggir neoplasma kurang lebih cenderung bergerak ke luar dengan lancar
sambil mendesak jarimngan yang berdekatan. Dengan demikian neoplasma
jinak mempunyai kapsul jaringan penyambung yang memisahkan neoplasma
dengan sekelilingnya.
b. Ganas/kanker
Umumnya tumbuh lebih cepat dan hampir selalu tumbuh secara
progesif tanpa belas kasihan, jika tidak di buang sel neoplasma ganas tidak
sekohesif sel jinak. Akibatnya pola penyebaran neoplasma ganas sering kali
tidak teratur. Neoplasma ganas cenderung tidak berkapsul, dan biasanya
mereka mudah dipisahkan dari sekitarnya. Bersifat invasif ke sekitar bukan
mendesak ke samping. Sifat lain adalah kemampuan berpeoliferisi sel kanker

untuk melepaskan diri dari tumor induk dan memasuki sirlkulasi untuk
menyebar ke tempat lain. Jadi sifat bahaya neoplasma ganas adalah
kemampuan menginvasi jaringan normal dan kemampuan membentuk
metastasis.
4. Ciri-ciri Tumor Ganas :
1. Tumbuh secara infiltrat
2. Residif
3. Metastasis
4. Tumbuhnya cepat
5. Perubahan pada inti sel/membesar
6. Anoplasia
7. Kehilangan polaritas
8. Menyebabkan kematian
5. Penyebaran Tumor Ganas
a. Penyebaran setempat
Merupakan penjajaran sel-sel tumor dari tumor induk ke jaringan sehat
sekitarnya. Massa sel tumor ini berhubungan dengan tumor induknya.
b. Penyebaran jauh/Metastasis
Merupakan pelepasan sel-sel tumor induk yang kemudian diangkut oleh
aliran darah atau cairan getah bening ke tempat yang jauh, membentuk
pertumbuhan baru yang disebut anak sebar. Massa tumor anak sebar tidak
berhubungan pada penyebaran tumor ganas :
1) danya pelepasan sel-sel tumor yang dapat hidup outonom.
2) Adanya jalan penyebaran.
3) Adanya lingkungan yang memberikan kemungkinan untuk hidupnya selsel tumor pada tempat yang baru.
6. Derajat Keganasan tumor
Cara membedakan derajat keganasan telah dikembangkan dalam usaha
untuk menghubungkan sifat morfologik tumor dengan sifat-sifat pertumbuhan
yang akan datang sehingga dapat meramalkan pregrosisnya.
a. Melihat gambaran makroshopis, apakah tumor tumbuh exophytic kurang
keganasannya bila dibandingkan dengan tumor yang tumbuh infiltrat.
b. Dibagi atas tingkatan berdasar mikroshopik, melihat derajat deferensiasinya,
kelainan-kelainan pada inti dan tampaknya mitosis.
Pembagian menurut Broders :
a. Tingkat I

: bila lebih dari 75 % sel-selnya berdeferensiasi baik.

b. Tingkat II

: bila 50-75 % sel-selnya berdeferensiasi baik.

c. Tingkat III

: bila 25-50 % sel-selnya berdeferensiasi baik

d. Tingkat IV

: bila 0-25 % sel-selnya berdeferensiasi baik

Cara diatas sering tidak tepat sangat berbahaya, karena gambaran yang terlihat
dengan mikroskop sangat relatif. Selain itu bahwa tiap bagian dari tumor tidak
sama, melainkan menunjukan gambaran yang berbeda-beda.
Pembagian derajat keganasan tumor atas dasar gambaran mikroshopik tidak
menentukan progrosis, melainkan hanya berhubungan dengan radio sensitivitas
tumor.
Untuk menentukan progrosis lebih baik memakai pembagian secara klinik dengan
memperhatikan umur pasien, lama dan ukuran tumor, sifat pertumbuhan, adanya
metastasis dan keadaan klinik.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Tes seleksi tergantung riwayat, manifestasi klinis dan indeks kecurigaan
untuk kanker tertentu.

Skan (misal MRI, CT, gallium) dan ultrasound :

Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi respons


pada pengobatan. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi) : Dilakukan untuk
diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui
sumsum tulang, kulit, organ dan sebagainya. Contohnya : sumsum tulang
dilakukan pada penyakit mieloproliferatif untuk diagnosis: pada tumor solid
untuk pentahapan. Penanda tumor (zat yang dihasilakan dan disekresi oleh sel
tumor dan ditemukan dalam serum misal CEA, antigen spesifik prostat, alfafetoprotein, HCG, asam fosfat prostat, kalsitonin, antigen ankofetal pankreas, CA
15-3, CA 19-9, CA 125 dan sebagainya) : dapat membantu dalam mendiagnosis
kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik dan/atau monitor terapeutik.
Reseptor esktrogen dan progesteron adalah esai yang dilakukan pada jaringan
payudara untuk memberikan informasi tentang apakah atau bukan manipulasi
hormonal akan terapeutik pada kontrol penyakit metastatik.
Tes kimia skrining : misal elektrolit (natrium, kalium, kalsium) : tes ginjal
(BUN/Cr0: tes hepar (bilirum, AST/SGOT alkalin fosfat, LDH): tes tulang
(alkalin fosfat, kalsium). JDL dengan diferensial dan trobosit : dapat menunjukan
anemia, perubahan pada SDM dan SDP: trombosit berkurang atau meningkat.
Sinar X dada : menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kanker meliputi; pembedahan, kemotherapi dan radiasi
serta medikasi.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian:
Menurut Lismidar, H, dkk (1990) bahwa pengkajian adalah suatu
pendekatan sistematis untku mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga
dapat di ketahui kebutuuhan perawatan pasien.

Menurut Doengoes E. Marylin, (2000), pengkajian pada kanker meliputi:


a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan/atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur pada malam hari: adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur misal, nyeri, ansietas, berkeringat malam, keterbatasan partisipasi dalam
hobi, latihan, pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen
lingkungan, tingkat stres tinggi.
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan : Perubahan pada TD.
c. Integrita ego
Gejala : Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stres (misal, merokok, minium alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan relegius/spiritual), menyangkal diagnosis, perasaan
tidak bedaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah,
kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi misal, darah pada feses, nyeri pada
defekasi, perubahan eliminasi urinaris misal, nyeri atau rasa terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/Cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal, rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawetan), Anoreksia, mual/muntah, Intoleransi makanan. Tanda :
Perubahan pada kelembaban/turgor kulit: edema.
f. Neurosensori
Gejala : Pusing: sinkope.
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
h. Pernafasan
Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang
merokok), pemajanan asbes.
i. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari
lama/berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.

j.

Seksualitas
Gejala : Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan pada
tingkat kepuasan, Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, Mulgravida,
pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, Herpes genital.

k. Interaksi sosial
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran.
l. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau bibi dengan kanker
payudara, sisi primer: penyakit primer, tangga ditemukan/didiagnosis,
penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat: bila tidak ada, riwayatt
alamiah dari primer kan memberikan informasi penting untuk mencari
metastatik, riwayat pengobatan: pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker
dan pengobatan yang diberikan.
Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat :
tergantung pada sistem khusus yang terkena dan kebutuhan. Rujuk pada
sumber-sumber yang tepat. Memerlukan bantuan dalam keuangan, obatobatan/pengobatan, yang diberikan.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Gordon (1978) dan Lismidar, H (1990) diagnosa keperawatan
adalah suatu masalah kesehatan yang aktual dan potensial yang mana perawat
dengan keahliannya yang diperoleh dari pendidikan dan pengalamannya mampu
dan diberi ijin untuk menanganinya.
Menurut Doengoes, E. Marylin (2000), diagnosa keperawatan pada Ca.
Mastoid adalah sebagai berikut:
a. Ketakutan/Ansietas (Uraikan Tingkatan)
Dapat

dihubungkan

dengan

Krisis

situasi

(kanker),

ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosioekonomik, fungsi peran, pola


interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga (hospitalisasi,
pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.
Kemungkinan dibuktikan oleh : Peningkatan ketegangan, gemetar, ketakutan,
gelisah, mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian
hidup, stimulasi simpatis, keluhan somatik.
b. Nyeri, [Akut]
Dapat dihubungkan dengan : Proses penyakit (kompresi/destruksi
jantung saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf,
inflamasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, memfokuskan pada diri


sendiri/pnyempitan fokus, distraksi/perilaku berhati-hati, respons autonomik,
gelisah
c. Nutrisi, Perubahan: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Dapat dihubungkan dengan : Status hipermetabolik berkenaan dengan
kanker, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, misal anoreksia, iritasi
lambung, penyimpangan rasa mual, distres emosional, keletihan, kontrol
nyeri buruk. Kemungkinan dibuktikan oleh : Keluhan masukan makanan
tidak adekuat, perubahan sensasi pengecap, kehilangan minat pada makanan,
ketidakmampuan untuk mencerna yang dirasakan/aktual, Berat badan 20%
atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh,
penurunan lemak subkutan/massa otot, sariawan, rongga mulut terinflamasi,
diare dan/atau konstiasi, kram abdomen.
d. Kekurangan Volume Cairan, Risiko tinggi terhadap
Faktor risiko meliputi : Kehilangan berlebihan melalui rute normal
dan/atau abnormal (misal selang indwelling, luka), status hipermetabolik,
kerusakan masukan cairan.
Kemungkinan dibuktikan oleh : Tidak dapat diterapkan: adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual.
e. Keletihan
Dapat dihubungkan dengan : Penurunan produksi energi metabolik,
peningkatan

kebutuhan

energi

(status

hipermetabolik),

kebutuhan

psikologis/emosional berlebihan, perubahan kimia tubuh: efek samping obatobatan, kemoterapi.


Kemungkinan dibuktikan oleh : Kekurangan energi yang tidak terpenuhi
berulang/berlebihan, ketidak mampuan untuk mempertahankan rutinitas
biasanya, penurunan kinerja, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi,
letargi/gelisah, tidak berminat terhadap sekitarnya.
f. Infeksi, Risiko tinggi terhadap
Faktor risiko meliputi : Ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan
imunosupresi misal, supresi sumsum tulang (efek samping pembatasan dosis
baik kemoterapi dan radiasi), malnutrisi proses penyakit kronis, prosedur
invasif. Kemungkinan dibuktikan oleh : Tidak dapat diterapkan: adanya
tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktua
g. Integritas Kulit/Jaringan, Kerusakan, Risiko Tinggi Terhadap
Faktor risiko meliputi : Efek radiasi dan kemoterapi, penurunan
imunologis, perubahan status nutrisi, anemia.
Kemungkian dibuktikan oleh : Tidak dapat diterapkan: adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual.

10

h. Kurang Pngetahuan [Kebutuhan Belajar], Mengenai Penyakit Prognosis


dan Kebutuhan Pengobatan
Dapat dihubungkan dengan : Kurang pemajanan/mengingat: kesalahan
interpretasi informasi, mitos, tdak megenal sumebr informasi, keterbatasan
kognitif. Kemungkinan dibuktikan oleh : Pernyataan /meminta informasi,
mengungkapkan masalah, pernyataan salah konsepsi, ketidakakuratan
mengikuti instruksi/terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
3. Perencanaan
Menurut Lismidar, H (1990), perencanaan adalah menyususun rencana
tindakan keperawtan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
kebutuhan pasien dapat tercapai.
Adapun perencanaan menurut Doengoes, E. Marylin (2000) adalah sebagai
berikut:
a. Diagnosa

keperawatan

pertama:

Ketakutan/Ansietas

[Uraikan

Tingkatan]
Tindakan/intervensi
Mandiri
1) Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan
kanker. Tentukan apakah dokter telah mengatakan pada pasien dan
apakah kesimpulan pasien telah dicapai. Rasional : Membantu dalam
identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada
pengalaman dengan kanker.
2) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Rasional :
Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realitis serta
kesalahan konsep tentang diagnosis.
3) Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara. Rasional : Membantu
pasien untuk merasa diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan
dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat dan kontrol.
4) Pertahankan kontak sering dengan pasien, bicara dengan menyentuh
pasien bila tepat. Rasional : Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak
sendiri

atau ditolak:

berikan

respek dan

penerimaan individu,

mengembangkan kepercayaan.
5) Sadari efek-efek isolasi pada pasien bila diperlukan untuk imunosupresi
atau implan radiasi. Batasi penggunaan pakaian pasien/masker isolasi bila
mungkin. Rasional Penyimpangan sensori dapat terjadi nilai stimulan
yang cukup tidak tersedia dan dapat memperberat perasaan ansietas/takut.

11

6) Bantu pasien/orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa


takut untuk memulai mengembangkan strategi koping untuk menghadapi
rasa takut ini. Rasional : keterampilan koping rusak setelah diagnosis dan
selama fase pengobatan yang berbeda. Dukungan dan konseling sering
perlu untuk memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut
dan untuk menyakini bahwa strategi kontrol/koping tersedia.
7) Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prodnosis, hindari
memperdebatkantentang persepsi pasien terhadap situasi. Rasional :
Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat
keputusan/pilihan berdasarkan realita.
8) Ijinkan ekspresi marah, kecewa tanpa konfrontasi, berikan nformasi
dimana perasaan adalah normal dan dekspresikan secara tepat. Rasional :
Penerimaan perasaan memungkinkan pasien mulai meghadapi situasi.
9) Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya dan potensial efek
samping, membantu pasien menyiapkan pengobatan. Rasional : Tujuan
pengobatan kanker adalah menghancurkan sel-sel maglinan sambil
meminimasi kerusakan pada sel yang normal. Pengobatan dapat meliputi
pembedahan (kuratif, preventif, paliatif) serta kemoterapi, radiasi
(internal, eksternal) atau pengobatan lebih baru/spesifek seperti
hipertemia seluruh tubuh atau bioterapi. Transplantasi sumsum tulang
mungkin dianjurkan untuk beberapa tipe kanker.
10) Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawaban jujur,
tinggal dengan pasien selama prosedur yang menimbulkan ansietas dan
konsultasi.

Rasional

Informasi

akurat

memungkinkan

pasien

menghadapi situasi lebih efektif dengan realitas, karenanya menurunkan


ansietas dan rasa takut karena ketidaktahuan.
11) Berikan pemberi perawatan primer atau konsisten kapanpun mungkin.
Rasional : Membantu menurunkan ansietas dengan mengembangkan
hubungan terapeutik dan memudahkan perawatan kontinu.
12) Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang. Rasional : Memudahkan
istirahat, meghemat energi, dan meningkatkan kemampuan koping.
13) Identifikasi tahap/stadium berduka pasien dan orang terdekat yang sedang
dialami (rujuk pada DK : berduka, Antisipasi). Rasional : Pilihan
intervensi ditentukan oleh tahap berduka, perilaku koping, misal
marah/menarik diri, menyangkal.
14) Perhatikan koping takefektif, misal interaksi sosial buruk, tidak berdaya,
fungsi menyerah setiap hari dan kepuasan sumber. Rasional :
Mengidentifikasi masalah individu dan memberikan dukungan pada
pasien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilan koping efektif.

12

15) Waspada pada tanda menyangkal/depresi, misal menarik diri, marah,


tanda tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri
pada skala 1-10. Rasional : Pasien dapat menggunakan mekanisme
pertahanan dari menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana
diagnosis tidak akurat. Perasaan bersalah, distres spiritual, gejala fisik
atau kurang perawatan diri dapat menyebabkan pasien menjadi menarik
diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan yang ada.
16) Dorong dan kembangkan interaksi pasien dengan sistem pendukung.
Rasional : Mengurangi perasaan isolasi. Bila sistem pendukung keluarga
tidak tersedia, sumber luar mungkin diperlukan dengan segera, misal
kelompok pendukung kanker lokal.
17) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten dan dukungan
untuk orang terdekat. Rasional : Memungkinkan untuk interaksi
interpersonal lebih baik dan meniurunkan ansietas dan rasa takut.
18) Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat.
Rasional : Menjamin sistem pendukung untuk pasien dan memungkinkan
orang terdekat terlibat dengan tepat.
b. Diagnosa keperawatan kedua: Nyeri, [Akut]
Tindakan/Intervensi
Mandiri
1) Tentukan riwayat nyeri, misal lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan
intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi. Catatan: pengalaman nyeri adalah
individual yang digabungkan dengan baik respons fisik dan emosional.
2) Evaluasi/sadari terapi tertentu, misal pembedahan, radiasi, kemoterapi,
bioterapi. Ajarkan pasien/orang terdekat apa yang diharapkan. Rasional :
Ketidaknyamanan rentang luas adalah umum, (misal nyeri, insisi, kulit
terbakar, nyeri punggung bawah, sakit kepala) tergantung pada prosedur
yang digunakan.
3) Berikan tindakan kenyamanan dasar (misal reposisi, gosokan punggung)
dan aktivitas hiburan (misal musik, televisi). Rasional : meningkatkan
relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatiian.
4) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri, (misal teknik
relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, musik dan sentuhan
terapeutik. Rasional : Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara
aktif dan meningkatkan rasa kontrol.

13

5) Evaluasi penghilangan nyeri/kontrol. Nilai aturan pengobatan bila perlu.


Rasional : Tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh
minimum pada AKS.
Kolaborasi
6) Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter.
Rasional : Rencana terorganisasi mengembankan kesempatan untuk
kontrol nyeri. Terutama dengan nyeri kronis, pasien/orang terdekat harus
aktif menjadi partisipasi dalam manajemen nyeri di rumah.
7) Berikan analgetik sesuai indikasi, misal Bromptons cocktail, morfin,
metadon atau campuran narkotik IV khusus. Berikan hanya untuk
memberikan analgesik dalam sehari. Ubah dari analgesik kerja pendek
menjadi kerja panjang bila diindikasikan. Rasional : Nyeri adalah
komplikasi sering dari kanker, meskipun repons individual berbeda. Saat
peri=ubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian
akan diperlukan, catatan: adiksi atau ketergantungan pada obat bukan
masalah.
8) Berikan/instruksi penggunaan PCA dengan tepat. Rasional : Analgesia
dikontrol pasien sehingga pemberian obat tepat waktu, mecegah fluktuasi
pada intensitas nyeri, sering pada dosis total rendah akan diberikan
melalui metode konvensional.
9) Siapkan/bantu dalam prosedur misal blok saraf, kordotomi, mielotomi
komisura. Rasional : Mungkin digunakan dalam nyeri berat yang tidak
berespons pada tindakan lain.
c. Nutrisi, Perubahan: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tindakan/Intervensi
Mandiri
1) Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan pasien menyimpan buku
harian tentang makanan sesuai indikasi. Rasional : Mengidentifikasi
kekuatan/defisiemsi nutrisi.
2) Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep (atau
pengukuran antropometrik lain sesuai indikasi). Pastikan jumlah
penurunan berat badan saat ini. Timbang berat badan setiap hari atau
sesuai indikasi. Rasional : Membantu dalam identifikasi malnutrisi
protein-kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antrometrik
kurang dari normal.
3) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan
kasukan cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan
sering/lebih sedikit yang dibagi-bagi selama sehari. Rasional :
Kebutuhanjaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk

14

menghilangkan produk sisa). Suplemen dapat memainkan peran penting


dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
4) Nilai diet sebelumnya dan segera setelah pengobatan misal makanan
bening, cairan dingin, saring, kerkers sering, roti panggang, minuman
berkarbonat. Berikan cairan 1 jam sebelum atau 1 jam setelah makan.
Rasional : Keefektifan penilaian diet sangat individual dalam
penghilangan

mual

pascaterapi.

Pasien

harus

mencoba

untuk

menemukan solusi/kombinasi ter baik.


5) Kontrol faktor lingkungan (misal bau kuat/tidak sedap atau kebisingan),
hindari terlalu manis, berlemak atau makanan pedas. Rasional : Dapat
mentriger respons mual/muntah.
6) Ciptakan suasana makan malam yang menyenangkan, dorong pasien
untuk berbagi makanan dengan keluarga/teman. Rasional : Membuat
waktu makan lebih menyenagkan yang dapat meningkatkan masukan.
7) Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi,
latihan sedang sebelum makan. Rasional : Dapat mencegah awitan atau
penurunan beratnya mual, penurunan anoreksia, dan memungkinkan
pasien meningkatkan masukan oral.
8) Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
Rasional : Mual/muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai
secara umum tidak berespons terhadap obat antiemetik. Perubahan
lingkungan pengobatan atau rutinitas pasien pada hari pengobatan
mungkin efektif.
9) Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia. Rasional :
Sering sebagai sumber distres emosi khususnya untuk orang terdekat
yang menginginkan untuk memberikan makan pasien dengan sering. Bila
pasien menolak, orang terdekat dapat merasakan ditolak/frustasi.
10) Berikan antiemetik pada jadwal reguler sebelu/selama dan setelah
pemberian agen antineoplastik dengan sesuai. Rasional : Mual/muntah
paling menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis kemoterapi
yang menimbulkan stres.
11) Evaluasi keefektifan antiemetik. Rasional : Individu berespon secara
berbeda pada semua obat-obatan. Antiemetik firstine mungkin tidak
bekerja, memerlukan perubahan pada atau kombinasi terapi obat.
12) Hematest feses, sekresi lambung. Rasional : Terapi tertentu (misal
antimetabolik) menghambat pembaharuan lapisan sel-sel epitel saluran
GI, yang dapat menyebabkan perubahan yang direntang dari eritema
ringan sampai ulserasi berat dengan perdarahan.

15

Kolaborasi
13) Tinjau ulang pemeriksaaan laboratorium sesuai indikasi misal jumlah
limfosit total, transferin serum, dan albumin. Rasional : Membantu
mengidentifikasi derajat ketidak seimbangan biokimia/malnutrisi dan
mempengaruhi piluhan intervensi diet, catatan pengobatan antikanker
dapat juga mengubah pemeriksaan nutrisi sehingga semua hasil harus
diperbaiki dengan status linis pasien.
14) Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Fenotiazin misal prokloperazin (Compazine), tietilperazin (Torecan):
antidopaminergik, misal metoklorpramid (Reglan), ondansetron (Zofran):
antihistamin misal difenhidramin (Benadryl). Rasional : Kebanyakan
antiemetik bekerja untuk mempengaruhi stimulasi pusat muntah sejati
dan kemoreseptor mentriger agen zona juga bertindak secara perifer
untuk menghambat peristaltik balik.
Kortikosteroid misal deksametazon (Decadron): kanabinoid misal 9tetrahidrokanabinol: benzodiazepin misal diazepam (Valium). Rasional :
Terapi kombinasi (misal Torecan dengan Decadron atau Valium)
seringkali lebih efektif daripada agen tunggal.
Vitamin, khususnya A,D, E dan B6. Rasional : Mencegah kekurangan
karena penuruan absorpsi vitamin larut dalam lemak. Defisiensi B6
dapat memperberat/mengeksaserbasi depresi, peka rangsang.
Antasid. Rasional : Maminimalkan iritasi lambung dan mengurangi risiko
ulserasi mukosa.
15) Rujuk pada ahli diet/tim pendukung nutrisi. Rasional : memberikan
rencana diet khusus

untuk memenuhi

kebutuhan

individu

dan

menurunkan masalah berkenaan dengan malnutrisi protein/kalori dan


defisiensi mikronutrien.
16) Pasang/pertahankan selang NG atau pemberian makan untuk makanan
enteral, atau jalur sentarl untuk hiperalimentasi parenteral bila
diindikasikan. Rasional : Pada adanya malnutrisi berat (misal kehilangan
berat badan 25%-30% dalam 2 bulan), atau pasien telah dipuasakan
selama 5 hari dan tidak mungkin untuk mampu makan selama 2 minggu,
pemberian makan per selang atau NPT mungkin perlu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. Catatan: NPT digunakan dengan kewaspadaan yang
dihubungkan dengan peningkatan lebih dari 4 kali lipat pada risiko
infeksi signifikan.

16

d. Kekurangan Volume Cairan, Risiko tinggi terhadap


Tindakan/Intervensi
Mandiri
1) Pantau masukan dan keluaran dan berat jenis: masukan semua sumber
haluran misal, muntah, diare, luka basah. Hitung keseimbangan 24 jam.
Rasional : Keseimbangan cairan negatif terus menerus, menurunkan
haluaran renal konsentrasi urine menunjukan terjadinya dehidrasi dan
perlunya peningkatan penggantian cairan.
2) Timbang berat badan sesuai indikasi. Rasional : Pengukuran sensitif
terhadap fluktuasi keseimbangan cairan.
3) Pantau tanda vital. Evaluasi nadi perifer, pengisian kapiler. Rasional :
Menunjukan keadekuatan volume sirkulasi.
4) Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa. Perhatikan keluhan
haus. Rasional : Indikator tidak langsung dari status hidrasi/derajat
kekurangan.
5) Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi
individu. Rasional : Membantu dalam memelihara kebutuhan cairan dan
menurunkan risiko efek samping yang membahayakan, misal sistitis
hemoragi pada pasien yang mendapat siklofosfamid (Cytoxan).
6) Observasi terhadap kecenderungan perdarahan misal rembesan dari
membran mukosa, sisi fungsi: adanya ekimosis atau petekie. Rasional :
Identifikasi diri terhadap masalah (yang dapat terjadi sebagai akibat
kanker dan/atau terapi) memungkinkan dengan fungsi vena.
7) Meminimalkan fungsi vena (misal kombinasikan memulai IV dengan
pengambilan contoh darah). Dorong pasien untuk mempertimbangkan
penempatan kanker vena sentral. Rasional :

Menurunkan potensial

hemoragi dan infeksi berkenaan dengan fungsi vena berulang.


8) Hindari trauma dan pemberian tekanan pada sisi fungsi. Rasional :
Mengurangi potensial terhadap perdarahan/pembentukan hematoma.
Kolaborasi
9) Berikan cairan IV sesuai indikasi. Rasional : Diberikan untuk hidrasi
umum serta mengencerkan obat antineoplastik dan menurunkan efek
samping merugikan misal, mual/muntah atau nefrotoksisitas.
10) Berikan terapi antiemetik (rujuk pada DK: nutrisi, perubahan: kurang dari
kebutuhan tubuh). Rasional : Penghilangan mual/muntah menurunkan
kehilangan gastrik dan memungkinkan peningkatan masukan oral.
11) Pantau pemeriksaan laboratorium misal, JDL, elektrolit, albumin serum.
Rasional : Memberikan informasi

tentang tingkat hidrasi dan

17

kekurangan yang menyertai, catatan : malnutrisi dan efek penurunan


kadar albumin menimbulkan perpindahan cairan/pembentukan odema.
12) Berikan transfusi sesuai indikasi misal, SDM. Rasional : Mungkin
diperlukan untuk memperbaiki jumlah darah dan mencegah manifestasi
anemia yang sering ada pada pasien kanker misal, takikardia, takipnea,
pusing dan kelemahan.
13) Berikan transfusi sesuai indikasi misal, Trombosit. Rasional :
Trombositopenia (yang dapat terjadi sebagai efek samping kemoterapi,
radiasi, atau proses kanker) meningkatkan risiko perdarahan dari
membran mukosa dan sisi tubuh yang lain. Perdarahan spontan secara
umum terjadi pada trombosit kurang dari 20.000.
14) Hindari penggunaan aspirin, iritan lambung, atau inhibitor trombosit.
Rasional : Menimbulkan risiko perdarahan.
e. Keletihan
Tindakan/Intervensi
Mandiri
1) Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan
aktivitas periodik bila pasien mempunyai energi paling banyak. Libatkan
pasien/orang terdekat dalam jadwal perencanaan. Rasional : Periode
istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki/menghemat energi.
Perencanaan akan memungkinkan pasien menjadi aktif selama waktu
dimana tingkat energi lebih tinggi, yang dapat memperbaiki perasaan
sejahtera dan rasa kontrol.
2) Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien. Rasional : Memberikan rasa
kontrol dan perasaan mampu menyelesaikan.
3) Dorongan pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin misal, mandi
duduk, bangun dari kursi, berjalan. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai
kemampuan.

Rasional

Meningkatkan

kekuatan/stamina

dan

memampukan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti.


4) Pantau respons fisiologi terhadap aktivitas misal,perubahan pada TD atau
frekuensi jantung/pernafasan. Rasional : Toleransi sangat bervariasi
tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan
cairan, dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
5) Dorongan masukan nutrisi (rujuk pada DK: nutrisi, perubahan: kurang
dari kebutuhan tubuh). Rasional : Masukan/penggunaan nutrisi adekuat
perlu untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitas.

18

Kolaborasi
6) Berikan

O2

suplemen

sesuai

indikasi.

Rasional

Adanya

anemia/hipoksemia menurunkan ketersediaan O2 untuk ambilan selular


dan memperberat keletihan.
7) Rujuk pada terapi fisik/okupasi. Rasional : Latihan yang terprogram
setiap

hari

dan

aktivitas

membantu

pasien

mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan tonus otot, meningkatkan


rasa sejahtera. Penggunaan alat adaptasi dapat membantu menghemat
energi.
f. Infeksi, Risiko tinggi terhadap
Tindakan/Intervensi
Mandiri
1) Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan
pengunjung. Batasi pengunjung yang mengalami infeksi. Tempatkan pada
isolasi sesuai indikasi. Rasional : Lindungi pasien dari sumber-sumber
infeksi seperti, pengunjung dan staf yang mengalami ISK.
2) Tekan higiene personal. Rasional : Membantu potensial sumber infeksi
dan/atau pertumbuhan sekunder.
3) Pantau suhu. Rasional : Peningkatan suhu terjadi (bila tidak tertutup oleh
obat kortikosteroid dan anti inflamasi) karena berbagai faktor misal efek
samping kemoterapi, proses penyakit atau infeksi. Identifikasi dini proses
infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai dengan segera.
4) Kaji semua sistem (misal, kulit, pernafasan, genitourinaria) terhadap
tanda/gejala infeksi secara kontinu. Rasional : Pengenalan diri dan
intervensi segera dapat mencegah progresi pada situasi/sepsis yang lebih
serius.
5) Ubah posisi dengan sering: pertahankan linen kering dan bebas kerutan.
Rasional : Menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah
kerusakan kulit (sisi potensial untuk pertumbuhan bakteri).
6) Tingkatkan istirahat adekuat/periode latihan. Rasional : Membatasi
keletihan, mendorong gerakan yang cukup untuk mencegah komplikasi
statis misal, pneumonia, dekubitus dan pembentukan trombus.
7) Tekankan pentingnya higiene oral yang baik. Rasional : Terjadinya
stomatitis meningkatkan risiko terhadap infeksi/pertumbuhan sekunder.
8) Hindari/batasi prosedur invasif. Taati teknik aseptik. Rasional :
Menurunkan risiko kontaminasi, membatasi entri portal terhadap agen
infeksius.

19

Kolaborasi
9) Pantau JDL dengan ADP diferensial dan jumlah granulosit dan trombosit
sesuai indikasi. Rasional : Aktivitas sumsum tulang dihambat oleh efek
kemoterapi, status penyakit, atau terapi radiasi. Pemantauan status
melosupresi penting, untuk mencegah komplikasi lanjut (misal, infeksi,
anemia atau hemoragi) dan jadwal pemberian obat, catatan: Nadir (titik
terendah penurunan jumlah darah) terlihat 7-10 hari setelah pe,mberian
kemoterapi.
10) Dapatkan kultur sesuai indikasi. Rasional : Mengidentifikasi organisme
penyebab dan terapi yang tepat.
Berikan antibiotik sesuai indikasi. Rasional : Mungkin digunakan untuk
mengidentifikasi infeksi atau diberikan secara profilaktik pada pasien
imunosupresi.

g. Integritas Kulit/Jaringan, Kerusakan, Risiko Tinggi Terhadap


Tindakan/Intervensi
Mandiri
1) Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker, perhatikan
kerusakan/pelambatan

penyembuhan

luka.

Tekankan

pentingnya

melaporkan area terbuka pada pemberi perawatan. Rasional : Efek


kemerahan dan/atau kulit samak (reaksi radiasi) dapat terjadi dalam area
radiasi. Deskuamasi kering (kekeringan dan pruritus), deskuamasi
lembab (lepuh), ulserasi, kehilangan rambut, kehilangan dermis, dan
kelenjar keringat juga dapat terlihat. Selainitu reaksi kulit (misal, ruam
alergi, hiperpigmentasi, pruritus dan alopesia) dapat terjadi pada
beberapa agen kemoterapi.
2) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan. Rasional : Memertahankan
kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
3) Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang
kering daipada menggaruk. Rasional : Membantu mencegah friksi/trauma
kulit.
4) Balikkan/ubah posisi dengan sering. Rasional : Meningkatkan sirkulasi
dan mencegah tekanan pada kulit/jaringan yang tidak perlu.
5) Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak
kecuali diizinkan dokter. Rasional : Dapat meningkatkan iritasi/reaksi
secara nyata.
6) Tinjau protokol perawatan kulit untuk pasien yang mendapat terapi
radiasi. Rasional : Dilakukan untuk meminimalkan trauma pada area
terapi radiasi.

20

7) Hindari menggaruk atau menggunakan sabun, losion atau deodoran pada


area: hindari memberikan panas atau mengusahakan mencuci tanda/tato
yang ada di kulit sebagai identifikasi area iradiasi. Rasional : Dapat
menimbulkan atau bahkan mempengaruhi pemberian radiasi.
8) Anjurkan menggunakan pakaian lembut dan longgar pada area tersebut:
biarkan pasien menghindari menggunakan bra bila ini memberikan
tekanan. Rasional : Kulit sangat sensitif selama pengobatan dan
setelahnya: dan semua iritasi harus dihindari untuk mencegah cedera
dermal.
9) Berikan tepung kanji pada area sesuai kebutuhan dan Eucerin (atau krim
lain yang dianjurkan) pada area dua kali sehari setelah radiasi selesai.
Rasional

Membantu

mengontrol

kelembaban

atau

pruritus.

Mempertahankan perawatan diperlukan sampai jaringan kulit telah


beregenerasi dan kembali normal.
10) Tinjau penggunaan tabir surya/blok tabir surya. Rasional : Melindungi
kulit dari sinar ultraviolet dan menurunkan risiko reaksi berulang.
11) Tinjau ulang protokol perawatan kulit untuk pasien yang mendapat
kemoterapi, misal : Penggunaan yang tepat kateter vena sentral atau
perifer, encerkanobat antikanker per protokol dan pastikan bahwa IV
diberikan dengan baik. Rasional : Menurunkan risiko iritasi/ekstravasasi
jaringan dari agen ke dalam jaringan.
12) Instruksikan pasien untuk memberi tahu pemberi perawatan dengan segera
tentang ketidaknyamanan pada sisi pemasangan IV. Rasional : Terjadinya
iritasi

menandakan

perlunya

pengubahan

kecepatan/pengenceran

kemoterapi dan/atau perubahan sisi IV untuk mencegah reaksi yang lebih


medis.
13) Kaji sisi IV/kulit dan vena terhadap eritema, edema, nyeri tekan: bercak
sepeti bilur, gatal/rasa terbakar: atau bengkak, rasa terbakar, luka, lepuh
yang makin menjadi ulserasi/nekrosis jaringan. Rasional : Adanya
flesibitis, kemerahan vena (reaksi alergi lokal) atau ekstravasasi
memerlukan penghentian segera dari agen antineoplastik dan intervensi
medis.
14) Cuci kulit dengan segera dengan sabun dan air bila agen antineoplastik
tercecer pada kulit yang tidak terlindungi (pasien atau pemberi
perawatan). Rasional : Mengencerkan obat untuk menurunkan risiko
iritasi kulit/luka bakar kimia.
15) Anjurkan pasien yang menerima 5FU dan metotreksat untuk menghindari
pemajanan pada matahari. Tunda metotreksat bila ada luka bakar.
Rasional : Matahari dapat menyebabkan eksaserbasi dari titik luka bakar

21

(efek samping dari 5-Fluorouracil) atau dapat menyebabkan area ruam


merah dengan metotreksat yang dapat mengeksaserbasikan efek obat.
16) Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi
misal ruam, hiperpigmentasi dan pengelupasan telapak oleh 5FU.
Rasional : Pedoman antisipasi membantu menurunkan masalah bila efek
samping terjadi.
17) Informasikan pasien bahwa bila terjadi alopesia, rambut dapat tumbuh
kembali setelah kemoterapi selesai, tetapi dapat/tidak dapat tumbuh
kembali setelah terapi radiasi. Rasional : Pedoman antisipasi dapat
membantu penilaian/persiapan untuk kebotakan. Pria sering sensitif
terhadap kehilangan rambut demikian juga wanita. Efek radiasi pada
akar rambut mungkin permanen, tergantung pada dosis.
Kolaborasi
18) Berikan

antidot

yang

tepat

bila

terjadi

eksaserbasi,

misal

Rasional : Mengurangi kerusakan jaringan lokal.


19) DMSO topikal. Rasional : Mungkin bermanfaat untuk mitomisin,
doksorubisin (Adriamycin)/daunorubisin, catatan: injeksi Benadryl dapat
menghilangkan gejala kemerahan vena.
20) Hialuronidase (Wydase). Rasional : Diinjeksikan secara subkutan untuk
inflasi vinkrisin.
21) NaHCO3. Rasional : Injeksi IV dan/atau pada jaringan sekitar untuk
Bisantrene.
22) Tiosulfat. Rasional : Diinjeksikan secara subkutan untuk mustrad
nitrogen.
23) Berikan salep topikal misal, sulfadiazin perak (Silvadene) dengan tepat.
Rasional : Mungkin digunakan untuk mencegah enfeksi/memudahkan
penyembuhan bila terjadi luka bakar kimia (ekstravasasi).
Berikan kompres es/kompres hangat per protokol. Rasional : Intervensi
kontroversial tergantung pada tipe agen yang digunakan. Es membatasi
aliran darah, mempertahankan obat terlokalisasi, sedangkan panas
menyebarkan antidot.
h. Kurang

Pengetahuan

[Kebutuhan

Belajar],

Mengenai

Penyakit

Prognosis dan Kebutuhan Pengobatan


Tindakan/Intervensi
Mandiri
1) Tinjau ulang dengan pasien/orang terdekat pemahaman diagnosa khusus,
alternatif pengobatan dan sifat harapan. Rasional : Memvalidasi tingkat
pemahaman

saat

ini,

mengidentifikasi

kebutuhan

belajar,

dan

22

memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan


berdasarkan informasi.
2) Tentukan persepsi pasien tentang kanker dan pengobatan kanker:
tanyakan tentang pengalaman pasien sendiri/sebelumnya atau pengalaman
orang lain yang mempunyai (atau pernah mempunyai) kanker. Rasional :
Membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang
diperlukan selama waktu menyerapnya. Catatan: kecepatan dan metode
pemberian informasi perlu diubah agar menurunkan ansietas pasien dan
meningkatkan kemampuan untk mengasimilasi informasi.
3) Berikan pedoman antisipasi pada pasien/orang terdekat mengenai
protokol pengobatan, lama terapi, hasil yang diharapkan, kemungkinan
efek samping. Bersikap jujur dengan pasien. Rasional : Pasien
mempunyai hak untuk tahu (diinfornasikan ) dan berpartisipasi dalam
pohon keputusan. Informasi akurat dan detil membantu menghilangkan
rasa takut dan ansietas, mengklarifikasi rutinitas yang diharapkan dan
memungkinkan pasien mempertahankan bebrapa derajat kontrol.
4) Minta pasien untuk umpan balik verbal dan perbaiki kesalahan konsep
tentang tipe kanker individu dan pengobatannya. Rasional : Kesalahan
konsep tentang kanker lebih menggangu daripada kenyataan dan
mempengaruhi pengobatan/penurunan penyembuhan.
5) Nyatakan secara normal keterbatasan yang akan dialami (bila ada) pada
AKS (misal, membatasi pemajanan sinar matahari, masukan alkohol,
kehilangan waktu kerja karena pengobatan dirumah sakit). Rasional : Bila
pembatasan diperlukan, memungkinkan pasien/orang tedekat mulai
menempatkan mereka pada perspektif dan rencana/adaptasi sesuai
indikasi.
6) Berikan materi tertulis tentang kanker, pengobatan dan ketersediaan
sistem pendukung. Rasional : Ansietas dan berpikir terus menerus
dengan pikiran tentang kehidupan dan kematian sering mempengaruhi
kemampuan pasien untuk mengasimilasi informasi adekuat. Materi
tertulis yang dibawa pulang memberi penguatan dan klarifikasi tentang
informasi sesuai kebutuhan pasien.
7) Tinjau ulang atiuran pengobatan khusus dan penggunaan obat yang dijual
bebas. Rasional : Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perawatan
diri dan menghindari potensial komplikasi, reaksi/interaksi obat.
8) Beri tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah misal, kemampuan untuk
hidup sendiri,

melakukan pengobatan/prosedur yang diperlukan dan

bahan yang dibutuhkan. Rasional : Memberikan informasi mengenai

23

perubahan yang diperlukan dalam rencana memenuhi kebutuhan


terapeutik.
9) Lakukan evaluasi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi. Rasional :
Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengan memberikan
informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan
bahan yang diperlukan.
10) Rujuk pada sumber-sumber di komunitas sesuai indikasi, misal pelayanan
sosial (bila ada). Rasional : Meningkatkan kompeten perawatan mandiri
dan kemandirian optimal. Mempertahankan pasien dalam situasi yang
diinginkan/dirumah.
11) Tinjau ulang dengan pasie/orang terdekat pentingnya mempertahankan
status

nutrisi

optimal.

Rasional

Meningkatkan

kesejahteraan,

memudahkan pemulihan dan memungkinkan pasien mentoleransi


pengobatan.
12) Dorong variasi diet dan pengalaman dalam pencernaan makan dan
persiapan makanan misal, memasak dengan jus manis, anggur,
menyediakan makanan dingin atau pada suhu ruangan dengan tepat (salat
telur, es krim). Rasional : Kreativitas dapat meningkatkan keinginan dan
masukan, khususnya bila makanan protein terasa lebih pahit,
13) Berikan buku masak yang didesain untuk pasien kanker. Rasional :
Membantu dalam memberian menu/ide bumbu khusus.
14) Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serat dalam diet serta latihan
teratur. Rasional : Memperbaiki konsistensi feses dan merangsang
peristaltik.
15) Instruksikan pasien untuk mengakji membran mukosa oral secara rutin,
perhatiakn eritema, ulserasi. Rasional : Pengenalan dini tentang masalah
meningkatkan intervensi dini, meminimalkan komplikasi yang merusak
masukan oral dan memberikan kesempatan untuk infeksi sistemik.
16) Anjurkan pasien memperhatikan kulit dan perawatan rambut misal,
menghindari sampo keras, pewarna rambut, air garam permanen, air
mengandung klor: menghindari pemajanan pada angin kencang dan panas
atau dingin yang ekstrem: hindari pemajanan sinar matahari pada area
target selama 1 tahun setelah akhir pengobatan radiasi dan memberikan
blok tabir surya (SPF 15 atau lebih besar). Rasional : Mencegah
kerusakan rambut lebih berat dan iritasi kulit, dapat mencegah reaksi
ulangan.
17) Tinjau tanda dan gejala, kebutuhan evaluasi medis misal,infksi,
pelambatan penyembuhan, reaksi obat, peningkatan nyeri (tergantung

24

pada situasi individu). Rasional : Identifikasi dan pengobatan dapat


membatsi beratnya komplikasi.
Tekankan pentingnya melakukan evaluasi medis. Rasional : Memberikan
pemantauan terus menerus tentang kemajuan/resolusi proses penyakit
dan kesempatan untuk diagnosa dan pengobatan tepat waktu terhadap
komplikasi. Catatan : beberapa komplikasi dapat terjadi selama setelah
terapi selasai misal, fraktur patologis, sistitis/nefritis radiasi.
4. Pelaksanaan
Menurut Lismidar, H (1990), pelaksanaan adalah pemberian asuhan
keperawatan yang diberikan secara nyata kepada pasien sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan.
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
rangkaian kegiatan yang sistematik berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil
yang optimal.
Dalam pelaksanaannya semua tindakan yang telah dilakukan dicatat di dalam
buku catatan keperawatan. Catatan keperawatan dapat dijadikan sebagai bahan
dokumentasi yang berguna untuk komunikasi antar tim kesehatan sehingga
memungkinkan pemberian tindakan yang berkesinambungan dan mencegah
terjadinya pemberian tindakan yang berulang dalam bentuk yang sama.
5.

Evaluasi
Menurut Lismidar, H (1990), evaluasi merupakan tahap akhir dari proses

keperawatan yang digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan dari asuhan
keperawatan dan proses ini berlangsung terus menerus yang diarahkan kepada
pencapaian tujuan yang diinginkan.
Ada empat masalah kemungkinan yang dapat terjadi di dalam tahap evaluasi
yaitu : Masalah teratasi seluruhnya, masalah teratasi sebagian, masalah tidak dapat
teratasi dan timbul masalah baru.
Berdasarkan teoritis maka evaluasi yang akan dicapai adalah:
1. Tidak terjadi kecemasan atau kecemasan teratasi.
2. Pasien tidak menunjukan rasa nyeri.
3. Tidak terjadi perubahan nutrisi.
4. Volume cairan dapat teratasi.
5. Pasien dapat menunjukkan aktivitas dan terhindar dari keletihan.
6. Tidak terjadi infeksi selama proses perawatan.
7. Kulit utuh dan tidak terdapat infeksi.
8. Pengetahuan pasien dan keluarga dapat meningkat.

25

DAFTAR PUSTAKA

Adams, (1995), The Worlds Best Anatomical Charts, Amerika, Anatomical Chart
Company.

Arif Mansjoer, (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Doenges Marylin E, Moorhouse Mary Francer, Geisser Alice C, (1999), Rencana


Asuhan Keperawatan, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Himawan Sutisna, (1996),

Patologi, Jakarta, Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Lismidar H, dkk, (1990), Proses Keperawatan, Jakarta, Penerbit Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.
Luckman and Sorensans, (1993), Medical Surgical of Nursing, Philadelphia, W.B,
Sounders Company.

Tambayong, Jan, (2000), Patofisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta, Penerbit Buku


Kedokteran EGC.
Sobotta, (1995), Atlas of Human Anatomy, Urban & Schwarzenberg, USA.

Anda mungkin juga menyukai