PENDAHULUAN
Letak sungsang merupakan suatu keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri 1.
Presentase janin yang mengalami letak sungang setelah usia kehamilan 37 minggu
sebanyak 5 sampai 7%, antara 29 sampai 32 minggu sebanyak 14%, dan antara 21
sampai 24 minggu sebanyak 33%. Letak sungsang dibagi menjadi 3 tipe, yaitu frank
breech dimana paha fleksi dan lutut ekstensi (50% - 75%), complete breech dimana
paha dan lutut fleksi (5 % - 10%), dan footling breech dimana satu atau kedua kaki
ekstensi dibawah bokong (20% - 24%)2.Namun bagaimanapun juga, sebelum awal
proses persalinan, janin dapat berubah menjadi presentasi kepala, sehingga presentasi
bokong hanya sekitar 3 4 % dari kehamilan janin tunggal3.
Mortalitas perinatal pada kehamilan letak sungsang meningkat dua sampai
empat kali lipat terlepas dari cara persalinan. Sebab kematian perinatal pada
persalinan letak sungsang yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan
persalinan yang kurang sempurna sehingga mengakibatkan hipoksia atau perdarahan
intrakranial pada janin. Hipotesis yang menjelaskan mengapa janin gagal untuk
mencapai presentasi kepala adalah adanya kelainan janin primer, seperti disfungsi
atau defisit neuromuskular janin, pertumbuhan janin terhambat, kematian janin,
anomali fetus2, atau pertimbangan tata ruang, seperti anomali pada rahim, tempat
implantasi plasenta, jumlah cairan ketuban yang dapat mengganggu proses
pencapaian presentasi kepala janin. Teori ini berkisar terutama pada faktor mekanik
primer akibat kurangnya gerak dan tonus janin, kepala hidrosefalik yang besar, atau
kurang tepatnya bentuk uterus akibat distensi berlebih atau dinding perut ibu yang
lemah4.
Terdapat cara persalinan sungsang pervaginam, yaitu persalinan spontan,
persalinan bokong dengan bantuan ekstraksi, atau ekstraksi bokong total, dan
persalinan sungsang perabdominam. Persalinan spontan pada janin letak sungsang
terjadi pada saat janin dilahirkan secara spontan seluruhnya tanpa manipulasi maupun
traksi. Persalinan dengan bantuan ekstraksi terjadi apabila janin dilahirkan spontan
sampai pada umbilikus dengan bagian tubuh lainnya diekstraksi. Ekstraksi bokong
total merupakan pelahiran seluruh bagian tubuh janin melalui ekstraksi2.
1
Berikut ini diajukan suatu kasus wanita 42 tahun yang masuk ke dalam kamar
bersalin dan didiagnosa PK II pada G4P3 hamil 41 minggu dengan presentasi
bokong dd/ preeklampsia yang selanjutnya dilakukan terminasi kehamilan secara
pervaginam. Selanjutnya akan dibahas mengenai pemeriksaan, diagnosa, serta
penatalaksanaan kasus ini sesuai dengan literatur yang ada.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. Sunarti
Umur
: 42 tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
Alamat
: Jakarta Timur
No. RM
: 02.25.64.22
2. Anamnesa
Seorang pasien wanita G4P3A0 rujukan dari Puskesmas Jatinegara datang dengan
hamil 41 minggu dengan janin letak sungsang, masuk ke RSUP Persahabatan pada
tanggal 9 Juli 2016 pukul 17.45 dengan
Keluhan Utama:
Pasien mengeluhkan keluar air-air sejak 6 jam SMRS (9/07/16)
Keluhan Tambahan:
Pasien juga merasakan mulas sejak 12 jam SMRS (9/07/16)
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien merasa keluar air-air sejak 6 jam SMRS (9/07/16). Keluar air-air seperti
kencing, berwarna bening, tidak berbau. Keluar lendir darah tidak ada. Keluhan
pasien sebelumnya didahului dengan mulas sejak 12 jam SMRS. Mulas dirasakan
pasien 10-15 menit kemudian reda, tidak berapa lama kemudian mulas dirasakan
lagi dengan lama yang hampir sama. Pasien mengaku ini merupakan kehamilan
keempat, pasien merasa hamil 9 bulan. HPHT 25/09/2015, pasien tidak mengetahi
taksiran persalinan, hanya menurut pasien seharusnya melahirkan pada bulan Juli
Selama kehamilan, pasien merasa gerak janinnya aktif. Selama hamil, pasien
melakukan ANC di bidan secara teratur, sebulan sekali. Pasien belum pernah di
USG sebelumnya. Selama kehamilan, pasien tidak merasakan keluar keputihan.
Selama kehamilan, pasien tidak ada riwayat tekanan darah tinggi, tidak ada
riwayat penyakit gula, tidak pernah mengalami demam, tidak batuk, tidak pilek,
3
tidak merasa sakit saat BAK hanya sering buang air kecil selama kehamilan tua,
tidak ada alergi. Pasien mengaku memiliki gigi berlubang di geraham kanan,
hanya selama kehamilan tidak pernah muncul sakit giginya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit jantung, dan alergi
pada pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit jantung, dan alergi
pada keluarga pasien.
Riwayat Menstruasi:
Menarche usia 12 tahun, siklus haid teratur, lama haid 7 hari, ganti pembalut 3
kali dalam 1 hari, nyeri haid disangkal.
Riwayat Menikah:
Pasien mengaku menikah 2 kali, yaitu:
1. Pernikahan pertama 1993-2003, pada saat itu pasien usia 20 tahun dan suami
pertama berusia 27 tahun.
2. Pernikahan kedua 2004- saat ini, pasien berusia 31 tahun dan suami kedua
berusia 36 tahun. Pasien saat ini bekerja sebagai ibu rumah tangga sedangkan
suami bekerja sebagai buruh.
Riwayat Obstetri:
G4P3A0:
1.
Laki-laki, usia 22 tahun, lahir spontan pada umur kehamilan 9 bulan, BB:
2.
: Normocephale
Mata
THT
Leher
KGB
Dada
Jantung
: Bunyi jantung I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Paru
Perut
Anggota gerak
Status Obstetri
TFU
Inspeksi
4. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi I (17.50)
Janin presentasi bokong tampak hidup, plasenta di fundus, djj: 146. Tidak ada
kelainan torako-abdominal
5. Diagnosa Kerja
PK II pada G4P3 hamil 41 minggu dengan presentasi bokong dd/ preeklampsia
6. Rencana Pemeriksaan Penunjang
DPL, UL, GDS, SGOT, SGPT, Ur/Cr
7. Rencana Pengobatan
Partus pervaginam spontan Bracht
Kontrol dan monitoring tekanan darah
Laporan Partus
(18.05)
Pasien dalam posisi litotomi, ibu dipimpin mengedan sesuai datangnya HIS. Bokong
dibiarkan lahir. Sampai bokong lahir dilakukan lahir dengan cara bracht, berturut-turut
lahir dengan, muka, dagu. Lahir bayi perempuan dengan berat 3100g, panjang badan
50 cm, A/S 8/9. Tali p[usat dijepit dan dipotong kemudian disuntikkan oksitosin.
(18.15)
Plasenta lahir spontan lengkap. Dilakukan masase fundus. Kontraksi baik. Dilakukan
eksplorasi jahitan hemostasis. Perdarahan kala III-IV: 100 cc
TD
RR
Kontraks
Perdaraha
i
18.15
18.30
18.45
19.00
19.30
140/80
140/80
120/70
120/70
120/70
88
88
86
86
84
36
36.5
36.5
36.5
36.7
20
20
18
18
18
baik
baik
baik
Baik
baik
Urin
n
-
19.45
120/70
84
36.7
18
baik
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Presentasi Bokong
1. Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri5.kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri2.
7
Tipe letak sungsang yaitu: frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi;
complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah
ekstensi; footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi,
presentasi kaki3.
2. Epidemiologi
Presentase janin yang mengalami letak sungang setelah usia kehamilan
37 minggu sebanyak 5% sampai 7%, antara 29 sampai 32 minggu sebanyak
14%, dan antara 21 sampai 24 minggu sebanyak 33%. Letak sungsang dibagi
menjadi 3 tipe, yaitu frank breech dimana paha fleksi dan lutut ekstensi (50% 75%), complete breech dimana paha dan lutut fleksi (5 % - 10%), dan footling
breech dimana satu atau kedua kaki ekstensi dibawah bokong (20% - 24%)2.
Pada umumnya, sebelum terjadinya persalinan janin berubah posisinya
menjadi presentasi kepala7, sehingga presentasi letak sungsang terjadi sekitar
4% persalinan5. Kejadian letak sunsang berkurang dengan bertambahnya usia
kehamilan8. Dalam beberapa penelitian, persalinan sungsang pervaginam
berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortilitas, serta risiko
trauma pada janin. Rekomendasi yang diberikan oleh American College of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG) adalah pelaksanaan seksio caesarea
pada kasus janin letak sungsang yang aterm9.
3. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban reltif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin
8
0
Primigravid
1
Multigravida
Umur kehamilan
Taksiran Berat Janin
Pernah Letak Sungsang
Pembukaan serviks
Station
a
> 39 minggu
> 3630 gr
Tidak
< 2 cm
< -3
38 minggu
3629 3176 gr
1 kali
3 cm
< -2
< 37 minggu
< 3176 gr
2 kali
> 2 cm
< -1 atau lebih rendah
b.
besar. Disarankan untuk sectio cesarea pada kehamilan kurang dari 34 minggu.
Presentasi bokong murni : Paling baik untuk persalinan pervaginam, karena
c.
d.
e.
f.
g.
baik.
Kemajuan persalinan : Bila kemajuan persalinan baik (pembukaan serviks dan
turunnya bagian presentasi janin lancar), persalinan pervaginam memiliki
prognosis yang semakin baik.
6. Mekanisme Persalinan
Terdapat perbedaan yang bermakna pada morbiditas nenonatal jangka
pendek, mulai dari 0.4 pada persalinan melalui seksio sesarea hingga 5.1 pada
10
yaitu11:
Persalinan spontan (spontaneous breech):
Pada jenis persalinan ini, tidak dilakukan traksi maupun manipulasi.
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara yang lazim
dipakai disebut Bracht. Teknik yang digunakan adalah hiperlordosis bayi.
Dalam persalinan sungsang spontan, bokong masuk ke dalam rongga
panggul dengan garis pangkal paha melintang atau miring. Setelah menyentuh
dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga pintu bawah panggul garis
panggul paha menempati diameter anteposterior dan trokanter depan berada di
bawah simfisis. Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan janin, sehingga
trokanter belakang melewati perineum dan lahirlah seluruh bokong diikuti
oleh kedua kaki. Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar dengan perut
janin berada di posterior yang memungkinkan bahu melewati pintu atas
panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau miring. Terjadi putaran
paksi dalam pada bahu, sehingga bahu depan berada di bawah simfisis dan
bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk ke dalam
rongga panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring. Di dalam
rongga panggul terjadi putaran paksi dalam kepala, sehingga muka memutar
ke posterior dan oksiput ke arah simfisis. Dengan suboksiput sebagai
hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi, dan seluruh kepala lahir
berturut-turut melewati perineum5.
Fase lambat : Lahirnya bokong sampai dengan umbilikus secara
spontan.
Fase cepat
b.
12
13
14
Resiko
persalinan
pervaginam
adalah
kepala
terjebak
(head
15
sesuai
dan
diangkat
oleh
asisten
sementara
operator
darah yang mengalir di antara otot danfasia dijepit, dipotong, dan diikat, atau
dapat menggunakan elektrokauter. Hemostasis yang teliti sangat penting.
Otot-otot rektus kemudian dipisahkan di garis tengah untuk mengekspos
peritoneum yang mendasarinya. Peritoneum kemudia dibuka. Insisi uterus
yaling sering dibuat adalah pada segmen bawah uterus secara melintang.
Yang disebut dengan sayatan klasik adalah sayatan vertikal pada rahim dari
mulai atas segmen bawah rahim hingga mencapai fundus uteri. Namun saat
ini sayatan ini jarang digunakan. Untuk persalinan sesar besar, sayatan
melintang adalah pilihan yang tepat. Keuntungannya adalah bahwa sayatan
melintang (1) lebih mudah untuk memperbaiki, (2) terletak pada tempat yang
paling tidak mungkin ruptur selama kehamilan berikutnya, dan (3) tidak
membuat peprlengketanusus atau omentum pada garis insisi7.
Manuver yang dilakukan pada persalinan perabdominan hampir sama
dengan persalinan perabdominan, termasuk manuver Pinard, membungkus
bagian pinggul dengan handuk untuk traksi, fleksi kepala selama traksi,
memutar dan menyapukan keluar lengan janin, dan manuver Mauriceau. Jika
insisi transversal bagian bawah dilakukan, maka dokter harus melakukan
persalinan secara cepat mulai pada saat bokong telah keluar agar dapat
melahirkan kepala sebelum uterus berkontraksi jika terjadi penyulit selama
pelahiran kepala janin, maka insisi transversal dapat diperpanjang secara
vertikal ke atas (insisi T), dengan menghindari trauma pada arteri-arteri
uterina.
Pilihan
lainnya
adalah
penggunaan
relaksan
uterus
(mis.
frank breech. Insiden prolaps tali pusat sebesar 0.4% dalam kasus presentasi
17
vertex, 0,5% pada kasus presentasi frank breech, 5% dalam kasus presentasi
complete breech, dan 15% dalam kasus presentasi footling breech. Akibatnya,
persalinan pervaginam merupakan kontraindikasi dengan presentasi footling
breech tetapi diterima pada presentasi frank breech9.
Apgar skor yang yang rendah, biasanya pada menit pertama cukup
sering terjadi pada persalinan bokong12. Kepala yang terjebak dalam jalan lahir
juga mungkin terjadi akibat dilatasi serviks yang tidak sempurna dan kepala
yang tidak masuk ke dalam pelvis ibu. Hal ini dapat terjadi hingga 8,5%
persalinan bokong pervaginam. Presentase ini meningkat pada janin preterm
(< 32 minggu), ketika kepala janin lebih besar daripada bagian abdomennya.
Lengan bayi dapat terlipat di belakang leher, yang menyebabkan cedera plexus
brachialis. Hal ini dapat dicegah dengan menghindari ekstraksi cepat pada
janin selama pelahiran bagian tubuh janin. Cedera tulang belakang servikal
dapat terjadi ketika kepala bayi dalam posisi hiperekstensi sebelumnya.
Prolaps tali pusat dapat terjadi pada 7.4% dari semua persalinan bokong. Bila
terjadi prolaps tali pusat, kompresi tali pusat, pelepasan plasenta, atau
pelahiran kepala macet, maka janin dapat mengalami asfiksia13.
8. Penanganan
Bila ditemukan kehamilan presentasi bokong, hendaknya diusahakan
melakukan versi luar menjadi presentasi kepala. Versi luar dilakukan bila
kehamilan berumur 37 minggu atau lebih, dan kemungkinan besar lahir
pervaginam, ketuban utuh dan air ketuban cukup, serta tidak ada komplikasi
atau kontraindikasi.
Kontraindikasi versi luar untuk presentasi bokong adalah panggul
sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, pertumbuhan janin
terhambat, bekas seksio, kelainan janin. Versi luar dianggap gagal bila ibu
mengeluh nyeri, ketika dilakukan rotasi terasa adanya hambatan yang berat,
setelah versi luar,terjadi gawat janin. Komplikasi yang mungkin terjadi akibat
dilakukan versi luar adalah kelainan DJJ, yang paling sering berupa
bradikardi, terlepasnya plasenta, perdarahan pervaginam, terjadinya induksi
persalinan.Dengan teknik versi luar yang baik dan benar, persentase
keberhasilannya dapat mencapai 35 57% pada wanita primipara dan sampai
52 84% pada multipara.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Telah dilaporkan suatu kasus wanita 42 tahun yang masuk ke dalam kamar bersalin
dan didiagnosa PK II pada G4P3 hamil 41 minggu dengan presentasi bokong dd/
preeklampsia. Selanjutnya akan dibahas :
1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan kasus ini sudah tepat.
Pada wanita 42 tahun yang masuk ke dalam kamar bersalin dan didiagnosa PK II
pada G4P3 hamil 41 minggu dengan presentasi bokong dd/ preeklampsia. Usia
kehamilan ditentukan dari HPHT. Letak sungsang bokong pada kasus ini
ditentukan dari hasil pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas
umbilikus, serta pemeriksaan dalam. Pada pemeriksaan Leopold 1, ditemukan
teraba masa bulat, keras, dan melenting pada bagian teratas fundus uteri. Leopold
III menunjukkan teraba masa besar, lunak, dan noduler pada bagian bawah fundus
uteri yang mengesankan bokong janin. Pada pemeriksaan dalam teraba sakrum
pada H-IV pembukaan lengkap dan pemeriksaan USG didapatkan janin presentasi
bokong tampak hidup, plasenta di fundus, djj: 146. Tidak ada kelainan torakoabdominal. Hal ini menguatkan kita bahwa janin mengalami kehamilan sungsang
dengan presentasi bokong. Untuk diagnosa banding preeklampsia didapatkan dari
tekanan darah ibu saat pertama kali masuk adalah 140/90. Untuk menetapkan
diagnosa preeklampsia diperlukan pemeriksaan penunjang seperti kadar protein
urin.
19
Multi
:1
Usia Kehamilan : 40 mg
:0
:1
Station : H IV
:2
6
Skor Zatucni Andros dalam kasus ini menunjukkan jumlah nilai = 6, yang
berarti boleh dilakukan persalinan pervaginam.
Persalinan Pervaginam
Frank breech
Sectio Caesarea
TBJ> 3500 gram
Panggul sempit/borderline
Kepala defleksi/hiperekstensi
Kepala fleksi
Ukuran
panggul
adekuat
radiologik)
Partus lama
Janin previable (usia kehamilan < 25 Letak kaki tanpa kelainan kongenital /
minggu / TBJ < 700 gram)
Gross anomali
pusat)
Gawat janin
Adanya hiperekstensi kepala pada kasus ini belum dapat disingkirkan, karena
untuk menentukan adanya hiperekstensi kepala memerlukan pemeriksaan USG atau
Rontgen. Jenis A (2006) melaporkan tingginya resiko cedera servikal akibat
20
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan kasus ini didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang (USG) dan telah sesuai
dengan literatur yang ada. Pada kasus ini pasien direncanakan untuk persalinan
pervaginam karena pasien datang dengan pembukaan sudah lengkap, H-IV, dengan
presentasi bokong sudah berada di introitus vagina dan HIS pasien yang adekuat,
yaitu 4 kali kontraksi dalam 10 menit selama 40-50 menit. Setelah dianalisis, faktor
predisposisi yang menyebabkan letak sungsang pada kasus ini adalah multipara.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H. Distosia Pada Kelainan Letak Serta Bentuk Janin.
IlmuKebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.
2. Somkuti, Stephen G., Obstetric and Gynecology Board Review. 3 rd edition.
McGraw-Hill. Pennsylvania, 2008.
3. Cunningham, FG., et al. Premature Rupture of the Membrane. Williams
Obstetric,22st ed. Mc.Graw Hill Publishing Division, New York, 2005.
4. Mostello D., et al. Breech presentation at delivery: a marker for congenital
anomaly?, Journal of Perinatology. Nature America, Inc. 2014
5. Prawirohardjo, Sarwono., 2002, Ilmu Kebidanan, Ed. 3, Cet. 6, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
6. Hofmeyr, GJ., Kulier, R., External cephalic version for breech presentation at
term (Review). John Wiley & Sons, Ltd, 2007.
7. Cunningham, FG., et al. Williams Obstetric,22st ed. Mc.Graw Hill Publishing
Division, New York, 2005.
8. Fischer Richard et al, Breech Presentation, e medicine, January 2002.
9. Catherine Taillefer, MD, FRCSC, Johanne Dub, MD, FRCSC, Singleton
Breech at Term: Two Continents, Two Approaches. JOGC Mars. 2010
23
10. Lalonde, Andre., Vaginal Breech Delivery Guideline: The Time Has Come.
JOGC. Juni 2009
11. http://www.csh.org.tw/dr.tcj/educartion/f/web/Breech
%20presentation/index.htm 16/21
12. Cheng M, Hannah M. Breech delivery at term: a critical review of the
literature. ObstetGynecol. Oct. 1993;82(4 Pt 1):60518. [Medline].
13. http://emedicine.medscape.com/article/262159-overview#showall
24