Anda di halaman 1dari 18

STRUKTUR DAN FUNGSI SEL TUMBUHAN

SEL
Setiap organisme tersusun atas sel yaitu suatu ruangan kecil yang dikelilingi oleh
membran dan berisi cairan/larutan kimia yang pekat.
Sel merupakan unit dasar kehidupan. Sel dapat tumbuh dan menggandakan diri
menghasilkan sel baru.
4 molekul organik utama dalam sel
Gula, senyawa sumber makanan sel
asam lemak, komponen dari membran sel
Asam amino, merupakan subunit dari protein
Nukleotida, merupakan subunit dari DNA dan RNA
SEL TUMBUHAN
Sel tumbuhan memiliki struktur yang khas :
Vakuola
Plastida(mis., kloroplas, amiloplas dll.)
Dinding sel

Komponen Sel Tumbuhan


Protoplas
Protoplasma
Sitoplasma
Inti
Organel
Non protoplasma
Vakuola
Zat ergastik

Dinding Sel
Dinding primer
Dinding sekunder
Lamela tengah

Komponen Protoplasma
A. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan suatu cairan sel dan segala sesuatu yang larut di dalamnya,
kecuali nukleus (inti sel) dan organela. Sitoplasma yang berada di dalam inti sel disebut
nukleoplasma. Sitoplasma bersifat koloid kompleks, yaitu tidak padat dan tidak cair. Sifat
koloid sitoplasma ini dapat berubahubah tergantung kandungan air. Jika konsentrasi air
tinggi maka koloid akan bersifat encer yang disebut dengan sol, sedangkan jika
konsentrasi air rendah maka koloid bersifat padat lembek yang disebut dengan gel.
Sitoplasma tersusun atas air yang di dalamnya terlarut molekul-molekul kecil
(mikromolekul) dan molekul-molekul besar (makromolekul), ion-ion dan bahan hidup
(organela) ukuran partikel terlarut yaitu 0,001 1 mikron, dan bersifat transparan. Bagian
yang merupakan lingkungan dalam sel adalah matrik sitoplasma. Tiap-tiap organela
mempunyai struktur dan fungsi khusus. Organela yang menyusun sitoplasma adalah
sebagai berikut.

Sitoplasma
_ bagian dari protoplas
_ larutan yang kental, komponen utama : air (85 90%)
_ aliran sitoplasma : rotasi dan sirkulasi
_ sitosol bagian sitoplasma kecuali organel
_ sitoskeleton, tersusun atas filamenprotein
_ mikrofilamen
_ mikrotubul
_ Filamen intermediet

B. Inti / Nukleus
Nukleus merupakan organ terbesar sel, dengan ukuran diameter antara 10-20 nm.
Nukleus memiliki bentuk bulat atau lonjong. Hampir semua sel memiliki nukleus, karena
nukleus ini berperan penting dalam aktivitas sel, terutama dalam melakukan
sintesis protein. Namun ada beberapa sel yang tidak memiliki nukleus antara lain sel
eritrosit dan sel trombosit. Pada kedua sel ini aktivitas metabolisme terbatas dan tidak
dapat melakukan pembelahan. Biasanya sebuah sel hanya memiliki satu nukleus saja,
yang terletak di tengah. Namun ada sel-sel yang memiliki inti lebih dari satu yaitu pada
sel parenkim hati dan sel otot jantung, yang memiliki dua buah nukleus. Adapun pada sel
otot rangka terdapat banyak nukleus. Komposisi nukleus terdiri atas membran nukleus,
matriks, dan anak inti.
2

Di dalam inti/nucleus yang berada dalam stadium interfase_kromosom, matriks inti, satu atau lebih
nucleolus dan nukleoplasma

C. Plastida
Plastida juga merupakan organela spesifik yang terdapat pada sel tumbuhan. Di
dalam plastida terdapat zat pigmen. Mekanisme kerja plastida sangat dipengaruhi oleh
rangsang cahaya. Pada lingkungan yang banyak terdapat penyinaran matahari, maka
plastida menghasilkan pigmen warna yang disebut kloroplas, antara lain pigmen hijau
(klorofil), kuning (xantin), dan kuning kemerah-merahan (xantofil). Plastida yang tidak
terkena cahaya matahari tidak akan menghasilkan pigmen warna yang disebut leukoplas
atau amiloplas yaitu untuk tempat amilum
Organel khas untuk tumbuhan
_ Kloroplas
Fungsi : Fotosintesis
Struktur : dibungkus oleh suatu seludang yang terdiri atas 2 membran, Mengandung
klorofil, memiliki ribosom dan DNA sendiri
_ Kromoplas
Menyimpan pigmen (karotenoid) yang tidak larut air
Warna : orange, kuning keemasan dan merah scarlet.
_ Leukoplas
plastida yang tidak berpigmen
_ Amiloplas
plastida yang berfungsi untuk menyimpan pati proteinoplas,
_ elaeioplas

D. Mitokondria
Mitokondria merupakan organela penghasil energi dalam suatu sel. Mitokondria
memiliki bentuk bulat tongkat dan berukuran panjang antara 0,2-5 mikrometer dengan
3

diameter 0,5 mikrometer. Dengan bantuan mikroskop cahaya, keberadaan mitokondria


dapat terlihat, tetapi untuk dapat melihat struktur dasarnya harus menggunakan
mikroskop elektron. Mitokondria disusun oleh bahan-bahan antara lain fosfolipid dan
protein. Mitokondria mempunyai dua lapisan membran, yaitu membran luar dan
membran dalam. Permukaan pada membran luar halus, sedangkan pada membran dalam
banyak terdapat lekukan-lekukan ke dalam yang disebut krista. Adanya lekukan-lekukan
ini akan dapat memperluas bidang permukaannya. Krista berperan dalam penyerapan
oksigen untuk respirasi.

mitokondria
Fungsi : respirasi sel
1 - 5 micrometer
Bentuk : oval memanjang.
Bentuk : bulat, memanjang, atau berlekuk
diameter : 0.5 1.0 m, panjang 3 m
membran ganda
membran dalam cristae membentuk matriks yang terutama
terdiri atas protein
membran luar
memiliki DNA mitokondrion
menyediakan ATP untuk metabolisme

E. Retikulum endoplasma
Retikulum endoplasma merupakan sistem yang sangat luas, membran di dalam sel
berupa saluran-saluran dan tabung pipih. Membran ini lebih tipis dari membran plasma.
Komposisi kimia tersusun atas lipoprotein. Retikulum endoplasma ada dua macam, yaitu
retikulum endoplasma kasar dan retikulum endoplasma halus.
1) Retikulum Endoplasma Kasar (REK)
Retikulum endoplasma kasar ditempeli dengan ribosom yang tersebar merata pada
permukaannya. Ribosom merupakan tempat sintesis protein. Protein yang sudah
terbentuk kemudian akan diangkut ke bagian dalam retikulum endoplasma, dan kemudian
disimpan di dalam membran yang berkantong yang disebut vesikula.
2) Retikulum Endoplasma Halus (REH)
Retikulum endoplasma halus tidak ditempeli oleh ribosom. Permukaan REH ini
menghasilkan enzim yang dapat mensintesis fosfolipid, glikolipid, dan steroid. Jadi,
secara umum fungsi retikulum endoplasma antara lain:
1) penghubung selaput luar inti dengan sitoplasma, sehingga menjadi penghubung materi
genetik antara inti sel dengan sitoplasma;
2) transpor protein yang disintesis dalam ribosom; dan
3) biosintesis fosfolipid, glikolipid, dan sterol.
4

Reticulum Endoplasma
_ Sistemyang terdiri atas dua lapis membrane yang melingkupi ruang sempit di antara keduanya.
_ Bentuk : sisterna, tubul atau lembaran
_ Berhubungan dengan membran inti
_ Merupakan komponen dalam plasmodesmata (saluran penghubung antar sel) desmotubul
Terdiri atas :
_ Retikulum endoplasma kasar (RER rough endoplasmic reticulum)
pada permukaannya terdapat ribosom sintesis protein
_ Retikulum endoplasma halus (SER smooth endoplasmic reticulum)
tanpa ribosom
produksi senyawa lipofilik
_ Fungsi : transpor intraseluler materi-materi yang akan disekresikan
_ terlibat dalam pembentukan vakuola
_ membentukmembran pada badan Golgi (diktiosom)

F. Badan golgi
Badan golgi biasa dijumpai pada sel tumbuhan maupun hewan. Pada sel hewan
terdapat 10-20 badan golgi. Lain halnya dengan tumbuhan yang memiliki ratusan badan
golgi pada setiap sel. Badan golgi terdiri atas sekelompok kantong pipih yang dibatasi
membran yang dinamakan saccula. Di dekat saccula terdapat vesikel sekretori yang
berupa gelembung bulat. Badan golgi pada tumbuhan disebut dengan diktiosom. Pada
diktiosom terjadi pembuatan polisakarida dalam bentuk selulosa yang digunakan sebagai
bahan penyusun dinding sel. Secara umum fungsi dari badan golgi antara lain:
1) secara aktif terlibat dalam proses sekresi, terutama pada sel-sel kelenjar;
2) membentuk dinding sel pada tumbuhan;
3) menghasilkan lisosom;
4) membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk memecah dinding sel
telur.

Komponen Non Protoplasma


A. Vakuola
Vakuola ialah organela sitoplasmik yang berisi cairan dan dibatasi selaput tipis
yang disebut tonoplas. Vakuola berbentuk cairan yang di dalamnya terlarut berbagai zat
seperti enzim, lipid, alkaloid, garam mineral, asam, dan basa. Pada sel tumbuhan, vakuola
selalu ada. Semakin tua suatu tumbuhan, maka vakuola yang terbentuk semakin besar.
Vakuola berperan untuk menyimpan zat makanan berupa sukrosa dan garam mineral,
selain juga berfungsi sebagai tempat penimbunan sisa metabolisme, seperti getah pada
batang tumbuhan karet.

Vakuola
Kantung yang dikelilingi membran berisi cairan/air yang berfungsi untuk :
Tempat penyimpanan cadangan makanan, air, minyak, pigmen, senyawa toksis dan hasil samping
metabolisme
Membantu mempertahankan tekanan turgor dalam sel.
Pada sel yang masih muda/meristematis, vakuola kecil dan banyak. Pada sel dewasa vakuola besar
_Tempat penyimpanan senyawa dan makromolekul sementara, beberapa komponen bersifat toksik.
_Tumbuhan tidak punya system ekskretoris seperti pada hewan vakuola untuk menyimpan byproduct.
Membran yang mengelilingi vakuola : tonoplas _mengandung system transport aktif
Air masuk dengan cara osmosis
Vakuola merupakan tempat penghancuran senyawa tertentu oleh enzim hidrolase
Vakuola dan vesikula _ organel untuk penyimpanan materi di dalam sel
Ukuran vakuola > vesikula

B. Senyawa Ergastik
Senyawa hasil metabolisme yang disimpan didalam sel
_ Pati : tersimpan di amiloplas
_ Inulin : tersimpan di vakuola
_ Protein : aleuron_terakumulasi dalam vakuola
_ Lipida: plastida (elaioplas), vakuola, spherosome
_ Kristal : vakuola : drus, raphida, pasir, sistolit
_ Silika: dinding sel
_ Pigmen: plastid, vakuola
_ Tanin: vakuola, sitoplasma, dinding sel
Dinding Sel

Komponennya meliputi:

mikrofibril selulosa

matriks non selulosa, mengandung senyawa pektin, hemiselulosa, lignin


dan protein

Dinding sel memiliki fumgsi sbagai berikut:

memberi bentuk pada sel,

memperkuat sel

pelindung

Dinding sel tumbuh apabila masih memiliki kontak dengan protoplas

Sintesis mikrofibril selulosa dilakukan oleh enzim berbentukb roset yang terdapat
pada plasmalema
Dinding Sel terbagi menjadi 3 bagian :
a. Dinding Sel Primer,
dinding sel yang terbentuk pertama kali pada sel yang baru
terbentuk pada sel yang sedang aktif tumbuh
a.
Lamela tengah
merekatkan satu sel dengan sel lainnya
berada si antara dinding sel primer yang saling berdekatan
terdiri atas senyawa pektin
b.
Dinding Sel Sekunder
terbentuk pada bagian sebelah dalam dari dinding primer
terbentuk pada sel atau bagian sel, yang telah berhenti tumbuh
Dinding sekunder berkembang di permukaan dalam dari dinding primer,
tersusun atas mikrofibril selulosa, hemiselulosa, lignin, suberin, kutin, tanin dan
garam-garam anorganik

TANAMAN PADI

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisio:
Kelas:
Ordo:
Familia:
Genus:

Plantae
Angiospermae
Monocotyledoneae
Poales
Poaceae
Oryza

Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan


(taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophytae dengan subdivisio
Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae, termasuk ordo Poales
dengan famili Graminae serta genus Oryza Linn dan dengan nama spesies Oryza sativa L.
Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam akar
yaitu:
1.
akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan
bersifat sementara,
2.
Akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda
bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal. Akar ini disebut
adventif/buku, karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio atau karena
munculnya bukan dari akar yang telah tumbuh sebelumnya (Suharno, 2005).

Batang terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku, dan tunas (anakan) tumbuh
pada buku. Jumlah buku sama dengan jumlah daun ditambah dua yakni satu buku untuk
tumbuhnya koleoptil dan yang satu lagi buku terakhir yang menjadi dasar malai. Ruas
yang terpanjang adalah ruas yang teratas dan panjangnya berangsur menurun sampai ke
ruas yang terbawah dekat permukaan tanah (Tobing, dkk, 1995).
Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan primer
tumbuh dari buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan sekunder ini
pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Suharno, 2005).
Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang seling
terdapat satu daun pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas :
1. Helaian daun yang menempel pada buku melalui pelepah daun,
2. Pelepah daun yang membungkus ruas di atasnya dan kadang-kadang pelepah daun dan
helaian daun ruas berikutnya,
3. Telinga daun (auricle) pada dua sisi pangkal helaian daun,
4. Lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat di atas telinga daun,
5. Daun bendera adalah daun teratas di bawah malai (Suharno, 2005).
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 810 buku yang
menghasilkan cabangcabang primer selanjutnya menghasilkan cabangcabang sekunder.
Dari buku pangkal malai pada umumnya akan muncul hanya satu cabang primer, tetapi
dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan 23 cabang primer (Tobing,
dkk, 1995).
Lemma yaitu bagian bunga floret yang berurat lima dan keras yang sebagian
menutupi palea. Ia memiliki suatu ekor. Palea yaitu bagian floret yang berurat tiga yang
keras dan sangat pas dengan lemma. Bunga terdiri dari 6 benang sari dan sebuah putik.
Enam benang sari tersusun dari dua kelompok kepala sari yang tumbuh pada tangkai
benang sari (Suharno, 2005).
Butir biji adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea, lemma steril, dan
ekor gabah (kalau ada) yang menempel sangat kuat. Butir biji padi tanpa sekam
(kariopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah kariopsis, yaitu biji tunggal yang
bersatu dengan kulit bakal buah yang matang (kulit ari), yang membentuk sebuah butir
seperti biji. Komponen utama butir biji adalah sekam, kulit beras, endosperm, dan embrio
(Suharno, 2005).
Ada tiga stadium proses pertumbuhan tanaman padi dari awal penyemaian hingga
pemanenan :
1. Stadia vegetatif ; dari perkecambahan sampai terbentuknya bulir. Pada varietas
padi yang berumur pendek (120 hari) stadia ini lamanya sekitar 55 hari, sedangkan pada
varietas padi berumur panjang (150 hari) lamanya sekitar 85 hari.
2. Stadia reproduktif ; dari terbentuknya bulir sampai pembungaan. Pada varietas
berumur pendek lamanya sekitar 35 hari, dan pada varietas berumur panjang sekitar 35
hari juga.
9

3. Stadia pembentukan gabah atau biji ; dari pembungaan sampai pemasakan biji.
Lamanya stadia sekitar 30 hari, baik untuk varietas padi berumur pendek maupun
berumur panjang.
Apabila ketiga stadia dirinci lagi, maka akan diperoleh sembilan stadia. Masingmasing stadia mempunyai ciri dan nama tersendiri. Stadia tersebut adalah
1.
Stadia 0 ; dari perkecambahan sampai timbulnya daun pertama, biasanya
memakan waktu sekitar 3 hari.
2.
Stadia 1 ; stadia bibit, stadia ini lepas dari terbentuknya duan pertama sampai
terbentuk anakan pertama, lamanya sekitar 3 minggu, atau sampai pada umur 24 hari.
3.
Stadia 2 ; stadia anakan, ketika jumlah anakan semakin bertambah sampai batas
maksimum, lamanya sampai 2 minggu, atau saat padi berumur 40 hari.
4.
Stadia 3 ; stadia perpanjangan batang, lamanya sekitar 10 hari, yaitu sampai
terbentuknya bulir, saat padi berumur 52 hari.
5.
Stadia 4 ; stadia saat mulai terbentuknya bulir, lamanya sekitar 10 hari, atau
sampai padi berumur 62 hari
6.
Stadia 5 ; perkembangan bulir, lamanya sekitar 2 minggu, saat padi sampai
berumur 72 hari. Bulir tumbuh sempurna sampai terbentuknya biji.
7.
Stadia 6 ; pembungaan, lamanya 10 hari, saat mulai muncul bunga, polinasi, dan
fertilisasi.
8.
Stadia 7 ; stadia biji berisi cairan menyerupai susu, bulir kelihatan berwarna hijau,
lamanya sekitar 2 minggu, yaitu padi berumur 94 hari.
9.
Stadia 8 ; ketika biji yang lembek mulai mengeras dan berwarna kuning, sehingga
seluruh pertanaman kelihatan kekuning-kuningan. Lama stadia ini sekitar 2 minggu,
saat tanaman berumur 102 hari.
10.
Stadia 9 ; stadia pemasakan biji, biji berukuran sempurna, keras dan berwarna
kuning, bulir mulai merunduk, lama stadia ini sekitar 2 minggu, sampai padi berumur
116 hari (Sudarmo, 1991).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 230 C
(http://www.warintek.ristek.go.id., 2008).
Tanaman padi dapat tumbuh di daerah tropis/subtropis 450 LU 450 LS dengan
cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Ratarata curah hujan
yang baik adalah 200 mm/bulan atau 15002000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim
kemarau atau hujan. Pada musim kemarau, produksi meningkat asalkan air irigasi selalu
tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun, karena
penyerbukan kurang intensif (http://www.warintek.ristek.go.id., 2008).
Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang rendah
dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses
pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi akibat tidak
membukanya bakal biji. Temperatur yang juga rendah pada waktu bunting dapat
menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh, 1991).
10

Tanah
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang
kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan
diperlukan air dalam jumlah yang cukup (http://litbang.go.id, 2008).
Keasaman tanah yang dikehendaki tanaman padi adalah antara pH 4,07, 0. Pada
padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanah menjadi netral (7,0). Pada
prinsipnya, tanah berkapur dengan pH 8,18, 2 tidak merusak tanaman padi. Karena
mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung
oksigen
dan
pH
tanah
sawah
biasanya
mendekati
netral
(http://www.warintek.ristek.go.id., 2008).
Varietas
Varietas adalah kelompok tanaman dalam jenis atau spesies tertentu yang dapat
dibedakan dari kelompok lain berdasarkan suatu sifat atau sifat-sifat tertentu (Nurhayati,
2005).
Menggunakan varietas unggul merupakan syarat utama dalam me ningkatkan
produksi padi. Tersedianya varietas unggul yang variasi sangat guna
bagi petani untuk mengganti varietas antar musim dan juga mencegah petani menanam
satu varietas secara terus menerus dan juga dapat mengoptimalisasikan serangan hama
(Gani, 2000).
Setiap varietas adalah spesifik dapat menghasilkan produksi yang optimal jika
ditanam pada area geografis yang sesuai. Melihat sifat-sifat berbagai varietas unggul,
serta adanya pengaruh geografis suatu daerah terhadap perkembangan padi, maka disuatu
daerah yang memiliki ketinggian tertentu hanya bisa ditanam dan dikembangkan varietas
tertentu pula (Andrianto dan Indarto, 2004).
Jika perbedaan antara dua individu yang mempunya faktor lingkungan sama dapat
di ukur, maka perbedaan ini berasal dari faktor genotipe kedua tanaman tersebut.
Keragaman genetik menjadi perhatian utama para pemulia tanaman, karena dengan
melalui pengelolaan yang tepat dapat di hasilkan varietas baru yang lebih baik (Welsh,
2005).
Varietas-varietas padi yang dianjurkan mempunyai kriteria-kriteria tertentu,
misalnya umur panen, produksi per hektar, daya tahan terhadap hama dan penyakit.
Varietas-varietas ini diharapkan sesuai dengan keadaan tempat yang akan ditanami.
Dengan ditemukannya varietas-varietas baru (unggul) melalui seleksi galur atau
persilangan (crossing), di harapkan varietas dapat di pertanggungjawabkan baik dalam
hal produksi, umur produksi, maupun daya tahan terhadap hama dan penyakit (Andrianto
dan Indarto, 2004).
Keragaman genetik
Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu
mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari bahan
tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang sama di tanamn pada lingkungan
yang berbeda dan timbul variasi yang sama dari kedua tanaman tersebut maka hal ini
dapat di katakan oleh bawaan genetik dari tanaman bersangkutan (Sitompul dan Guritno,
1995).

11

Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter terkecuali


mereka berada pada lingkungan yang sesuai. Keragaman yang di amati terhadap sifatsifat yang terutama di sebabkan oleh perbedaan gen yang di bawa oleh individu yang
berlainan dan terhadap variabilitas di dalam sifat yang lain, pertama-tama di sebabkan
oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005).
Pemahaman variabilitas untuk karakter merupakan hal yang sangat penting di
lakukan untuk efisiensi prosedur pemuliaan. Variasi genetik merupakan hal yang
menentukan apakah suatu karakter dapat di perbaiki atau tidak. Oleh sebab itu studi
varian dan heritabilitas tidak dapat terpisahkan dari suatu pengujian galur-galur harapan
(Rahmadi dkk, 1990).
Pendugaan nilai varian genetik dan nilai duga heritabilitas suatu sifat akan
bervariasi tergantung kepada faktor lingkungan. Adanya varian genetik yang berarti
terdapatnya perbedaan nilai genotipe individu-individu suatu populasi, merupakan syarat
agar seleksi terhadap populasi tersebut berhasil seperti yang diharapkan (Murdaningsih
dkk, 1990).
Heritabilitas
Heritabilitas merupakan rasio antara keragaman aditif dan keragaman fenotipe.
Fungsi penting dari heritabilitas adalah bersifat prediktif pada generasi
berikutnya. Nilainya dapat memperlihatkan nilai fenotipe yang pada akhirnya dapat
digunakan sebagai breeding value (http://www.digilib.ui.ac.id, 2010)
Heritabilitas menyatakan perbandingan atau bagian varian genetik terhadap varian total di
nyatakan dengan persen (%). Sesuai dengan komponennya heritabilitas dapat di bedakan
dalam tiga kategori heritabilitas dalam arti luas, heritabilitas dalam arti sedang, dan
heritabilitas dalam arti sempit. Heritabilitas dalam arti luas merupakan perbandingan
antara varian genetik total dan varian fenotipe (Mangoendidjojo, 2003).
Heritabilitas dapat digunakan sebagai parameter dalam seleksi pada lingkungan tertentu,
karena heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu karakter lebih di pengaruhi faktor
genetik atau faktor lingkungan. Nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor
genetik relatif lebih berperan di bandingkan faktor lingkkungan. Sifat yang mempunyai
heritabilitas tinggi maka sifat tersebut akan mudah di wariskan pada keturunan
berikutnya (Alnopri, 2004).
Kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut yaitu heritabilitas tinggi > 0,5;
heritabilitas sedang = 0,2 0,5 dan heritabilitas rendah< 0,2. Jika heritabilitas kurang dari
satu, maka nilai tengah dari keturunan dalam hubungannya dengan nilai tengah indukinduknya, terjadi regresi ke arah nilai tengah generasi sebelumnya. Jika heritabilitas itu
adalah 0,5 maka nilai tengah keturunan beregresi 50% ke arah nilai tengah generasi
sebelumnya, jika heritabilitas itu adalah 0,25 maka nilai tengah keturunan beregresi 75%
ke arah nilai tengah generasi sebelumnya. Jadi jika heritabilitas = 100%, maka sama
dengan persentase regresi (Stansfield, 1991).
Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi genotipe
dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang penting dalam
program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini diharapkan terjadi kombinasi
genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik
disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk
sifat dominan, aditif, dan epistasis. Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0
12

sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor
lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik.
Dengan demikian nilai heritabilitas akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut
(Welsh, 1991).
Heritabilitas dinyatakan sebagai persentase dan merupakan bagian pengaruh
genetik dari penampakan fenotip yang dapat diwariskan dari tetua kepada turunannya.
Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa variabilitas genetik besar dan variabilitas
lingkungan kecil. Dengan makin besarnya komponen lingkungan, heritabilitas makin
kecil (Crowder, 1997)
SISTEM TRANSPORTASI PADA TUMBUHAN
I. Permeabilitas Membran Sel
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi dan
strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel yang tersusun atas selulosa, lignin, dan
polisakarida lain. Dinding sel memberikan kekakuan dan memberi bentuk sel tumbuhan.
Pada beberapa bagian, dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai
saluran antara satu sel dengan sel lainnya. Lubang ini disebut plasmodesmata,
berdiameter sekitar 60 nm, sehingga dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul
sekitar 1000 Dalton. Lapisan dalam sel tumbuhan adalah membran sel.

Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam
lemak yang bersifat hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling
berorientasi kedalam, sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke
lingkungan yang berair. Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang
berbeda-beda. Beberapa protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral
dalam lapis ganda fosfolipid. Membran seperti ini juga terdapat pada berbagai organel di
dalam sel, seperti vakuola, mitokondria, dan kloroplas.
Komposisi lipid dan protein penyusun membran bervariasi, bergantung pada jenis dan
fungsi membran itu sendiri. Namun demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama,
yaitu bersifat selektif permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil
hidrofobik secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan
molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk
dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (fasilitated
13

diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk mengangkut ion
dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu proses transpor aktif
harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya memerlukan energi berupa ATP, ataupun
juga
digunakan
cara
couple
lewat
proses
antiport
dan
symport.
Permeabilitas membran tergantung pada fluiditas inti hidrofobik membran dan aktivitas
protein pengangkutnya. Oleh karena itu, keadaan lingkungan yang dapat mengganggu
keduanya akan mempengaruhi permeabilitas membran terhadap suatu solut.
II. Transportasi Tumbuhan
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke
seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang)
penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian
tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan
dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem.
Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2, CO2, air dan
unsur hara. Kecuali gas O2 dan CO2 zat diserap dalam bentuk larutan ion. Mekanisme
proses penyerapan dapat berlangsung karena adanya proses imbibisi, difusi, osmosis dan
transpor aktif.
A. Imbibisi
Merupakan penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel,
sehingga dinding selnya akan mengembang. Misal masuknya air pada biji saat
berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam.
B. Difusi
Difusi merupakan perpindahan zat-zat atau molekul-molekul dari daerah
konsentrasi tinggi (hipertonik) ke konsentrasi rendah (hipotonik). Misal pengambilan O2
dan pengeluaran CO2 saat pernafasan, penyebaran setetes tinta dalam air.
CO2 O2 H2O
Difusi CO2 O2 dan H2O
Difusi dapat berlangsung dalam sel-sel hidup, termasuk pada sel tumbuhan. Telah
diketahui bahwa isi sel hidup adalah protoplasma yang merupakan satu larutan. Tubuh
tumbuhan dibangun oleh sel-sel tumbuhan yang setiap selnya memiliki dinding sel dari
selulosa. Dinding tersebut umumnya bersifat permeabel sehingga dapat dilewati air dan
zat-zat telarut di dalamnya.
Difusi yang tergantung pada suatu mekanisme transpor khusus dari membran seperti
enzim permease disebut difusi terbantu, misalnya difusi ADP ke dalam dan difusi ATP ke
luar dari mitokondria.
Gerakan partikel dari tempat dengan potensial kimia lebih tinggi ke tempat dengan
potensial kimia lebih rendah karena energi kinetiknya sendiri sampai terjadi
keseimbangan dinamis.
14

Faktor yang mempengaruhi difusi:


1. Suhu, makin tinggi difusi makin cepat
2. BM makin besar difusi makin lambat
3. Kelarutan dalam medium, makin besar difusi makin cepat4. Beda potensial kimia,
makin besar beda difusi makin cepat
C. Osmosis
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air berdifusi
melewati membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem osmosis, dikenal
larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi), larutan hipotonik
(larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik (dua larutan yang
mempunyai konsentrasi terlarut sama). Jika terdapat dua larutan yang tidak sama
konsentrasinya, maka molekul air melewati membran sampai kedua larutan seimbang.
Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air terikat
(tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan
bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak
molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut), sehingga lebih banyak
molekul air yang melewati membran. Oleh sebab itu, dalam osmosis aliran netto molekul
air adalah dari larutan hipotonik ke hipertonik.
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi jika
terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka
volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang
sama. Banyak hewan-hewan laut, seperti bintang laut (Echinodermata) dan kepiting
(Arthropoda) cairan selnya bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada
larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa
menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan).
Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul
air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa
bertahan dalam lingkungan yang hipo- atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan
keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi.
D. Transpor aktif
Transpor aktif adalah pengangkutan zat dengan bantuan energi. Sumber energi yang
digunakan berasal dari ATP dan ADP. Contoh, pengangkutan glukosa dalam tubuh.
Glukosa tidak dapat menembus membran sel sebelum diaktifkan oleh ATP atau ADP.
Dengan mengubah glukosa menjadi glukosa fosfat. Untuk membentuk glukosa
fosfatdiperlukan energi pengaktifan yang tersimpan dalam ATP.
ATP ADP + P + Energ
Glukosa + P + Energi Glukosafosfat

15

Pengangkutan lintas membran dengan menggunakan energi ATP, melibatkan pertukaran


ion Na+ dan K+ (pompa ion) serta protein kontraspor yang akan mengangkut ion Na+
bersama melekul lain seperti asam amino dan gula. Arahnya dari daerah berkonsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. Misal perpindahan air dari korteks ke stele.
III. Pengangkutan Zat Melalui Xylem
Pengangkutan zat pada tumbuhan dibedakan menjadi :
A. Pengangkutan Ekstravaskuler
Pengangkutan air dan garam mineral di luar berkas pembuluh pengangkut.
Pengangkutan ini berjalan dari sel ke sel dan biasanya dengan arah horisontal.
Pengangkutan air dengan arah horizontal, mulai dari epidermis bulu-bulu akar, kemudian
masuk ke lapisan korteks, lalu ke endodermis dan sampai ke berkas pembuluh angkut
dalam air.
Skema :
Bulu akar epidermis korteks endodermis xylem.
Pada saat air dan mineral melalui jaringan-jaringan tersebut, ada dua
kemungkinan jalan yang dilalui, pertama, air dan mineral akan melalui ruang antar sel
dalam setiap jaringan. Pengangkutan semacam ini disebut Apoplast. Kedua, air dan
mineral bergerak melalui jalur dalam sel yaitu sitoplasma. Air akan masuk ke dalam sel
dan berpindah dari satu sel ke sel yang lain disebut Simplast. Pengangkutan secara
Simplast dapat masuk ke stele melalui sel penerus pada endodermis, sedangkan
pengangkutan secara apoplast tidak dapat sampai ke stele karena terhalang oleh sel U
endodermis.
Penganngkutan ekstravaskluler dibedakan :
- transportasi/ lintasan apoplas : menyusupnya air tanah secara bebas atau transpor pasif
melalui semua bagian tak hidup dari tumbuhan (dinding sel dan ruang antar sel)
- transportasi/ lintasan simplas : bergeraknya air dan garam mineral melalui bagian hidup
dari sel tumbuhan (sitoplasma dan vakoula).
B. Pengangkutan Intravaskuler
Pengangkutan intravaskuler adalah proses pengangkutan zat yang terjadi di dalam
pembuluh angkut, yaitu dalam xilem dan floem. Proses pengangkutan dalam pembuluh
angkut terjadi secara vertikal.
Air dan mineral dalam tanah masuk melalui buluh akar epidermis korteks
endodermis perisikel dan akhirnya masuk ke xilem. Di dalam pembulu xilem air dam
mineral di bawah naik ke seluruh tubuh termasuk ke daun.
Air dan garam mineral akan diangkut ke daun melalui pembuluh kayu (xylem).
Komponen utama penyusun xylem adalah elemen pembuluh (trakea) dan trakeid.
Trakea dan trakeid merupakan sel-sel yang mati karena tidak mempunyai
sitoplasma dan hanya mempunyai dinding sel.

16

Sel trakea terdiri atas tabung yang berdinding tabal dan membentuk suatu pembuluh.
Sel trakeid merupakan sel dasar penyusun xylem, yang terdiri dari sel memanjang dan
berdinding keras karena mengandung lignin. Pada beberapa tempat dinding sel trakeid
terdapat bagian-bagian yang tidak menebal yang disebut noktah.
Selain trakea dan trakeid xylem juga mengandung sel parenkim (parenkim kayu) yang
merupakan sel hidup dan berfungsi untuk menyimpan bahan makanan. Xylem juga
mengandung serabut kayu yang berfungsi sebagai penguat (penyokong)
Yang menyebabkan air di dalam xilem dapat bergerak ke atas melawan gravitasi adalah :
- Daya kapilaritas :
Pembuluh xylem yang terdapat pada tumbuhan dianggap sebagai pipa kapiler. Air
akan naik melalui pembuluh kayu sebagai akibat dari gaya adhesi antara dinding
pembuluh kayu dengan molekul air.
- Daya tekan akar :
Epidermis akan menyerap air dari dalam tanah secara terus-menerus
mengakibatkan kadar air dan tekanan turgor akar meningkat. Peningkatan kadar air pada
ujung akar menyebabkan perbedaan konsentrasi antara sel pada ujung akar dan sel sel
yang berada di atasnya. Hal ini menyebabkan air akan berpindah dari sel - sel yang
berada diatasnya, dan akhirnya air terdorong ke jaringan xilem yang berada diatsnya.
Tekanan akar pada setiap tumbuhan berbeda-beda. Besarnya tekanan akar dipengaruhi
besar kecil dan tinggi rendahnya tumbuhan (0,7 - 2,0 atm). Bukti adanya tekanan akar
adalah pada batang yang dipotong, maka air tampak menggenang dipermukaan
tunggaknya.
- Daya isap daun :
Disebabkan adanya penguapan (transpirasi) air dari daun yang besarnya
berbanding lurus dengan luas bidang penguapan (intensitas penguapan). Dengan
demikian konsentrasi sel yang berada di daun cenderung lebih tinggi di bandingkan
dengan konsentrasi sel pada bagian tubuh yang lain. Perbedaan konsentrasi ini akan
mendorong perpindahan air dari sel-sel yang berada dibawahnya naik ke sel-sel daun.
Jadi adanya penguapan melalui daun menyebabkan aliran air dari bawah ke atas.
Kemampuan inilah yamg di sebut daya isap daun.
- Pengaruh sel-sel yang hidup :
Perjalanan air dari akar hingga ke daun di bantu oleh sel-sel hidup yang ada di
sekitar xilem, yaitu sel sel parenkim kayu dan sel-sel jari empulur.
Tumbuhan mengeluarkan cairan dari tubuhnya melalui 3 proses, yaitu :
1. Transpirasi
Adalah terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula ke
udara bebas (evaporasi). Transpirasi dipengaruhi oleh :
Faktor luar, meliputi :
- kelembaban udara :
semakin tinggi kelembaban udara maka transpirasi semakin lambat. Pada saat udara
lembab transpirasi akan terganggu, sehingga tumbuhan akan melakukan gutasi
- suhu udara : semakin tinggi suhu maka transpirasi semakin cepat.
- intensitas cahaya : semakin banyak intensitas cahaya maka transpirasi semakin giat.
- kecepatan angin : semakin kencang angin maka transpirasi semakin cepat.
17

- kandungan air tanah : semakin banyak air tanah penguapan semakin cepat.
- angin : semakin cepat angin bertiup, maka penguapan semakin cepat
Faktor dalam, meliputi :
- ukuran (luas) daun
- tebal tipisnya daun
- ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun
- jumlah stomata
- jumlah bulu akar (trikoma)
Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat pengangkutan air dan zat hara
terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui
daun disebut fotometer atau transpirometer.
2. Gutasi
Adalah pengeluaran air dalam bentuk tetes-tetes air melalui celah-celah tepi atau
ujung tulang tepi daun yang disebut hidatoda/ gutatoda/ emisarium. Terjadi pada suhu
rendah dan kelembaban tinggi sekitar pukul 04.00 sampai 06.00 pagi hari. Di alami pada
tumbuhan famili Poaceae (padi, jagung, rumput, dll)
3. Perdarahan
Adalah pengeluaran air cairan dari tubuh tumbuhan berupa getah yang disebabkan
karena luka atau hal-hal lain yang tidak wajar. Misalnya pada penyadapan pohon karet
dan pohon aren.
IV. Pengangkutan Melalui Floem
Air dan zat terlarut yang diserap akar diangkut menuju daun akan dipergunakan
sebagai bahan fotosintesis yang hasilnya berupa zat gula/ amilum/ pati. Pengangkutan
hasil fotosintesis berupa larutan melalui phloem secara vaskuler ke seluruh bagian tubuh
disebut translokasi.
Untuk membuktikan adanya pengangkutan hasil fotosintesis melewati phloem
dapat dilihat dari pada proses pencangkokan. Batang yang telah kehilangan kulit
(phloem) mengalami hambatan pengangkutan akibat terjadinya timbunan makanan yang
dapat memacu munculnya akar apabila bagian batang yang terkelupas kulitnya tertutup
tanah yang selalu basah.
Beberapa tumbuhan menyimpan hasil fotosintesis pada akarnya atau batangnya.
Pada umumnya jaringan phloem tersusun oleh 4 komponen, yaitu :
- buluh tapis
- sel pengiring
- parenkim phloem
- serabut-serabut

18

Anda mungkin juga menyukai