PENDAHULUAN
1.2.
Tujuan
1.
2.
II.
1.
PEMBAHASAN
Pengalengan
Tabel 1. Ciri-Ciri utama Ikan Segar dan Ikan yang Mulai Busuk
Kulit
Sisik
Mata
Insang
Daging
Ikan Segar
Warna kulit terang dan jernih
Kulit
masih
kuat
membungkus
tubuh,
tidak
mudah sobek, terutama bagian
perut
Warna-warna khusus yang
ada masih terlihat jelas.
Sisik menempel kuat pada
tubuh sehingga sulit dilepas
Mata tampak terang, jernih
menonjol dan cembung
Insang
berwarna
merah
sampai merah tua, terang dan
lamella insang terpisah
Insang
tertutup
oleh
lendirberwarna terang dan
berbau segar seperti bau ikan
Daging kenyal, menandakan
rigormortis masih berlangsung
Daging dan bagian tubuh
yang lain berbau segar
Bila daging ditekan dengan
jari tidak terlihat lekukan
Daging melekat kuat pada
tulang
Daging perut utuh dan kenyal
Warna daging putih
Sumber : Sofyan Ilyas dalam Afrianto dan Liviawaty dalam Khairul (1989).
Sebelum bahan baku dimasukkan ke dalam kaleng, dilakukan sortasi dan grading berdasarkan
ukuran/diameter, berat jenis atau warna. Kemudian dilakukan pembersihan dengan tujuan untuk
menghilangkan kotoran-kotoran dari bahan baku yang dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan bagian-bagian yang tidak diinginkan untuk daging dan ikan. Pencucian dapat
dilakukan dengan cara merendam atau menyemprot bahan dengan air (Hudaya, 2008). Proses
penyiapan bahan baku ini juga disertai dengan proses pemotongan. Pemotongan bisa dilakukan
dengan manual maupun alat mekanis.
besar, udara yang terkumpul di dalam ruang tersebut lebih banyak, sehingga dapat menyebabkan
oksidasi dan perubahan warna bahan yang dikalengkan.
1.2.3.6. Sterilisasi
Sterilisasi (Processing) pada pengalengan adalah proses pemanasan wadah serta isinya
pada suhu dan jangka waktu tertentu untuk menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor
penyebab kerusakan makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat pemasakan (over cooking) pada
makanannya. Suhu yang digunakan biasanya 121 oC selama 20 40 menit, tergantung dari jenis
bahan makanan (Hudaya, 2008).
Sterilisasi tidak hanya bertujuan untuk menghancurkan mikroba pembusuk dan patogen,
tetapi juga berguna untuk membuat produk menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari penampilan,
tekstur, dan cita rasanya sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena itu, proses pemanasan harus
dilakukan pada suhu yang cukup tinggi untuk menghancurkan mikroba, tetapi tidak boleh terlalu
tinggi sehingga membuat produk menjadi terlalu masak (Adawyah, 2008).
Adawyah (2008), menambahkan bahwa apabila pendinginan terlalu lambat dilakukan maka
produk akan cenderung terlalu masak sehingga akan merusak tekstur dan cita rasanya. Selain itu,
selama produk berada pada suhu antara suhu ruang dan proses, pertumbuhan spora dan bakteri
tahan panas akan distimulir. Selain itu, dengan pendinginan juga mengakibatkan bakteri yang
masih bertahan hidup akan menyebabkan shock sehingga akan mati.
1.2.3.9. Penyimpanan
Suhu penyimpanan sangat berpengaruh terhadap mutu makanan kaleng. Suhu yang
terlalu tinggi dapat meningkatkan kerusakan cita rasa, warna, tekstur dan vitamin yang
dikandung oleh bahan, akibatnya akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia. Selain itu, juga
akan memacu pertumbuhan bakteri yang pada saat proses sterilisasi sporanya masih dapat
bertahan (Adawyah, 2008).
Hudaya (2008), menambahkan bahwa suhu penyimpanan yang dapat mempertahankan
kualitas bahan yang disimpan adalah 15oC. Suhu penyimpanan yang tinggi dapat mempercepat
terjadinya korosi dan perubahan tekstur, warna, rasa serta aroma makanan kaleng. Untuk
menghindari terjadinya hal tersebut maka penyimpanan harus memenuhi syarat yaitu suhu
rendah, RH rendah dan ventilasi atau pertukaran udara di dalam ruangan penyimpanan harus
baik. Penyimpanan bertujuan agar makanan yang dikalengkan tidak berubah kualitasnya maupun
kenampakannya sampai saat akan diangkut / dipasarkan.
kebocoran kaleng. Hudaya (2008), menambahkan bahwa pada umumnya kerusakan utama pada
makanan kaleng ditimbulkan oleh kurang sempurnanya proses termal dan pencemaran kembali
sesudah pengolahan. Kerusakan makanan kaleng dapat disebabkan tiga hal yaitu keadaan
terlipatnya sambungan-sambungan kaleng, kontaminasi bakteriologis dari air pencuci atau air
pendingin, peralatan pengalengan bekerja kurang baik.
Bakteri yang harus diwaspadai dalam pengalengan ikan diantara adalahbakteri-bakteri yang
berhubungan dengan pengalengan ikan, Clostridium botulinum adalah yang paling berbahaya.
Sifat bakteri Clostridium botulinum menurut Angrenani dalam Khairul (1997):
a)
b)
Melindungi diri dari suhu yang tinggi dengan cara membentuk spora
c)
Bakteri Clostridium botulinum menghasilkan racun botulin yang dapat menyerang saraf
dan menyebabkan kelumpuhan.
Tanda-tanda keracunan botulin adalah :
Tenggorokan menjadi kaku, penglihatan ganda, otot kejang, serta dapat mengakibatkan kematian
akibat penderita tidak bisa bernapas, mata berkunang-kunang dan membawa kematian.
kaleng dapat disebabkan karena timbulnya gas CO2 atau H2. Isi kaleng dapat mengalami
perubahan warna, rasa, dan terbentuk senyawa yang berbau tidak sedap.
1.2.5.
Beberapa hal yang menyebabkan awetnya ikan dalam kaleng menurut (Akbarsyah dalam
Khairul, 2006) adalah:
a)
Ikan yang digunakan telah melewati tahap seleksi, sehingga mutu dan kesegarannya
dijamin masih baik.
b)
Ikan tersebut telah melalui proses penyiangan, sehingga terhindar dari sumber mikroba
kontaminan, yaitu yang terdapat pada isi perut dan insang.
c)
Pemanasan telah cukup untuk membunuh mikroba pembusuk dan penyebab penyakit.
d) Ikan termasuk ke dalam makanan golongan berasam rendah, yaitu mempunyai kisaran pH
5,6 - 6,5. Adanya medium pengalengan dapat meningkatkan derajat keasaman (menurunkan pH),
sehingga produk dalam kaleng menjadi awet. Pada tingkat keasaman yang tinggi (dibawah pH
4,6), Clostridium botulinum tidak dapat tumbuh.
e)
Penutupan kaleng dilakukan secara rapat hermetis, yaitu rapat sempurna sehingga tidak
dapat dilalui oleh gas, mikroba, udara, uap air, dan kontaminan lainnya. Dengan demikian,
produk dalam kaleng menjadi lebih awet.
2.
Media
b)
Minyak
c)
d)
Saus tomat.
Tujuan penambahan medium pada proses pengalengan ikan adalah sebagai berikut:
III.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
1.
Pengalengan ikan merupakan salah satu pengawetan ikan dengan menggunakan suhu tinggi
(sterilisasi) dalam kaleng.
2.
Proses pengalengan terdiri dari 8 tahap (Khairul, 2011), yaitu: persiapan wadah, penyiapan
bahan mentah, pengisian (Filling), Penghampaan Udara (Exhausting), Penutupan Wadah
(Sealing), sterilisasi, pendinginan (cooling), dan penyimpanan.
3.
Kerusakan pada produk kaleng disebabkan oleh kerusakan pengolahan, kerusakan kaleng,
dan kerusakan nonbakteriologi.