Disusun oleh:
Nama
: Abdul Azis
NPM/Kel
: 15710074/C1
Pembimbing:
dr. Nisvi Dewi, Sp.PD
LAPORAN KASUS
SIROSIS HATI DENGAN TROMBOSITOPENIA
Oleh:
Abdul Azis
NPM: 15710074
Mengetahui:
Sidoarjo, 20 04 - 2016
Pembimbing
BAB I
PENGKAJIAN
A. Identitas Penderita
Nama penderita : Ny. N J
Umur
: 61 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sono 3/5 Sidokerto, Buduran - Sidoarjo
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Pendidikan
: SMA
Suku/ Bangsa
: Jawa/ Indonesia
Status
: Sudah menikah
Tanggal MRS
: 7 April 2016
No rekam medis : 1763563
B. Anamnesis
1. Keluhan utama: Nyeri perut
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengeluh nyeri perut pada daerah ulu hati dan kanan atas
sudah 5 hari yang lalu. Sebelumnya pasien merasa mual-mual sudah 2
minggu dan sempat muntah darah 1 kali. Setelah muntah darah pasien
mengeluh badannya lemes, penglihatan kabur dan hampir pingsan. Tidak
ada keluhan demam. Pasien mengatakan pernah BAB warna hitam satu
bulan sebelumnya, dengan riwayat hemoroid disangkal. Namun sekarang
BAB pasien normal tidak ada diare, tapi pasien mengatakan kencingnya
berwarna seperti teh. Pasien juga mengatakan mata dan kulitnya berubah
warna menjadi kekuningan. Tidak ada gusi berdarah atau mimisan. Pasien
juga mengeluh nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan
sebulan terakhir. Selain itu pasien juga mengeluh batuk berdahak, sesak,
pusing, serta mengeluh kedua kakinya bengkak.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Pasien pernah MRS 3 tahun yang lalu dengan keluhan yang sama di
RS Siti Hajar
b. Pasien mempunyai riwayat asma sejak remaja
c. Tidak ada riwayat kencing manis
d. Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi
e. Alergi: 4. Riwayat penyakit Keluarga
a. Ibu pasien juga menderita asma, namun tidak ada yang sakit seperti
keluhan pasien saat ini
b. Hipertensi : c. DM
:5. Riwayat pengobatan
Pasien sering mengkonsumsi obat pusing beli di warung
6. Riwayat sosial
a. Kebiasaan makan sehari-hari: nafsu makan menurun
b. Merokok: c. Alkohol: d. Jarang olahraga
e. Suka makanan berlemak
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status generalis
a. Keadaan umum: Lemah
b. Kesadaran: Compos mentis
c. GCS: 4, 5, 6
d. Vital sign:
TD
: 120/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,6o C
RR
: 22 x/menit
e. Kepala:
1) Anemis : +
2) Ikterus
:+
3) Sianosis : 4) Dyspneu : +
f. Leher:
1) Pemebesaran KGB: 2) Distensi vena jugularis: g. Thoraks
1) Cor
a) Inspeksi
: iktus cordis (-)
b) Palpasi
: iktus cordis (-), Thrill (-)
c) Perkusi
: Dalam batas normal
d) Auskultasi
: S1 S2 TR, murmur (-), Gallop (-)
2) Pulmo
a) Inspeksi
: Redup (+)
Shifting dullness (+) Acites
Undulasi (+)
d) Palpasi
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap
a. WBC
: 2,93
b. RBC
: 2,09
c. HB
: 7,3
d. HCT
: 22,2
e. PLT
: 50
2. Kimia Klinik
a. GDA
: 143
b. BUN
: 6,6
c. SC
: 0,9
d. Albumin : 2,4
e. Globulin : 3,7
f. SGOT
: 50
g. SGPT
: 18
(< 33 U/L)
h. Bilirubin Direk: 1,82
(< 0,3 mg/dL)
i. Bilirubin Total: 3,83
(< 1,2 mg/dL)
j. Total protein: 6,1
(6,6 8,7 g/dL)
3. Serum Elektrolit
a. Na
: 135
(137 145 mmol/L)
b. K
: 4,1
(3,6 5,0 mmol/L)
c. Cl
: 102
(98 - 107 mmol/L)
E. Diagnosis
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan kesimpulan diagnosis:
Sirosis hepatis + Acites + Anemia + Trombositopenia + Hematemesis + Post
Melena + Asma attack + Infeksi sekunder + Hipoalbumin + Susp. Spontan
bacterial peritonitis + Susp. Encephalopathy hepatikum
F. Penatalaksanaan
1. Terapi:
Inf Comusin hepar
7 tts/menit
Inj Ranitidine
2 x 1 amp
Inj Ondansetron
3 x 8 mg
Inj Antrain
3 x 1 amp
Inj Lasix
1 x 1 amp
Tranf PRC 2 bag/hari sampai HB >= 10 g/dl
Albumin 20%
P.O Spironolacton 1 x 100 mg
P.O Propanolol
2 x 20 mg
Nebulizer Ventolin
3 x 1 hari
2. Planning Dx:
USG abdomen
Marker hepatitis (IgM anti-HAV, HbsAg, Anti HCV)
Thorax X-ray
Endoscopy
EKG
Urine lengkap
3. Monitoring:
Obs TTV
DL serial
Pantau Albumin
Electrophoresis Protein
Alkali Fosfat
Hapusan darah tepi
4. Edukasi:
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang
dideritanya
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang makanan yang harus
dikonsumsi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan
kita lakukan
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang komplikasi penyakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan
difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat,
degenerasi dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam
susunan parenkim hati (Mansjoer, 2001).
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan
ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan
perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan
jaringan ikat dan nodul tersebut (Smeltzer, 2002).
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan
stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati
(Sujono, 2002).
jaringan septum diantara lobulus yang berdekatan, dan banyak arteriol kecil
juga mengalir langsung ke sinusoid hati, paling sering berlokasi pada sepertiga
jarak ke septum interlobularis (Guyton dan Hall, 2007).
Selain sel-sel hati, sinusoid vena dilapisi oleh dua tipe sel yang lain:
(1) sel endotel khusus dan (2) sel Kupffer besar (juga disebut sel
retikuloendotelial), yang merupakan makrofag residen yang melapisi sinusoid
dan mampu memfagositosis bakteri dan benda asing lain di dalam darah sinud
hepatikus. Lapisan endotel sinusoid vena mempunyai pori-pori yang sangat
besar, beberapa diantaranya berdiameter hampir 1 mikrometer. Di bawah
lapisan ini, terletak diantara sel endotel dan sel hepar, terdapat ruang jaringan
yang sangat sempit yang disebut ruang Disse yang juga dikenal sebagai ruang
perisinusoidal. Jutaan ruang Disse menghubungkan pembulu limfe di dalam
septum interlobularis. Oleh karena itu, kelebihan cairan di dalam ruang ini
dikeluarkan melalui aliran limfatik. Karena besarnya pori di endotel, zat di
dalam plasma bergerak bebas ke dalam ruang Disse. Bahkan banyak protein
berdifusi dengan bebas ke ruang ini (Guyton dan Hall, 2007).
C. Fungsi Hepar
Hati melakukan banyak fungsi berbeda namun tetap merupakan organ
tersendiri, dan berbagai fungsinya tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Hal ini terutama terbukti pada kelainan hati karena banyak fungsinya
terganggu secara bersamaan. Berikut adalah fungsi utama hati (Guyton dan
Hall, 2007), meliputi:
a. Sekresi, hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan
absorbsi lemak.
b. Metabolisme karbohidrat, protein, lemak, hormon, dan zat kimia asing.
1) Hati berperan penting dalam mempertahankan homoestatik gula
darah. Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan
mengubahnya kembali menjadi glukosa jika diperlukan tubuh.
2) Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah
yang rusak. Organ ini membentuk urea dari asam amino berlebih
dan sisa nitrogen.
3) Hati menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan terlibat
dalam penyimpanan dan pemakaian lemak.
4) Hati menyintesis unsur-unsur pokok membran sel (lipoprotein,
kolesterol, dan fosfolipid)
5) Hati menyintesis protein plasma dan faktor-faktor pembekuan
darah. Organ ini juga menyintesis bilirubin dari produk
penguraian hemoglobin dan mengeluarkan ke dalam empedu.
c. Penyimpanan. Hati menyimpan mineral, seperti zat besi, tembaga, serta
vitamin larut lemat (A, D, E, dan K). Hati menyimpan toksin tertentu
(misalnya peptisida) serta obat yang tidak dapat diuraikan dan
diekskresikan.
d. Detoksifikasi. Hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin
dan obat. Hati memfagosit eritrosit dan zat asing yang terdisintegrasi
dalam darah.
e. Produksi panas. Berbagai aktivitas kimia dalam hati menjadikan hati
sebagai sumber utama panas tubuh terutama saat tidur.
3. Menurut seorang ahli penyakit hati, membagi penyakit sirosis hati atas:
a. Sirosis post nekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler
d. Erythema palmaris
e. Acites
f. Bengkak pada tungkai bawah
H. Pemeriksaan Penunjang
Berikut merupakan pemeriksaan penunjang yang bisa digunakan
untuk mengetahui adanya sirosis hati (Sujono, 2002), diantaranya adalah:
1. Urine
Didalam urine terdapat urobilinogen juga terdapat bilirubin bila
penderita ada ikterus. Pada penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam
urine berkurang (urine kurang dari 4 meq/l) menunjukkan kemungkinan telah
terjadi syndrome hepatorenal.
2. Tinja
Didalam tinja terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita
dengan ikterus, ekskresi pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak
terserap oleh darah, di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu
pigmen yang menyebabkan tinja berwarna cokelat atau kehitaman.
3. Darah
Pada pemeriksaan darah lengkap biasanya dijumpai normostik
normokronik anemia yang ringan, kadang-kadang dalam bentuk makrositer
yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12 atau karena
splenomegali. Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan
gastrointestinal maka baru akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai
likopeni bersamaan dengan adanya trombositopeni.
4. Tes Faal Hati
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi
penderita yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis
globulin menaik, sedangkan albumin menurun. Pada orang normal tiap hari
akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya dapat
disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari. 9 Kadar normal albumin dalam darah 3,5-
5,0 g/dL. Jumlah albumin dan globulin yang masing-masing diukur melalui
proses yang disebut elektroforesis protein serum. Perbandingan normal
albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih. Selain itu, kadar asam empedu juga
termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk mendeteksi kelainan hati
secara dini.
5. Ultrasonografi (USG), CT-Scan, MRI,
Pemeriksaan ini banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelainan di
hati, termasuk sirosis hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat
ringannya penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati
membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat
perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang
irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas
nomal.
6. Endoscopy
Varises esophagus dapat ditemukan pada pemeriksaan endoskopi. Bila
ditemukan varises kecil, endoscopi di ulang dalam waktu satu tahun.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sirosis hati antara lain adalah (Tarigan, 2001):
1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol
yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori tinggi protein,
lemak secukupnya.
2. Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :
a. Alkohol dan obat-obatan dianjurkan menghentikan penggunaannya.
Alkohol akan mengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh. Dengan
diet tinggi kalori (300 kalori), kandungan protein makanan sekitar 7090 gr sehari untuk menghambat perkembangan kolagenik dapat dicoba
dengan pemberian D penicilamine dan Cochicine.
b. Hemokromatis
K. Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor,
meliputi etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang
menyertai. Prognosis sirosis hati dapat diukur dengan kriteria Child-TurcottePugh. Kriteria Child-Turcotte-Pugh merupakan modifikasi dari kriteria ChildPugh, banyak digunakan oleh para ahli hepatologi saat ini. Kriteria ini
digunakan untuk mengukur derajat kerusakan hati dalam menegakkan
prognosis kasus-kasus kegagalan hati kronik (Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, 2015).
DAFTAR PUSTAKA