Anda di halaman 1dari 6

ABSTRAK

Tujuan: Untuk menentukan karakteristik klinis yang menunjukkan adanya abses tuboovarium (TOA) pada pasien dengan penyakit radang panggul yang parah (PID).
Metode: Sebuah studi kohort observasional dilakukan pada Oktober 2011 sampai Maret 2013.
Penelitian ini melibatkan semua pasien dengan diagnosis TOA dan PID yang dirawat di
rumah sakit universitas di Meksiko. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik lengkap telah
dilakukan dan review dari berbagai studi laboratorium mengenai ulasan. sebuah analisis
regresi logistik dilakukan pada variabel dengan signifikansi statistik.
Hasil: Secara keseluruhan, 26 pasien dengan PID dan TOA (kelompok TOA) dan 26 dengan
PID tanpa TOA (kelompok PID) dilibatkan dalam penelitian tersebut. Perbedaan yang
signifikan antara pasien dengan TOA dan PID yang ditemukan berkaitan dengan usia pasien
(39,3 tahun vs 33,1 tahun; P = 0,04), tingkat pendidikan (hanya SD, 13 [50%] vs 5 [19%]; P =
0,14), presentasi terjadinya demam (23 [88%] vs 16 [62%]; P = 0,025), jumlah sel darah putih
(21,8 109/ L vs 14,9 109/ L; P b 0,001), jumlah persalinan (2,2 vs 1,1; P = 0,01), dan
presentasi terjadinya diare (16 [62%] vs 5 [19%]; P b 0,001). Trias yang muncul yaitu
demam, leukositosis, dan diare adalah faktor yang terkait dengan TOA.
Kesimpulan: trias TOA adalah demam, leukositosis, dan diare. Oleh karena itu dokter harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya TOA pada pasien dengan PID
1. Pendahuluan
Abses tubo-ovarium (ATO/TOA) merupakan bentuk yang paling parah dari penyakit
radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID). Sekitar 30% dari pasien dengan PID
sering mengalami komplikasi, yang biasanya terjadi pada wanita yang aktif secara seksual
yang berusia antara 15 dan 40 tahun, dengan variabel manifestasi klinis. Manifestasinya dapat
terjadi secara perlahan hingga menimbulkan demam tetapi jarang hingga menimbulkan akut
abdomen.
Sebuah penanganan penting dari TOA adalah tindakan operasi. Seringkali tindakan
histerektomi diperlukan pada keadaan darurat dan banyak wanita minginginkan overoktomi
bilateral. Akibat dari menopause pada gaya hidup dan kesehatan wanita muda .
Bahkan jika TOA hanya diterapi secara konservatif, dapat terjadi komplikasi jangka
panjang. Komplikasi potensial termasuk infertilitas, kehamilan ektopik, dan nyeri panggul

kronis. Oleh karena itu, diagnosis dan terapi yang cepat pada TOA sangat penting untuk
fungsi reproduksi pasien dan kesehatannya secara umum.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah ada manifestasi klinis yang
menunjukkan diagnosis TOA pada pasien dengan PID yang berat.
2. Materi dan metode
Penelitian kohort observasional ini dilakukan dari 3 Oktober 2011 - 29 Maret 2013, di
Ginekologi dan Obstetri University Hospital "Dr. Jos E. Gonzalez "di Monterrey,Meksiko.
Penelitian ini melibatkan semua pasien dengan diagnosis TOA dan PID berat
mengikuti pelayanan ginekologi selama periode yang disebutkan. Semua-pasien dengan PID
berat yang disertai dengan TOA.
Diagnose dari TOA dibuat berdasarkan inspeksi langsung abses pelvic pada saat
ekplorasi laparatomi. PID yang berat dapat didiagnosa jika pasien memperlihatkan gejala
klinis akut dari salpingitis stadium II (salpingitis dengan peritonitis pelvic) sesuai yang
diusulkan oleh Monif (1982) bersamaan dengan satu atau lebih kriteria dari rumah sakit
seperti suhu badan 38 C, pengobatan antibiotic oral selama 48 jam namun tidak
memberikan respon, tanda-tanda klinis dari adanya iritasi peritoneal, mual dan muntah yang
menghambat masuknya makanan dan minuman.
Riwayat medis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang spesifik harus dilampirkan
sebagai syarat. Dilampirkan juga data tentang umur, status marital, jenjang pendidikan,
kebiasaan merokok, penggunaan alcohol, usia pertama melakukan hubungan seksual, jumlah
dari pasangan seks, jumlah kehamilan, jumlah persalinan, jumlah operasi section caesaria
yang pernah dialami, aborsi, kehamilan ektopik, dan kehamilan mola, riwayat penyakit
menular seksual, metode KB yang pernah digunakan termasuk penggunaan IUD, dan riwayat
munculnya demam, diare, nyeri pelvic.
Temuan yang didapatkan dari pemeriksaan fisik dapat berupa adanya discharge
vaginal, nyeri dan gerakan dari servix, nyeri pelvic, nyeri abdomen, dan adanya tanda iritasi
dari peritoneal seperti rebound tenderness. Peningkatan jumlah leukosit juga dievaluasi.
Data analisis statistik yang ditampilkan menggunakan versi SPSS 21 untuk sistem
Mac. Hasil pada dua kelompok dibandingkan menggunakan X2 atau t test yang cocok. Nilai P
< 0,05 dikatakan bermakna secara statistik.

3. Hasil
Rata-rata umur dari total 52 pasien adalah 36,3 tahun dengan pasien pada kelompok TOA
memiliki umur yang lebih tua (P=0,04). Status perkawinan, status pendidikan terakhir, usia
saat melakukan hubungan seksual pertama kali, dan karakteristik pasien lainnya dilampirkan
dalam tabel 1.
Jumlah pasangan seksual pada kelompok TOA adalah 1 untuk 13 pasien (50%) dan
dua untuk 12 pasien (46%); seorang pasien (4%) melaporkan memiliki 5 pasangan seksual.
Pada kelompok PID, 12 pasien (46 %) memiliki satu pasangan seksual., 7 pasien (27 %)
memiliki 2 pasangan seksual, 4 pasien (15%) memiliki 3 pasangan seksual, 2 pasien memiliki
4 pasangan seksual, dan 1 pasien (4%) memiliki 15 pasangan seksual.
Sebuah riwayat penyakit menular seksual ditemukan pada 2 pasien (8%) dari setiap
kelompok. Tidak ada perbedaan yang ditemukan sehubungan dengan penggunaan metode
family planning (KB) termasuk penggunaan IUD.
Jumlah kehamilan tidak berbeda secara signifikan diantara kedua kelompok. Rata-rata
jumlah persalinan pada kelompok TOA adalah 2.2 1.7. pada kelompok ini, 5 pasien (19%)
belum pernah melahirkan, 4 pasien (15%) memiliki riwayat satu kali melahirkan, 6 pasien
(23%) memiliki dua kali riwayat melahirkan, 2 pasien (8%) memiliki empat kali riwayat
melahirkan, 2 pasien (8%) memiliki lima kali riwayat melahirkan, dan 1 pasien (4%) memiliki
enam kali riwayat melahirkan. Pada kelompok PID, rata-rata jumlah persalinan adalah 1.1
1.4. 12 pasien ( 46%) tidak memiliki riwayat persalinan, 4 pasien (15%) memiliki dua riwayat
persalinan, 2 pasien (8%) memiliki tiga riwayat persalinan, 1 pasien (4%) memiliki 5 riwayat
persalinan. Perbedaan jumlah persalinan diantara kedua kelompok secara statistic P= 0.01 .
Tidak ada perbedaan yang ditemukan pada jumlah persalinan section caesarian,
abortus spontan, dan kehamilan ektopik. Tidak ada pasien yang dilaporkan memiliki riwayat
kehamilan mola.
Pada saat diagnosis, 23 pasien (88 %) dari kelompok TOA mengalami demam (T 38C),
dibandingkan dengan 16 pasien (62%) dari kelompok PID (P=0.025).
Jumlah pasien dengan leukorrhea berwarna kuning sama pada setiap kelompok (11 pada
kelompok TOA vs 10 pada kelompok PID), hanya lima pasien (19%) yang mengalami diare
(p< 0.001).
Rata-rata jumlah sel darah putih pada kelompok TOA adalah 21.8 5.3 x 10 9/L (4.0
24.4 x 109/L) dibandingkan dengan kelompok PID yaitu 14.9 5.4 x 10 9/L, n = 15 (58%); P <
0.01. semua pasien pada kelompok TOA memiliki jumlah leukosit yang melebihi 10.0 x

109/L.Penurunan model logistic memperlihatkan hubungan yang positif dengan demam, diare,
dan leukositosis yang lebuh dari 10.0 x 109/L.
Semua pasien dari kelompok TOA menjalani operasi ( laparatomi histerektomi +
bilateral salpingo-oophorectomy). Pasien dari kelompok PID hanya satu yang memerlukan
tindakan operasi.
4. Diskusi
Penelitian ini menunjukkan gambaran keseluruhan dari pasien dengan TOA. Mereka berada
dekade ke empat dari hidup mereka, telah menikah, dengan sebuah batas dari jenjang
pendidikan, dan dengan dua atau tiga anak yang lahir pervaginam. Kerateristik ini secara
samar-samar mendefinisikan populasi dengan resiko terhebat untuk terjadinya suatu PID.
Secara lebih spesifik, trias demam ( suhu badan 38C), diare, dan peningkatan jumlah
leukosit (>100x109/L) secara bermakna dikaitkan dengan adanya TOA.
Temuan baru ini akan memudahkan prediksi TOA pada pasien dengan PID. Adanya
TOA menunjukan sebuah kegagalan dalam menghentikan PID yang berat. Hal ini dapat
menjadi akibat dari pasien yang tidak segera mencari pengobatan medis atau tidak adekuatnya
terapi medis yang telah diberikan.
Diagnosis dini dan cepatnya terapi yang efektif yang diberikan diagnosis dini dan
pengobatan yang efektif terutama di awal adalah tindakan yang terbaik untuk memastikan
bahwa PID tidak berkembang menjadi TOA.
TOA berkembang pada sampai 34% dari pasien rawat inap dengan PID. Akibat dari
penyakit ini bisa fatal, hingga dapat mengakibatkan kematian karena pecahnya abses. Tingkat
kematian dapat mencapai 5-10%, meskipun telah banyak kemajuan dalam pengobatan
termasuk pembedahan.
Oleh karena itu penting untuk mengidentifikasi karateristik dari gambaran klinis TOA, untuk
identifikasi awal pada pasien yang paling mungkin akan mengalami komplikasi ini.
Leukositosis dianggap kriteria minor untuk diagnosis PID. Dalam penelitian ini,
semua pasien dengan TOA memiliki jumlah WBC lebih dari 10,0 10 9/ L; jumlah rata-rata
leukosit secara signifikan meningkat pada pasien dengan TOA, dan sekitar 90% pasiendengan TOA memiliki WBC lebih dari 15 10 9/ L. Jumlah leukosit terkait dengan keparahan
infeksi; mengingat bahwa TOA adalah bentuk paling serius dari PID, terdapatnya jumlah
leukosit yang pada pasien ini dapat dimengerti.
Demam juga dianggap sebagai kriteria minor untuk diagnosis PID. Dalam laporan
sebelumnya, demam dilaporkan sekitar 50% pada pasien dengan PID. Dalam penelitian ini,

persentase pasien demam di diagnosis secara signifikan lebih tinggi pada kelompok dengan
TOA, hampir 90% dirawat dengan demam. Seperti leukositosis, demam sangat terkait dengan
keparahan infeksi.
Sekitar 60% dari pasien dengan TOA dalam penelitian ini mengalami diare. Diare
sebanyak tiga kali lebih sering pada pasien ini dibandingkan pada mereka dengan diagnosis
PID. Temuan ini kontras dengan laporan sebelumnya yang menyatakan bahwa kehadiran diare
hanya terkait dengan PID atipikal. Diare yang terjadi dengan PID dianggap jenis diare yang
non infeksius. Jenis diare sebelumnya telah ditemukan sebelumnya keadaan patologis
abdominal yang memerlukan tindakan bedah, seperti intususepsi, perdarahan gastrointestinal,
apendisitis akut, dan kehamilan ektopik. Pada studi saat ini, diare secara signifikan lebih
sering terjadi pada wanita dengan TOA, tepatnya mereka yang memerlukan intervensi bedah.
Leukositosis, demam, dan diare lebih sering terjadi pada pasien dengan TOA, tanda
klinis tersebut merupakan trias untuk diagnosis TOA. Hal ini penting karena memungkinkan
dokter untuk menduga perkembangan dari PID menjadi keadaan yang lebih parah dengan
konsekuensi yang berpotensi merusak, termasuk peningkatan angka kematian.
Usia pasien dengan PID dan TOA bervariasi pada laporan sebelumnya. Dalam
penelitian ini, usia rata-rata lebih tinggi pada kelompok TOA.
Parameter yang perlu diperhatikan pada penelitian ini adalah status pernikahan. Dalam
penelitian ini, lebih dari 50% dari pasien telah menikah, yang berbeda dari observasi
sebelumnya bahwa pasien single atau pasien yang telah bercerai memiliki risiko lebih besar
terhadap PID yang berat.
Ada juga laporan yang berhubungan dengan tingkat pendidikan tertinggi berbanding
terbalik dengan bentuk yang paling parah dari PID. Dalam laporan-laporan ini, didapatkan
bahwa lebih dari dua kali lebih banyak pasien dalam kelompok TOA memiliki tingkat
pendidikan yang maksimal termasuk hanya pendidikan dasar atau primer.
Konsumsi tembakau juga telah dikaitkan dengan PID. Namun,frekuensi konsumsi
tembakau dalam penelitian ini lebih rendah pada kelompok dengan TOA, dan alkohol tidak
berhubungan dengan keparahan PID. Namun, jumlah wanita yang mengkonsumsi alkohol dan
atau tembakau sangat kecil; Oleh karena itu, tidak mungkin untuk membuat kesimpulan yang
pasti.
Usia awal aktivitas seksual, jumlah mitra seks, riwayat penyakit menular seksual, dan
IUD telah dilaporkan sebagai faktor predisposisi untuk PID. Dalam penelitian ini, tidak ada
hubungan yang antara faktor-faktor ini dengan tingkat keparahan PID, khususnya hingga
munculnya TOA.

Mengenai riwayat obstetri, jumlah kelahiran, kelahiran sesar, aborsi, kehamilan


ektopik, atau kehamilan mola, berkaitan dengan diagnosis TOA dalam penelitian ini. Alasan
untuk hubungan ini tidak diketahui,tapi mungkin disebabkan cedera serviks dan kolonisasi
bakteri menyebabkan infeksi yang parah.
Keterbatasan penelitian ini meliputi desain observasional dengan ukuran sampel yang
kecil, dan kurangnya kebiasaan dari sekresi panggul.
Kesimpulannya, trias dari PID adalah demam, leukositosis, dan diare. Pada pasien
dengan trias ini dengan PID, dojter harus waspada dokter terhadap kemungkinan
berkembangnya penyakit TOA, hal ini merupakan bukti yang dapat membuat hidup pasien
berisiko. Tindakani harus diambil untuk mengatasi risiko ini, termasuk resep antibiotik yang
lebih agresif dan drainase awal pada abses perkutan. Jika fasilitas di tempat pelayanan medis
tersebut tidak memadai segera rujuk pasien tersebut ke pada pusat pelayanan yang memiliki
fasilitas yang lebih memadai.

Anda mungkin juga menyukai