OLEH:
KELOMPOK VI
NAMA
MUHAMMAD KHAIRIYANTO, S.Kep
RIZKI FADILLAH, S.Kep
MUHAMMAD FAUZAN SOFYAN, S.Kep
LIA PUSPITA SARI, S.Kep
AYU RAHAYU, S.Kep
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................
1
7
8
8
10
11
11
14
17
18
18
21
23
26
27
28
BAB 1
KONSEP TEORI
2.
3.
4.
5.
Esofagus
Anatomi esofagus adalah tuba muskular, panjangnya sekitar 9 sampai 10
inchi (25 cm) dan berdiameter 1 inchi (2,54 cm). Esofagus berawal pada
area laringofaring, melewati diagfragma dan hiatus esofagus (lubang) pada
area sekitar vertebra toraks kesepuluh, dan membuka ke arah lambung.
Fungsi esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui
1
c. Usus Halus
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfinger
pylorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar.
Diameter usus halus kurang lebih dari 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5
meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan
muskularis eksterna berelaksasi.
Usus halus terdiri dari :
1)
2)
3)
b)
daya
dorong utama
yang
Pankreas
Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatur
besar lambung. Sel-sel endokrin (pulau-pulau langerhans) pankreas
mensekresi hormon insulin dan glukagon. Sel-sel ensokrin (asinar)
mensekresi
enzim-enzim
pencernaan
dan
larutan
berair
yang
2)
dari
arteri
hepatika
dan
darah
yang
tidak
Sekresi
2)
3)
4)
Detoksivikasi
5)
Produksi panas
6)
Penyimpanan darah
b) Empedu
Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli
empedu yang kemudian menjadi duktus hepatika kanan dan kiri.
Duktus hepatika menyatu untuk membentuk duktus hepatik
komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari
kandung empedu dan keluar dari hati sebagai duktus empedu
komunis. Komposisi empedu adalah larutan berwarna kuning
kehijauan terdiri dari 97% air, pigmen empedu, dan garam-garam
empedu yang terdiri dari garam pigmen empedu dan garam-garam
empedu. Kandung empedu adalah kantong muskular hijau
menyerupai pir dengan panjang 10 cm. Organ ini terletak di
lekukan di bawah lobus kanan hati.
2)
b)
c)
3)
4)
5)
2)
3)
4)
1.2
Kanker usus besar merupakan penyakit yang terjadi pada orang tua, dengan
insidensi puncak pada usia 60 dan 70 tahun. Kanker kolon jarang ditemukan di
bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang yang memiliki riwayat kolitis ulseratif
atau polyposis familial. Sekitar 60% dari semua kanker usus yang terjadi pada
bagian rektosigmoid, sehingga dapat di raba saat pemeriksaan rektum atau
terlihat pada pemeriksaan sigmoidoskopi. Sekum dan kolon dan asendens
merupakan tempat berikutnya yang paling sering terserang. Kolon transversa
dan flesura adalah bagian yang mungkin paling jarang terserang ( Sylvia A.
Price, 2005).
Kanker kolon dan rektum merupakan tipe paling umum kedua dari kanker
internal di Amerika Serikat. Ini merupakan penyakit budaya barat. Diperkirakan
bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis tiap tahunnya.
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia ( kebanyakan pada pasien yang
berusia lebih dari 55tahun) dan makin tinggi pada pasien yang dengan riwayat
keluarga mengalami kanker kolorektal, penyakit usus inflamasi kronis atau
polip (Brunner & Suddarth, 2001).
1.3
Etiologi
7
Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai dari polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup
serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam stuktur sekitarnya. Sel
kanker dapat terlepaskan dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang
lain ( paling sering ke hati).
Tumor dapat berupa masa polip, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan
cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura anular ( mirip cincin). Lesi anular
lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polip yang datar
lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens. Tumor dapat menyebar
melalui infiltrasi langsung ke striktur yang berdekatan, seperti ke dalam
kandung kemih, melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon, melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan
darah ke sistem portal. Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan
submokosa pada saat reseksi, dan jauh lebih buruk bila telah terjadi metastasis
ke kelenjar.
1.5
Manifestasi Klinis
9
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker tahap penyakit dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan
defikasi.
Passase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala juga dapat
mencakup anemia yang tidak dapat diketahui penyebabnya, anoreksia,
penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan
lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam
seperti teh). Isi kolon berupa cairan dan cenderung tetap tersamar hingga lanjut
sekali. Terdapat kecenderungan terjadi obstruksi karena lumen usus karena
lumen usus lebih besar dan fesesnya masih encer. Anemia akibat perdarahan
sering terjadi, dan darah bersifat samar dan dapat di deteksi dengan uji guaiak
( suatu uji sederhana yang dapat di lakukan di klinik). Perdahan dapat bersifat
intermiten, sehingga di identifikasikan dengan endoskopi atau radiogafi usus
besar jika terjadi anemia. Mukus jarang terlihat karena bercampur dengan feses.
Pada orang kurus tumor kolon kanan kadang dapat di raba, tetapi tidak khas
pada stadium awal. Penderita mungkin mersa tidak enak pada abdomen, dan
pada epigastrium. Gejala yang dihububungkan dengan lesi sebelah kiri adalah
yang berhubungan dengan obstruksi ( nyeri abdomen dan keram, penipisan
feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses.
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
Karsinoma kolon dan rektum cenderung menyebabkan perubahan defekasi
akibat iritasi dan respon refleks. Sering terjadi diare, nyeri mirip kejang, dan
kembung. Lesi pada kolon kiri cenderung melingkar, sehingga sering terjadi
gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk pita. Baik mukus dan
darah segar dapat terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan
darah kronis.
10
Pertumbuhan pada sigmoid dan rektum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh
limfe, atau vena, menimbulkan gejala pada tungkai atau peritoneum. Hemoroid,
nyeri nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih,
dapat timbul akibat tekanan tesebut.
1.6
Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan
pembentukan abses. Peritonitis atau sepsis dapat menimbulkan syok.
1.7
Pemeriksaan Penunjang
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik paling
penting untuk kanker kolon adalah:
1.
2.
Bilamana
ada
lesi
yang
mencurigakan
pemeriksaan
11
3.
4.
5.
6.
b.
13
Penatalaksanaan Medis
Kemoprevensi. Obat anti inflamatori non storoid (OAIN) termasuk aspirin
dianggap berhubungan dengan penurunan mortalitas karsinoma kolorektal.
Beberapa OAIN seperti sulindac dan celecoxib telah terbukti secara efektif
menurunkan insiden berulangnya adenoma obat pasien dengan FAP (familial
adenomatous poliposis). Data epidemilogi menunjukkan adanya penurunan
resiko kanker dikalangan pemakaian OAIN namun bukti yang mendukung
mamfaat pemberian aspirin dan OAIN lainnya untuk mencegah karsinoma
kolorektal sporadik masih lemah.
Endoskopi dan operasi. Umumnya polip adenomentasi dapat diangkat dengan
tindakan polipektoni. Bila ukuran < 5 mm maka pengangkatan cukup dengan
biopsi atau elektrokoagulasi bipolar. Disamping polipektomi karsinoma
kolorektal dapat diatasi dengan operasi. Indikasi untuk hemikolektomi adalah
tumor di caecum kolon asenden, kolon tranversum tetapi di fleksura lienalis dan
kolon desenden diatasi dengan hemikolektomi kiri. Tumor disigmoid dan
rektum proksimal dapat diangkat dengan tuindakan LAR (low Anterior
resection). Angka mortalitas akibat operasi sekitar 5% tetapi bila operasi
dikerjakan secara emergensi maka mortalitas menjadi lebih tinggi.
14
abdominoperinealdengan
kolostomi
sigmoid
permanen
(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta springter
anal)
3. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis
serta reanastomosis lanjut dari kolostomi ( memungkinkan dekompresi usus
awal dan persiapan usus sebelum reseksi)
4. Kolostomi permanen atau ileostomi ( untuk menyembuhkan lesi obstruksi
yang tidak dapat di reseksi) Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui
pembedahan. Kolostomi dilakukan kurang dari sepertiga pasien kanker
kolorektal. Kolostomi merupakan pembuatan lubang ( stoma) pada kolon
secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau
permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh.
15
16
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS
CA. COLON DI RUANG EDELWEIS (KEMOTERAPI)
RSUD ULIN BANJARMASIN
2.1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama
: Ny. R
Umur
: 71 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sei. Rangas
Suku Bangsa
: Banjar
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
No. RM
: 10. 23.
Diagnosa Medis
: Ca. Colon
Tanggal MRS
: 22 Agustus 2016
: Tn. A
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
: Anak
17
2.2
Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan menjalani kemoterapi yang ke 6 kali
2. Rwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan menjalani kemoterapi dari bulan Juli 2016 sebanyak 6
kali sampai sekarang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan pernah operasi pada bulan maret 2016. Klien tidak
memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, DM, kolesterol, maupun asam
urat.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada mempunyai riwayat penyakit
keluarga spt hipertensi, stroke, jantung, maupun DM.
2.3
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
K/U klien baik, tingkat kesadaran composmentis dengan GCS E4V5M6.
Hasil TTV :
TD : 130/90 mmHg
R : 29 x/m
SPO2 : 99%
N : 89 x/m
t : 36,8 0C
2. Kulit
klien tampak kering, tidak ikterik, tidak ada sianosis, akral teraba hangat,
turgor kulit kembali 2 detik, tidak ada lesi, bentuk kuku normal, kulit klien
tampak terkelupas, klien menjalani kemoterapi (iritan kimia). Kuku klien
diujung berwarna kehitaman.
3. Kepala dan Leher
Kepala simetris, rambut klien rontok dan tampak beruban. Tidak ada
benjolan,, tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid dan
pergerakan leher baik (kaku kuduk negative).
18
Perkusi
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi
9. Abdomen
Inspeksi
Perkusi
hipertympani.
Auskultasi
2.
Personal hygiene
Di rumah
: Klien mandi 2 x sehari, Gosok gigi 2 x sehari.
Di RS
: Klien selama dirumah sakit mandi 2x sehari, dan gosok
gigi 2x sehari.
3.
Nutrisi
Di rumah
Di RS
4.
Eliminasi
Di rumah
Di RS
6.
Psikososial
Kemoterapi pada tanggal 22 Agustus 2016 merupakan kemoterapi ke-6
yang dijalani oleh klien, klien mengatakan tidak ada kecemasan maupun
ketakutan dalam menjalani kemoterapi. Klien mmengatakan diusia nya
71 tahun ini merupakan usia yang rentan terkena penyakit, tetapi klien
mengatakan bersyukur memiliki suami dan anak yang
sangat
Seksual
Klien sudah menikah, tidak ada gangguan pada seksualitas.
8.
Spiritual
Klien beragama islam, klien mampu berdoa untuk kesembuhan. sebelum
menderita penyakit CA. Colon klien rajin beribadah dan kemesjid ikut
pengajian dan setelah di RS klien hanya beribadah dengan berdoa .
21
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
11.8*
9.9
3.95*
35.9*
235
17.7*
12.00-15.60
4.65-10.3
4.00-5.30
37.00-47.00
150-356
12.1-14.0
gr/dl
Ribu/ul
Juta/ul
vol%
Ribu/ul
%
91.0
29.8
32.8*
75.0-96.0
28.0-32.0
33.0-37.0
Fl
Pg
%
68.4
24.4*
7.2
6.80
2.4
0.7
50.0-70.0
25.0-40.0
4.0-11.0
2.50-7.0
1.25-4.0
%
%
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Ribu/ul
: Ny. R
Umur
: 71 tahun
22
RMK
: 1-20-23-
Diagnosa Medis
: Ca. Recti
Regimen
Hari 1:
Hari 2 :
Data
Jam
Problem
Etiologi
15.00 Wita
Diare
Kemoterapi
Subyektif:
Klien mengatakan mencret-mencret sudah 7
Klien mengatakan nyeri/kram pada perut nya
Obyektif:
klien tampak lemas
Bising usus 30 /menit
25
2.
Subyektif:
Klien mengatakan mual dan ingin muntah
Klien mengatakan nyeri pada ulu hatinya
Klien mengatakan terasa pahit makanan yang
dimakan nya
15.00 Wita
Mual
09.00 Wita
Risiko
kerusakan
integritas
kulit
Objektif:
Klien tampak menjalani program kemoterapi
Klien tampak pucat
Klien tampak lemas
3.
Faktor Risiko:
Kulit klien tampak terkelupas
Kulit klien tampak kering
Klien menjalani kemoterapi (iritan kimia)
Tampak bekas luka post operasi pada daerah
epigastrium lateral (cikatrik)
Efek samping
kemoterapeutik
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare b.d kemoterapi
2. Mual b.d Efek samping kemoterapeutik
3. Risiko kerusakan integritas kulit
DX
Keperawatan
1
Tujuan /K.H
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x1 jam
diharapkan diare dapat
teratasi dengan kriteria
hasil:
Klien melaporkan
Intervensi
Rasional
1. Menentukan seberapa
cairan yang hilang
2. Memenuhi cairan
yang hilang akibat
diare
3. Istirahat dapat
mengurangi kerja
26
2.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x1 jam
diharapkan mual dapat
teratasi dengan kriteria
hasil:
Klien melaporkan
mualnya berkurang
Nyeri ulu hati (-)
27
4.
5.
6.
7.
8.
tubuh
Makanan yang dapat
mengiritasi lambung
meningkatkan
frekuensi BAB
Mengganggu system
pencernaan lambung
Meningkatkan
frekuensi diare
Memberikan
penjelasan efek
samping kemoterapi
Mengatasi masalah
diare
1. Menentukan
intervensi selanjutnya
2. Memberikan
informasi kpd klien
3. Minum dan makanan
hangat dapat
mengurangi perasaan
mual
4. Meningkatkan mual
5. Efek dari kemoterapi
6. Memberikan relaksasi
kpd klien
7. Memenuhi keb nutrisi
klien
3.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x1 jam
diharapkan resiko
kerusakan integritas kulit
tidak terjadi.
kriteria hasil:
- Integritaas kulit yang
baik bisa
dipertahankan
- Melaporkan adanya
gangguan sensasi
atau nyeri pada
daerah kulit yang
mengalami
gangguan
- Mampu melidungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami
28
1. Menentukan
kerusakan pada kulit
klien
2. Menyerap keringat
3. Kebersihan kulit dan
tempat tidur
mengurangi
mikroorganisme yang
dapat merusak kulit
4. Sbg sirkulasi O2
dalam regenerasi kulit
5. Menilai tanda tanda
infeksi
6. Memberikakan
kelembaban pada kulit
Implementasi
Evaluasi
29
A:
P:
Lanjutkan intervensi
( 1,2,4,5,6,7,8)
Senin jam 16.30 wita
S:
- Klien mengatakan bab 7x,
cair
- Klien mengatakan minum
sedikit hanya satu gelas
( 250 cc)
O:
- Klien tampak berbaring d
tempat tidur
- Turgor kulit kembali
kurang dari 2 detik
- Klien memakan makanan
yang mengandung tinggi
lemak ( keju dan susu)
- Keluarga klien dan klien
menanyakan tentang efek
kemterapi
Kolaborasi pemberian
lodia oral
Masalah belum teratasi
BAB masih cair, mukosa
bibir kering, masukan
oral kurang, klien dan
keluarga masih belum
mengerti tentang efek
kemoterapi
P:
30
Lanjutkan intervensi
( 1,2,4,5,6,7,8)
Senin jam 16 30 wita
S:
- Klien mengatakan merasa
mual
O:
- Efek obat kemoterapi
- Klien mengerti tentang
anjuran makan dan
minum
- Klien mengerti tentang
anjuran yang diberikan
A:
Lanjutkan intervensi
( 2,3,4,5,6,7)
P:
Dx kep
I
II
Evaluasi
Selasa 12.00 wita
S:
- Klien mengatakan BAB tidak cair,
- Klien mengatakan minum 2 gelas 500 cc
O:
- Klien tampak berbaring d tempat tidur
- Turgor kulit kembali kurang dari 2 detik
- Klien sudah tidak memakan makanan yang mengandung
lemak
- Keluarga klien dan klien mengerti tentang efek kemterapi
A:
- Masalah diare teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
Selasa 12. 15 wita
S:
-
O:
A:
P:
4
II
intervensi dihentikan
A:
P:
32