Anda di halaman 1dari 20

Edisi Agustus 2016

GERARD.COM
Buletin Novisiat OMI Indonesia

Doc. OMI

Meja Redaktur
Salam Merdeka!
Kemerdekaan adalah rahmat dari Tuhan bagi bangsa dan pribadi
manusia agar dapat memilih jalan hidup dengan bahagia.
Edisi Gerard.com bulan Agustus secara khusus akan
memperkenalkan setiap pribadi yang dengan kemerdekaannya memilih
untuk bergabung dengan keluarga besar Novisiat OMI. Dari novis yang
baru saja mengikrarkan kaul pertama akan memberikan kesan pesan
selama menempuh pendidikan di Novisiat. Kami mengucapkan terima
kasih atas dukungan dan doa dari para pembaca sehingga kami dipenuhi
dengan saudara-saudari yang selalu memperhatikan dalam berbagai
bentuk.
Selamat menikmati tulisan sederhana dari kami.
Redaktur

Daftar isi
Dari Meja Magister
Dari Laci Socius
OMI Memang Unik
Anak Perantau Merajut Asa
Dalam Panggilan di Kongregasi OMI
Ia Yang Bercermin Dari Kesederhanaan
Segala Sesuatu Menjadi Menjadi Mungkin
Karena Allah Membuatmu Mampu Berbuat Demikian
QUO VADIS?
Historia Domus-Galeria Nostra
Membuktikan Diri Bahwa Mampu Melakukan
Semuanya Demi Tuhan
Terjadilah Menurut KehendakMu
Pilihlah yang Tersulit
Gurun yang Tak Kering
Pilihan Hidup
Melangkah Di Kampung Blotan
2

3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15
16
17
19

Dari Meja Magister

Memilih itu Memilah Setiap orang


pasti pernah membuat pilihan. Yang dipilih
tentu yang terbaik. Maka diperlukan
kecermatan untuk memilah beberapa alternatif
pilihan yang dimiliki. Ada tiga hal yang saya
temukan dalam membuat pilihan yaitu
sederhana, konkret dan realistis.
Pilihan itu sederhana Ada banyak keinginan dan cita-cita yang
ingin diwujudkan. Kadang ada keinginan yang muluk-muluk dan
berbelit-belit. Untuk mewujudkannya pun menjadi sulit. Maka
dipilihlah yang sederhana tanpa mengurangi besar manfaatnya dan
semangat untuk meraihnya.
Pilihan itu konkret Bukan maya atau sekadar khayalan, tetapi
pilihan itu nyata ada. Meski banyak hal dulunya adalah impian
tetapi jangan sampai hanya berhenti pada lamunan. Setiap orang
boleh bermimpi tentang hal-hal yang besar. Impian ini harusnya
menjadi dorongan semangat untuk berusaha mewujudkannya.
Pilihan itu realistis Pilihan itu hendaknya bisa diwujudkan,
bukan sekadar diwacanakan. Untuk mewujudkan pilihan bisa
dibicarakan dengan orang lain jika memerlukan bantuan dan
persetujuan. Perlu keberanian untuk mencoba dengan berbagai
konsekuensinya. Sekaligus perlu ketekunan dan kesetiaan untuk
menguji bahwa pilihan itu baik dan benar.
Kisah-kisah kehidupan dalam buletin ini adalah perwujudan dari
pilihan hidup yang sedang dijalani dalam ketekunan dan kesetiaan. Ada
yang masih sekedar cita-cita, tetapi ada yang sudah mulai terlaksana.
Inilah sukacita dalam berjuang menghidupi pilihan. Bersama dengan
Komunitas Novisiat OMI, mari kita wujudkan cita-cita demi
kebahagiaan kita, kebaikan sesama dan kemuliaan Tuhan yang esa.
Rm. Ant. Sussanto OMI
3

Dari Laci Socius


Mengenang dan Mensyukuri Kemerdekaan
Inspirasi dari Ruah Juli-Agustus-September 2016 Tahun C/II
Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia 17 Agustus
1945 merupakan peristiwa bersejarah. Proklamasi oleh Bapak Pendiri
Bangsa dilandasi oleh keyakinan bahwa kemerdekaan adalah hak segala
bangsa. Juga adanya kesadaran akan rasa kemanusiaan, keadilan dan
hidup keagamaan/kerohanian. Meskipun kemerdekaan disadari sebagai
anugerah Allah, namun diperoleh melalui perjuangan dan pengorbanan
jiwa-raga warganya. Maka pantaslah disyukuri dan dikenang oleh
seluruh rakyat Indonesia.
Komunitas Novisiat Beato Joseph Gerard OMI yang berdomisili di
RT 01 RW 40 Pedukuhan Blotan, Wedomartani juga mengenangkan
peristiwa bersejarah ini dengan cara:
Pada 13 -14 Agustus 2016 komunitas Novisiat mengadakan
rekoleksi dengan tema mengenang dan mensyukuri anugerah
kemerdekaan. Kami menemukan dan merenungkan nilai-nilai
yang termuat dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan RI,
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, sehingga bisa menghayati
dan memperjuangkannya.
Pada 16 Agustus 2016 komunitas Novisiat dan Kelompok PutraPutri De Mazenod Distrik Jogjakarta mengadakan tirakatan dan
nonton bareng. Melalui film Darah Garuda kami terinspirasi oleh
semangat kepahlawanan dan perjuangan.
Pada 15 Agustus 2016 bersama warga RT 01 dusun Blotan,
kami terlibat kerja bakti mempersiakan Perayaan HUT RI.
Mulai 14 Agustus 2016 kami sebagai warga RT 01 terlibat
dalam lomba-lomba tingkat RW.
Pada 17 Agustus pagi, kami mengikuti Upacara Bendera tingkat
RW 40, dusun Blotan. Malam harinya menghadiri pentas seni.
Anugerah kemerdekaan, perjuangan dan pengorbanan rakyat
Indonesia pantas disyukuri untuk menjadi inspirasi.
Rm. Ignatius Yulianto OMI
4

Perkenalan

OMI Memang Unik


Yakobus Juang yang biasa disapa Jack
ini merupakan salah satu teman kami yang
sedang menjalani masa formasi di Novisiat OMI
Yogyakarta sebagai Pra-Novis. Jack lahir di
Mudebali yaitu sebuah perkampungan dari kota
Maumere tanggal 19 Desember 1995. Dia
adalah anak kedua dari tiga bersaudara.
Setelah Jack menamatkan pendidikannya
di Seminari KPA (Kelas Persiapan Atas) St.
Paulus Mataloko, yang terlintas di benaknya
hanya masuk kongregasi SVD. Tetapi setelah Rm. Heru OMI datang
dan memperkenalkan Kongregasi OMI, Jack merasa tertarik dengan
salib OMI, kemudian Jack mengambil langkah untuk mendaftar.
Alasan Jack memilih OMI yaitu dia sering kehabisan kata-kata setiap
berdoa. Tetapi saat memandang salib di depannya, saat itulah dia
merasa beban yang sedang menghampiri dirinya terasa ringan, hilang
dan tenang. Setelah beberapa minggu dia memulai hidup membiara, hal
yang membuat dia tertarik selain salib itu adalah hidup persaudaraan
komunitas Novisiat. Dia menjadikan itu sebagai motivasi dalam
panggilannya.
Selain beberapa hal yang menarik hatinya untuk masuk OMI
ada beberapa hal yang khas sehingga ia masuk OMI. Setelah Rm.
Sussanto OMI memberikan pertanyaan Apa yang khas dari OMI?
Jack bingung harus menjawab apa. Menurutnya semua kongregasi
sama saja. Tetapi setelah dia belajar tentang kehidupan OMI dia
menemukan bahwa OMI kaya akan doa-doa seperti berdoa Rosario
setiap sore, menyanyikan lagu Salve Regina sehabis makan malam.
Dengan kekhasan ini Jack berharap bisa bekerja sama dengan
komunitas dalam menghayati arti dari Oblat.
Oleh : Pranovis Jerome Handy Brahmantya
5

Perkenalan

Anak Perantau Merajut Asa


Dalam Panggilan di Kongregasi OMI
Beberapa bulan di Novisiat OMI, saya
bertemu dengan pribadi yang bisa dikatakan unik
yang bernama Benediktus Neo. Ia dilahirkan 22
tahun yang lalu. Panggilan Bene diberikan oleh
seorang pengajar yang perhatian terhadapnya.
Bene berasal dari Pulau Flores di Desa Detubinga,
Kecamatan Sikka, Maumere.
Ia dilahirkan sebagai anak kedua dari
tujuh bersaudara. Ia memiliki pribadi yang penuh
dengan semangat dan gigih dalam segala hal. Ia
ingin berkembang menjadi pribadi yang memiliki intelektualitas dan
spiritualitas yang memihak kepada kaum miskin.
Sebelumnya Bene telah mengenyam pendidikan sebagai
seminaris di St. Gabriel Maumere melalui jalur Kelas Persiapan Atas
(KPA) Mataloko. Demi sebuah panggilan untuk bekerja di ladang
anggur Tuhan, ia kemudian memutuskan untuk memilih kongregasi
OMI. Bene memiliki misi pribadi yang sejalan dengan salah satu
kekhasan dari kongregasi OMI.
Di masa Novisiat ini ia siap dibentuk untuk menjadi oblat yang
memiliki semangat spritualitas menurut St. Eugenius De Mazenod,
pendiri kongregasi. Setelah mendalami kongregasi ini, ia kagum
terhadap bapak pendiri yang memiliki hati seluas dunia. Di masa yang
akan datang ia bertekad untuk mewujudkan impiannya melayani
masyarakat yang tak terlayani atau masyarakat marginal. Bene memiliki
harapan sepuluh tahun di masa yang akan datang menjadi Imam OMI
yang peduli terhadap umat.

Oleh : Pranovis Pria Angga Kesuma


6

Perkenalan

Ia yang Bercermin Dari Kesederhanaan


Dewasa ini, banyak tawaran yang menarik dari dunia. Semua
tawaran yang ada sangat menggiurkan dan tenggelam dalam
kesenangan. Ada juga orang yang menimbang-nimbang lagi hal
tersebut dan berpaling pada kesederhanaan hidup. Kesederhanaan
membuat hidup mereka jauh lebih berarti. Hal inilah yang ingin
dihidupi oleh Georgius Redwan. Pria yang akrab disapa Redwan ini
merasa tertantang untuk menghayati kesederhanaan.
Redwan lahir di Kantuk Bunut,
Kalimantan Barat, pada 30 Mei 1998. Ia
adalah anak bungsu dari pasangan Rebudin
dan Eliana Yustina. Redwan memiliki hobi
menggambar dan membaca buku. Pemilik
motto, Hidup berawal dari mimpi, jadi
peliharalah mimpimu ini, telah menamatkan
pendidikan terakhirnya di Seminari Menengah
Santo Yohanes Maria Vianney Sintang.
Saat ini, Redwan menjadi salah satu anggota Pranovis OMI.
Redwan memang bukan berasal dari paroki yang ditangani oleh OMI
tetapi ia berani melamar ke OMI karena motivasinya yang mulia.
Motivasi yang mendorong ia bergabung dengan Kongregasi OMI ialah
ketertarikannya pada pakaian dan atribut OMI yang sederhana serta
kesederhanaan yang dihayati oleh OMI.
Baginya kesederhanaan yang dihayati oleh Kongregasi OMI
sangat berbeda dengan kongregasi lain. Hal ini terlihat dari misi OMI
yaitu, Aku diutus mewartakan kabar gembira kepada kaum miskin.
Kaum miskin telah mendapat kabar gembira. Misi inilah yang
menuntunnya untuk mencoba menjawab panggilan Tuhan. Ia berharap
dapat semakin memahami rencana Tuhan dalam hidupnya.
Oleh : Pranovis Markus Laka Anamangu
7

Perkenalan

Segala Sesuatu Menjadi Mungkin


Karena Allah Membuatmu Mampu Berbuat Demikian
Markus Laka Anamangu kesehariannya
sering disapa Mark adalah teman kami para
pranovis yang menjabat sebagai ketua kelas. Mark
lahir di Ende pada 27 November 1997, sebagai
putera ke-7 dari 8 bersaudara. Orang tuanya adalah
Yakobus Peka dan Fransiska Mbere Wangge.
Ketertarikan Mark pada Kongregasi OMI
berawal dari selembar brosur. Mark merasa
terpukau dengan sabuk dan salib Oblat. Ada
kesederhanaan yang menyentuh hatinya. Menurut
Mark hal ini yang membedakan OMI dengan kongregasi yang lain.
Dari hal itulah Mark merasa penasaran dan seolah-olah ditantang
dengan pernyataan yang mengatakan bahwa tidak ada karya yang asing
bagi OMI dan misinya berupa penyelamatan jiwa-jiwa khususnya bagi
mereka yang miskin, terpinggir dan terlantar.
Berawal dari rasa penasaran dan ditantang, itulah yang membuat
Mark akhirnya memberanikan diri untuk bergabung bersama
kongregasi OMI. Mark mengawali langkah awal dengan program
Yuniorat OMI di Cilacap. Dalam program ini Mark menimba banyak
hal yang berguna bagi kehidupannya. Salah satunya ialah spiritualitas
hati yang menjadi kekhasan dari Kongregasi OMI.
Spiritualitasnya berupa memiliki hati seluas dunia. Baginya ini
merupakan hal yang menarik dan membutuhkan proses. Kekhasan ini
mengajak Mark untuk berani berkorban, mampu menerima yang lain
seburuk apa pun orang itu, dan mengayomi semua tanpa mengkotakkotakan. Inilah yang menjadi inspirasi bagi Mark. Harapannya ialah
agar dapat bertumbuh bersama dalam menghayati dan menjalankan
semangat St. Eugenius de Mazenod.
Oleh : Pranovis Yakobus Juang
8

Perkenalan

QUO VADIS?
Yesus memanggil seorang pemuda dari
Seminari Menengah St. Yohanes Don Bosco
Samarinda yang bernama Vincensius Agung. Ia
ini sungguh semangat dalam menjawab
panggilan Yesus. Ia menjalani pendidikan di
TK di tanah Toraja. Ia kemudian lanjut ke SD
Negeri 4 Toraja dan ia lulus dari SMP Negeri 2
Toraja.
Setelah lulus dari SMP, pemuda ini
yakin akan menjawab panggilan Yesus yang
terasa dalam getaran hati. Ia pun melanjutkan
masuk Seminari Menengah St. Yohanes Don
Bosco di Samarinda. Ia menjalani masa pendidikan selama 3 tahun di
seminari bersama teman seperjalanan. Walaupun di seminari ia merasa
senang dengan keadaan lingkungan, namun ia selalu berpikir akan
lanjut ke mana setelah lulus dari Seminari Menengah St. Yohanes Don
Bosco Samarinda.
Ia selalu berdoa kepada Yesus agar memberikan keputusan yang
baik dalam panggilannya. Ia percaya bahwa Yesus memberikan utusan
yaitu Roh Kudus dalam dirinya. Pada suatu hari ia membaca majalah
OMI dan dengan asyik membaca ia semakin tertarik dengan Kongregasi
OMI. Ia merasa tertarik akan Salib Oblat yang berbentuk besar dan
warnanya pun unik. Ia merenungkan akan Salib Oblat bahwa salib
merupakan tempat Yesus wafat dan penebusan untuk dosa manusia.
Ia pun memutuskan untuk lanjut ke Kongregasi OMI. Ia tidak
ragu lagi akan pilihan ini. Ia rela meninggalkan orang tua dan saudarasaudaranya demi panggilan Yesus. Melalui motto hidupnya yaitu
Belajar dan terus belajar terutama dari kesalahan.
Oleh : Pranovis Fransiskus Xaverius Paiman
9

Historia Domus-Galeria Nostra


1

Keterangan Gambar :
(1) Upacara bendera kemerdekaan Indonesia bersama warga Dusun Blotan
(2) Rm Santo mempersembahkan lagu untuk menghantar perutusan misi baru Sr.
Leonita OP
(3) Pranovis jalan-jalan di sekitar kota Yogjakarta
(4) Bapak dan Ibu Wellem memberikan seminar komunikasi kepada pranovis &
novis OMI.

10

Historia Domus-Galeria Nostra


1

Keterangan Gambar :
1. Misa dengan suasana Taize bersama para suster OP
2. Jalan-jalan ke Candi Gebang
3. Misa kaul pertama

11

Perkenalan

Menyukai Tantangan,
Membuktikan Diri Bahwa Mampu Melakukan
Seseorang yang menyukai tantangan
dan membuktikan bahwa dirinya mampu
melakukan sesuatu. Hal itu merupakan
sebuah motto yang ditulis oleh seorang pranovis Natanael Prafano N.H. Ia biasa disapa
dengan nama Natan. Ia lahir di Sepauk pada
13 Maret 1998 dari pasangan ibu Herlina
dan bapak Nandai. Ia memilih Kongregasi
OMI karena para oblat yang pantang
menyerah dan tidak mengeluh dalam
menjalankan misi sebagai seorang oblat, meskipun tugas yang di emban
amat sulit. Ia mengatakan demikian karena ia pernah mengalami
kebersamaan dengan oblat saat berkarya
Ia memiliki pribadi yang baik terhadap sesama, mudah bergaul
dan selalu gembira. Ia mengatakan bahwa dengan tersenyum dapat
mengatasi kesulitan dalam dirinya. Ia pernah bersekolah di SD 29
Sepauk. Kemudian melanjtukan ke SMP Negeri 2 di Sepauk. Setelah
jenjang pendidikan sembilan tahun, ia melanjutkan ke SMA Karya
Sekadau. Selama ia menjalani pendidikan di SMA, ia merasakan
panggilan Tuhan untuk menjadi imam. Ia pun memulai
mempertanyakan dalam dirinya, apakah Tuhan benar-benar
memanggil untuk menjadi imam? Ia merasakan kebimbangan dalam
hati.
Kedua orang tuanya baik hati, pendoa dan aktivis kegiatan
Gereja. Mereka bekerja sebagai guru di dua sekolah yang berbeda.
Orang tuanya sangat mendukung dan merelakan putranya untuk
menjadi imam. Mereka berharap Natan menjadi OMI. Dan Natan
mempunyai semangat untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi
berbagai misi.
Oleh : Pranovis Benediktus Neo
12

Perkenalan

Semuanya Demi Tuhan


Jerome Handy Brahmantya adalah pria
yang setiap hari hidup dalam doa. Dalam
kesehariannya sering disapa dengan nama
Jerome. Kehidupan doa yang dilaluinya setiap
hari menguatkan imannya untuk menjawab
panggilan Tuhan. Dia menjalani masa pranovis
sejak awal dengan mendalam. Jerome lahir dari
pasangan Petrus Sumiarno dan Agnes Marsilah.
Panggilan khusus dari Tuhan dirasa ketika ia
mulai masuk di Seminari Stella Maris Bogor.
Pria kelahiran Tangerang ini hobinya bernyanyi. Di waktu yang
senggang ia selalu melatih suaranya agar menjadi lebih baik. Dahulu ia
ingin menjadi seorang penyanyi yang sangat terkenal, tetapi ia
mengurungkan niatnya untuk menanggapi panggilan Tuhan. Ia
mengatakan semuanya demi Tuhan. Kedua orangtuanya sangat
setuju ketika ia mengatakan bahwa ingin melanjutkan pendidikannya ke
seminari tinggi. Jerome tertarik bergabung dalam kongregasi OMI
karena para romo OMI melayani umat dengan sepenuh hati dan
ketulusan.
Pria kelahiran tahun 1997 ini sangat mudah bergaul dengan
semua orang yang ditemuinya. Sesuatu yang menurutnya sangat khas
dari kongregasi OMI yaitu Salib Oblat yang bentuknya besar. Dari
salib ini ia dapat menghayati bahwa salib sebagai lambang penderitaan
Kristus untuk menebus dosa manusia.
Di Novisiat OMI ia ingin menjadi pribadi yang lebih baik dan
bisa menjadi lebih dewasa agar dapat menolong orang yang ada di
sekitarnya. Ia sangat baik dan ramah, ingin berbagi segala sesuatu yang
ia miliki dan tidak egois.
Ia selalu memotivasi teman-teman
seangkatannya agar selalu kuat dalam panggilan.
Oleh : Pranovis Vincensius Agung
13

Perkenalan

Terjadilah Menurut Kehendak-Mu


Namanya
Fransiskus
Xaverius
Paiman. Dia berasal dari Cilacap, alumnus
Seminari Menengah Stella Maris, Bogor.
Saat ini adalah bulan kedua dia menjalani
hidup panggilan sebagai formandi di
Komunitas Novisiat Misionaris Oblat Maria
Imakulata (OMI) Indonesia.
Sebagai seorang terpanggil, Paiman
juga memiliki pengalaman terhadap
panggilan itu. Pengalaman yang berbeda
dari orang lain, inilah yang membuat penulis merasa perlu untuk
mengetahuinya dan membagikannya kepada pembaca. Sesuatu yang
dapat menjadi motivasi, terutama bagi orang yang sedang mencari
panggilan Tuhan.
Pengalaman bermula saat Paiman bertemu dengan Romo Niko
Ola OMI yang menyarankan agar dia masuk seminari menengah.
Paiman saat itu baru lulus SMP belum mengenal apa itu seminari.
Tetapi dengan modal percaya diri, dia akhirnya mendaftar ke Seminari
Menengah Stella Maris, Bogor. Dari sinilah perjalanan panggilannya
dimulai. Perjalanan panggilan itu tidak selalu mulus. Paiman mengakui
keraguan seringkali menjadi gangguan dalam menjalani panggilan.
Tetapi dengan keteguhan, ia akhirnya mampu menamatkan
pendidikannya di seminari menengah.
Setelah tamat dari seminari menengah, ia memutuskan untuk
menanggapi panggilan Tuhan dengan bergabung ke dalam komunitas
Misionaris Oblat Maria Imakulata. Dia mengatakan, ketertarikannya
dengan OMI karena dia lebih mengenal OMI daripada kongregasi lain
dan ingin meneladani Bunda Maria yang menyerahkan hidup secara
total kepada Allah dengan mengatakan: terjadilah menurut kehendakMu.
Oleh: Pranovis Georgius Redwan
14

Perkenalan

Pilihlah yang Tersulit


Pria Angga Kesuma lahir di Jambi
pada 19 Maret 1985 sebagai anak ke-7 dari 7
bersaudara. Angga memiliki hobi bermain
futsal dan membaca buku. Ia juga seorang
sarjana ekonomi lulusan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Ia adalah orang yang unik, lebih
suka diam dan merenung. Ia juga orang
yang ramah, mudah bergaul, enak untuk
diajak bercanda dan berbicara. Sosoknya yang dewasa akan nampak
melalui cara ia berbicara kepada teman. Ia mempunyai sifat yang
selalu gembira, meskipun ia sering dijahili.
Pada 2015 ia tertarik untuk membaktikan hidupnya kepada
Tuhan sebagai pelayan yang abadi. Keinginannya itu diarahkan
Tuhan oleh pamannya. Pamannya mendapat informasi mengenai
Kongregasi OMI. Ia kemudian mencoba untuk mengenal Kongregasi
OMI lebih dekat dengan live in selama dua minggu di Novisiat OMI
Yogyakarta. Akhirnya ia memutuskan untuk bergabung dalam
Kongregasi OMI. Secara sah ia diterima sebagai seorang pranovis
OMI pada 18 Juli 2016. Hal yang membuat Angga tertarik untuk
bergabung adalah ia merasa tertantang untuk merasakan bagaimana
bermisi di daerah yang sulit. Ketertarikannya ini terinspirasi oleh
kata-kata St. Theresa dari Kalkuta yang mengatakan pilihlah yang
tersulit.
Angga mengatakan kekhasan OMI terletak pada keramahan
dan perhatiannya kepada kaum miskin dan tak terlayani. Ia berharap
agar dirinya dapat memberikan diri sepenuhnya untuk pelayanan.
Oleh : Pranovis Natanael Prafano N.H.

15

Refleksi

Gurun yang Tak Kering


Novisiat sering dikenal sebagai padang gurun.
Tetapi bagi saya pribadi, dua tahun hidup di Novisiat
gurun itu jarang terasa kering karena saya mengalami
beberapa hal :
1) Berjumpa dengan Tuhan
Di komunitas ini, saya berjumpa dengan Tuhan
secara lebih intim. Praktik hidup doa memang
sudah saya bangun sejak di seminari menengah, tetapi waktu itu
masih banyak melakukannya sekedar formalitas saja. Di komunitas
ini, dalam doa dan refleksi, Tuhan sungguh hadir menguatkan
panggilan saya. Bunda Maria juga senantiasa hadir menjadi teman
perjalanan spiritual saya terlebih menjadi teladan bagaimana
menjadi hamba Allah yang sesungguhnya.
2) Berjumpa dengan diri sendiri
Sangat manusiawi sekali jika orang memiliki kelebihan dan
kelemahan. Sebelum saya mengolah diri di komunitas Novisiat ini,
saya terlalu bangga dengan kelebihan saya tetapi tidak peka dengan
kekurangan saya. Berjumpa dengan diri sendiri menjadi pergulatan
yang menarik karena saat itulah saya belajar menerima diri apa
adanya sebagai pribadi yang dikasihi Allah.
3) Berjumpa dengan sesama
Berjumpa dengan sesama menjadi tantangan yang lain lagi.
Selain bisa menerima diri sendiri apa adanya, saya juga diajak untuk
menerima saudara sepanggilan apa adanya. Merekalah anugerah
terindah dari Allah yang mengajarkan saya banyak hal untuk hidup
lebih baik. Tanpa mereka hidup tidak terasa lengkap.
Itulah perjumpaan yang menyuburkan panggilan saya, terima kasih
Novisiat, terima kasih atas segala bekal yang boleh saya terima untuk
perjalanan panggilan saya sebagai seorang Oblat. Doakan saya agar bisa
menjadi Oblat yang baik bagi Tuhan dan sesama.
Fr. Henrikus Prasojo OMI
16

Refleksi

Pilihan Hidup
Perjalanan hidup adalah sebuah pilihan
yang diletakkan di dalam diri pribadi manusia.
Bagaimana pun juga, pilihan hidup itu sungguh
tergantung kepada yang memilihnya. Sebab
Tuhan yang memiliki kehidupan itu, selalu
menawarkan yang baik dan seturut kehendakNya. Tuhan yang adalah Hidup tak hentihentinya memberikan pilihan kepada manusia
untuk semakin menyatu dengan diri-Nya.
Selama menjalani kehidupan sebagai pranovis dan novis, saya merasa bahwa setiap hari
Tuhan sungguh selalu menawarkan pilihan hidup
yang baik walaupun terkadang jatuh bangun
karena tidak segera mengerti. Bagaimana tidak
jatuh bangun, sebab saya belum mampu mengenal diri saya. Tuhan
yang memanggil dan saya berusaha mengenal siapakah Tuhan bagi saya
secara penuh dan murni.
Jatuh bangun yang saya alami itu adalah dalam proses
pemurnian diri. Saat diri saya yang lama sedang diproses menuju hidup
yang baru. Kabel-kabel yang rusak dan berkarat diganti dan perbaiki
oleh Tuhan melalui komunitas. Rasanya memang tidak mengenakkan
saat kabel-kabel itu diganti dan diperbaiki karena itu semua adalah
bagian diri saya yang nyata.
Salah satu yang penting dalam menghidupi dan menjalani
kehidupan sebagai pra-novis dan novis adalah bersedia untuk berproses
dan diproses oleh Tuhan melalui berbagai macam hal dan peristiwa.
Kesadaran ini saya alami ketika saya menolak untuk berproses dan
diproses oleh Tuhan.
Terima kasih novisiat, sampai jumpa lain waktu!
Br. Andrianus OMI
17

Refleksi

Melangkah di Kampung Blotan


Selama 2 tahun saya hidup di kampung
Blotan untuk menapaki panggilan saya menjadi
seorang calon imam OMI. Dua tahun itu ialah 8
bulan pranovisiat, 12 bulan novisiat dan 2 bulan
pengalaman komunitas. Hidup di kampung
Blotan selama 2 tahun tentu banyak pengalaman
yang berharga yang saya dapatkan. Pengalaman
itu ialah di masa pranovisiat dan masa novisiat.
Ketika saya masih menjadi pranovis fokus
utama ialah mengenal diri sendiri dalam
pengolahan hidup. Mengenal diri sendiri artinya
mencari apa yang positif dan negatif (kecenderungan) dari diri saya.
Jika ada yang positif, kemudian saya harus mengembangkannya. Begitu
juga dengan hal yang negatif, saya harus menyikapi hal itu.
Sedangkan pengalaman di masa novisiat ialah membangun
hidup komunitas religius. Masa Novisiat adalah masa saat saya penuh
kesadaran memohon bimbingan kepada formator untuk diajarkan
bagaimana menjadi religius dengan menghidupi kaul kemiskinan,
ketaatan dan kemurnian. Kemudian ditambah kaul kemantapan khusus
dalam Kongregasi OMI. Selain itu saya juga mendalami spiritualitas
Bapa Pendiri St.Eugenius de Mazenod.
Sekarang saya telah melalui dua tahap di atas. Tentu
pengalaman itu tidak bisa saya lupakan karena selama di novisiat saya
membangun dasar hidup religius. Saya juga ingin berterima kasih
kepada para formator, Rm. Yuli OMI dan Rm. Sussanto OMI yang
dengan setia menemani saya, kepada adik angkatan, kepada para guru
dan kepada semua umat yang telah mendukung baik dalam doa maupun
secara materi. Saya juga mengucapkan syukur atas bimbingan Tuhan
yang telah menuntun langkah saya selama 2 tahun membangun fondasi
hidup religius.
Fr. Hendrianus Wendi OMI
18

Refleksi

Anugerah Indah
Syukur menjadi satu kata yang pantas saya
ucapkan dalam refleksi setelah menjalani masa
formasi awal yaitu novisiat. Telah dua tahun saya
belajar dan hidup sebagai seorang Misionaris
Oblat. Saya teringat dengan pengalaman pertama
kali mulai belajar hidup sebagai seorang religius,
saat saya merasa waktu dua tahun itu sangat lama,
membosankan dan mulai terasingkan dari dunia
pergaulan yang pernah saya nikmati.
Saya bertanya terhadap diri sendiri, Tuhan
inikah rencana-Mu? jawaban dari-Nya hanya
teruslah setia dan belajar. Saya tidak tahu apakah
saya mampu untuk setia dan belajar sebagai
seorang religius. Saya ragu dengan kemampuan saya, apalagi melihat
kelemahan dan kekurangan diri. Orang lain yang tahu mungkin juga
meragukan diri dan kemampuan saya. Namun apa yang saya pikirkan
tidak dikehendaki Tuhan. Ia tetap mencintai saya dan kekurangan diri
saya. Ia bahkan dengan cara-Nya sendiri mendukung, membimbing dan
menuntun saya untuk tetap menapaki jalan hidup ini melalui para
pendamping, orang-orang di sekitar, keluarga dan teman-teman
angkatan saya. Sehingga tak terasa waktu dua tahun itu telah berlalu
dan saya menemukan banyak sekali anugerah yang terindah, terutama
Tuhan yang selalu mencintai saya.
Sekarang saya telah menjalani babak baru dalam hidup panggilan
saya yaitu seorang skolastik yang hidup berkaul. Saya selalu berdoa,
berharap dan percaya bahwa Tuhan selalu menyertai dan membimbing
saya.
Selamat tinggal novisiat!
Fr. Flavianus Onlet OMI
19

Gerard.Com
Pendamping

: Rm. Ant. Sussanto OMI;


Rm. Ign. Yulianto OMI
Redaktur Piket Edisi ini
: Fr. Nov. Rezerius Bintang Taruna
Kontributor
: Pranovis, Novis, Neoprofes
Alamat
: Novisiat OMI Beato Joseph Gerard,
Jln. Kamboja No.17, RT 01/RW 40
Blotan, Wedomartani, Sleman, YK,
55581
Telp
: 0274-889783
Keterangan Cover
: Pranovis angkatan 2016 - 2017
Buletin Gerard.com dapat di download di www.omi-indonesia.org

20

Anda mungkin juga menyukai