Anda di halaman 1dari 8

UAS Dinamika Fluida

Nama : Kurniawan
NIM

: 13/349178/TK/41057

Soal:
1. Terangkan perkembangan cabang ilmu CFD dari awal perkembangannya sampai saat ini
dan peluangnya di masa mendatang! Persyaratan apa saja yang mendukung kesuksesan
CFD di masa mendatang?
2. Sebutkan software CFD yang berkembang dari dulu hingga saat ini! Manakah di antara
software-software tersebut yang paling bagus dan alasannya?
3. Udara pada suhu 300C yang mengalir melalui pipa lurus dengan diameter 2 cm dan
panjang 250 cm. Kecepatan alir udara masuk pipa 250 cm/s dan suhu dinding pipa dijaga
tetap 800C. Bagaimana distribusi kecepatan dan udara keluar pipa? Bila kecepatan udara
masuk bervariasi 100; 150; 200; 250; 300; 350; 400; 450; 500 cm/s, bagaimana hasil
interpretasi data hasil perhitungan tersebut?
4. Simulasikan distribusi suhu di ruang S101 pada saat semua AC dinyalakan. Untuk
memudahkan perhitungan anggap saja ruangan kosong tidak ada kursi, meja dan orang.
Dalam simulasi CFD perlu memperhatikan lubang pengeluaran udar agar neraca massa
dan panas terpenuhi. Suhu udara dan jumlah udara keluar AC diperkirakan sendiri.
Jawaban:
1. Ilmu CFD (Computational Fluid Dynamic) merupakan cabang ilmu dinamika fluida yang
mmepelajari pergerakan partikel fluida dengan bantuan program komputer. CFD
berkembang berawal dari ilmu dinamika fluida itu sendiri. Dinamika fluida merupakan
ilmu yang mempelajari pergerakan fluida.
Ilmu dinamika fluida dipelopori oleh Archimedes (287 212 SM), ilmuwan asal Yunani,
yang berkontrbusi besar dalam gaya hidrostatis dan piknometri. Salah satu penemuan
besarnya adalah water screw, yaitu alat bisa menaikkan dan memindahkan air dan
material granul.
Berikut secara ringkas penemuan-penemuan yang membuat ilmu dinamika fluida
semakin berkembang sehingga memunculkan cabang ilmu CFD:
- Tahun 1450-an, Leonardo da Vinci: Lukisan fenomena-fenomena aliran fluida, desain
pembangunan kanal Loire-Saone.

Isaac Newton: Hukum 2 Newton, konsep viskositas fluida newtonian, prinsip


reciprocity, hubungan kecepatan dan panjang gelombang.
Tahun 1800 1900:
o Daniel Bernoulli: Pencetus persamaan Bernoulli
o Leonhard Euler: persamaan Euler tentang konservasi momentum fluida
inviscid, konsep konservasi massa, dan konsep potensial kecepatan.
o Henry Navier dan Gabriel Stokes: develop persamaan konservasi momentum
hasil generalisasi dari persamaan Euler yang dikenal dengan persamaan

Navier-Stokes. Persamaan inilah yang menjadi basis dalam ilmu CFD.


o Osborne Reynolds: bilangan Reynolds (konsep aliran laminer dan turbulen).
Tahun 1922, Lewis Fry Richardson: sistem prediksi cuaca numeris pertama kali.
Tahun 1953, Kawaguti: Solusi aliran fluida dalam silinder menggunakan mechanical

desk kalkulator selama 20 jam tiap minggu dalam 18 bulan.


Tahun 1960, divisi teoretikal dalam Los Alamos mengembangkan berbagai metode
numerik, seperti: Particle In Cell, Marker and Cell, Vorcity-Stream function method,

Arbitrary Lagrangian-Eulerian, k-epsilon turbulence model.


Tahun 1970, D. Brian Spalding mengembangkan Parabolic flow codes, VorcityStreamfunction based codes, The SIMPLE algorithm and the TEACH code, k-epsilon
yang saat ini digunakan, Upwind differencing, Eddy break-up and Presumed pdf

combustion model.
Tahun 1980, Suhas V. Patankar mempublikasikan Numerical Heat Transfer and Fluid
Flow yang merupakan buku yang paling berpengaruh dalam ilmu CFD. Setelah itu,
dikembangkan berbagai software CFD sehingga orang-orang tidak perlu menghitung
manual lagi serta hanya tinggal memilih metode perhitungan di komputer, software

tersebut antara lain:


o Fluent (UK dan US)
o CFX (UK dan Kanada)
o Fidap (US)
o Polyflow (Belgia)
o Phoenix (UK)
o Star CD (UK)
o SCRYU (Jepang)
Peluang penerapan CFD di masa mendatang sangat prospektif, karena dengan
menggunakan ilmu CFD, suatu desain alat yang berkaitan dengan dinamika fluida,
seperti pemipaan, desain pesawat, desain mobil, dll dapat dirancang dan disimulasikan
dengan lebih mudah, cepat dan menghemat biaya. Selain itu, CFD juga bisa digunakan
untuk mengevaluasi kinerja sebuah alat melalui simulasi.

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendukung kesuksesan CFD di masa mendatang,
antara lain:
- Penemuan-penemuan physical properties berbagai material seperti konduktivitas,
viskositas, difusivitas, dll, harus terus dilakukan karena semakin banyak physical
properties akan menambah database software CFD.
- Pengembangan komputer agar kinerja dari software CFD lebih cepat.
2. Software-sofware CFD:
a. Fluent
b. CFX
c. Fidap
d. Polyflow
e. Phoenix
f. Star CD
g. Flow 3D
h. ESI/CFDRC
i. SCRYU
Untuk menilai sofware mana yang paling bagus bersifat relatif sesuai kebutuhan. Adapun
parameter-parameter yang bisa dipakai untuk untuk memilih software mana yang paling
baik digunakan, antara lain: kompatibilitas terhadap sistem operasi PC, processor PC,
kebutuhan pengguna karena setiap software memiliki keunggulan dan kekurangan
masing-masing.
Software CFD yang paling sering digunakan adalah Fluent dan CFX karena lebih mudah,
lebih user friendly, dan range penggunaannya luas. Adapun kesamaan dan perbadaan
yang dimiliki oleh Fluent dan CFX. Persamaannya adalah keduanya berbasis pada control
volume (density based) untuk akurasi tinggi dan penyeleaian berbasis tekanan untuk
penggunaan secara umum. Perbedaan mendasar dari keduanya adalah CFX menggunakan
strategi penyelesaian finite element dan berfokus pada pendekatan penyelesaian
persamaan gerak, sedangkan Fluent menggunakan elemen volume dan menggunakan
beberapa pendekatan seperti: density-, segregated-, dan couple-pressure-based methods).
Sehingga untuk aplikasi-aplikasi tertentu seperti aliran supersonik, Fluent lebih unggul
dan juga perhitungan Fluent lebih cepat mencapai konvergen.
3. Simulasi distribusi kecepatan udara dan suhu udara keluar dilakukan dengan software
ANSYS Fluent versi 16.0.
Setup yang digunakan pada simulasi sebagai berikut:
General
: Pressure based
formulation), Steady

(type),

Absolute

(velocity

Models
Materials
Pendekatan Penyelesaian
Boundary Conditions

: Energy on, standard k-epsilon turbulence


: fluid: Air, solid: Copper
: SIMPLE
: inlet (velocity inlet), outlet (pressure outlet), wall

(T = 353 K)
Pada kecepatan inlet 250 cm/s, distribusi kecepatan udara keluar dan suhu udara sebagai
berikut:

Gambar 3.1. Distribusi Kecepatan Udara Keluar pada Vinlet = 250 cm/s

inlet

Gambar 3.2. Distribusi Suhu Udara Keluar dan Suhu Udara Dalam Pipa pada Vinlet
= 250 cm/s
Kecepatan udara keluar semakin lambat di dekat dinding pipa dan semakin cepat di
sumbu pusat pipa sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1. Profil kecepatan udara keluar
tidak berbentuk bulat berlapis-lapis tapi bentuknya tidak beraturan tapi berlapis-lapis. Hal
ini disebabkan karena bentuk meshing cells yang bervariasi.
Suhu keluar pipa seragam 353 K, sama dengan suhu dinding pipa. Sementara itu,
distribusi suhu di dalam pipa semakin jauh dari inlet dan semakin dekat dengan dinding
pipa, semakin tinggi suhunya sebagaimana terlihat pada Gambar 3.2.
Berdasarkan besarnya kecepatan udara masuk, profil udara keluar akan mengikuti tren
semakin besar kecepatan udara masuk, maka semakin tipis lapisan kecepatan di dekat
dinding. Sedangkan distribusi suhu di dalam pipa semakin besar kecepatan inlet, maka
semakin panjang tailing profil suhu dari inlet.

inlet

tailing

4. Simulasi Distribusi suhu dalam ruang S101


Dalam simulasi ini, ruang S101 didesain memiliki dimensi 10x6x3 m 3 dengan dua AC
sebagai inlet udara dingin, satu pintu dan dua ventilasi di atas pintu sebagai outlet.
Ruangan dianggap kosong dan semua jendela/ventilasi diasumsikan tertutup kecuali yang
disebutkan di atas.

Gambar 4.1. Geometri Ruang S101


Keterangan:
- Inlet1 dan inlet2 adalah AC
- Outlet adalah pintu dan ventilasi di atas pintu
Setup simulasi sebagai berikut:
General
: Pressure based (type),

formulation), Steady
Models
Materials
Pendekatan Penyelesaian
Boundary Conditions

(velocity

: Energy on, standard k-epsilon turbulence


: fluid: Air, solid: Calcium Carbonate
: SIMPLE dilanjutkan dengan COUPLED
: inlet1 dan inlet2 (velocity inlet, T = 275 K dan v =

1 m/s), outlet (pressure outlet, T = 303 K), wall (T = 298 K)


Hasil Simulasi sebagai berikut:

Absolute

Gambar 4.2. Distribusi Suhu dalam Ruang S101

Gambar 4.3. Distribusi Suhu dalam Ruang S101 Plane pada Ketinggian 1 meter
dari Lantai
Dengan kondisi sebagaimana disebutkan di atas, hasil simulasi menunjukkan bahawa
kisaran suhu di dalam ruangan adalah 286 s.d. 290 K (13 0C s.d. 170C). Sebagai mana
ditunjukkan oleh Gambar 4.2. dan Gambar 4.3.

Anda mungkin juga menyukai