Anda di halaman 1dari 15

TUGAS SEMESTER GENAP

2014-2015
Makalah Individu
Mata Kuliah Sejarah Dunia

Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia I

Pengajar:
Agus Setiawan, S.S., M.Si.

Disusun oleh:
Marina Indriani Lestari
1106020270

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya


Universitas indonesia
2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perang merupakan suatu hal yang penting dalam sejarah umat manusia. Perang
dilaksanakan apabila penyelesaian diplomatis antara kedua belah pihak yang berkonflik sudah
tidak dapat lagi dilakukan.
Perang Dunia I (PD I) merupakan perang global terpusat di Eropa pada 28 Juli
1914-11 November 1918 yang bermula dari Semenanjung Balkan. Perang Dunia I disebut juga
dengan Perang Besar (Great War) yang melibatkan semua kekuatan besar dunia yang terbagi
menjadi dua aliansi bertentangan yaitu Triple Entente (terdiri dari Britania Raya, Perancis dan
Rusia) dan Triple Alliance (terdiri dari Jerman, Austria-Hongaria dan Italia; namun saat AustriaHongaria melakukan serangan sementara persekutuan ini bersifat defensif, Italia tidak ikut
berperang).
Amerika Serikat (AS) menjadi negara yang menentukan setiap kemenangan pihak
sekutu dalam Perang Dunia I. Padahal, negara ini sebelumnya telah menyatakan netralitasnya
pada awal peperangan. Namun karena ada suatu kepentingan, maka AS akhirnya terjun juga
dalam peperangan ini.
Makalah ini membahas faktor-faktor yang melatar belakangi keterlibatan AS dalam
Perang Dunia I serta akibat-akibat dari keterlibatannya tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana latar belakang keterlibatan AS dalam PD I?
1.2.2 Bagaimana Peranan AS dalam PD I?
1.2.3 Bagaimana pengaruh keterlibatan AS dalam PD I?

1.3 Tujuan

1.3.1

Mengetahui dan memahami latar belakang keterlibatan AS dalam Perang Dunia I.

1.3.2

Mengetahui dan memahami peran AS dalam Perang Dunia I.

1.3.3

Mengetahui dan memahami dampak keterlibatan AS dalam Perang Dunia I.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia I
Perang Dunia I bermula di Eropa pada tahun 1914. Pada awalnya, Amerika Serikat
menyatakan sikap netralnya dalam perang tersebut karena merasa punya hak netral untuk tidak
berpihak pada blok mana pun. Namun, lain halnya dengan pihak-pihak yang bertikai, yakni Blok
Sekutu dan Blok Axis. Keduanya sama-sama berusaha mempengaruhi AS agar bersekutu
bersama mereka.
Blok Sekutu yang diwakili oleh Inggris, dan Blok Axis diwakili oleh Jerman melakukan
kegiatan-kegiatan yang bersifat provokatif seperti melakukan transaksi pembelian senjata dan
amunisi dari AS serta mennembak dan menggelamkan kapal-kapal milik AS yang berlayar di
perairan bebas.
Hal-hal demikian mendorong presiden AS pada masa itu, Woodrow Wilson untuk
memprotes kedua belah pihak. Tampilnya Woodrow Wilson sebagai Presiden Amerika Serikat diawali
dari karirnya sebagai guru besar ilmu politik di Universitas Princeton dan kemudian menjadi
gubernur di New Jersey. Sebagai penganut Presbitarian, ia tercatat sebagai politisi yang religius.1
la dengan cepat menjadi politikus yang disegani dan akhirnya membawanya untuk menempati White
House (Gedung Putih) tahun 1913.
Tahun 1914, AS memang lebih memusatkan perhatiannya pada urusan dalam negeri.
Namun, hal tersebut tidak membuat publik AS justru mengabaikan pertikaian antara dua
kekuatan di Asia dan Eropa.
Blok Axis dan Blok Sekutu mendorong AS untuk meningkatkan kekuatan bersenjata
mereka sendiri melalui penarikan pajak serta harga yang tinggi kepada warga negara mereka
masing-masing. Presiden yakin jika pertikaian dibiarkan, akan meletus peperangan yang lebih
besar.
1

Ratna Rengganis. Sosok Di balik Perang, PT. Niaga Swadaya, Jakarta, hlm. 41

Pada bulan Agustus 1914, ketika perang benar-benar terjadi, Presiden Wilson
mengumumkan netralitas AS dalam perang. Sebagai negara netral, AS memiliki hak di bawah
hukum internasional, antara lain :
1.

Negara netral bisa menjual barang-barangnya dan berdagang persenjataan maupun


barang-barang lainnya kepada negara yang berperang.

2.

Negara yang berperang dapat menekan perdagangan ini dengan saling memblokade untuk
menghentikan laju kapal yang membawa barang-barang tersebut, namun blokade harus
efektif yakni dengan sejumlah kapal perang untuk patroli.

3.

Jika kapal dagang dari negara netral atau musuh berlayar dan tertangkap, maka dapat
dimiliki dan diambil alih dalam keadaan tertentu namun tidak boleh ditenggelamkan atau
dirusak sehingga membahayakan awak dan penumpang.
Di bawah hukum tersebut dan kebijakan AS menjadi tugas bagi Presiden Wilson untuk

lebih hati-hati menjaga keamanan negerinya terlebih berbagai aduan dari negara netral atas
kekerasan dari negara yang berperang.
Setelah AS menyatakan sikap netralnya, Pemerintah Inggris mengeluarkan keputusan
yakni menyatakan blokade baja di pelabuhan sentral powers dan mengawasi barang-barang yang
berasal dari negara netral. Namun gangguan yang muncul dari kapal-kapal selam Jerman
membuat blokade ini tidak efektif.
Aksi-aksi Inggris tersebut telah mengganggu hak AS sebagai negara yang netral. Inggris
terus menangkap dan menahan kapal-kapal milik AS yang berada di sekitar wilayah perairan
negara-negara netral seperti Belanda, Denmark dan Swedia yang menuju ke Jerman. Inggris
menuduh bahwa Jerman telah menebar ranjau di lautan utara yang di klaim oleh Inggris. atas
keputusan itu Kementerian Luar Negeri AS di Washington memprotes bahwa kebijakan Inggris
tersebut bertentangan dengan hukum. Sedangkan di sisi lain, Jerman juga membuat berbagai aksi
yang menentang hukum yang membahayakan warga negara dan properti AS di kawasan laut
tersebut. Jerman berpendapat bahwa wilayah yang di klaim oleh Inggris merupakan zona perang

dan Jerman akan menenggelamkan setiap kapal yang berlayar di sana. Hal ini mengundang
protes AS yang di sampaikan oleh Presiden Woodrow Wilson tahun 1915. Jerman pada saat itu
mengancam akan menembak setiap kapal yang berlayar di sekitar perairan Britania. Presiden
Wilson menyatakan bahwa AS akan melindungi setiap kapal dan warga negaranya yang berlayar
di kawasan tersebut serta mengancam tidak akan menolerir tindakan Jerman tersebut.
Ketika itu sebanyak 128 warga negara AS tewas ketika kapal Lusitania berbendera
Inggris ditenggelamkan oleh Jerman. AS sempat mengeluarkan ultimatum hendak memutuskan
hubungan diplomatisnya dengan Jerman atas kasus tersebut. Meskipun demikan, Wilson tetap
mempertahankan sikap netral negaranya menghadapi perang.
Melihat bahwa Jerman menantang AS, Presiden Wilson mendesak kongres untuk
menyatakan perang hingga dengan cepat AS melakukan mobilisasi masa untuk berperang di
amerika. setelah mengadopsi resolusi perang, kongres mulai membentuk dan merancang
perencanaan untuk memenangkan perang. Dengan cepat diputuskan bahwa pasukan sukarelawan
tidak di perlukan dan angkatan perang di perbesar. Untuk mendukung hal tersebut kongres
menaikan anggaran militer sampai angka miliyaran. Pajak dinaikkan di semua aspek. Kongres
memberikan kekuasaan lebih besar pada presiden untuk mengontrol, mengatur dan memberi
komando pada hal-hal meliputi sumber daya alam, industri, perburuhan, penjualan, dan distribusi
suplai makanan untuk resimen pasukan.
Presiden Wilson sendiri cukup cakap dalam melaksanakan tujuan perang pada rakyat AS
sendiri maupun pada dunia. Dengan terpilihnya kembali Wilson pada jabatan presiden untuk yang
kedua kalinya dan melihat perkembangan perang di Eropa serta berbagai kasus penenggelaman
kapal yang merugikan AS, maka pada tanggal 2 April 1917 Konggres / Senat meminta supaya
menyatakan peran melawan Jerman. Akhirnya Presiden Wilson pada tanggal menyatakan perang
terhadap Jerman pada tanggal 6 April 1917.

2.2 Peranan Amerika Serikat dalam PD I


Bagi rakyat AS yang hidup pada 1914, pertempuran di Eropa itu terasa sangat jauh,
namun dampak ekonomi dan politiknya terasa dalam waktu singkat dan dengan parah. Selama
1915, industri AS, yang sedang mengalami masa depresi ringan, mulai membaik karena adanya
permintaan peralatan perang dari Sekutu di Barat. Kedua pihak yang berseteru menggunakan
propaganda untuk menyulut semangat rakyat AS, yang sepertiganya adalah warga negara asing
atau lahir dari orangtua berkewarganegaraan asing. Selain itu, Inggris dan Jerman menghadang
kapal AS di laut lepas, menimbulkan protes keras dari Presiden Woodrow Wilson. Sebagai
penguasa lautan, Inggris menghentikan dan memeriksa kapal induk AS, mengambil alih barang
selundupan untuk pihak Jerman. Jerman mengerahkan senjata lautnya yang terbesar, yaitu kapal
selam, untuk menenggelamkan kapal yang berlayar ke Inggris atau ke Perancis. Presiden Wilson
memperingatkan bahwa AS takkan menyerahkan hak tradisionalnya untuk bersikap netral dan
berdagang dengan negara yang gemar berperang. Ia juga mengumumkan bahwa negerinya akan
menuntut pertanggungjawaban penuh pihak Jerman atas kerugian armada laut dan rakyat AS
yang menjadi korban. Pada 7 Mei 1915, kapal selam Jerman menenggelamkan kapal pesiar
Inggris, Lusitania, menewaskan 1.198 orang, 128 orang di antaranya warga AS. Presiden Wilson
mendesak agar penyerangan terhadap angkutan laut dan kapal dagang AS segera dihentikan.
Karena tidak ingin memulai perang dengan AS, Jerman setuju untuk memberi peringatan terlebih
dulu kepada kapal dagangbahkan jika kapal itu mengibarkan bendera musuh-sebelum
menyerang. Namun, setelah melakukan dua serangan lagitenggelamnya kapal pesiar Inggris
Arabic pada Agustus 1915, dan kapal pesiar Perancis Sussex yang hancur terkena torpedo pada
Maret 1916Presiden Wilson mengeluarkan ultimatum yang mengancam akan memutuskan
hubungan diplomatik AS-Jerman kecuali Jerman mengakhiri serangan bawah lautnya.
Presiden Wilson yang kembali terpilih sebagai presiden Amerika Serikat kemudian
merasa mengemban tugas untuk bertindak sebagai pendamai. Ia berpidato di hadapan Senat
Amerika Serikat, pada 22 Januari 1917, mendesak negara yang sedang berperang untuk
menerima Peace without Victory Akan tetapi, pada 31 Januari 1917, pemerintah Jerman mulai
menjalani perang terbuka di dasar laut. Setelah lima armada laut AS tenggelam, pada 2 April
1917 Presiden Wilson meminta persetujuan untuk mendeklarasikan perang.

Dalam pesan perangnya ia mengungkapkan bahwa AS terlibat dalam perang untuk


menjadikan dunia lebih aman dan demokratis. Dengan keyakinan yang kuat bahwa corak
pemerintahan demokratik yang didukungnya merupakan keanekaragaman AS yang secara politis
berdasarkan kebebasan pribadi, dan secara ekonomis atas kapitalisme laissez faire (ekomoni tanpa
campur tangan pemerintah di bidang perdagangan).
Presiden Wilson pada pidato tanggal 8 Januari l918 mengawali tahun baru melontarkan
gagasannya yang kemudiandikenal dengan istilah Fourteen Points Speech. Perlunya penegakan
demokrasi dan penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia yang Pada intiya antara lain :
(a) Perjanjian terbuka mengenai perdamaian, hak mana proses diplomasi harus terbuka dan dapat
diikuti atau diawasi rakyat umum;

(b) Kebebasan berlayar di luar perairan tentorial baik dalam masa perang maupun damai kecuali laut
yang tertutup untuk aksi internasional;
(c) Perlunya sebuah perhimpunan umum dari bangsa-bangsa harus dibentuk di bawah perjanjian
khusus untuk memperkuat rasa saling menjamin kemerdekaan dan integritas tentorial baik terhadap
negara besar maupun negara keci). Pembentukan League of Nations (Liga Bangsa Bangsa)
sebagai penjamin kemerdekaan politik dan keutuhan wilayah milik negara besar maupun negara
kecil.
Pada musim panas 1918, tentara AS yang baru tiba di bawah pimpinan Jendral J.
Pershing memainkan peranan penting dalam menghentikan serangan terakhir dari Jerman. Pada
musim gugur tahun itu, tentara AS merupakan tokoh kunci dalam serangan di Meuse-Argonne,
yang berhasil menembus Garis Hindenburg Jerman yang dibanggakan itu. Presiden Wilson
berkontribusi besar dalam mengakhiri perang secara lebih cepat dengan mendefinisikan tujuan
perang AS yang menyatakan perjuangan ini bukan untuk memerangi rakyat Jerman melainkan
terhadap pemerintahan otoriter mereka. Empat Belas Poinnya yang diajukan ke Senat menuntut;
diakhirinya perjanjian internasional rahasia; kebebasan laut; perdagangan bebas antarnegara;
pengurangan persenjataan negara; penyesuaian klaim kolonial agar lebih memihak kepentingan
penduduk asli; pemerintahan otonomi bagi bangsa Eropa yang tertindas; dan yang penting,
mendirikan Liga Bangsa-Bangsa yang dapat menjamin kebebasan berpolitik dan menjaga

integritas teritorial baik negara besar maupun kecil secara adil. Pada Oktober 1918, karena
menghadapi sejumlah kekalahan, pemerintah Jerman mengajukan permohonan bernegosiasi
dengan Wilson dengan dasar Empat Belas Poin tersebut. Setelah sebulan bernegosiasi secara
tertutup yang akhirnya tidak memberikan jaminan pasti bagi Jerman, gencatan senjata (resminya
gencatan senjata, tapi sebenarnya menyerah) pun diputuskan pada 11 November.
Masuknya Amerika Serikat dalam kancah perang dan keluarnya Rusia dari Triple Entente
(sekutu), AS segera mengirimkan bantuan besar-besaran ke negara-negara sekutunya Perubalian peta
perang terjadi pada awal tahun 1918, diberbagai front tentara sekutu Jerman mengalami kekalahan
Akhirnya pada jam 11 tanggal 11 November 1918 Jerman secara resmi menyerah kepada pasukan
Sekutu.
Untuk mengakhiri perang besar dilakukan beberapa perjanjian perdamaian yang digelar
pada tahun 1919. Kedatangan Woodrow Wilson pada bulan Desember di Paris disambut dengan
hangat. Dalam berbagai perundingan ia harus memperhatikan kepentingan-kepentingan yang berbedabeda dari sekutu-sekutunya. Dari beberapa perjanjian yang berhasil ditanda-tangani yang paling
utama adalah Perjanjian Versailles tanggal 28 Juni 1919. Dalam perjanjian tersebut selain
menentukan beberapa kententuan mengenai kewajiban Jerman, juga adanya rencana untuk
pembentukan League of Nations (Liga Bangsa Bangsa).
2.2.1. Perjanjian Versailles
Dalam perundingan ini Presiden Wilson mengharapkan agar persetujuan terakhir akan
menjadi suatu perdamaian yang telah dirundingkan. Namun karena pihak sekutu telah merasa
bahwa mereka harus mendapatkan kompensasi dari perang, maka mereka berusaha memaksakan
tuntutan. Wilson berpendapat bahwa LBB sebagai harapan terbesar pedamaian dunia mustahil
terwujud bila tidak sejalan dengan negara-negara sekutu tentang perdamaian.
Wilson berhasil mencapai pasal-pasal yang penting seperti: Italia ditolak untuk
mendapatkan Fiume, tuntutan Clemenceau (Prancis) untuk melepaskan Rein dari Jerman, dan
untuk untuk mengganti rugi atas seluruh biaya perang kepada Jerman. Namun pada akhirnya
pasal-pasal itu tidak berarti banyak dan pada akhirnya hanya berakhir sebagai usulan. Bahkan
Wilson secara ironis harus menerima kenyataan bahwa Senat menolak baik Perjanjian Versailles

maupun Piagam Liga. Selain itu Wilson juga telah membuat suatu kesalahan ketika menghadiri
perjanjian itu dengan tidak mengajak serta seorang anggota terkemuka dari partai oposisi yaitu
partai Republik. Selain itu dia juga tidak mendapatkan ratifikasi dari Senat yang dikuasai oleh
Partai Republik. Dengan demikian tujuan-tujuan perdamaian yang telah dihembuskan oleh
Woodrow Wilson sebelumya dapat dikatakan gagal baik di dalam negeri maupun di tingkat
internasional.
2.2.2. Kaitan Kebijakan Amerika di Perang Dunia I Dengan Doktrin Monroe
Doktrin Monroe (1823) dicetuskan Presiden James Monroe menggariskan kebijakan luar
negeri Amerika berkaitan dengan isu tentang Amerika Latin yang ketika itu menjadi perebutan
antara aliansi Holy Alliance (Rusia, Prusia dan Austria)-Prancis dan Inggris ynag berusaha
mempertahankannya sebagai sebuah koloni. Isi dari doktrin itu antara lain:
The American continents are not henceforth to be considered as sunject for future
colonization by any European power. We should consider any attempt on their part to extend
their political system to any portion of this hemisphere as dangerous to our peace and safety.
With the existing colonies or dependencies of European power we have not interfered and shall
not interfere. But with the government who have declared their independence and maintained it,
and whose independence we haveacknowledged, we could not view any interposition for the
purposeof oppressing them, or controlling in any other manner their destiny, by any European
power in any other light than as the manifestation of an unfriendly disposition towards the
United States. 2
Intinya, Amerika menolak segala intervensi pihak Eropa di Amerika. Namun demikian,
Amerika akan berperang hanya bila terlebih dahulu diserang dan tidak akan memulai suatu
pertempuran.Dalam kaitannya dengan doktrin Monroe diatas, kebijakan presiden
WoodrowWilson pada awal perang dunia 1 dirasakan sesuai dengan semangat perdamaian
yangditerapkan Amerika sebelumnya. Wilson bahkan ketika itu tidak langsung menyerang
Jerman ketika banyak rakyatnya mati pada insiden kapal Lusitania. Baru ketika Jerman semakin

Yale Law School. The Avalon Project: Documents in Law, History and Diplomacy. Monroe Doctrine;
December 2 1823
2

merajalela, Amerika mendeklarasikan perang. Presiden wilson dalam suatu pidatonya


berpendapat bahwa warga negara dan properti Amerika adalah sepenuhnya tanggung jawab
pemerintah Amerika. Perusakan atasnya adalah pertanda permusuhan. Namun
diupayakansuatu cara-cara damai pertama kali. Dalam kasus Jerman ini, memang bukan teritori
yang diserang akan tetapi Wilson menganggap bahwa penyerangan atas perdagangan, dalam hal
ini kapal-kapal dagang Amerika, adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia mengenai hak
hidup. Maka hal itu merupakan alasan kuat bagi Amerika untuk ikut serta dalam perang.
Setelah memenangkan perang bersama sekutu, Wilson tidak lantas membuat klaim atas
wilayah-wilayah Amerika. Bahkan dia berusaha mencegah pihak sekutu untuk melalukannya.
Namun demikian sejumlah usahanya telah gagal termasuk meyakinkan negerinya sendiri atas
LBB. Berbagai upaya Presiden Wilson untuk mengakhiri perang dengan perang untuk
demokrasi telah membawa dilema bagi perdamaian dunia. Disatu sisi imperialisme Jerman bisa
diatasi namun disisi lain kemenangan pihak sekutu telah membuat pihak tersebut merasa layak
untuk berkuasa di dunia sehingga wajar bila perdamaian yang dicita-citakan Presiden Wilson
menjadi kabur maknany. Mungkin kesalahnnya karena ia melanggar doktrin Monroe tentang
politik menarik diri dari konflik di luar Amerika Serikat. Namun ia pun harus membuat
keputusan ketika ada hal-hal yang mengganggu kepentingan Amerika dan keputusan untuk
berperang lah yang akhirnya harus dipilih. Dengan demikian Doktrin Monroe tidak lah menjadi
pakem dalam mengambil suatu kebijakan luar negeri Amerika Serikat mengingat semakin
bertambahnya kepentingan negara.
2.3 Dampak Keterlibatan Amerika Serikat pada Perang Dunia I
2.3.1 Politik
Keterlibatan AS pada Perang Dunia I memiliki beberapa dampak penting terhadap
politik, namun salah satu yang terpenting diantaranya adalah kegagalan Liga Bangsa-Bangsa
(League of Nations) yang diusung oleh Presiden Wilson. Ia berharap agar perjanjian perdamaian,
yang akan disusun oleh pihak pemenang, dirumuskan dengan adil, namun kemarahan dan
kerugian materi akibat perang selama lebih empat tahun membuat Sekutu Eropa mengajukan
tuntutan yang berat. Pada akhirnya, hampir semua rumusan proposal perdamaian Wilson bagi

perdamaian mulia berjalan sesuai rencana kecuali Liga Bangsa-Bangsa itu sendiri, yang sengaja
ia jadikan bagian terpenting dalam perjanjian perdamaian. Pada 25 September 1919, dengan
kesehatan yang memburuk akibat keletihan dalam mewujudkan perdamaian dan tekanan
kepresidenan dalam keadaan perang, ia terkena stroke berat. Setelah berminggu-minggu dalam
keadaan kritis, ia tidak pernah pulih sepenuhnya. Dalam dua kali pengambilan suarapada
November 1919 dan Maret 1920 Senat kembali menolak Traktat Versailles dan dengan demikian
juga menolak Liga Bangsa-bangsa. Liga Bangsa-Bangsa hanyalah bersifat utopis dan tidak akan
pernah mampu menjaga ketertiban dunia. Bukti-bukti adanya kegagalan LBB dapat ditunjukkan
ketika Jepang menyerbu Manchuria tahun 1931, akan tetapi LBB tidak berbuat apa-apa,
demikian pula ketika Italia menduduki Abbessynia tahun 1935. Seruan LBB juga tidak didengar
oleh Italia. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab terjadinya perang dunia II.
Kegagalan Wilson menunjukkan rakyat AS belum siap berperan sebagai pemimpin di
tingkat dunia. Visi Wilson yang terlampau muluk sempat menginspirasi bangsa AS dalam waktu
singkat, namun ketika terbentur dengan kenyataan, visi tersebut dengan cepat menimbulkan
kekecewaan luas terhadap masalah dunia.

2.3.2 Ekonomi
Akibat PD I yang ditimbulkan adalah adanya egoisme ekonomi yang merajalela melalui
penetapan perjanjian oleh negara-negara yang menang perang terhadap negara yang kalah dan
sebagai reaksinya. timbullah paham-paham politik ekonomi seperti komunisme di Rusia,
Fascisme di Italia, Nazi di Jerman.
Amerika Serikat yang ekonominya terbilang baik pada masa itu karena maju di bidang
perdagangan, menjadi negara debitur yang besar bagi negara-negara lain yang ekonominya
hancur karena perang. Namun kemudian karena adanya kekacauan ekonomi dan nasionalisme
seperti yang dilakukan oleh negara-negara tersebut diatas, menyebabkan timbulnya bea masuk
yang tinggi sehingga menghentikan perdagangan internasional. Hal tersebut berakibat terjadinya
produksi berlebih di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Canada, yang akhirnya terjadi
Malaise atau krisis ekonomi tahun 1923 dan 1929.

2.3.3 Sosial
Akibat yang jelas ditimbulkan PD I adalah kesengsaraan dan kemiskinan karena
kehancuran perang. Selain itu, jumlah jemaat yang hadir ke gereja juga semakin berkurang,
menunjukkan bahwa masyarakat pada masa itu mulai kehilangan religiusitas mereka.
Namun PD I juga membawa satu dampak positif, yaitu munculnya gerakan emansipasi
wanita karena selama perang berlangsung wanita memiliki peran yang serupa dengan laki-laki
yang banyak dibutuhkan digaris depan, di mana sebelum Perang Dunia I berlangsung peran
wanita hanyalah sebagai pelengkap. Pengalaman wanita-wanita ini memperkokoh perasaan
sama antara wanita dan pria.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas, telah dibahas mengenai keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang
Dunia I. Pada awalnya AS menyatakan sebagai negara netral, namun kemudian turut bertempur
melawan Jerman dan kelompoknya. Perubahan kebijakan tersebut dikarenakan AS merasa bahwa
ada kepentingan mereka yang terhambat karena perang itu. Karena Jerman lah yang dianggap
paling mengancamnya, maka AS ikut memerangi negara itu.
Sementara pada awalnya, Presiden Wilson yang pada saat itu memerintah AS,
menerapkan secara penuh Doktrin Monroe untuk tidak mengintervensi perang tersebut. Namun
karena situasi yang semakin berubah, maka akhirnya AS pun menetapkan kebijakan lain, yaitu
perang. Meskipun demikian, AS merasa tindakan mereka itu sah sah saja, karena dilakukan demi
menegakkan demokrasidan perdamaian dunia.
Sebagai penutup, penulis berpendapat bahwa AS dengan segala kepentingannya akan
selalu membuat berbagai kebijakan strategis dalam masalah luar negeri dengan alasan-alasan
yang tipikal seperti tersebut sebelumnya (demokrasi dan perdamaian dunia), sesuai dengan
peristiwa yang dihadapi. Doktrin Monroe pun bukanlah penentu mutlak dalam mengambil suatu
kebijakan, namun dapat disesuaikan menurut kebutuhan. Meskipun demikian, masih ada
berbagai upaya, dalam hal ini oleh Wilson, untuk mewujudkan perdamaian dunia dengan caracara tersebut walaupun telah digagalkan oleh negaranya sendiri karena ia bermaksud turut serta
dalam peperangan untuk mengakhiri perang itu sendiri dan tidak untuk menjadi imperalis baru.

Daftar Pustaka

U.S. Information Agency. 1994. An Outline of American History: U.S.A

Renggani, Ratna. 2013. Sosok Di balik Perang. Jakarta: PT. Niaga Swadaya

http://avalon.law.yale.edu/19th_century/monroe.asp
diakses pada tanggal 15 Mei 2015 pukul 17.25

http://www.firstworldwar.com/source/anglorussianentente1907.htm
diakses pada tanggal 14 Mei 2015 pukul 22.10

http://www.historylearningsite.co.uk/lusitania.htm
diakses pada tanggal 15 Mei 2015 pukul 17.20

Anda mungkin juga menyukai