Deskripsi:
Anion klorida terutama terdapat di dalam cairan ekstraseluler. Klorida berperan penting
dalam memelihara keseimbangan asam basa tubuh dan cairan melalui pengaturan tekanan
osmotis. Perubahan konsentasi klorida dalam serum jarang menimbulkan masalah klinis,
tetapi tetap perlu dimonitor untuk mendiagnosa penyakit atau gangguan keseimbangan asambasa.
Implikasi klinik:
Penurunan konsentrasi klorida dalam serum dapat disebabkan oleh muntah, gastritis,
diuresis yang agresif, luka bakar, kelelahan, diabetik asidosis, infeksi akut. Penurunan
konsentrasi klorida sering terjadi bersamaan dengan alkalosis metabolik.
Peningkatan konsentrasi klorida dalam serum dapat terjadi karena dehidrasi, hiperventilasi,
asidosis metabolik dan penyakit ginjal. Pedoman Interpretasi Data Klinik
Nilai klorida berguna dalam menilai gangguan asam-basa yang menyertai gangguan fungsi
ginjal. Konsentrasi klorida dalam plasma dapat dijaga agar tetap mendekati nilai normal,
walaupun dalam keadaan gagal ginjal.
Konsentrasi natrium, bikarbonat dan klorida dalam serum dapat digunakan untuk
menghitung gap anion (AG) sebagai berikut :
AG = (Na+) [ HCO3- + Cl-]
Gap anion lebih dari 12 mengindikasikan adanya anion yang tidak terukur, seperti metanol,
urea, keton, laktat dan etilen glikol.
Faktor pengganggu:
Konsentrasi klorida plasma pada bayi biasanya lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak
dan dewasa
Beberapa obat tertentu dapat mengubah kadar klorida
Peningkatan klorida terkait dengan infus garam IV berlebih
Hal yang harus diwaspadai:
nilai kritis klorida: <70 atau > 120 mEq/L atau mmol/L
Perawatan Pasien
Memeriksa aktifi tas dan diet normal
Interpretasi hasil pemeriksaan dan monitor dengan memadai
Jika diduga terjadi gangguan elektrokit, harus dicatat berat badan dan asupan dan output
cairan yang akurat
Magnesium (Mg2+)
Nilai normal: 1,7 - 2,3 mg/dL SI unit : 0,85 1,15 mmol/L
Deskripsi:
Magnesium dibutuhkan bagi ATP sebagai sumber energi. Magnesium juga berperan dalam
metabolisme karbohidrat, sintesa protein, sintesa asam nukleat, dan kontraksi otot. Defi siensi
magnesium dalam diet normal jarang terjadi, tetapi diet fosfat yang tinggi dapat menurunkan
absorpsi magnesium. Magnesium juga mengatur iritabilitas neuromuskular, mekanisme
penggumpalan darah dan absorbsi kalsium.
Implikasi klinik:
Hipermagnesemia dapat terjadi pada gagal ginjal, diabetik asidosis, pemberian dosis
magnesium (antasida) yang besar, insufi siensi ginjal, hipotiroidisme dan dehidrasi.
Hipomagnesemia dapat terjadi pada diare, hemodialisis, sindrom malabsorbsi obat (kondisi
tersebut mengganggu absorbsi tiazid, amfoterisin B, cisplatin), laktasi, pankreatitis akut,
menyusui, alkoholik kronik
Defi siensi magnesium dapat menyebabkan hipokalemia yang tidak jelas dan menyebabkan
iritabilitas neuromuskular yang parah
Peningkatan magnesium dapat memberikan efek sedatif, menekan aktivitas jantung dan
neuromuskular
Untuk mencegah aritmia, pemberian magnesium sulfat i.v tidak lebih dari 2 g/jam
Hipomagnesia menyebabkan aritmia ventrikuler.
Faktor pengganggu
Terapi salisilat, litium dan produk magnesium jangka panjang (misalnya: antasida, laksatif)
dapat menyebabkan peningkatan kadar magnesium false, khususnya jika terjadi kerusakan
ginjal
Kalsium glukonat, seperti juga sejumlah obat lain, dapat mengganggu metode pemeriksaan
dan menyebabkan penurunan hasil.
Hemolisis akan memberikan hasil invalid, karena sekitar tiga per empat magnesium dalam
darah ditemukan pada intrasel darah merah
Pemantauan Terapi pasien
Interpretasi hasil pemeriksaan dan lakukan monitor yang sesuai. Terapi koma diabetik
sering menurunkan kadar magnesium. Perubahan ini terjadi karena magnesium berganti
dengan kalium masuk ke dalam sel setelah pemberian insulin.
Lakukan pengukuran magnesium pada pasien yang meneriman aminoglikosida dan
sikslosporin. Terdapat hubungan antara terapi tersebut dengan hipermagnesemia. Terapi