Anda di halaman 1dari 34

SEMINAR KASUS PADA NY.

R DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA COLON


DI RUANG EDELWEIS (KEMOTERAPI) RSUD ULIN BANJARMASIN
TAHUN 2016

OLEH:
KELOMPOK VI
NAMA
MUHAMMAD KHAIRIYANTO, S.Kep
RIZKI FADILLAH, S.Kep
MUHAMMAD FAUZAN SOFYAN, S.Kep
LIA PUSPITA SARI, S.Kep
AYU RAHAYU, S.Kep

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM NERS A
TAHUN 2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB 1 KONSEP TEORI


1.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan...............................
1.2 Definisi......................................................................................
1.3 Etiologi......................................................................................
1.4 Patofisiologi..............................................................................
1.5 Manifestasi Klinis.....................................................................
1.6 Komplikasi................................................................................
1.7 Pemeriksaan Penunjang............................................................
1.8 Penatalaksanaan Medis.............................................................

1
7
8
8
10
11
11
14

BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 Pengkajian.................................................................................
2.2 Riwayat Penyakit......................................................................
2.3 Pemeriksaan Fisik.....................................................................
2.4 Kebutuhan Fisik, Psikososial, Seksual dan Spiritual................
2.5 Pemeriksaan Penunjang............................................................
2.6 Data Fokus................................................................................
2.7 Analisa Data..............................................................................
2.8 Intervensi Keperawatan............................................................
2.9 Implementasi Keperawatan.......................................................
2.10 Catatan Perkembangan..............................................................
DAFTAR PUSTAKA

17
18
18
21
23
26
27
28

BAB 1
KONSEP TEORI

1.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan


Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air dan elektrolit
bagi tubuh dari nutrien yang dicerna sehingga siap diabosrbi. Pencernaan
berlangsungsecara mekanik dan kimia, meliputi proses-proses sebagai berikut :
1.

Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut

2.

Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh


gigi. Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan
(menelan)

3.

Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang


menggerakkan makanan tertelan melalau saluran pencernaan

4.

Digesti adalah hidrolis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul


kecil sehingga absorbsi dapat berlangsung

5.

Absorbsi adalah pergerakan produk akhir perncernaan dari lumen saluran


pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan
oleh sel tubuh

a. Rongga Oral, Faring dan Esogafus


Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ
aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum
(bukal) terletak di antara gigi, dan bibir dan pipi sebagai batas luarnya.
b

Esofagus
Anatomi esofagus adalah tuba muskular, panjangnya sekitar 9 sampai 10
inchi (25 cm) dan berdiameter 1 inchi (2,54 cm). Esofagus berawal pada
area laringofaring, melewati diagfragma dan hiatus esofagus (lubang) pada
area sekitar vertebra toraks kesepuluh, dan membuka ke arah lambung.
Fungsi esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui
1

gerak peristaltis. Mukosa esofagus memproduksi sejumlah besar mukus


untuk melumasi dan melindungi esofagus. Esofagus tidak memproduksi
enzim pencernaan
b. Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri
rongga abdomen di bawah diafragma. Semua bagian, kecuali sebagian kecil,
terletak pada bagian kiri garis tengah. Ukuran dan bentuknya bervariasi dari
satu individu ke individu lain. Regia-regia lambung terdiri dari bagian
jantung, fundus, badan organ, dan bagian pilorus. Bagian jantung lambung
adalah area disekitar pertemuan esofagus dan lambung (pertemuan
gastroesofagus). Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut
esofagus. Badan lambung adalah bagian yang terdiltasi di bawah fundus,
yang membentuk dua pertiga bagian lambung. Tepi medial badan lambung
yang konkaf disebut kurvatur kecil tepi lateral badan lambung yang konveks
disebut kurvatur besar.
Fungsi lambung
a) Penyimpanan makanan
b) Produksi kimus
c) Digesti protein
d) Produksi mukus
e) Produksi faktor intrinsik
f) Absorbsi

c. Usus Halus
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfinger
pylorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar.
Diameter usus halus kurang lebih dari 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5
meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan
muskularis eksterna berelaksasi.
Usus halus terdiri dari :
1)

Duodenum adalah bagian yang terpendek (25 sampai 30 cm). Duktus


empedu dan duktus prankeas, keduanya membuka ke dinding posterior
duodenum beberapa sentimeter di bawah mulut pilorus

2)

Yeyunum adalah bagian yang yang selanjutnya. Panjangnya kurang


lebih 1 sampai 1,5 m

3)

Ileum (2 m sampai 2,5 m) merentang sampai menyatu dengan usus


besar
a)

Motilitas atau gerakan usus halus adalah mencampur isinya dengan


enzim untuk pencernaan, memungkinkan produk akhir pencernaan
mengadakan kontak dengan sel aborptif dan mendorong zat sisa
memasuki usus besar. Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan
secara refleks dikendalikan oleh SSO

b)

Peristalsis adalah kontraksi ritmik otot polos longtudinal dan


sirkular. Kontraksi ini adalah

daya

dorong utama

yang

menggerakkan kimus kearah bawah di sepanjang saluran


d. Prankeas, Hati dan Kandung Empedu
1)

Pankreas
Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatur
besar lambung. Sel-sel endokrin (pulau-pulau langerhans) pankreas
mensekresi hormon insulin dan glukagon. Sel-sel ensokrin (asinar)
mensekresi

enzim-enzim

pencernaan

dan

larutan

mengandung ion karbonat dalam kosentrasi tinggi.

berair

yang

2)

Hati dan sekresi empedu


a) Hati
Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka
iga. Beratnya 1,500 gr (3 lbs) dan pada kondisi hidup berwarna
merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati menerima darah
teroksigenasi

dari

arteri

hepatika

dan

darah

yang

tidak

teroksigenisasi tetapi kaya akan nutrein dari vena portal hepatika.


Hati terbagi menjadi lobus kanan dan kiri.
Fungsi utama hati :
1)

Sekresi

2)

Metabolisme : hati memetabolisme protein, lemak dan


karbohidrat tercerna

3)

Penyimpanan : hati penyimpanan mineral, vitamin larut lemak

4)

Detoksivikasi

5)

Produksi panas

6)

Penyimpanan darah

b) Empedu
Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli
empedu yang kemudian menjadi duktus hepatika kanan dan kiri.
Duktus hepatika menyatu untuk membentuk duktus hepatik
komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari
kandung empedu dan keluar dari hati sebagai duktus empedu
komunis. Komposisi empedu adalah larutan berwarna kuning
kehijauan terdiri dari 97% air, pigmen empedu, dan garam-garam
empedu yang terdiri dari garam pigmen empedu dan garam-garam
empedu. Kandung empedu adalah kantong muskular hijau
menyerupai pir dengan panjang 10 cm. Organ ini terletak di
lekukan di bawah lobus kanan hati.

Fungsi kandung empedu untuk menyimpan cairan empedu yang


secara terus menerus disekresi oleh sel-sel hati, sampai diperlukan
dalam duodenum. Di antara waktu makan, sfingter oddi menutup
dan cairan empedu mengalir ke dalam kandung empedu yang
relaks. Pelepasan cairan ini dirangsang oleh CCK. Kandung
empedu juga berfungsi untuk mengkosentrasi cairannya dengan
cara mereabsorbsi air dan elektrolit.
Dengan demikian, kandung ini mampu menampung hasil 12 jam
sekresi empedu hati.
e. Usus Besar
Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke susu besar,
sebagian besar nutrein telah dicerna dan diabsorbsi dan hanya
menyisakan zat-zat yang tidak tercerna dan diabsorbsi dan hanya
menyisakan zat-zat yang tidak tercena. Makanan biasa memerlukan
waktu 2 sampai 5 hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan
yang satu ke ujung lainnya : 2 sampai 6 jam di lambung, 6 sampai 8
jam di usus halus, dan sisa waktunya berada di usus besar.
Bagian-bagian usus besar :
1)

Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah


area katup ileosekal. Apendik velmiform, suatu tabung buntu
yang sempit berisi jaringan limfoid, menonjol dari ujung
sekum

2)

Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum.


Kolon memiliki tiga visi yaitu :
a)

Kolon esenden merentang dari sekum sampai ke tepi


bawah hati di sebelah kanan dan membalik secara
horisontal pada fleksura hepatica

b)

Kolon transversa merentang menyilang abdomen di bawah


hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri,
tempatnya memutar ke bawah pada fleksura splenik.

c)

Kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri


abdomen dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang
bermuara di rektum.

3)

Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan


panjang 12 sampai 13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal
dan membuka ke eksterior di anus.

4)

Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal (anal), yaitu


lipatan-lipatan yang masing-masing berisi arteri dan vena.

5)

Sfinger anal internal otot polos (involunter) dan sfinger anal


eksternal otot rangka (vounter) mengitari anus
Fungsi usus besar :
1)

Mengobservasi 80% sampai 90% air dan elektrolit

2)

Usus besar hanya memproduksi mukus

3)

Mencerna sejumah kecil selulosa dan memproduksi


sedikit kalori nutrein bagi tubuh

4)

Mengekskresi Zat sisa dalam bentuk feses

1.2

Definisi Ca. Colon

Kanker usus besar merupakan penyakit yang terjadi pada orang tua, dengan
insidensi puncak pada usia 60 dan 70 tahun. Kanker kolon jarang ditemukan di
bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang yang memiliki riwayat kolitis ulseratif
atau polyposis familial. Sekitar 60% dari semua kanker usus yang terjadi pada
bagian rektosigmoid, sehingga dapat di raba saat pemeriksaan rektum atau
terlihat pada pemeriksaan sigmoidoskopi. Sekum dan kolon dan asendens
merupakan tempat berikutnya yang paling sering terserang. Kolon transversa
dan flesura adalah bagian yang mungkin paling jarang terserang ( Sylvia A.
Price, 2005).
Kanker kolon dan rektum merupakan tipe paling umum kedua dari kanker
internal di Amerika Serikat. Ini merupakan penyakit budaya barat. Diperkirakan
bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis tiap tahunnya.
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia ( kebanyakan pada pasien yang
berusia lebih dari 55tahun) dan makin tinggi pada pasien yang dengan riwayat
keluarga mengalami kanker kolorektal, penyakit usus inflamasi kronis atau
polip (Brunner & Suddarth, 2001).
1.3

Etiologi
7

Walaupun penyebab kanker usus besar masih belum diketahui, hubungan


dengan antara kolitis ulseratif ( yaitu tipe polip kolon tertentu ) dengan kanker
usus besar. Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi
faktor resiko telah teridentifikasi :
1. Usia lebih dari 40 tahun
2. Darah dalam feses
3. Riwayat palip rektal atau polip kolon
4. Adanya polip adematosa atau adenoma villus
5. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
6. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
7. Deit tinggi lemak, protein, daging, dan rendah serat
1.4

Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai dari polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup
serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam stuktur sekitarnya. Sel
kanker dapat terlepaskan dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang
lain ( paling sering ke hati).
Tumor dapat berupa masa polip, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan
cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura anular ( mirip cincin). Lesi anular
lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polip yang datar
lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens. Tumor dapat menyebar
melalui infiltrasi langsung ke striktur yang berdekatan, seperti ke dalam
kandung kemih, melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon, melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan
darah ke sistem portal. Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan
submokosa pada saat reseksi, dan jauh lebih buruk bila telah terjadi metastasis
ke kelenjar.

Prognosis dari pasien kanker kolorektal berhubungan dengan dalamnya


penetrasi tumor ke dinding kolon, keterlibatan kelenjar getah bening regional
atau metastasis jauh. Semua variabel ini digabungkan sehingga dapat ditentukan
sistem staging yang awalnya di perhatikan oleh dukes. Dan di aplikasikan
dalam metode klasifikasi TNH dalam hal ini, T menunjukan kedalaman
penetrasi tumor, N menandakan keterlibatan kelenjar getah bening dan M ada
tidaknya metastasis jauh.

1.5

Manifestasi Klinis
9

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker tahap penyakit dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan
defikasi.
Passase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala juga dapat
mencakup anemia yang tidak dapat diketahui penyebabnya, anoreksia,
penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan
lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam
seperti teh). Isi kolon berupa cairan dan cenderung tetap tersamar hingga lanjut
sekali. Terdapat kecenderungan terjadi obstruksi karena lumen usus karena
lumen usus lebih besar dan fesesnya masih encer. Anemia akibat perdarahan
sering terjadi, dan darah bersifat samar dan dapat di deteksi dengan uji guaiak
( suatu uji sederhana yang dapat di lakukan di klinik). Perdahan dapat bersifat
intermiten, sehingga di identifikasikan dengan endoskopi atau radiogafi usus
besar jika terjadi anemia. Mukus jarang terlihat karena bercampur dengan feses.
Pada orang kurus tumor kolon kanan kadang dapat di raba, tetapi tidak khas
pada stadium awal. Penderita mungkin mersa tidak enak pada abdomen, dan
pada epigastrium. Gejala yang dihububungkan dengan lesi sebelah kiri adalah
yang berhubungan dengan obstruksi ( nyeri abdomen dan keram, penipisan
feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses.
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
Karsinoma kolon dan rektum cenderung menyebabkan perubahan defekasi
akibat iritasi dan respon refleks. Sering terjadi diare, nyeri mirip kejang, dan
kembung. Lesi pada kolon kiri cenderung melingkar, sehingga sering terjadi
gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk pita. Baik mukus dan
darah segar dapat terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan
darah kronis.
10

Pertumbuhan pada sigmoid dan rektum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh
limfe, atau vena, menimbulkan gejala pada tungkai atau peritoneum. Hemoroid,
nyeri nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih,
dapat timbul akibat tekanan tesebut.
1.6

Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan
pembentukan abses. Peritonitis atau sepsis dapat menimbulkan syok.

1.7

Pemeriksaan Penunjang
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik paling
penting untuk kanker kolon adalah:
1.

Laboratorium. Umumnya pemeriksaan laboratorium pada pasien adenoma


kolon memberikan hasil normal. Perdarahan intermiten dan polip yang
besar dapat dideteksi melalui pengujian darah samar, feses atau anemia
defisiensi Fe.

2.

Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan enema barium kontras ganda hanya


mampu mendeteksi 50% polip kolon dengan spesifitas 85%. Bagian
rektosigmoid sering sulit untuk divisualisasi meskipun bila dibaca oleh ahli
radiologi senior. Oleh karena itu pemeriksaan rektosigmoidoskopi masih
diperlukan.

Bilamana

ada

lesi

yang

mencurigakan

pemeriksaan

kolonoskopi diperlukan untuk endoskopi. Pemeriksaan lumen barium


teknik kontras ganda merupakan alternatif lain untuk kolonoskopi namun
pemeriksaan ini sering tidak bisa mendeteksi lesi berukuran kecil. Enema
barium cukup efektif untuk memeriksa bagian kolon dibalik striktur yang
tak terjangkau dengan pemeriksaan kolonoskopi.

11

3.

Kolonoskopi. Kolonoskopi merupakan cara pemeriksaan mukosa kolon


yang sangat akurat dan dapat sekaligus melakukan biopsi pada lesi yang
mencurigakan. Pemeriksaan kolon lengkap dapat mencapai > 95% pasien.
Kolonoskopi merupakan prosedur terbaik pada pasien yang diperkirakan
ada polip kolon. Kolonoskopi mempunyai sensitifitas (95%) dan spesifitas
(99%) paling tinggi dari modalitas yang lain untuk mendeteksi
adenomatous.

4.

Sigmoidoskopi dengan biopsi atau hapusan sitolgi untuk mengangkat polip.


Tampak secara endoskopi sulit untuk membedakan jenis-jenis polipsecara
histologi, untuk menegakkan diagnosis.
12

5.

Pemeriksaan antigen karsino embrionik (CEA) dapat dilakukan walaupun


antigen karsinoma embrionik mungkin bukan indikator yang dapat di
percaya untuk mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi
menyekresi CEA. Pada eksisi tumor komplet kadar CEA yang meningkat
harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal
selanjutnya menunjukkan kekambuhan.

6.

Skrining oleh beberapa organisasi ( Nasional Cancer Institute, American


Cancer Society, American College Of Physicians) dengan tujuan untuk
mendeteksi kanker kolon yang masih dapat di sembuhkan sehingga dapat
dapat membantu mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ini.
Strategi skrining pada orang yang tidak memperlihatkan gejala dianjurkan
sebagai berikut :
a.

Laki-laki dan perempuan berusia lebih dari 40 tahun harus menjalani


pemeriksaan rektal digital ( rectal toucher) setiap tahun.

b.

Orang berusia di atas 50 tahun harus menjalani pemeriksaan darah


samar feses setiap tahun dan pemeriksaan sigmoidoskopi setiap 3
sampai 5 tahun setelah pemeriksaan awal yang berjeda setahun. Orang
enema barium kontras udara atau kolonoskopi setiap 3 hingga 5 tahun.
Analisisuntuk mengetahui adanya mutasi proto-onkogen ras yang
spesifik dari DNA yang didapatkan dari feses pasien yang memiliki

13

riwayat kanker kolorektal juga tampak efektif sebagai mekanisme


skrining ( Mayer,1998).
1.8

Penatalaksanaan Medis
Kemoprevensi. Obat anti inflamatori non storoid (OAIN) termasuk aspirin
dianggap berhubungan dengan penurunan mortalitas karsinoma kolorektal.
Beberapa OAIN seperti sulindac dan celecoxib telah terbukti secara efektif
menurunkan insiden berulangnya adenoma obat pasien dengan FAP (familial
adenomatous poliposis). Data epidemilogi menunjukkan adanya penurunan
resiko kanker dikalangan pemakaian OAIN namun bukti yang mendukung
mamfaat pemberian aspirin dan OAIN lainnya untuk mencegah karsinoma
kolorektal sporadik masih lemah.
Endoskopi dan operasi. Umumnya polip adenomentasi dapat diangkat dengan
tindakan polipektoni. Bila ukuran < 5 mm maka pengangkatan cukup dengan
biopsi atau elektrokoagulasi bipolar. Disamping polipektomi karsinoma
kolorektal dapat diatasi dengan operasi. Indikasi untuk hemikolektomi adalah
tumor di caecum kolon asenden, kolon tranversum tetapi di fleksura lienalis dan
kolon desenden diatasi dengan hemikolektomi kiri. Tumor disigmoid dan
rektum proksimal dapat diangkat dengan tuindakan LAR (low Anterior
resection). Angka mortalitas akibat operasi sekitar 5% tetapi bila operasi
dikerjakan secara emergensi maka mortalitas menjadi lebih tinggi.

14

Reseksi terhadap metatasis dihati dapat memberikan hasil 25%-35% rata-rata


bebas tumor (disease freesurvival rate). Tujuan pembedahan adalah paliatif.
Dimana apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar,
operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur
pembedahan pilihan adalah sebagai berikut( doughty & jakson,1993) :
1. Reseksi segmental dengan anastomasis ( pengangkatan tumor dan porsiusus
pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
2. Reseksi

abdominoperinealdengan

kolostomi

sigmoid

permanen

(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta springter
anal)
3. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis
serta reanastomosis lanjut dari kolostomi ( memungkinkan dekompresi usus
awal dan persiapan usus sebelum reseksi)
4. Kolostomi permanen atau ileostomi ( untuk menyembuhkan lesi obstruksi
yang tidak dapat di reseksi) Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui
pembedahan. Kolostomi dilakukan kurang dari sepertiga pasien kanker
kolorektal. Kolostomi merupakan pembuatan lubang ( stoma) pada kolon
secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau
permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh.

15

Kosistensi drainase yang dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang


ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya inversi pada jaringan sekitar.
Terapi ajuvan. Sepertiga pasien yang menjalani operasi kuratif akan
mengalami rekurensi. Kemoterapi ajuvan dimaksudkan untuk menurunkan
tingkat rekurensi karsinoma kolorektal setelah operasi. Pasien Dukes A
jarang mengalami rekurensi sehingga tidak perlu terapi ajuvan. Pasien
karsinoma kolorektal Dukes C yang m,endapat levamisol dan 5 FU secara
signifikan meningklatkan harapan hidup dan masa interval bebas tumor
(Disease Free Interval). Kemoterapi ajuvan tidak berpengaruh pada
karsinoma kolorektal Dukes B.
Irinotecan (CPT 11) inhibitor topoisomerase dapat memperpanjang masa
harapan hidup. Oxaliplatine analog platinum juga meperbaiki respon setelah
diberikan 5 FU dan leucovorin. Manajemen karsinoma kolorektal yang non
reseksibel yaitu : Nd-YAG foto koagulasi laser, self expanding metal
endoluminal
stent.

16

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS
CA. COLON DI RUANG EDELWEIS (KEMOTERAPI)
RSUD ULIN BANJARMASIN
2.1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama

: Ny. R

Umur

: 71 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Sei. Rangas

Suku Bangsa

: Banjar

Agama

: Islam

Pekerjaan

: IRT

No. RM

: 10. 23.

Diagnosa Medis

: Ca. Colon

Tanggal MRS

: 22 Agustus 2016

Tanggal Pengkajian : 22 Agustus 2016


B. Identitas Penanggung Jawab
Nama

: Tn. A

Umur

: 22 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Hub. dengan klien

: Anak

17

2.2

Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan menjalani kemoterapi yang ke 6 kali
2. Rwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan menjalani kemoterapi dari bulan Juli 2016 sebanyak 6
kali sampai sekarang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan pernah operasi pada bulan maret 2016. Klien tidak
memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, DM, kolesterol, maupun asam
urat.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada mempunyai riwayat penyakit
keluarga spt hipertensi, stroke, jantung, maupun DM.

2.3

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
K/U klien baik, tingkat kesadaran composmentis dengan GCS E4V5M6.
Hasil TTV :
TD : 130/90 mmHg
R : 29 x/m
SPO2 : 99%
N : 89 x/m
t : 36,8 0C
2. Kulit
klien tampak kering, tidak ikterik, tidak ada sianosis, akral teraba hangat,
turgor kulit kembali 2 detik, tidak ada lesi, bentuk kuku normal, kulit klien
tampak terkelupas, klien menjalani kemoterapi (iritan kimia). Kuku klien
diujung berwarna kehitaman.
3. Kepala dan Leher
Kepala simetris, rambut klien rontok dan tampak beruban. Tidak ada
benjolan,, tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid dan
pergerakan leher baik (kaku kuduk negative).
18

4. Mata dan Penglihatan


Kedua mata klien tampak simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
fungsi penglihatan klien baik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
5. Hidung dan Penciuman
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat epitaksis, tidak ada lesi, tidak
terdapat polip, tidak ada peradangan, fungsi penciuman baik.
6. Telinga dan Pendengaran
Bentuk telinga klien simetris, tidak ada peradangan, fungsi pendengaran
klien baik, klien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan baik, klien
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
7. Mulut dan Gigi
Mukosa bibir tampak kering, klien mengatakan merasakan rasa pahit ketika
memakan makanan.
8. Dada, Pernafasan, dan Sirkulasi
Inspeksi
: Perkembangan dinding dada tampak simetris, frekuensi
nafas 29 x/m, klien tidak menggunakan alat bantu
pernapasan,
Palpasi

: Dada teraba simetris, tidak teraba benjolan, taktil


premitus teraba.

Perkusi

Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor

Auskultasi

Suara napas vesikuler

Tampak bekas luka post operasi didaerah epigastrium

9. Abdomen
Inspeksi

garis vertical, klien mengalami perasaan mual.


Palpasi

Teraba keras pada epigastrium, tidak ada hepatomegali


19

Perkusi

hipertympani.

Auskultasi

Bising usus 30x/m.

10. Genetalia dan Reproduksi


Tidak ada keluhan pada system reproduksi, tidak terpasang kateter
11. Ektremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas dan bawah klien tampak simetris, pergerakan klien terbatas,
terpasang infus NaCl 42 tpm
Skala otot
: 5555 5555
5555 5555
Keterangan
: dapat menahan tekanan ringan
Skala aktifitas : 3 (memerlukan bantuan orang lain, pengawasan dan
bimbingam sederhana)
2.4

Kebutuhan Fisik, Psikososial, Seksual dan Spiritual


1.
Aktifitas dan istirahat
Di rumah
: Klien beraktivitas sehari-hari secara mandiri, klien
Di RS

biasanya tidur siang 2 jam dan tidur malam 6-7 jam


: Klien mengatakan tidurnya tidak mempunyai masalah.
Apabila mata klien ngantuk, klien akan tidur.

2.

Personal hygiene
Di rumah
: Klien mandi 2 x sehari, Gosok gigi 2 x sehari.
Di RS
: Klien selama dirumah sakit mandi 2x sehari, dan gosok
gigi 2x sehari.

3.

Nutrisi
Di rumah

: Klien mengatakan makan 3 x sehari dan selalu

Di RS

menghabiskan porsi makanan yang disediakan.


: Klien mengatakan mual dan ingin muntah, nyeri pada
ulu hatinya dan mengatakan terasa pahit makanan yang
dimakan nya. Porsi makan klien hanya 2-3 sendok saja.
Klien mengatakan timbangan nya turun dari 38 kg
menjadi 34 kg.
20

4.

Eliminasi
Di rumah
Di RS

: Klien BAK 4-5 x sehari, BAB 1-2x sehari


: Klien mengatakan mencret-mencret sudah 7 dan
perutnya terasa kram.

6.

Psikososial
Kemoterapi pada tanggal 22 Agustus 2016 merupakan kemoterapi ke-6
yang dijalani oleh klien, klien mengatakan tidak ada kecemasan maupun
ketakutan dalam menjalani kemoterapi. Klien mmengatakan diusia nya
71 tahun ini merupakan usia yang rentan terkena penyakit, tetapi klien
mengatakan bersyukur memiliki suami dan anak yang

sangat

memperhatikannya, suami selalu ada didekat klien ketika klien menjalani


pengobatan. Anak klien merupakan anak satu-satu nya dari klien yang
selalu memberikan perhatian berupa materi maupun tenaga dalam
pengobatan klien.
Klien menerima keadaan dan penyakit yang dideritanya, klien
mengatakan apa yang diderita nya merupakan cobaan dari Yang Maha
Kuasa.
Klien merupakan seorang yang mudah bergaul dengan perawat maupun
sesama pasien. Klien menunjukkan sikap yang kooperatif terhadap
perawat.
7.

Seksual
Klien sudah menikah, tidak ada gangguan pada seksualitas.

8.

Spiritual
Klien beragama islam, klien mampu berdoa untuk kesembuhan. sebelum
menderita penyakit CA. Colon klien rajin beribadah dan kemesjid ikut
pengajian dan setelah di RS klien hanya beribadah dengan berdoa .

21

2.5 Pemeriksaan Penunjang


A. Pemeriksaan Lab.pada tanggal 20 Agustus 2016
Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
RDW-CV
MCV, MCH, MCHC
MCV
MCH
MCHC
Hitung Jenis
Gran%
Limfosit%
MID%
Gran#
Limfosit#
MID#

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

11.8*
9.9
3.95*
35.9*
235
17.7*

12.00-15.60
4.65-10.3
4.00-5.30
37.00-47.00
150-356
12.1-14.0

gr/dl
Ribu/ul
Juta/ul
vol%
Ribu/ul
%

91.0
29.8
32.8*

75.0-96.0
28.0-32.0
33.0-37.0

Fl
Pg
%

68.4
24.4*
7.2
6.80
2.4
0.7

50.0-70.0
25.0-40.0
4.0-11.0
2.50-7.0
1.25-4.0

%
%
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Ribu/ul

B. Hasil Laboratorium Patologi Anatomi


Kesimpulan: Sel ganas/massa ganas, Adeno Carsinoma

PROTOKOL KERJA KEMOTERAPI


Nama

: Ny. R

Umur

: 71 tahun
22

RMK

: 1-20-23-

Diagnosa Medis

: Ca. Recti

Regimen

: Campto (Irinotecan) 120 mg


Leucovorin 240 mg
Curacil 3600 mg

Hari 1:

Berikan Infus NaCl 0,9% 500 ml


Berikan Premedikasi:
Ondancentron 8 mg 1 amp (IV)
Ranitidin 1 amp (IV)
Dexamethasone 3 amp (IV)
Campto (irinotecan) 120 mg dalam D5% 250 ml habis 2 jam : 42 tpm
Bilas NaCl 250 ml
Leucovorin 240 mg dalam NaCl 0,9% 250 ml habis 2 jam : 42 tpm
Bilas NaCl 300 ml
Curacil 1800 mg dalam NaCl 0,9% 300 ml habis 6 jam : 16 tpm
Bilas NaCl 500 ml
Post medikasi : Ondancentron 8 mg (IV)
Bilas NaCl 500 ml

Hari 2 :

Berikan Infus NaCl 0,9% 500 ml


Berikan Premedikasi:
Ondancentron 8 mg 1 amp (IV)
Ranitidin 1 amp (IV)
Dexamethasone 3 amp (IV)
Curacil 1800 mg dalam NaCl 0,9% 300 ml habis 6 jam : 16 tpm
Bilas NaCl 500 ml
23

Post medikasi : Ondancentron 8 mg (IV)


Bilas NaCl 500 ml

2.6 Data Fokus


Subyektif:
Klien mengatakan mual dan ingin muntah
Klien mengatakan nyeri pada ulu hatinya
Klien mengatakan terasa pahit makanan yang dimakan nya
Obyektif:
Bising usus 30 /menit
Klien tampak menjalani program kemoterapi
Klien tampak pucat
Klien tampak lemas
Kulit klien tampak terkelupas
24

Kulit klien tampak kering


Klien menjalani kemoterapi (iritan kimia)
Tampak bekas luka post operasi pada daerah epigastrium lateral (cikatrik)
Klien nampak terlihat lesu
TTV: TD : 140/80 N : 86 Rr : 23x/ menit T : 36, 6C

2.7 Analisa Data


No.
1.

Data

Jam

Problem

Etiologi

15.00 Wita

Diare

Kemoterapi

Subyektif:
Klien mengatakan mencret-mencret sudah 7
Klien mengatakan nyeri/kram pada perut nya
Obyektif:
klien tampak lemas
Bising usus 30 /menit

25

2.

Subyektif:
Klien mengatakan mual dan ingin muntah
Klien mengatakan nyeri pada ulu hatinya
Klien mengatakan terasa pahit makanan yang
dimakan nya
15.00 Wita

Mual

09.00 Wita

Risiko
kerusakan
integritas
kulit

Objektif:
Klien tampak menjalani program kemoterapi
Klien tampak pucat
Klien tampak lemas
3.

Faktor Risiko:
Kulit klien tampak terkelupas
Kulit klien tampak kering
Klien menjalani kemoterapi (iritan kimia)
Tampak bekas luka post operasi pada daerah
epigastrium lateral (cikatrik)

Efek samping
kemoterapeutik

Diagnosa Keperawatan:
1. Diare b.d kemoterapi
2. Mual b.d Efek samping kemoterapeutik
3. Risiko kerusakan integritas kulit

2.8 Intervensi Keperawatan


NO.
1.

DX
Keperawatan
1

Tujuan /K.H
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x1 jam
diharapkan diare dapat
teratasi dengan kriteria
hasil:
Klien melaporkan

Intervensi

Rasional

1. Kaji frekuensi, warna,


konsistensi, jumlah BAB,
turgor kulit dan konsisi
mukosa mulut sbg
indicator dehidrasi
2. Anjurkan klien banyak
minum

1. Menentukan seberapa
cairan yang hilang
2. Memenuhi cairan
yang hilang akibat
diare
3. Istirahat dapat
mengurangi kerja

26

2.

frekuensi BAB nya


berkurang
Tidak ada nyeri
perut/kram

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x1 jam
diharapkan mual dapat
teratasi dengan kriteria
hasil:
Klien melaporkan
mualnya berkurang
Nyeri ulu hati (-)

3. Anjurkan klien untuk


beristirahat
4. Hindari makan makanan
yang dapat mengiritasi
lambung
5. Hindari makanan yang
terlalu panas dan dingin
6. Hindari susu atau produk
keju
7. Informasikan kepada
keluarga klien dan klien
tentang kemungkinan
efek samping dari
kemoterapi
mengakibatkan diare
8. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
farmakologi: antidiare
1. Kaji penyebab mual
2. Jelaskan kepada klien
penyebab mual
3. Anjurkan klien untuk
makan dan minum air
hangat
4. Informasikan kepada
klien jangan memakan
makanan yang terlalu
manis, berlemak dan
terlalu pedas
5. Hindari makan dan
minum 1-2 jam sebelum
dan sesudah kemoterapi
6. Gunakan teknik distraksi
dan relaksasi
7. Anjurkan klien untuk
makan sedikit tapi sering

27

4.

5.
6.
7.
8.

tubuh
Makanan yang dapat
mengiritasi lambung
meningkatkan
frekuensi BAB
Mengganggu system
pencernaan lambung
Meningkatkan
frekuensi diare
Memberikan
penjelasan efek
samping kemoterapi
Mengatasi masalah
diare

1. Menentukan
intervensi selanjutnya
2. Memberikan
informasi kpd klien
3. Minum dan makanan
hangat dapat
mengurangi perasaan
mual
4. Meningkatkan mual
5. Efek dari kemoterapi
6. Memberikan relaksasi
kpd klien
7. Memenuhi keb nutrisi
klien

3.

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x1 jam
diharapkan resiko
kerusakan integritas kulit
tidak terjadi.
kriteria hasil:
- Integritaas kulit yang
baik bisa
dipertahankan
- Melaporkan adanya
gangguan sensasi
atau nyeri pada
daerah kulit yang
mengalami
gangguan
- Mampu melidungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami

1. Kaji keadaan permukaan


kulit
2. Anjurkan klien
menggunakan pakaian
yang longgar
3. Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
4. Mobilisasi klien setiap
dua jam sekali
5. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
6. Oleskan lotion atau baby
oil pada daerah yang
tertekan

28

1. Menentukan
kerusakan pada kulit
klien
2. Menyerap keringat
3. Kebersihan kulit dan
tempat tidur
mengurangi
mikroorganisme yang
dapat merusak kulit
4. Sbg sirkulasi O2
dalam regenerasi kulit
5. Menilai tanda tanda
infeksi
6. Memberikakan
kelembaban pada kulit

2.9 Implementasi Keperawatan


DX
Keperawatan

Implementasi

Evaluasi

Senin jam 09.30 wita


1. Mengkaji keadaan permukaan
kulit
Kulit klien tampak
terkelupas
Kulit klien tampak kering
Klien menjalani kemoterapi
(iritan kimia)
2. Menganjurkan klien
menggunakan pakaian yang
longgar
Klien kooperatif
3. Menjaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering
Klien tampak bersih
4. Menganjur klien mobilisasi
setiap dua jam sekali
5. Memonitor adanya kemerahan
pada kulit klien
Kulit tidak tampak
kemerahan
6. Menganjurkan oleskan lotion
atau baby oil pada daerah yang
tertekan
Klien kooperatif
Senin jam 15.30 wita
1. Mengkaji frekuensi, warna,
konsistensi, jumlah BAB, turgor
kulit dan konsisi mukosa mulut
sbg indicator dehidrasi
2. Menganjurkan klien minum 1,5 L
perhari kecuali kontraindikasi
3. Menganjurkan
klien
untuk
beristirahat
4. Mengindari makan makanan yang
dapat mengiritasi lambung
5. Mengindari makanan yang terlalu
panas dan dingin
6. Menghiindari susu atau produk
susu
7. Menginformasikan
kepada
keluarga klien dan klien tentang

29

Senin jam 10.30 wita


S : ----O:

Klien tampak berbaring d


tempat tidur
Turgor kulit kembali
kurang dari 2 detik
Klien memakan makanan
yang mengandung tinggi
lemak ( keju dan susu)
Keluarga klien dan klien
menanyakan tentang efek
kemterapi
Kolaborasi pemberian
lodia oral

A:

Masalah belum teratasi


BAB masih cair, mukosa
bibir kering, masukan
oral kurang, klien dan
keluarga masih belum
mengerti tentang efek
kemoterapi

P:

Lanjutkan intervensi
( 1,2,4,5,6,7,8)
Senin jam 16.30 wita
S:
- Klien mengatakan bab 7x,
cair
- Klien mengatakan minum
sedikit hanya satu gelas
( 250 cc)
O:
- Klien tampak berbaring d
tempat tidur
- Turgor kulit kembali
kurang dari 2 detik
- Klien memakan makanan
yang mengandung tinggi
lemak ( keju dan susu)
- Keluarga klien dan klien
menanyakan tentang efek

kemungkinan efek samping dari


kemoterapi mengakibatkan diare
8. Berkolaborasi dalam pemberian
terapikfarmakologi: antidiare
A:

kemterapi
Kolaborasi pemberian
lodia oral
Masalah belum teratasi
BAB masih cair, mukosa
bibir kering, masukan
oral kurang, klien dan
keluarga masih belum
mengerti tentang efek
kemoterapi

P:

Senin jam 15 40 wita


1. Mengkaji penyebab mual
2. Menjelaskan kepada klien
penyebab mual
3. Menganjurkan klien untuk
makan dan minum air hangat
4. Menginformasikan kepada klien
jangan memakan makanan yang
terlalu manis, berlemak dan
terlalu pedas
5. Menghindari makan dan minum
1-2 jam sebelum dan sesudah
kemoterapi
6. Menggunakan teknik distraksi
dan relaksasi
7. Menganjurkan klien untuk
makan sedikit tapi sering

30

Lanjutkan intervensi
( 1,2,4,5,6,7,8)
Senin jam 16 30 wita
S:
- Klien mengatakan merasa
mual
O:
- Efek obat kemoterapi
- Klien mengerti tentang
anjuran makan dan
minum
- Klien mengerti tentang
anjuran yang diberikan

A:

Masalah mual belum ter


atasi

Lanjutkan intervensi
( 2,3,4,5,6,7)

P:

2.10 Catatan Perkembangan


No
1

Dx kep
I

II

Evaluasi
Selasa 12.00 wita
S:
- Klien mengatakan BAB tidak cair,
- Klien mengatakan minum 2 gelas 500 cc
O:
- Klien tampak berbaring d tempat tidur
- Turgor kulit kembali kurang dari 2 detik
- Klien sudah tidak memakan makanan yang mengandung
lemak
- Keluarga klien dan klien mengerti tentang efek kemterapi
A:
- Masalah diare teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
Selasa 12. 15 wita
S:
-

Klien mengatakan mual berkurang


Klien mengatakan memakan permen untuk mengurangi mual

Efek obat kemoterapi


Klien mengerti tentang anjuran makan dan minum
Klien mengerti tentang anjuran yang diberikan

Masalah mual teratasi sebagian

Intervensi dilanjutkan ( 2,5,7)

O:

A:
P:
4

II

Selasa jam 15.00


S:
- Klien mengatakan mual berkurang
- Klien mengatakan memakan permen untuk mengurangi mual
O:
- Efek obat kemoterapi
- Klien mengerti tentang anjuran makan dan minum
- Klien mengerti tentang anjuran yang diberikan
A:
- Masalah mual teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
31

Selasa jam 10.00


S:O:
-

Kulit tampak kering, tidak ada kemerahan dan juga lecet


Klien tampak menggunakan baju yang longar
Tempat tidur klien rapi
klien tampak duduk tiap 2 jam

masalah risiko integritas kulit tidak terjadi

intervensi dihentikan

A:
P:

32

Anda mungkin juga menyukai