Anda di halaman 1dari 3

Pencegahan

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan terhadap tripanosomiasis meliputi tindakan


pengelolaan terhadap hewan ternak (hospes definitive, dan pengelolaan agen penyakit seperti
lalat yang merupakan hospes intermediet), menghindakan kontaminasi mekanis yang tidak
disengaja, pengelolaan penggunaan tanah, dan pengendalian biologis. Pengecekan darah secara
berkala dan pemberian obat secara berkala juga dapat membantu pencegahan penularan penyakit
ini.
Pencegahan penyakit ini meliputi :
1. Mengurangi sumber infeksi
Pengurangan sumber infeksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengobatan

secara tuntas pada penderita, bahkan memusnahkan hewan vertebrata yang terinfeksi
Pemotongan hewan yang sakit di malam hari untuk menghindari lalat. Ternak yang
sakit dapat dipotong dan dikonsumsi dibawah pengawasan dokter hewan.
Pengangkutan ternak sakit ke Rumah Potong Hewan (RPH) hanya dapat dilakukan
pada malam hari untuk menghindari penyebaran oleh lalat. Seluruh sisa pemotongan
harus dibakar dan dikubur dalam-dalam setelah pemotongan, lokasi disucihamakan
(Astiti, 2010).

2. Melindungi manusia terhadap infeksi


Kontak terhadap vektor dapat dihindari dengan menjauhi habitat vektor, memakai

pelindung kepala dan tubuh, menggunakan kelambu serta memakai reppellent.


Mengendalikan vector
Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pembasmian serangga penghisap darah
dengan tindakan penyemprotan kandang dan ternak insektisida yang aman bagi
ternak, mengurangi tempat hidup dan perindukan vektor, pelepasan jantan-jantan
steril, pembersihan tempat yang basah dan rimbun, pengeringan tanah dan penertiban
pembuangan kotoran dan sampah sisa makanan ternak. Cara pencegahan yang efektif
adalah menjaga lingkungan kandang tetap bersih dari limbah pakan ternak yang
menumpuk disekitar kandang dan melakukan control lalat dengan obat anti lalat. Obat
anti lalat yang beredar di pasaran antara lain Gusanex, Ralat, dll.

Pengendalian

Sampai saat ini belum ada gerakan pengendalian penyakit Surra baik dengan mengontrol
lalat atau pun dengan chemotherapy. Pengendalian Surra sepenuhnya masih tergantung pada
pengobatan dan hanya diberikan kepada hewan yang menderita infeksi aktif. Para pemelihara
kerbau menggunakan insektisida untuk mengusir lalat (vektor). Biasanya pengobatan hanya
diberikan secara individual kepada hewan yang diduga terinfeksi dengan obat trypanocidal,
berdasarkan dari gejala klinis sakit, akan tetapi untuk hewan karier masih sulit, karena tidak
menunjukkan gejala. Rendahnya sensitivitas tes secara parasitology dan gejala klinis yang tidak
spesifik menyebabkan pengobatan tidak dapat diaplikasikan secara efektif. Oleh karena itu
diperlukan teknik diagnosa yang benar-benar akurat agar obat tidak terbuang.
Pengobatan dapat bervariasi dan biasanya berhasil bila dimulai pada permulaan penyakit.
Bila susunan saraf pusat telah terlibat, biasanya pengobatan kurang baik hasilnya. Obat-obat
yang sering digunakan antara lain :
1. Eflornithine dengan dosis 400 mg/kg/hari IM atau IV dalam 4 dosis bagi, selama 14hari
dan dilanjutkan dengan pemberian oral 300 mg/kg/hari sampai 30 hari.
2. Suramin dengan dosis 1 gr IV pada hari ke 1,3,7,14,21 dimulai dengan 200 mg untuk test
secara IV. Dosis diharapkan memcapai 10 gram. Obat ini tidak menembus blood-brain
barrier dan bersifat toksis pada ginjal.
3. Pentamadine, dengan dosis 4 mg/kg/hari/hari IM selama 10 hari.
4. Melarsoprol, dengan dosis 20 mg/kg IV dengan pemberian pada hari ke
1,2,3,10,11,12,19,20,21 dan dosis perharinya tidak lebih dari 180 mg. Enchephalopati
dapat muncul sebagai efek pemberian obat ini . Hai ini terjadi oleh karena efek langsung
dari arsenical (kandungan dari melarsoprol) dan juga oleh karena reaksi penghancuran
dari Trypanosma (reactive enchepalopathy). Bila efek tersebut muncul,pengobatan harus
dihentikan.
5. Quinapyramine 5 mg/kg sc. Dosis pemberian sebaiknya dibagi menjadi 3 bagian dan
diberikan dengan interval 6 jam. Sodium suramin 7-10 mg/kg im atau iv dapat juga
diberikan, namun obat ini sudah sulit didapat
6. Diminazene aceturat, dosis 3,5 mg/kg, disuntikkan IM, dan Isometamedium, dosis 0,25
0,5 mg/kg disuntikkan IM
Sampai saat ini ternyata hanya Suramin yang efektif untuk pengendalian Surra, karena tidak
menimbulkan resistensi dan mempunyai efek residual selama tiga bulan sehingga dapat
digunakan sebagai pencegahan dan pengendalian, namun demikian obat ini sulit diperoleh dan

jika ada harganya sangat mahal. Oleh karenanya pengobatan terhadap Trypanosomiasis (Surra)
selayaknya dilakukan secara strategis yaitu pada awal terjadi infeksi agar penyakit tidak
menyebar dan perlu dicarikan obat alternative yang murah, efektif, mudah aplikasinya serta
mudah didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Astiti, Luh Gde Sri. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Pada Ternak Sapi. Kementerian Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Mataram :
Balai

Pengkajian

Teknologi

Pertanian

NTB

di

unduh

di

http://ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/pu/psds/Penyakit.pdf pada 7 September 2016


Desquesnes, Marc et all. 2013. Trypanosoma evansi and Surra: A Review and Perspectives on
Origin, History, Distribution, Taxonomy, Morphology, Hosts, and Pathogenic
Effects. International: BioMed Research International Volume (2013), Article ID
194176, 22 pages
Siahaan, Lambok. Trypanosomiasis Gambia. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara di unduh di http://library.usu.ac.id/download/fk/parasitologilambok2.pdf pada 7 September 2016
http://www.pertanian.go.id/dinakkeswan_jateng/files/PenyakitSURRA_Trypanosomiasis.pdf

Anda mungkin juga menyukai