Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Tutorial Klinik
Glioblastoma
Disusun oleh
M. Fadjri Alfiannur
M. Reza Wardana
Anggia Rarasati Wardhana
Pembimbing
dr. Susilo Siswonoto, Sp.S
Tutorial
Glioblastoma
Menyetujui,
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................1
Daftar Isi..............................................................................................................2
BAB I. Pendahuluan............................................................................................3
BAB II. Tutorial Kasus........................................................................................5
BAB III. Tinjauan Pustaka...................................................................................16
BAB IV. Pembahasan...........................................................................................37
BAB V. Kesimpulan.............................................................................................39
Daftar Pustaka......................................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf,
disamping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor ini dapat bersifat primer
ataupun merupakan metastase dari tumor organ lainnya. Tumor otak memberikan
permasalahan klinis yang berbeda dengan tumor lain karena efek yang
ditimbulkannya dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan. Tumor otak yang
menyebabkan kerusakan jaringan otak secara langsung akan menimbulkan
gangguan fungsional dari sistem saraf pusat berupa gangguan motorik, gangguan
sensorik, panca indera, bahkan kemampuan kognitif. Selain itu, efek massa yang
ditimbulkan oleh tumor otak juga akan memberikan masalah serius mengingat
tumor berada dalam rongga tengkorak yang pada orang dewasa merupakan suatu
ruang tertutup dengan ukuran tetap. Tumor intracranial atau tumor otak
merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti karena otak merupakan organ
sentral yang sangat penting.
Glioblastoma adalah tumor otak yang ditemukan paling ganas yang
berasal dari sel glia. Dari perkiraan 17.000 tumor otak primer terdiagnlsis di
Amerika Serikat tiap tahun, sekitar 60% adalah glioma. Glioma merupakan
kelompok heterogen neoplasma yang berbeda dari kelompok yang lain baik dalam
lokasi pada sistem saraf pusat, usia dan distribusi jenis kelamin, potensi
pertumbuhan, tingkat invasive, fitur morfologi dan respon terhadap pengobatan
steroid (Jeffrey B, 2013).
Glioblastoma multiforme adalah tumor ganas yang paling umum terjadi
dan paling agresif dan bersifat primer pada manusia, yang melibatkan sel-sel glia
dan 52% dari semua kasus tumor jaringan otak fungsional dan 20% dari semua
tumor intracranial. Meskipun glioblastoma merupakan tumor otak orimer,
kejadian glioblastoma hanya 2-3 kasus per 100.000 orang di Eropa dan Amerika
Utara. Glioblastoma biasanya terdapat pada orang dewasa yang terdiri dari
campuran heterogen diferensiasi buruk astrosit neoplastic dan letaknya istimewa
di dalam hemisfer cerebri dan glioblastoma jarang pada batang orak (terutama
anak-anak) dan medulla spinalis. Tumor ini dapat berkembang dari low
astrocytomas (WHO grade II) atau anaplastic actrocytomas (WHO grade III).
1.2 Epidemiologi
Glioblastoma adalah tumor otak yang paling ganas yang berasal dari sel
glia. Tumor ini merupakan tumor yang paling umum terjadi dan agresif. Tumor
otak primer (80%), sekunder (20%). Tumor primer kira-kira 50% adalah glioma,
20% meningioma, 15% adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang dewasa 60%
terletak di supratentorial, sedangkan pada anak-anak 70 % terletak di
infratentorial. Tumor ini dapat berkembang dari low astrocytomas (WHO grade
II) atau anaplastik astrocytomas (WHO grade III). Pengobatan glioblastomas
adalah paliatif dan meliputi operasi, radioterapi, dan kemoterapi.1
1.3 Tujuan
Memahami gambaran dan penatalaksanaan penderita dengan glioblastoma
ditinjau dari sudut padang disiplin ilmu neurologi.
BAB II
TUTORIAL KASUS
I.
STATUS PASIEN
-
MRS
Waktu Pemeriksaan
Bangsal
: Angsoka
Identitas
-
Nama
: Tn. BS
Usia
: 63 Tahun
Jenis Kelamin
: laki-laki
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Kristen
Suku
: Batak
: Swasta
A. Hasil Anamnesa
1. Keluhan Utama
Lemah pada tangan kanan dan kaki kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kelemahan pada tangan kanan dialami sejak 3 bulans ebelum masuk
rumah sakit. Awalnya kelemahan pada jari-jari tangan kemudian semakin
meluas ke pergelangan tangan hingga akhirnya ke seluruh sisi tangan
kanan. Kelemahan pada tangan pasien mash memungkinkan pasien untuk
menggerakkan tangannya. Sementara, kelemahan pada kaki kanan terjadi
sejak 1 bulan sebelum masuk Rumah sakit. Pasien masih bisa berdri tetapi
dengan bantuan.
Selain kelemahan pada tangan dan kaki kanan, pasien juga
mengalami nyeri kepala menetap sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri kepala
semakin memberat dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas, posisi dan
makanan. Nyeri kepala seperti ditekan dan tidak menjalar. Nyeri kepala
dirasakan terus-menerus. Pasien juga mengeluh penglihatan ganda sejak 3
bulan yang lalu.
Riwayat muntah (-), kejang (-), trauma (-). Pasien mulai berbicara
pelo sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Saat diajak berkomunikasi,
pasien tidak nyambyng dan daya memori pasien mulai menurun sejak 3
bulan sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien tidak tahu nama istri, dan
dirinya sendiri, ingatan terhadap tempat juga terganggu.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
4.
6.
Riwayat Pengobatan
Keadaan Umum
: Sakit Sedang
Kesadaran
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,8 0C
Bentuk normal
Kepala
Leher
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
ICS
III
sinistra
Batas jantung kanan : PSL dextra
Batas jantung kiri
: MCL sinistra
Auskultasi
Abdomen
-
Inspeksi
Palpasi
dan lien
tidak teraba
-
Perkusi
Auskultasi
Status Psychicus
3. Status Neurologicus
Kesadaran
Kompos mentis, GCS 15 (E4V5M6)
Kepala
Bentuk normal, simetris. Nyeri tekan (-)
Leher
Sikap tegak, pergerakan baik. Tidak ada rangsangan meningeal.
Subjektif
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
(+)
(+)
Normal
Normal
Melihat warna
Okulomotorius (III)
Sela mata
Pergerakan
mata
kearah
(+)
inferior
Strabismus
(-)
(-)
Nystagmus
(-)
(-)
Exoptalmus
(-)
(-)
(+)
(+)
Melihat kembar
(-)
(-)
Pupil besarnya
3 mm
3 mm
10
Troklearis (IV)
(+)
keluar)
Trigeminus (V)
Membuka mulut
(+)
(+)
Mengunyah
(+)
(+)
Menggigit
(+)
(+)
Sensibilitas muka
Abdusens (VI)
(+)
(+)
(+)
(+)
Mengerutkan dahi
(+)
(+)
Menutup mata
(+)
(+)
Memperlihatkan gigi
(+)
(+)
Sudut bibir
Vestibulokoklearis (VIII)
(+)
(+)
(+)
(+)
(bagian (+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Perasaan
lidah
belakang)
Refleks muntah
Vagus (X)
Bicara
Menelan
Assesorius (XI)
Mengangkat bahu
Memalingkan kepala
Hipoglossus (XII)
Pergerakan lidah
(+)
(+)
Artikulasi
(+)
(+)
11
Badan
Motorik
i. Respirasi : gerakan nafas simetris, tidak tampak retraksi
otot-otot thorakal
ii. Bentuk Collumna Vertebralis : sulit dievaluasi
Sensibilitas :
Taktil (raba)
: normal
Nyeri
: normal
Kiri
Motorik
Pergerakan
Normal
Normal
Kekuatan
Normal
Normal
Tonus
Sensibilitas
Taktil
(+)
(+)
Nyeri
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Refleks fisiologis
Biseps
Triceps
Refleks patologis
Tromner
(-)
(-)
Hoffman
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Pergerakan
Normal
Normal
Kekuatan
Tonus
Normal
Normal
12
Sensibilitas
Taktil (raba)
Nyeri
Refleks fisiologis
Patella
Achilles
Refleks patologis
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Babinski
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Schaefer
(-)
(-)
Oppenheim
(-)
(-)
Rossolimo
(-)
(-)
Mendel-Bechterew
(-)
(-)
Clonus paha
(-)
(-)
(-)
(-)
Clonus kaki
Pemeriksaan tambahan
Tes Laseque
(-)
(-)
Tes Patrick
(-)
(-)
(-)
(-)
Romberg-Test
Diaddookinesis
Dysmetria
13
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan
14
Kesan: Lesi (isointense pada T1, hiperintens pada T2 dan flair, sebagian
hiperintens pada DWI) di lobus temporoparetooccipitalis sinistra yang
menyengat kontran inhomogen suggestive glioblastoma
15
D. DIAGNOSIS
a. Diagnosis Poli Saraf
b. Diagnosis Ruangan
Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologik
: Tumor Intrakranial
E. PENATALAKSANAAN
Terapi Poli Saraf :
F. PROGNOSIS
Vitam
: Dubia ad
Fungsionam
: Dubia
Sanationam
: Dubia ad
16
FOLLOW UP
Tang
gal
3/6/16
Perjalanan Penyakit
S: Kelemahan pada tangan kanan
O: TD= 120/80 mmHg; N= 100x/mnt;
MMT=
4/4/5/5
A: Glioblastoma
4/6/16
5/6/16
17
Perintah Pengobatan /
Tindakan yang
Diberikan
RL 20 tpm
inj.kalmetasone 3x1 amp
inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj ceftriaxone 2x1
Flunarizin 2x1 tab
Co. Sp.BS
RL 20 tpm
inj.kalmetasone 3x1 amp
inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj ceftriaxone 2x1
Flunarizin 2x1 tab
Pro biopsy
neuroendoskopi
RL 20 tpm
inj.kalmetasone 3x1 amp
inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj ceftriaxone 2x1
Flunarizin 2x1 tab
Pro biopsy
neuroendoskopi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi dan Fisiologi Otak
Otak merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak di cavum
cranii, otak dibentuk oleh cavum
telencephalon,
dienchephalon,
mesencephalon,
metenchepalon,
dan
hipothalamus,
interventriculare
(Monroi).
Mesencephalon
membentuk
corpora
Metencephalon
membentuk
cerebellum
dan
pons,
sedangkan
18
dihubungkan oleh corpus callosum. Hemisfer cerebri dibentuk oleh cortex cerebri,
substantia alba, ganglia basalis, dan serabut saraf penghubung yang dibentuk oleh
axon dan dendrit setiap sel saraf. Cortex cerebri terdiri dari selapis tipis substantia
grissea yang melapisi permukaan hemisfer cerebri. Permukaannya memiliki
banyak sulcus dan gyrus, sehingga memperbanyak jumlah selnya, diperkirakan
terdapat 10 milyar sel saraf yang ada pada kortek cerebri.3
Hemisfer cerebri memiliki 6 lobus; lobus frontalis, lobus parietalis, lobus
temporalis, lobus occipitalis, lobus insularis dan lobus limbik. Lobus frontalis,
mulai dari sulcus sentralis sampai kalopus centralis, terdiri dari gyrus precentralis,
girus frontalis superior, girus frontalis media, girus frontalis inferior, girus recrus,
girus orbitalis, dan lobulus paracentralis superior. Lobus parietalis, mulai dari
sulcus centralis menuju lobus occipitalis dan cranialis dari lobus temporalis,
terdiri dari girus post centralis, lobulus parietalis superior, dan lobulus parietalis
inferior posterior. Lobus temporalis, terletak antara polus temporalis dan polus
occipitalis dibawah sulcus lateralis. Lobus occipitalis terletak antara sulcus
parieto-occipital dengan sulcus preoccipitalis, memiliki dua bangunan, cuneus dan
girus lingualis. Lobus insularis, tertanam dalam sulcus lateralis. Lobus limbik,
berbentuk huruf C dan terletak pada dataran medial hemisfer cerebri.4
Lobus oksipitalis yang terletak di sebelah posterior bertanggung jawab
untuk penglihatan. Sensasi suara mula-mula diterima oleh lobus temporalis, yang
terletak di sebelah lateral.3
Lobus parietalis terutama bertanggung
mengolah masukan sensorik seperti sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri
dari permukaan tubuh. Sensasi-sensasi ini secara kolektif dikenal sebagai sensasi
somestetik (perasaan tubuh). Lobus parietal juga merasakan kesadaran mengenai
posisi tubuh, suatu fenomena yang disebut propriosepsi.3
Lobus frontalis bertanggung jawab terhadap tiga fungsi utama:
(1) aktivitas motorik volunteer
(2) kemampuan berbicara
(3) elaborasi pikiran.
Daerah di lobus frontalis belakang tepat di depan sulkus sentralis akhir di
19
20
bercabang kesegala arah. Ada dua macam astrosit: fibrosa dan protoplasmik.
Astrosit protoplasma terutama terdapat dalam substantia grissea otak dan medulla
spinalis, sedangkan astrosit fibrosa ditemukan dalam substantia alba. Astrosit
berfungsi menghantarkan impuls dan transmisi sinaptik dari neuron, selain itu
astrosit juga berfungsi sebagai fagosit dengan mengambil ujung ujung akson
sinaptik yang berdegenerasi. Setelah terjadi kematian neuron akibat penyakit,
astrosit berproliferasi dan mengisi ruang yang sebelumnya ditempati oleh neuron. 3
Proses ini disebut penggantian gliosis. Astrosit juga berfungsi sebagai penyalur
zat zat metabolit dari kapiler darah ke neuron melalui kaki perivaskularnya.4
Oligodendrosit
Disebut juga oligodendroglia, terdapat dalam 2 lokasi, di dalam substansia
grissea dan di antara berkas-berkas akson di dalam substantia alba. Lainnya
terletak dalam posisi perivascular sekitar pembuluh darah. Oligodendroglia dan
astrosit merupakan neuroglia sejati dan berasal dari lapisan embrional ektodermal
(sama seperti neuron). Oligodendroglia berperan dalam pembentukan myelin.3
22
Jinak
a. Acoustic neuroma
b. Meningioma
c. Pituitary adenoma
d. Astrocytoma (grade I)
Malignant
a. Astrocytoma (grade 2,3,4)
b. Oligodendroglioma
c. Apendymoma
2. Berdasarkan lokasi
Tumor intradural
a. Ekstramedular
b. Cleurofibroma
c. Meningioma
d. Intramedular
e. Apendymoma
f. Astrocytoma
g. Oligodendroglioma
h. Hemangioblastoma
Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara,
prostat, tiroid, paru paru, ginjal dan lambung.
Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan berdasarkan grading dan tipe
histologik.1
1. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas
pasca reseksi cukup baik.
2. WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah,
namun sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif
ke arah derajat keganasan yang lebih tinggi.
23
24
sepanjang white matter, seperti corpus callosum, kapsul internal, radiasi optik,
commissure anterior, fornix, dan daerah subependymal. Penyebaran tersebut dapat
membuat tampilan beberapa glioblastomas atau glioma multisenter pada
pencitraan.
2.4. Patofisiologi Glioblastoma
Astrositoma sering menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista
dalam berbagai ukuran. Pada umumnya astrositoma tidak bersifat ganas,
walaupun dapat mengalami perubahan keganasan berupa glioblastoma, yaitu suatu
astrositoma yang sangat ganas. Tumor-tumor ini pada umumnya tumbuh lambat.
Astrositoma derajat I memperlihatkan gambaran astrosit yang tidak banyak
berbeda dengan astrosit normal, hanya saja jumlahnya berbeda, sehingga
kepadatannya dalam suatu daerah menonjol.7
Astrositoma derajat II,III, dan IV secara berturut-turut memperlihatkan
segi-segi keganasan yang meningkat. Astrositoma derajat III menggambarkan
gambaran histologik yang
sudah
banyak necrosis dan hemoragik. Astrositoma derajat IV, berbagai jenis sel dalam
tahap mitosis dijumpai baik dalam formasi yang khas, maupun yang tersebar
secara tidak teratur dengan banyak nekrosis dan hemoragi maka astrositoma
derajat III dan IV diberi nama tersendiri yaitu Glioblastoma multiform;. Sampai
timbul gejala (misal: serangan epilepsi maupun nyeri kepala). Eksisi bedah
lengkap pada umumnya tidak dapat dilakukan karena tumor bersifat invasif, tapi
bersifat residif terhadap radiasi.7
Glioblastoma dapat diklasifikasikan sebagai tumor primer atau sekunder.
Primer glioblastoma untuk sebagian besar kasus sekitar 60% pada orang dewasa
yang lebih tua dari 50 tahun. Tumor ini merupakan tumor de novo yaitu, tanpa
bukti klinis atau histopatologis dari yang sudah ada sebelumnya. Penampakan
klinis singkat, biasanya kurang dari 3 bulan. Multiformes glioblastoma sekunder
sekitar 40% biasanya berkembang pada pasien yang lebih muda (<45tahun)
melalui perkembangan ganas dari astrocytoma grade rendah (WHO grade II) atau
25
astrocytoma anaplastik (WHO grade III). Beberapa kelainan genetik yang lebih
umum dijelaskan sebagai berikut :
1. Hilangnya heterozigositas (LOH): LOH pada kromosom 10q lengan adalah
perubahan gen yang paling sering untuk glioblastomas primer maupun
sekunder, melainkan terjadi pada 60-90% kasus. Mutasi ini tampaknya
khusus untuk glioblastoma dan ditemukan jarang di kelas tumor lainnya.
2. Mutasi pada p53, gen penekan tumor, berada di antara perubahan genetik
pertama kali diidentifikasi pada tumor otak astrocytic. Gen p53 muncul untuk
dihapus atau diubah pada sekitar 25-40% dari semua multiformes
glioblastoma, lebih sering pada multiformes glioblastoma sekunder. P53
immunoreactivity juga tampaknya terkait dengan tumor yang timbul pada
pasien yang lebih muda.
3. Epidermal growth factor ( EGFR ) gen Epidermal : Gen EGFR terlibat dalam
pengendalian proliferasi sel. Beberapa mutasi genetik yang jelas, termasuk
berlebih dari reseptor serta penyusunan ulang yang menghasilkan isoform
terpotong. Namun, semua mutasi yang relevan secara klinis tampaknya
mengandung fenotipe yang sama menyebabkan peningkatan aktivitas. Tumor
ini biasanya menunjukkan hilangnya simultan kromosom 10 tetapi jarang p53
mutasi bersamaan. Ekspresi atau aktivasi mutasi pada gen ini lebih sering
terjadi pada glioblastoma primer, dengan mutasi muncul dalam 40-50% dari
tumor ini. Salah satu varian umum seperti, EGFRvIII, telah menjanjikan
sebagai target untuk inhibitor kinase, immunotoxins, dan vaksin peptida.
4.
Salah satu bagian dari glioma mutan IDH1 memiliki TP53 mutasi dan kehilangan
Rhatj (lihat di bawah) dan bagian lain memiliki kehilangan 1p19q (sse
oligodendroglioma bawah). Mutasi IDH dapat membuat sel-sel tumor
meningkatkan kerentanannya terhadap kerusakan oksidatif. Deteksi mutasi IDH1
oleh imunohistokimia adalah alat penting dalam diagnosis glioma.4
5.
Chromosome Ten)
Glioblastoma terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel
abnormal secara sangat cepat daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan
terus
berkembang
mendesak
jaringan
otak
yang
sehat di
sekitarnya,
27
cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan.6
2.5. Pemeriksaan Diagnostik
Dalam menegakkan diagnosis tumor otak adalah dengan mengetahui jenis
tumor, karakteristik, lokasi, batas, hubungannya dengan system ventrikel, dan
hubungannya dengan struktur vital otak misalnya sirkulus willisi dan hipotalamus.
Selain itu juga diperlukan periksaan radiologis canggih yang invasive maupun non
invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup CT scan dan MRI bila perlu
diberikan kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor. Pemeriksaan invasive
seperti angiografi serebral yang dapat memberikan gambaran system pendarahan
tumor, dan hubungannya dengan system pembuluh darah sirkulus willisi selain itu
dapat mengetahui hubungan massa tumor dengan vena otak dan sinus
duramaternya.8
1. Computed tomography
Pada CT scan, glioblastomas biasanya muncul sebagai lesi hipodens
berbentuk tidak teratur dengan zona ringlike dengan peningkatan kontras dan
penumbra edema serebral.1
28
29
adalah jenis pencitraan medis yang memberikan gambaran secara rinci tentang
apa yang terjadi di dalam tubuh pada tingkat molekuler dan seluler.2
Untuk membantu menentukkan lokasi tumor yang tepat, dilakukan
beberapa pemeriksaan tambahan, yaitu: 8
CT- Scan memberikan info spesifik mengenai jumlah, ukuran dan
kepadatan jejas tumor serta meluasnya edema serebral sekunder
30
31
lain:8
Terapi Kortikosteroid
32
Kriteria RANO
Kriteria Macdonald
Kriteria AVAglio
Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik.
Herniasi otak
33
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Fakta
Teori
Hemiparese, Nyeri kepala, bicara pelo Menurut patofisiologi :
dan amnesia
35
yang
bertumbuh
nekrosis
jaringan
menyebabkan
otak.
Gangguan
sebagai
kehilangan
fungsi otak.
2. Sedangkan peningkatan tekanan
intrakranial dapat diakibatkan oleh:
bertambahnya massa dalam tengkorak,
terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan
sirkulasi
cairan
serebrospinal.
Pertumbuhan
tumor
menyebabkan
bertambahnya
massa,
Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologik
: Tumor Intrakranial
Terapi yang diberikan pada pasien ini saat ini adalah IVFD RL 20 tetes per
menit, Ranitidin 3x1 iv, kalmetasone 3x1 iv, ceftriaxone 2x1 iv dan flunarizin tab
36
2x1. Pemberian anti nyeri pada pasien ini sebaiknya. Pemberian metal prednisolon
dan ranitidin pada pasien ini tepat sesuai dengan indikasi.
Fakta
Ranitidin 3x1 iv
Teori
untuk mencegah
Diberikan
efek
Kortikosteroid
dapat
membantu
Hal
ini
dianggap
bahwa
Menurunkan
infection
rate
mengontrol infeksi
Membantu dan mencegah migraine dan
vertigo serta mengontrol kejang
37
dan
BAB V
KESIMPULAN
Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara
klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna,
karena gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan
tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke
jaringan otak. Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan
cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial
dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik. Pemeriksaan radiologi, dalam hal
ini CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor
otak benigna atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.
Penanganan penyakit penyerta maupun penyakit yang mendasari dengan
tepat penanganan dan tepat waktu merupakan bagian utama dari penanganan
penyakit untuk memperbaiki prognosis.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Alex L, Chi-Shing Z, Bernard D, Robert M. 2013. Imaging in
Glioblastoma
Multiforme.
Emedicine.
Medscape.
take
bevacizumab
in
Glioblastoma
multiforme.
outcome. Neurosurgery.;62(4):753-64;
discussion
264-
39
40