Dua Pendekatan Berbeda Dalam Memperoleh Hasil Head Computerized Tomography Scan
Dua Pendekatan Berbeda Dalam Memperoleh Hasil Head Computerized Tomography Scan
ABSTRAK
Latar Belakang : Penggunaan computed tomography (CT) scan dalam
pemeriksaan pasien cedera kepala ringan (GCS 15) saat ini masih kontroversial.
Sebagai negara besar yang sedang berkembang, Indonesia menghadapi beberapa
masalah terkait pemeriksaan kasus cedera kepala ringan yaitu terbatasnya jumlah
fasilitas pemeriksaan CT scan kepala, besarnya jumlah kasus cedera kepala ringan
yang ditangani di IRD dan jauhnya jarak antara daerah terpencil dengan rumakh
sakit pusat rujukan. Tujuan penelitian ini adalah menyediakan pendekatan yang
berbeda dalam melakukan pemeriksaan CT scan kepala pada kelompok pasien
yang diteliti.
Metode : merupakan psenelitian cohort prospective yang melibatkan 364 pasien
cedera kepala dengan nilai GCS 15 dan usia lebih dari enam tahun. Semua data
klinis dan data hasil pemeriksaan CT scan kepala kepala dari pasien terkait
dikumpulkan. Hubungan antara faktor risiko klinis, adanya temuan gambaran CT
scan kepala abnormal ( first end point dalam penelitian ini) dan perlunya tindakan
pembedahan (second end point) diuji dengan analisis univariat (X2-test). Analisis
logistik regresi digunakan untuk menemukan kombinasi terbaik dari setiap faktor
klinis sehingga diharapkan akan sangat sensitif dalam memdeteksi adanya temuan
gambaran CT scan kepala yang abnormal dan membutuhkan tindakan
pembedahan
dengan mengekslusi fraktur kranium yang terisolasi atau efusi subdural kronis
[20, 21]. Prosedur intervensi bedah saraf didefinisikan sebagai kraniotomi untuk
memperbaiki cedera traumatis akut. Pemasangan perangkat monitoring tekanan
intrakranial (ICP) tidak termasuk dalam prosedur intervensi bedah saraf.
Berdasarkan tinjauan pusaka, terdapat berbagai faktor klinis penting yang
dihubungkan dengan terjadinya lesi intrakranial akut [4, 7, 11, 13, 19]. Atas dasar
penelitian observasional sebelumnya, dalam penelitian ini delapan gejala dan
tanda klinis dipilih sebagai faktor klinis yang akan diuji. Faktor-faktor ini adalah
LOC, amnesia, kejang, muntah, sakit kepala, trauma jaringan lunak kranium,
fraktur kranium dan usia lebih dari 60 tahun. LOC didefinisikan sebagai adanya
saksi yang melihat pasien sempat dalam keadaan tidak sadarkan diri dan
melaporkan temuan ini ke trainee bedah senior di IRD saat anamnesis [13].
Amnesia didefinisikan sebagai pasien tidak mampu untuk menggambarkan atau
mengingat kejadian yang menyebabkan cedera kepala [13]. Trauma jaringan lunak
kranium didefinisikan sebagai trauma di daerah proksimal dari alis termasuk
abrasi dan laserasi [22].
Riwayat dan pemeriksaan fisik dari masing-masing variabel penelitian
didapatkan saat pasien masuk IRD oleh trainee senior di bawah pengawasan
langsung dokter spesialis bedah saraf yang bertugas. Pasien dengan temuan
gambaran CT scan kepala normal dipulangkan setelah diobserbasi selama
beberapa jam di IRD. Semua pasien ini diberikan KIE mengenai gejala lesi
intrakranial yang nantinya mungkin terjadi dan disarankan untuk segera kembali
ke IRD jika terdapat gejala tersebut. Pasien dengan temuan gambaran CT scan
kepala abnormal akan dirawat inap
Semua variabel dicatat dalam notasi biner. Peneliti menggunakan uji
univariat (X2-test) untuk menentukan besarnya hubungan antara masing-masing
faktor, lesi intrakranial dan perlunya tindakan pembedahan. Analisis regresi
logistik kemudian digunakan untuk menemukan hubungan antar faktor klinis
yang terbaik dan paling sensitif untuk mendeteksi lesi intrakranial akut dan
perlunya tindakan pembedahan. Terdapat nilai risiko relatif/RR dengan confidence
interval (CI) 95%. Tingkat signifikansi ditetapkan sebesar kurang dari 0,05.
Tabel 2. Hasil analisis univariat, faktor klinis terkait dan gambaran CT scan kepala yang
abnormal
HASIL
Data Demografi Pasien dan Data Umum
Antara Oktober 2011 dan Februari 2012, 364 pasien cedera kepala ringan
di IRD RSUP Sanglah dianalisis oleh peneliti. Distribusi jenis kelamin adalah 237
(65,1%) laki-laki dan 127 (34,9%) perempuan dengan usia rata-rata 32,83 18,20
tahun (6-87 tahun). Empat puluh empat pasien (12,1%) berusia di atas 60 tahun.
Kecelakaan lalu-lintas adalah mekanisme trauma dan penyebab cedera kepala
ringan yang paling dominan
(RR 8.56, 95% CI 3,43-21,46), fraktur kranium (RR 6.81, 95% CI 2,04-22,77),
dan usia> 60 tahun (RR 5,56, 95% CI 2,09-14,77) tetap memiliki nilai yang
signifikan (Tabel 3). End-point kedua dari penelitian ini adalah perlunya tindakan
pembedahan. Dalam analisis univariat, variabel LOC (RR 7.57, 95% CI 1,0057,25), amnesia (RR 28,51, 95% CI 3,77-215,30), trauma jaringan lunak kranium
(RR 40,17, 95% CI 5,32-307,76), fraktur kranium (RR 28.88, 95% CI 9,65-86,38)
merupakan faktor yang signifikan terhadap perlunya tindakan pembedahan (Tabel
4). Namun, analisis multivariat menunjukkan variabel amnesia (RR 0,068, 95%
CI 0,007-0,626), trauma jaringan lunak kranium (RR 0,076, 95% CI 0,009-0,647)
dan fraktur kranium (RR 0.145, 95% CI 0,035-0,607) tetap memilki nilai yang
signifikan (Tabel 5).
PEMBAHASAN
Cedera kepala ringan (nilai GCS dari 15) adalah jenis cedera kepala yang
paling sering dijumpai di IRD. Namun, terdapat berbagai isu-isu kontroversial
dalam penatalaksanaannya yaitu penggunaan CT scan kepala kepala dalam
mengevaluasi cedera kepala ringan [1, 4, 7, 11, 13] dan derajat keparahan hasil
temuan gambaran CT scan kepala yang abnormal [9]. Banyak pusat penanganan
trauma tetap melakukan pemeriksaan CT scan kepala pada semua kasus cedera
kepala ringan atas dasar pertimbagan berbagai faktor risiko yang signifikan [1, 4,
7, 21]. Di lembaga tempat penelitian ini dilakukan, tidak ada protokol yang jelas
dalam melakukan pemeriksaan CT scan kepala pada kasus cedera kepala ringan,
sehingga cenderung dilakukan pemeriksaan CT scan kepala pada semua kasus
cedera kepala tanpa melihat tingkat kesadaran pasien. Pendekatan ini tentu saja
sangat tidak efisien dari segi ekomomi karena biaya pemeriksaan CT scan kepala
masih relatif mahal dan manajemen klinis hampir tidak berubah terlepas dari
apapun hasil temuan gambaran CT scan kepala pasien.
GCS memiliki kelemahan dalam mengevaluasi kasus cedera kepala ringan,
karena tidak dapat membedakan derajat kerusakan otak pada pasien cedera kepala
dengan nilai GCS 15 [10, 23]. Bahkan pasien cedera kepala dengan nilai GCS 15
mungkin menunjukkan suatu lesi yang mengancam jiwa yang pada akhirnya dapat
berkembang menjadi koma hingga kematian [24]. Oleh karena itu, diperlukan
suatu variabel klinis yang dapat digunakan sebagai skrinning dalam menentukan
kasus cedera kepala mana yang memang memerlukan pemeriksaan CT scan
kepala di IRD. Tinjauan pustaka menunjukkan bahwa terdapat banyak peneliti
mengusulkan berbagai parameter klinis yang berbeda dalam melakukan
pemeriksaan CT scan kepala pada kasus cedera kepala ringan [4, 10, 12, 19, 21,
25, 26].
Tabel 4. Hasil analisis univariat, faktor klinis terkait dan kebutuhan perlunya tindakan
pembedahan
kepala ringan [9]. Beberapa dokter percaya bahwa setiap perdarahan intrakranial
pada cedera kepala ringan, tidak peduli seberapa kecil lesinya,
harus
dipertimbangkan sebagai kondisi klinis yang serius [11, 21]. Oleh karena itu,
kelompok pasien dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai kelompok pasien
cedera kepala ringan yang berisiko tinggi, dan mereka dianggap memiliki risiko
seperti pasien cedera kepala dengan nilai GCS 13 atau 14 [11, 21]. Namun,
peneliti lain berpendapat bahwa temuan gambaran CT scan kepala abnormal yang
serius adalah suatu lesi akut yang memerlukan tindakan pembedahan [2, 8, 20,
27]. Sehingga dengan demikian, tidak semua temuan gambaran CT scan kepala
abnormal akut dianggap sebagai suatu kondisi klinis yang serius dan tidak semua
temuan gambaran CT scan kepala yang abnormal harus diidentifikasi dan
ditangani dengan tindakan pembedahan. Beberapa alasan diajukan yaitu: 1),
selama observasi, pasien cedera kepala ringan dengan lesi non-bedah tidak
menunjukkan perubahan status mental dan tidak memerlukan intervensi apapun
[12, 13]; 2), temuan gambaran CT scan kepala yang abnormal adalah prediktor
yang buruk dalam menentukan hasil klinis neurologis akhir [13]; 3) tidak terdapat
perbedaan prognosis antara pasien dengan GCS 15 yang memiliki temuan
gambaran CT scan kepala yang abnormal dan normal [28].
Tabel 5. Hasil analisis multivariat, faktor klinis terkait dan kebutuhan perlunya tindakan
pembedahan
Selain SOP yang belum lengkap dalam pemeriksaan CT scan kepala dan
adanya kontroversi dalam menentukan tingkat keparahan dari suatu lesi abnormal
akut pada pasien cedera kepala ringan, tingginya jumlah pasien cedera kepala
ringan yang harus ditangani di IRD, ketidaktersediaan pemeriksaan CT scan
kepala di semua rumah sakit serta jarak yang jauh antara pusat rujukan dan
temuan gambaran CT scan kepala abnormal [4, 20, 21]. Dalam penelitian ini,
peneliti juga tidak menguji variabel defisit neurologis karena telah disepakati
bahwa defisit neurologis adalah parameter mutlak pemeriksaan CT scan kepala
dalam semua jenis kasus cedera kepala [9, 29, 30].
End-point kedua dari penelitian ini adalah kebutuhan akan perlunya
tindakan pembedahan, yang ditemukan pada 3,6% dari total pasien. Hasil ini
sebanding dengan penelitian oleh Hsiang et al dengan tingkat 2,2% [11],
penelitian oleh Shackford et al dengan tingkat 3,2% [29] dan penelitian oleh
Mendelow et al dengan tingkat 3,9% [28]. Penelitian oleh Kisat et al didapatkan
hasil yang lebih tinggi dari penelitian lain yaitu dengan tingkat 4,2% [18]. Dalam
penelitian ini, faktor-faktor klinis perlunya tindakan pembedahan pada kasus
cedera kepala ringan adalah amnesia, cedera jaringan lunak kranium dan fraktur
kranium.
Cedera jaringan lunak kranium merupakan bukti eksternal adanya trauma
kranium yang mudah dikenali oleh dokter layanan primer [22]. Temuan ini sejalan
dengan penelitian lainnya [8, 9, 20, 22, 25]. Fraktur kranium adalah variabel
signifikan dari adanya temuan gambaran CT scan kepala abnormal dan perlunya
tindakan pembedahan , yang telah disetujui banyak peneliti [10-12, 16, 21, 25, 32,
33]. Hsiang et al menemukan bahwa adanya fraktur kranium pada cedera kepala
ringan meningkatkan tingkat kebutuhan tindakan pembedahan hingga 20 kali lipat
[11]. Mendelow et al melaporkan bahwa pasien dengan fraktur kranium dan
riwayat perubahan tingkat kesadaran memiliki 25% kemungkinan untuk
berkembang menjadi hematoma intrakranial, sedangkan pasien tanpa fraktur
kranium atau riwayat perubahan tingkat kesadaran hanya memiliki risiko 1:6000
[28]. Servadei et al dalam penelitiannya melaporkan bahwa pasien cedera kepala
ringan dengan fraktur kranium akan meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu
lesi intrakranial dan meningkatkan kebutuhan tindakan pembedahan daripada
pasien cedera kepala ringan tanpa fraktur kranium. [32]. Gomez et al menemukan
bahwa adanya fraktur kranium pada cedera kepala ringan secara signifikan
meningkatkan insiden temuan gambaran CT scan kepala abnormal dan perlunya
pembedahan [10]. Dari perspektif bedah saraf sangat jelas bahwa adanya fraktur
kranium pada pasien cedera kepala ringan meningkatkan risiko terjadinya lesi
intrakranial yang sangat signifikan, baik secara statistik maupun klinis [30].
Dua teknik pendekatan yang berbeda ini diharapkan dapat mengakomodasi
setiap tujuan yang ingin diperoleh dari setiap pemeriksaan CT scan kepala. Endpoint pertama dapat digunakan oleh para tenaga medis yang tidak ingin
melewatkan semua temuan gambaran CT scan kepala yang abnormal dan
mengganggap semua lesi traumatik itu adalah serius. Hal ini tentu memerlukan
ketersediaan fasilitas pemeriksaan CT scan kepala dan layanan bedah saraf di
semua rumah sakit. Pendekatan ini tentu saja tidak efisien secara ekonomi. Endpoint kedua mungkin dapat menjadi pendekatan yang paling penting bagi para
dokter yang bekerja di daerah terpencil, dimana fokus perhatian utama mereka
tidak untuk mengidentifikasi temuan CT scan kepala abnormal tersebut,
melainkan untuk lebih memprioritaskan pasien mana yang memang memerlukan
tindakan pembedahan sesegera mungkin [20, 25]. Dari perspektif bedah saraf,
tujuan dari berbagai SOP dalam penatalaksanaan pasien cedera kepala ringan
adalah untuk mengidentifikasi lesi bedah traumatik yang signifikan dan
mengevakuasi lesi ini sebelum terjadi perburukan klinis yang lebih lanjut [16, 27,
30]. Dengan demikian, adanya lesi bedah merupakan indikator mutlak tingkat
keseriusan dari kasus cedera kepala. Dalam aturan Kanada, lesi traumatik dengan
risiko terbesar yang memerlukan tindakan bedah saraf diklasifikasikan kedalam
kategori lesi berisiko tinggi [2].
Pendekatan kedua akan membantu dokter untuk lebih selektif dalam
merujuk pasien cedera kepala ringan, karena tidak hanya untuk memdapatkan
hasil pemeriksaan CT scan kepala tetapi juga terkait dengan penanganan
perawatan yang lebih lanjut. Dalam penelitian ini, faktor klinis perlunya tindakan
pembedahan mudah dikenali oleh dokter. Menerapkan pendekatan ini akan
mengurangi jumlah pasien dengan GCS 15 untuk dirujuk ke pusat penanganan
bedah saraf. Rumah sakit peneliti adalah rumah sakit rujukan utama untuk
wilayah Indonesia timur yang meliputi hampir sekitar empat juta orang yang
hidup di Bali dan jutaan lain yang hidup di luar Bali. Pendekatan kedua ini
diharapkan dapat mengurangi jumlah rujukan pasien cedera kepala ringan ke
rumah sakit rujukan pusat, yang berarti akan mengurangi jumlah pasien yang
harus menunnggu antrian di IRD.
DAFTAR PUSTAKA
1. Stiell IG, Wells GA, Vandemheen K, Laupacis A, Brison R, Eisenhauer MA,
Greenberg GH, et al. Variation in ED use of computed tomography for
patients with minor head injury. Ann Emerg Med. 1997;30(1):14-22.
2. Stiell IG, Wells GA, Vandemheen K, Clement C, Lesiuk H, Laupacis A,
McKnight RD, et al. The Canadian CT Head Rule for patients with minor
head injury. Lancet. 2001;357(9266):1391-1396.
3. Haydel MJ, Preston CA, Mills TJ, Luber S, Blaudeau E, DeBlieux PM.
Indications for computed tomography in patients with minor head injury. N
Engl J Med. 2000;343(2):100-105.
4. Saboori M, Ahmadi J, Farajzadegan Z. Indications for brain CT scan in patients
with minor head injury. Clin Neurol Neurosurg. 2007;109(5):399-405.
5. Teasdale GM, Murray G, Anderson E, Mendelow AD, MacMillan R, Jennett B,
Brookes M. Risks of acute traumatic intracranial haematoma in children and
adults: implications for managing head injuries. BMJ. 1990;300(6721):363367.
6. Stein SC, Spettell C. The Head Injury Severity Scale (HISS): a practical
classification of closed-head injury. Brain Inj. 1995;9(5):437-444.
7. Duus BR, Boesen T, Kruse KV, Nielsen KB. Prognostic signs in the evaluation
of patients with minor head injury. Br J Surg. 1993;80(8):988-991.
8. Saadat S, Ghodsi SM, Naieni KH, Firouznia K, Hosseini M, Kadkhodaie HR,
Saidi H. Prediction of intracranial computed tomography findings in patients
with minor head injury by using logistic regression. J Neurosurg.
2009;111(4):688-694.
9. Miller EC, Derlet RW, Kinser D. Minor head trauma: Is computed tomography
always necessary? Ann Emerg Med. 1996;27(3):290-294.
10. Gomez PA, Lobato RD, Ortega JM, De La Cruz J. Mild head injury:
differences in prognosis among patients with a Glasgow Coma Scale score of
13 to 15 and analysis of factors associated with abnormal CT findings. Br J
Neurosurg. 1996;10(5):453-460.
11. Hsiang JN, Yeung T, Yu AL, Poon WS. High-risk mild head injury. J
Neurosurg. 1997;87(2):234-238.
12. Turedi S, Hasanbasoglu A, Gunduz A, Yandi M. Clinical decision instruments
for CT scan in minor head trauma. J Emerg Med. 2008;34(3):253-259.
13. Miller EC, Holmes JF, Derlet RW. Utilizing clinical factors to reduce head CT
scan ordering for minor headtrauma patients. J Emerg Med. 1997;15(4):453457.
14. Jacobs B, Beems T, Stulemeijer M, van Vugt AB, van der Vliet TM, Borm GF,
Vos PE. Outcome prediction in mild traumatic brain injury: age and clinical
variables are stronger predictors than CT abnormalities. J Neurotrauma.
2010;27(4):655-668.
15. af Geijerstam JL, Britton M. Mild head injury: reliability of early computed
tomographic findings in triage for admission. Emerg Med J. 2005;22(2):103107.
16. Chan KH, Mann KS, Yue CP, Fan YW, Cheung M. The significance of skull
fracture in acute traumatic intracranial hematomas in adolescents: a
prospective study. J Neurosurg. 1990;72(2):189-194.
17. Dacey RG, Jr., Alves WM, Rimel RW, Winn HR, Jane JA. Neurosurgical
complications after apparently minor head injury. Assessment of risk in a
series of 610 patients. J Neurosurg. 1986;65(2):203-210.
18. Kisat M, Zafar SN, Latif A, Villegas CV, Efron DT, Stevens KA, Haut ER, et
al. Predictors of positive head CT scan and neurosurgical procedures after
minor head injury. J Surg Research 2011;1:1-7.
19. Sharif-Alhoseini M, Khodadadi H, Chardoli M, Rahimi- Movaghar V.
Indications for brain computed tomography scan after minor head injury. J
Emerg Trauma Shock. 2011;4(4):472-476.
20. Ibanez J, Arikan F, Pedraza S, Sanchez E, Poca MA, Rodriguez D, Rubio E.
Reliability of clinical guidelines in the detection of patients at risk following
mild
head
injury:
results
of
prospective
study. J
Neurosurg.
2004;100(5):825-834.
21. Lee YB, Kwon SJ. A more detailed classification of mild head injury in adults
and treatment guidelines. J Korean Neurosurg Soc. 2009;46(5):451-458.
22. Borczuk P. Predictors of intracranial injury in patients with mild head trauma.
Ann Emerg Med. 1995;25(6):731-736.
23. Culotta VP, Sementilli ME, Gerold K, Watts CC. Clinicopathological
heterogeneity in the classification of mild head injury. Neurosurgery.
1996;38(2):245-250.
24. Lobato RD, Rivas JJ, Gomez PA, Castaneda M, Canizal JM, Sarabia R,
Cabrera A, et al. Head-injured patients who talk and deteriorate into coma.
Analysis of 211 cases studied with computerized tomography. J Neurosurg.
1991;75(2):256-261.
25. Abdul Latip LS, Ahmad Alias NA, Ariff AR, Shuaib IL, Abdullah J, Naing
NN. CT scan in minor head injury: a guide for rural doctors. J Clin Neurosci.
2004;11(8):835- 839.
26. Fabbri A, Servadei F, Marchesini G, Dente M, Iervese T, Spada M, Vandelli A.
Which type of observation for patients with high-risk mild head injury and
negative computed tomography? Eur J Emerg Med. 2004;11(2):65-69.
27. Smits M, Dippel DW, de Haan GG, Dekker HM, Vos PE, Kool DR,
Nederkoorn PJ, et al. Minor head injury: guidelines for the use of CT--a
multicenter validation study. Radiology. 2007;245(3):831-838.
28. Mendelow AD, Teasdale G, Jennett B, Bryden J, Hessett C, Murray G. Risks
of intracranial haematoma in head injured adults. Br Med J (Clin Res Ed).
1983;287(6400):1173-1176.
29. Shackford SR, Wald SL, Ross SE, Cogbill TH, Hoyt DB, Morris JA, Mucha
PA, et al. The clinical utility of computed tomographic scanning and
neurologic examination in the management of patients with minor head
injuries. J Trauma. 1992;33(3):385-394.
30. Servadei F, Teasdale G, Merry G. Defining acute mild head injury in adults: a
proposal based on prognostic factors, diagnosis, and management. J
Neurotrauma. 2001;18(7):657-664.
31. Stuart G, Yelland JD, Balderson G. 3000 head injuries: a prospective study of
patients admitted to Brisbane neurosurgical units. J Clin Neurosci.
1998;5(4):402-405.