PENDAHULUAN
Kalimat adalah: Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain
subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan.
Unsur kalimat adalah jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P),
objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku terdiri dari
sekurang-kurangnya atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur yang lain (O, Pel, dan Ket) dalam
suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
Jabatan kalimat kelihatan mudah, namun sebenarnya sulit. Dari pokok bahasan bahasa
Indonesia yang terdapat di KTSP SMP dan SMA, pokok bahasan ini salah satu pokok bahsan
yang sulit bagi penulis. Namun, dalam makalah ini akan dibahas secara terperinci sehingga
mudah dipahami apa sebenarnya S,P,O, dan Pelengkap.
BAB II
PEMBAHASAN
A. UNSUR KALIMAT
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama
lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek
(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku terdiri dari
sekurang-kurangnya atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur yang lain (O, Pel, dan Ket) dalam
suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir. Namun , dalam
pambahasan kali ini, penulis hanya membahas sesuai tugas yang diberikan yakni, yaitu
subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel).
1. Subjek.
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh
jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
(1) Ayahku sedang melukis.
(2) Meja direktur besar.
4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat juga berupa nominal, frase nominal, atau
klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini.
(1) Ketua MPR // membacakan // Pancasila.
SPO
(2) Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila.
S P Pel
(3) Pancasila // dibacakan // oleh Ketua MPR.
SPO
Beda Pel dan O adalah Pel tidak dapat dipasipkan menjadi subjek, sedangkan O dapat
dipasipkan menjadi subjek.
Posisi Pancasila sebagai Pel pada contoh no. 2 di atas tidak dapat dipindahkan ke depan
menjadi S dalam kalimat pasip.
Contoh yang salah : Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol (X)
Akan tetapi Pancasila sebagai O pada contoh no. 1 di atas dapat dibalik menjadi S dalam
kalimat pasip.
Contoh : Pancasila dibacakan oleh Ketua MPR.
SPO
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan
frase nominal, Pel dapat pula diisi oleh frase adjektival dan frase preposisional. Di samping
itu, letak Pel tidak selalau persis di belakang P. Kalau dalam kelimatnya terdapat O, letak Pel
adalah di belakang O sehingga urutuan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel.
Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
(1) Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
(2) Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
(3) Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
(4) Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
(5) Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
Bedakan : - Sekretaris itu mengambil air minum untuk atasannya.
- Annisa mengirim kopiah bludru untuk kakaknya.
(Kata atasannya dan kakanya menjadi Keterangan (Ket.), sedangkan air minum dan kopiah
bludru adalah Objek).
BAB III
PENUTUP
Dari paparan sebelumnya, cara yang paling mudah menganalisis struktur kalimat dalam
bahasa Indonesia yaitu dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai kata kunci.
Mengetahui unsure-unsur kalimat dalam bahasa Indonasia sangat penting agar kita dapat
membuat atau menyusun kalimat yang efektif.