Anda di halaman 1dari 3

Dampak Kedwibahasaan pada Pengajaran Bahasa

Rabu, 12 September 2012 15:43:07 Oleh : redaksi

Dibaca : 110

Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan satu sama lain. Sebagai mahkluk mereka
harus bersosialisasi dan berinteraksi satu sama lain. Interaksi antar manusia membutuhkan
adanya komunikasi. Dalam proses komunikasi, membutuhkan alat yaitu bahasa sebagai
penyampai pesan. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan setiap saat. Komunikasi
yang terjadi itu berupa lambang bunyi dan itu digunakan dalam semua bidang kehidupan.
Komunikasi aktif terjadi apabila melibatkan antara kedua belah pihak, yaitu penutur dan
mitra tutur. Dalam pembelajaran, komunikasi sangat berperan. Pelaksanaan pendidikan
terutama di Sekolah Dasar sangat ditentukan oleh bahasa. Bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi memiliki peranan
penting. Pembelajaran bahasa sebagai alat komunikasi akan menarik minat siswa karena
didesak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi
Anak-anak lebih akan menirukan apa yang dilakukan orang dewasa. Secara tidak langsung

kita, anak-anak tidak lepas juga orang dewasa seperti kita secara tidak langsung menguasai
dua bahasa sekaligus. Terbukti menurut Chaer dan Leonie Agustina (2004: 84) pertama, anak
menguasai bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamamya (disingkat B1), dan yang kedua
adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2)
Perkembangan bahasa terjadi sangat cepat sekitar usia 3 tahun, ketika semua huruf abjad
menjadi akrab. Ini terjadi ketika anak-anak belajar cara membaca beberapa kata dasar. Tidak
ada yang benar-benar tahu huruf atau bunyi apa yang paling masuk akal untuk diajarkan pada
anak pertama kali. Bagi kebanyakan anak sekalipun, masalah ini terjadi begitu saja. Terlepas
dari apa yang dikatakan aturan perkembangan bahasa pada anak, anak-anak paling mudah
tertarik kepada suara dan huruf yang paling berarti bagi mereka.
Pemerolehan bahasa dapat dibagai atas Pemerolehan Bahasa Pertama (PB1) dan
Pemerolehan Bahasa Kedua (PB2). PB1 adalah segala kegiatan seseorang dalam rangka
mengusai bahasa ibu. Sedangkan PB2 adalah proses yang disadari atau tidak dalam rangka
menguasai bahasa kedua setelah seseorang menguasai atau mempelajari PB1. Proses belajar
ini dapat bersifat informal (pengajaran bahasa secara alamiyah) maupun formal (pengajaran
bahasa secara ilmiah).
Mengenai pemerolehan bahasa juga ada beberapa pengertian, proses anak mulai mengenal
komunikasi dengan lingkungannya secara verbal, itulah yang disebut dengan pemerolehan
bahasa pada anak. Pengertian lain mengatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu
proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan ucapan mereka dengan ucapan
orang yang sudah dewasa dan dari itulah mereka bisa memilih tata bahasa yang baik (Tarigan,
1988: 1).
Dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa atau language acquisition adalah suatu proses
yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin
bertambah rumit, ataupun teori-teori yang masih terpendam yang mungkin terjadi, dengan
ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih berdasarkan suatu penilaian tata bahasa
yang baik dan sederhana dari bahasa tersebut.
Dalam perkembangannya, pemerolehan bahasa pertama berawal dari bahasa ibu. Dalam
perkembangan ini ditandai anak mengembangkan konsep dirinya. Ia berusaha membedakan
dirinya dengan subjek, dirinya dengan orang lain serta objek dengan tindakan (Tarigan, 1988:
83). Perkembangan bahasa pertama anak lebih mudah ditandai dari panjang ucapannya.
Panjang ucapan anak kecil merupakan petunjuk perkembangan bahasa yang lebih baik dari
pada usianya. Chomsky berpendapat tidak mungkin seorang anak kecil mampu menguasai
bahasa ibunya dengan begitu mudah (Chaer, 2003: 108).
Dampak Positif Kedwibahasaan
Kedwibahasaan adalah kemampuan menghasilkan ujaran yang bermakna di dalam dua
bahasa (atau lebih), bersifat relatif karena penguasaan bahasa seseorang berbeda-beda.
Kedwibahasaan adalah penggunaan dua bahasa atau kode bahasa. Pengajaran bahasa disebut

juga dengan pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa pertama pada anak terjadi ketika anak
menguasai bahasa ibu.
Selain bahasa pertama yang di dapat dari bahasa ibu, anak juga belajar bahasa kedua di
sekolah. Dampak positif kedwibahasaan dalam pengajaran bahasa misalnya dalam
pengajaran bahasa Indonesia dapat menambah kekayaan dalam berbahasa, dalam
ragam tulis maupun ragam lisan. Dalam ragam tulis, misalnya munculnya kosakata
baru dari anak tersebut, dapat menciptakan ragam tulisan efektif dan tidak efektif.
Sedangkan dalam ragam lisan, anak lebih variatif dalam komunikasi berbahasa, tak hanya itu
anak lebih banyak menggunakan kosakata untuk berbicara kepada siapa saja, anak dapat
menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur rapi, tidaklah
secara otomatis menerapkan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan
baik. Dalam pengajaran bahasa daerah pun sama, dampak positifnya agar anak bisa bersikap
positif mencintai bahasa mereka sendiri, selain itu belajar bahasa daerah merupakan wujud
dari kedwibahasaan. Dampak dari kedwibahasaan terhadap pengajaran bahasa adalah, anak
menjadi lebih menguasai dua bahasa atau bahkan lebih. Meraka pun disebut juga sebagai
dwibahasawan anak-anak.
Dalam pemerolehan bahasa, anak yang mempelajari bahasa secara formal akan memperoleh
ragam tinggi. Sedangkan ragam rendah diperoleh dari pergaulan dengan keluarga dan temantemannya (Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 95). (*)

Anda mungkin juga menyukai