secara tuntas pada penderita, bahkan memusnahkan hewan vertebrata yang terinfeksi
Pemotongan hewan yang sakit di malam hari untuk menghindari lalat. Ternak yang
sakit dapat dipotong dan dikonsumsi dibawah pengawasan dokter hewan.
Pengangkutan ternak sakit ke Rumah Potong Hewan (RPH) hanya dapat dilakukan
pada malam hari untuk menghindari penyebaran oleh lalat. Seluruh sisa pemotongan
harus dibakar dan dikubur dalam-dalam setelah pemotongan, lokasi disucihamakan
(Astiti, 2010).
Pengendalian
Sampai saat ini belum ada gerakan pengendalian penyakit Surra baik dengan mengontrol
lalat atau pun dengan chemotherapy. Pengendalian Surra sepenuhnya masih tergantung pada
pengobatan dan hanya diberikan kepada hewan yang menderita infeksi aktif. Para pemelihara
kerbau menggunakan insektisida untuk mengusir lalat (vektor). Biasanya pengobatan hanya
diberikan secara individual kepada hewan yang diduga terinfeksi dengan obat trypanocidal,
berdasarkan dari gejala klinis sakit, akan tetapi untuk hewan karier masih sulit, karena tidak
menunjukkan gejala. Rendahnya sensitivitas tes secara parasitology dan gejala klinis yang tidak
spesifik menyebabkan pengobatan tidak dapat diaplikasikan secara efektif. Oleh karena itu
diperlukan teknik diagnosa yang benar-benar akurat agar obat tidak terbuang.
Pengobatan dapat bervariasi dan biasanya berhasil bila dimulai pada permulaan penyakit.
Bila susunan saraf pusat telah terlibat, biasanya pengobatan kurang baik hasilnya. Obat-obat
yang sering digunakan antara lain :
1. Eflornithine dengan dosis 400 mg/kg/hari IM atau IV dalam 4 dosis bagi, selama 14hari
dan dilanjutkan dengan pemberian oral 300 mg/kg/hari sampai 30 hari.
2. Suramin dengan dosis 1 gr IV pada hari ke 1,3,7,14,21 dimulai dengan 200 mg untuk test
secara IV. Dosis diharapkan memcapai 10 gram. Obat ini tidak menembus blood-brain
barrier dan bersifat toksis pada ginjal.
3. Pentamadine, dengan dosis 4 mg/kg/hari/hari IM selama 10 hari.
4. Melarsoprol, dengan dosis 20 mg/kg IV dengan pemberian pada hari ke
1,2,3,10,11,12,19,20,21 dan dosis perharinya tidak lebih dari 180 mg. Enchephalopati
dapat muncul sebagai efek pemberian obat ini . Hai ini terjadi oleh karena efek langsung
dari arsenical (kandungan dari melarsoprol) dan juga oleh karena reaksi penghancuran
dari Trypanosma (reactive enchepalopathy). Bila efek tersebut muncul,pengobatan harus
dihentikan.
5. Quinapyramine 5 mg/kg sc. Dosis pemberian sebaiknya dibagi menjadi 3 bagian dan
diberikan dengan interval 6 jam. Sodium suramin 7-10 mg/kg im atau iv dapat juga
diberikan, namun obat ini sudah sulit didapat
6. Diminazene aceturat, dosis 3,5 mg/kg, disuntikkan IM, dan Isometamedium, dosis 0,25
0,5 mg/kg disuntikkan IM
Sampai saat ini ternyata hanya Suramin yang efektif untuk pengendalian Surra, karena tidak
menimbulkan resistensi dan mempunyai efek residual selama tiga bulan sehingga dapat
digunakan sebagai pencegahan dan pengendalian, namun demikian obat ini sulit diperoleh dan
jika ada harganya sangat mahal. Oleh karenanya pengobatan terhadap Trypanosomiasis (Surra)
selayaknya dilakukan secara strategis yaitu pada awal terjadi infeksi agar penyakit tidak
menyebar dan perlu dicarikan obat alternative yang murah, efektif, mudah aplikasinya serta
mudah didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Astiti, Luh Gde Sri. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Pada Ternak Sapi. Kementerian Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Mataram :
Balai
Pengkajian
Teknologi
Pertanian
NTB
di
unduh
di