Anda di halaman 1dari 6

Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Untuk

Pembuatan Kertas Dekorasi Dengan Metode


Organosolv
Purnawan C.1, Hilmiyana D. 1, Wantini1, Fatmawati E.2
1

Jurusan Kimia, 2Jurusan Fisika,


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami, No.36a Surakarta

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah membuat kertas dekorasi dari limbah ampas tebu
yang dapat dijadikan sebagai bahan baku alternatif mengganti kayu. Metode yang digunakan dalam proses ini adalah metode organosolv yang merupakan suatu proses pemisahan
serat dengan menggunakan bahan kimia organik. Bahan kimia digunakan sebagai larutan
pemasak, yaitu ethanol, dengan perbandingan antara ampas tebu dan larutan pemasak
adalah 1gr:15ml; 1gr;20ml; 1gr;25ml. Karakteristik yang dilakukan terhadap hasil kertas
meliputi uji jamur, uji tarik dan uji wateruptake
Hasil kertas dekorasi yang didapatkan dengan perbandingan 1:25 menghasilkan
serat kayu yang lebih lembut sehingga lebih mudah dibentuk menjadi kertas. Dari ketiga uji tersebut kertas dengan perbandingan 1gr : 25 ml memiliki kuat tarik yang besar
dibandingkan yang lain. Namun untuk ketahanan daya serap air, perbandingan 1gr:15ml
lebih baik dalam proses penyerapan air.
Kata kunci : Ampas Tebu, Organosolv, Kertas Dekorasi

batkan terganggunya kestabilan lingkungan


sehingga perlu mendapat perhatian khusus.
Untuk mengatasi hal ini pemerintah harus
mencari alternatif penggunaan kayu hutan
sebagai bahan baku pembuat pulp dan kertas. Bahan alternatif yang dapat digunakan
antara lain jerami padi, enceng gondok,
dan ampas tebu.
Ampas tebu selama ini hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengolahan tebu. Abu hasil pembakaran ampas
tebu yang tidak terkendali telah terbukti
mengakibatkan masalah polusi udara yang
Email : candra_pr@yahoo.com
serius (Priatmadi, 199), sehingga perlu
1
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
PENDAHULUAN
Kertas yang sering kita gunakan biasanya terbuat dari kayu yang diolah dengan teknologi modern sehingga sampai ke
tangan kita. Penggunaan kertas di dunia
saat ini telah mencapai angka yang sangat
tinggi. Simajuntak (1994) mengemukakan
90% pulp dan kertas yang dihasilkan menggunakan bahan baku kayu sebagai sumber
bahan berserat selulosa. Dapat diprediksikan bahwa akan terjadi eksploitasi hutan
secara besar-besaran yang dapat mengaki-

Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu

Purnawan C., Hilmiyana D., Wantini, Fatmawati E.

dipikirkan alternatif pemanfaatannya yang


lebih berguna dan tanpa menyebabkan
pencemaran lingkungan.
Ampas tebu (bagase), limbah dari
batang tebu setelah dilakukan pengempaan
dan pemerasan, secara umum mempunyai
sifat serat yang hampir sama dengan sifat
serat kayu daun lebar. Berdasarkan pustaka
(Paturau, 1982), komponen utama ampas
tebu terdiri dari serat sekitar 43-52%, dan
padatan terlarut 2-3% dan menurut Baskoro (1986) panjang serat ampas tebu adalah
1,43 mm.
Hal ini yang mendasari pemilihan
ampas tebu sebagai bahan alternatif pembuat kertas dekorasi dengan menggunakan
metode organosolv dengan pelarut organik
tanpa menimbulkan pencemaran lingkungan.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tebu
Tebu (Saccaharum oficinarum) termasuk suku Graminae (rumput rumputan), kelompok Andropogonae dan genus
Saccharum. Tebu merupakan tanaman berbiji tunggal atau monokotil, stuktur sejajar
dan berakar serabut. Tinggi tanaman tebu
rata rata 2, 5 meter sampai 5 meter. Tiap
tiap tebu besarnya tidak sama, ada yang
sebesar lengan dan ada yang sebesar tongkat. Warnanya juga berbeda beda dari
kuning, ungu dan merah tua. Batang tebu
mulai dari pangkal sampai ujung mengandung air gula berkadar sampai 20% ( Soejardi, 1985).
2. Ampas Tebu
Ampas tebu adalah suatu residu
dari proses penggilingan tanaman tebu
(Saccharum oicinarum) setelah diekstrak
atau dikeluarkan niranya pada industri
pembuatan gula sehingga diperoleh hasil
samping sejumlah besar produk limbah
berserat yang dikenal sebagai ampas tebu
(bagasse). Pada proses penggilingan tebu,
terdapat lima kali proses penggilingan dari
2

batang tebu sampai dihasilkan ampas tebu.


Menurut data FAO (Food and Agricultural Organization) tahun 2006 tentang
negara negara produsen tebu dunia, Indonesia menduduki peingkat ke- 11 dengan
produksi per tahun sekitar 25.500.00 juta
ton, dimana 35% dari produksi tersebut
merupakan ampas tebu. Ampas tebu yang
berlimpah tersebut telah dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada ketel uap dimana
energi yang di hasilkan di manfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga uap, bahan
bakar pada tungku produksi dan bahan
baku pada pembuatan kertas.
3. Deligniikasi
Ada beberapa metode untuk pembuatan pulp yang merupakan proses pemisahan selulosa dari senyawa pengikatnya,
terutama lignin yaitu secara mekanis, semikimia dan kimia. Pada proses secara
kimia ada beberapa cara tergantung dari
larutan pemasak yang digunakan, yaitu
proses sulit, proses sulfat, proses kraft dan
lain-lain.
Pembuatan pulp pada dasarnya dibagi
menjadi dua yaitu :
a. Pembuatan Pulp Mekanik
Merupakan proses penyerutan kayu
dimana kayu gelondong setelah dikuliti
diserut dalam batu asah yang diberi semprotan air. Akibat proses ini banyak serat
kayu yang rusak.
b. Pembuatan Pulp Kimiawi
Proses dimana lignin dihilangkan
sama sekali hingga serat-serat kayu mudah
dilepaskan pada pembongkaran dari bejana
pemasak (digester) atau paling tidak setelah perlakuan mekanik lunak.
1. Pembuatan Pulp Sulit
Pulp sulit rendemen tinggi dapat dihasilkan dengan proses sulit bersifat
asam, bisulit atau sulit bersifat basa.
2. Pembuatan Pulp Sulfat (kraft)
Proses ini menggunakan natrium sulfat yang direduksi didalam tungku
pemulihan menjadi natrium sulit, yang

Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012

Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu

Purnawan C., Hilmiyana D., Wantini, Fatmawati E.

merupakan bahan kimia kunci yang


dibutuhkan untuk deligniikasi.
3. Pembuatan Pulp Soda
Proses soda umumnya digunakan untuk
bahan baku dari limbah pertanian seperti merang, katebon, bagase serta kayu
lunak.
4 . O r g a n o s o l v
Organosolv merupakan proses pulping
yang menggunakan bahan yang lebih mudah didegradasi seperti pelarut organik.
Pada proses ini, penguraian lignin terutama disebabkan oleh pemutusan ikatan
eter (Donough, 1993). Beberapa senyawa
organik yang dapat digunakan antara lain
adalah asam asetat, etanol dan metanol.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
deligniikasi ini adalah:
1. Waktu pemasakan
2. Konsentrasi larutan pemasak
3. Pencampuran bahan
4. Perbandingan larutan pemasak dengan
5. bahan baku
6. Ukuran bahan
7. Suhu dan Tekanan
8. Konsentrasi Katalis
4. Organosolv
Proses organosolv adalah proses
pemisahan serat dengan menggunakan
bahan kimia organik seperti misalnya
metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan
lain-lain. Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat eisien dalam pemanfaatan
sumber daya hutan.
Dengan menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh industri pulp
dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini karena proses organosolv memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu rendemen
pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang
lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah,
tidak menggunakan unsur sulfur sehingga
lebih aman terhadap lingkungan, dapat
menghasilkan by-products (hasil sampin-

gan) berupa lignin dan hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi.


METODE PENELITIAN
Bahan dan alat:
Bahan yang digunakan antara lain
ampas tebu yang diperoleh dari PG. Tasikmadu, Karanganyar, kertas bekas , etanol
70% dibeli di BhrataChem, H2SO4, PVA
(poli vinil alkohol) dan PVAc. Alat yang
digunakan adalah Tensile strenght untuk
uji kuat tarik.
Prosedur:
Proses deligniikasi dilakukan dengan metode organosolv menggunakan
pelarut organik yaitu etanol. Ampas tebu
kering dimasukkan ke dalam labu alas bulat. Ke dalamnya ditambahkan etanol 40%
(larutan pemasak) dan asam asetat pekat
(sebagai katalis). Perbandingan antara
larutan pemasak dengan ampas tebu adalah 10:1, 15:1, 20:1, dan 25:1 (v/b). Volume katalis yang digunakan pada setiap
perbandingan adalah sama yaitu
5 ml.
Larutan dimasak pada suhu 120 oC selama
4 jam. Pulp ampas tebu hasil deligniikasi
selanjutnya dicuci untuk menghilangkan
sisa etanol. Pulp kertas dibuat dengan cara
merendam kertas bekas selama 24 jam.
Pulp ampas tebu dan pulp kertas masing
masing digiling. Pada penggilingan pulp
kertas bekas ditambahkan perekat PVAc 5
% dari berat kertas.
Proses pencetakan lembaran dimulai dengan melakukan pengenceran pulp
kertas bekas dan pulp ampas tebu. Kedua
pulp dicampur dengan perbandingan 1:1.
Pewarnaan dilakukan sebelum proses pengenceran dimana pewarnaan dikondisikan
beberapa jam agar warna yang diberikan
dapat diserap dengan baik oleh pulp. Dengan menggunakan alat pencetak kertas ,
kertas dicetak dan dipres pada kaca. Proses
pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari.

Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012

Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu

Purnawan C., Hilmiyana D., Wantini, Fatmawati E.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses delignivikasi ampas tebu,
dengan perbandingan etanol dengan ampas
tebu 10:1, 15:1, 20:1, dan 25:1 (v/b). Dari
hasil tersebut diperoleh bahwa semakin
besar jumlah etanol (larutan pemasak)
ampas tebu yang diperoleh semakin halus
dan lunak. Hal ini disebabkan karena semakin banyak larutan pemasak, semakin
banyak lignin yang rusak dan terpisah dari
selulosa. Selain itu, sangat dimungkinkan
terjadinya pemutusan rantai polimer selulosa sehingga ampas tebu yang terbentuk
semakin halus dan lunak dengan pertambahan jumah etanol. Paada rasio perbandinganetanol dengan ampas tebu 10:1 tidak
dapat dibentuk karena minimnya jumlah

1: 15

dengan mendiamkan kertas dekorasi


ditempat lembab, dari hasil pengamatan
selama 1 bulan kertas tidak berjamur
pada semua perbandingan. Pengamatan
dilakukan setiap 1 minggu sekali.
b. Uji water uptake.
Uji ini digunakan untuk mengetahui
daya serap kertas terhadap air. Daya
serap air adalah jumlah air yang diserap
(dalam gram) oleh 1 m2 lembar kertas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin sedikit perbandingan larutan
pemasak yang digunakan, semakin
kecil daya serap terhadap air. Hal ini
karena masih banyaknya lignin yang
terkandung pada ampas tebu. Adanya
lignin yang masih terikat dengan se-

1 : 20

1 : 25

Gambar 1. Kertas dekorasi dari ampas tebu.

Gambar 2. Graik water uptake kertas dekorasi dari ampas tebu


larutan pemasak. Pada perbandingan 25:1
serat yang dihasilkan lebih halus dan mudah untuk di giling, dibanding dengan perbandingan 15:1 dan 20:1.
Pengujian pada kertas dilakukan
menggunakan uji pertumbuhan jamur, uji
kuat tarik (tensile strenght), dan water uptake/water absorption.
a. Uji pertumbuhan jamur
Uji pertumbuhan jamur dilakukan
4

lulosa akan menyebabkan kertas tidak


mudah menyerap kertas karena lignin
akan menghalangi air terserap. Selain
itu, semakin kecil jumlah larutan pemasak (etanol 40%) menyebabkan pemutusan rantai polimer selulosa semakin
kecil sehingga menyebabkan interaksi
dengan molekul air semakin kecil.
c. Uji kuat tarik kertas
Ketahanan tarik kertas adalah gaya
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012

Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu

Purnawan C., Hilmiyana D., Wantini, Fatmawati E.

penelitian ini
2. Jurusan Kimia dan Universitas Sebelas
Maret yang memfasilitasi kami dalam pengajuan proposal penelitian ini.

Gambar 3. Graik Kuat tarik kertas


dekorasi dari ampas tebu.
maksimum yang masih dapat ditahan
oleh sebuah kertas dengan panjang dan
lebar tertentu sesuai dengan kondisi
alat penguji ketahanan tarik kertas.
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin besar rasio perbandingan ampas
tebu dengan etanol ketahanan tarik kertas
semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena
semakin besar jumlah etanol pemutusan
polimer selulosa ampas tebu semakin besar
sehingga rantai selulosa semakin kecil dan
tidak teratur. Hal ini menyebabkan selulosa ampas tebu semakin halus dan lunak
sehingga interaksi selulosa dengan material lainnya seperti selulosa kertas, PVA,
dan PVAc semakin besar.
KESIMPULAN
Pada penelitian ini diketahui pada
rasio perbandingan etanol dengan ampas
tebu 25 : 1 (v/b) menghasilkan serat ampas
tebu yang lebih halus dan ketahanan tarik
kertas yang lebih besar namun mempunyai
nilai wateruptake lebih besar pada menit
ke 20. Sedangkan pada rasio perbandingan
etanol dengan ampas tebu 15:1 (v/b) menghasilkan serat ampas tebu yang kurang halus dan ketahanan tarik kertas yang lebih
kecil namun mempunyai nilai wateruptake
lebih kecil pada menit ke 20.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Cara Penentuan Kuat Patah
dalam Keadaan Kering dan Sesudah
Pembakaran Bahan Mentah Kertas.
SII.0082-75, Departemen Perindustrian.
Anonym. Cara Uji Kimia: Penentuan Kadar Abu Pada Produk Organik, SNI
01-2354.1-2006. Badan Standarisasi
Nasional
Brady, G. 1991. Material Handbook Thirteenth Edition. New York: Mc Graw
Hill Inc.
Dewi, S.M. 1998. Pemakaian Limbah
Abu Ampas Tebu Untuk Bahan Panil
Gypsum. Jurnal Teknik. Volume No.1,
April 1998 ISSN 0854-2139.
FAO. 2006. Mayor Food And Agricultural
Commodities And Procedures: Sugar
Cane2006,http://www.fao.org/es/ess/
top/commodity.html.
Priatmadi,D. 1992. Pemilihan Limbah
Padat Dari Proses Karbonasi Pabrik
Gula Dengan Proses Alkali Dan Kalsinasi Uap. Skipsi Sarjana Kimia,
FMIPA, UGM.
Silalahi, A. 1982. Teknologi Energi. Malang: Institut Teknologi Nasional.
Soejadi. 1985. Dasar dasar Teknologi
Gula. Yogyakarta: LPP
Upe, A. 1989. Abu Sekam Padi Sebagai
Bahan Pengganti Zeolit Dan Karbo
Aktif Pada Proses Penjernihan Air.
Ujung Pandang: Lembaga Penelitian,
Universitas Hasanudin.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
1. DIKTI melalui PKM DIKTI 2012 yang
telah memberikan kesempatan kepada
kami sehingga kami dapat melaksanakan
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012

Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu

Purnawan C., Hilmiyana D., Wantini, Fatmawati E.

Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012

Anda mungkin juga menyukai