TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada
Departemen Teknik Elektro
Oleh:
MESTIKA SETIAWAN TAMBUNAN
060422004
Oleh:
MESTIKA SETIAWAN TAMBUNAN
060422004
Tugas Akhir ini adalah untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Teknik Elektro
Disetujui oleh:
Pembimbing Tugas Akhir
Diketahui oleh:
Departemen Teknik Elektro FT USU
Pelaksana Harian,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha
Kasih, atas segala berkat, rahmat dan limpahan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dalam waktu yang telah ditetapkan, dengan judul:
ANALISA HARMONISA PADA SISI MASUKAN DAN KELUARAN
PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA. Penulisan tugas akhir ini dilakukan
guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Dalam
penulisan
tugas
akhir
ini,
penulis
menyadari
akan
Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi setiap orang yang
membacanya, dan kiranya anugerah Tuhan selalu menyertai kita semua.
Mestika Setiawan T.
NIM. 060422004
Abstrak
penyearah
terkendali,
tegangan
keluaran
konverter
akan
semikonverter, kontrol sudut extinction dan kontrol sudut simetris. Pada sudut
tunda 60o diperoleh THD sebesar 76,73% dengan faktor daya 0,78 (lagging) untuk
semikonverter, sedangkan pada sudut pemadaman 60o untuk kontrol sudut
extinction diperoleh THD sebesar 47,27% dengan faktor daya 0,89 (leading).
Selanjunya sudut konduksi 97,16o, untuk kontrol sudut simetris diperoleh THD
sebesar 45,82% dengan faktor daya 0,90 (lagging). Dari hasil menunjukkan
bahwa, kontrol sudut simetris memiliki THD paling kecil dan memiliki faktor
daya yang lebih baik, bila dibandingkan dengan kontrol sudut extinction dan
semikonverter.
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ........................................................................................
Kata Pengantar ..................................................................................
Abstrak ...............................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................
Daftar Gambar ..................................................................................
i
ii
iv
v
vii
Bab I
1
1
3
3
4
4
Pendahuluan ........................................................................
1.1.Latar Belakang Masalah ..................................................
1.2.Tujuan Penulisan .............................................................
1.3.Pembatasan Masalah........................................................
1.4.Metode Penulisan ............................................................
1.5.Sistematika Penulisan ......................................................
6
6
8
10
13
15
17
17
18
21
21
23
25
26
28
29
31
32
33
33
41
44
47
48
49
Bab V
50
50
51
Daftar Pustaka
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
Gambar 2.5.
Gambar 3.1.
Gambar 3.2.
Gambar 4.1.
Gambar 4.2.
Gambar 4.3.
7
10
14
18
19
22
22
47
48
49
Abstrak
penyearah
terkendali,
tegangan
keluaran
konverter
akan
semikonverter, kontrol sudut extinction dan kontrol sudut simetris. Pada sudut
tunda 60o diperoleh THD sebesar 76,73% dengan faktor daya 0,78 (lagging) untuk
semikonverter, sedangkan pada sudut pemadaman 60o untuk kontrol sudut
extinction diperoleh THD sebesar 47,27% dengan faktor daya 0,89 (leading).
Selanjunya sudut konduksi 97,16o, untuk kontrol sudut simetris diperoleh THD
sebesar 45,82% dengan faktor daya 0,90 (lagging). Dari hasil menunjukkan
bahwa, kontrol sudut simetris memiliki THD paling kecil dan memiliki faktor
daya yang lebih baik, bila dibandingkan dengan kontrol sudut extinction dan
semikonverter.
BAB I
PENDAHULUAN
Tenaga listrik memegang peranan yang penting dalam industri. Pada aplikasi
industri bahwa tenaga listrik ini harus dikontrol terlebih dahulu sebelum diberikan
ke beban. Untuk mengontrol tenaga listrik, biasanya digunakan suatu konverter.
Konverter ac-dc adalah pengontrol tenaga listrik ac yang tersedia dikonversi
menjadi tegangan dc melalui penyearah terkendali.
Untuk menghasilkan tegangan keluaran yang terkendali digunakan
thyristor (phase-controlled-thyristor). Tegangan keluaran penyearah terkendali
dapat divariasikan dengan mengontrol atau mengatur sudut penyalaan thyristor.
Thyristor dinyalakan dengan memberikan satu pulsa pendek pada gerbangnya dan
dimatikan melalui komutasi natural atau komutasi line, dan pada kasus dengan
beban yang sangat induktif, thyristor dimatikan dengan menyalakan thyristor yang
lain pada penyearah pada setengah masa negatif tegangan masukan.
Namun adanya penggunaan konverter dalam sistem akan menimbulkan
tegangan atau arus yang nonsinusoidal. Kadar harmonisa yang tinggi dalam
sistem tidak dikehendaki, karena dapat menimbulkan beberapa kerugian, seperti:
naiknya distorsi terhadap input, kegagalan fungsi dari peralatan elektronik yang
sensitif, menurunkan efisiensi dan pemborosan energi listrik. Dengan demikian
kadar harmonisa yang terlalu tinggi harus diperkecil.
Untuk mempermudah pembahasan dalam Tugas Akhir ini, dibuat batasan masalah
sebagai berikut:
1. Penyearah yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah penyearah
terkendali satu fasa yang mengkonversi tegangan ac ke dc yang dikenal
sebagai konverter ac-dc.
2. Menggunakan kontrol sudut simetris untuk mengurangi level harmonisa.
Tugas Akhir ini terdiri atas 5 bab, yang disusun dalam sistematika berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian singkat dari latar belakang, tujuan penulisan,
pembatasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
PENYEARAH TERKENDALI
Bab ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan penyearah
terkendali satu fasa, semikonverter satu fasa, konverter penuh satu
fasa, kontrol sudut extinction dan kontrol sudut simetris.
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB II
PENYEARAH TERKENDALI
Pada gambar 2-1a rangkaian dengan beban resistif. Selama setengah siklus positif
dari tegangan masukan, anode thyristor relatif positif terhadap katode sehingga
thyristor disebut terbias-maju. Ketika thyristor T dinyalakan pada t = ,
Thyristor T akan tersambung dan tegangan masukan akan muncul di beban.
Ketika tegangan masukan mulai negatif pada t = , anode thyristor akan negatif
terhadap katodenya dan thyristor T akan disebut terbias-mundur; dan dimatikan.
Waktu setelah tegangan masukan mulai positif hingga thyristor dinyalakan pada
t = disebut sudut delay atau sudut penyalaan .
VT1
io
V0
Vdc
Vp
Vs= Vm sin t
Vo
0
Idc
Io
(a) Rangkaian
(b) Kuadran
Vdc = 1 Vm sin td (t ) = Vm ( cos t )
Vm
(1 + cos ) ..............................................................................
2
(2-1)
dan Vdc bervariasi dari Vm/ hingga 0 dengan mengubah-ubah antara 0 hingga
. Tegangan keluaran rata-rata akan menjadi maksimum bila = 0 dan tegangan
keluaran maksimum Vdm akan menjadi
Vdm =
Vm
........................................................................................
(2-2)
Vn =
Vdc
0,5(1 + cos ) ........................................................................
Vdm
(2-3)
Vrms
= 1 Vm2 sin 2 td (t )
1/ 2
= Vm 1 + sin 2
V 2
= m
4
(1 cos 2t )d (t )
1/ 2
1/ 2
..................................................
(2-4)
Kontrol rangkaian semikonverter satu fasa dapat diperlihatkan pada gambar 2-2a
dengan beban induktif tinggi. Arus beban diasumsikan kontinyu tanpa ripple.
Selama setengah siklus positif, thyristor T1 terbias-maju. Ketika thyristor T1
dinyalakan pada t = , beban dihubungkan dengan suplai masukan melalui T1
dan D2 selama periode t . Selama periode t ( + ), tegangan
Gambar
2-2c
2V
2
Vm sin td (t ) = m [ cos t ]
2
2
Vm
(1 + cos ) ..........................................................................
(2-5)
dan Vdc dapat menvariasikan dari 2Vm/ hingga 0 dengan mengubah dari 0
sampai . Tegangan rata-rata keluaran maksimum adalah Vdm = 2Vm/ dan
tegangan keluaran rata-rata ternormalisasi adalah
Vn
Vdc
= 0,5(1 + cos ) ..............................................................
Vdm
(2-6)
= 2 Vm2 sin 2 td (t )
1/ 2
V 2
= m
2
= Vm 1 + sin 2
2
2
(1 cos 2t )d (t )
1/ 2
1/ 2
...............................................
(2-7)
is
+
iT1
iT2
T1
Io = Ia
T2
V0
Vp
Vdc
Vs
Vo
Idc
Io
D1
iD1
D2
DM
iD2
iDm
E
_
(a) Rangkaian
(b) Kuadran
Secara praktis, suatu beban memiliki induktansi yang berhingga. Arus beban
bergantung pada nilai resistansi beban R, induktansi beban L dan tegangan baterai
E terlihat pada gambar 2-2a . Operasi konverter dapat dibagi menjadi dua mode:
mode 1 dan mode 2.
Mode 1. Mode ini berlaku untuk 0 t , selama diode freewheeling
Dm tersambung. Arus beban iL1 selama mode 1 digambarkan dengan
L
di L1
+ Ri L1 + E = 0 ...........................................................................
dt
(2-8)
dengan kondisi awal iL1 (t = 0) = IL0 pada keadaan tunak, akan memberikan
i L1 = I L 0 e ( R / L )t
E
(1 e ( R / L )t ) untuk iL1 0 .....................................
R
(2-9)
Pada akhir setiap mode t = , arus beban akan menjadi IL1, yaitu
I L1 = i L1 (t = ) = I L 0 e ( R / L )( / )
E
[1 e ( R / L )( / ) ] untuk IL1 0 ......
R
(2-10)
di L 2
+ Ri L 2 + E 2Vs sin t ............................................................
dt
(2-11)
iL2 =
2Vs
E
untuk iL2 0
sin(t ) + A1e ( R / L )t
Z
R
IL1,
diperoleh sebagai
2Vs
E
A1 = I L1 +
sin( ) e ( R / L )( / )
R
Z
iL2 =
2Vs
2Vs
E
E
sin(t ) + I L1 +
sin( ) e ( R / L )( / t ) .
Z
R
R
Z
L2(t
= ) = I
(2-12)
L0.
Dengan
L0,
diperoleh
I Lo =
(2-13)
I R = i L 2 d (t )
2
1/ 2
Arus rata-rata thyristor dapat juga ditentukan dari persamaan (2-12) sebagai
IA =
1
2
L2
d (t )
Arus rms keluaran dapat ditentukan dari persamaan (2-9) dan (2-12) sebagai
I rms
2
=
2
2
i L1 d (t ) +
2
iL 2 d (t )
2
1/ 2
Arus keluaran rata-rata dapat ditentukan dari persamaan (2-9) dan (2-12) sebagai
I dc =
1
2
i L1 d (t ) +
1
i L 2 d (t )
2
Rangkaian untuk konverter penuh satu fasa diperlihatkan pada gambar 2-3a
dengan beban sangat induktif sehingga arus beban bersifat kontiniu dan tanpa
ripple. Sepanjang setengah siklus positif, thyristor T1 dan T2 terbias-maju; dan
ketika thyristor-thyristor ini dinyalakan secara bersamaan pada t = , beban
akan terhubung ke suplai melalui T1 dan T2. Akibat beban yang bersifat indukt if,
thyristor
is
+
T1
T3
R
V0
Vp
Vs
Vdc
Vo
0
Idc
Io
-Vdc
E
T2
T4
io = ia
(a) Rangkaian
(b) Kuadran
Vdc
2
2
2Vm
sin td (t ) =
2V m
[ cos t ] +
2
cos ...............................................................................
(2-14)
dan Vdc dapat bervariasi dari 2Vm/ ke -2Vm/ dengan mengubah antara 0
sampai dengan . Tegangan keluaran rata-rata maksimum adalah Vdm=2Vm/ dan
tegangan keluaran rata-rata ternormalisasi adalah
Vn
Vdc
= cos ..........................................................................
Vdm
(2-15)
Vrms
= 2
Vm2 sin 2 td (t )
1/ 2
V 2
= m
2
(1 cos 2t )d (t )
1/ 2
= Vm = Vs ...............................................................................
(2-16)
Dengan beban yang resistif murni, thyristor T1 dan T2 akan tersambung dari ke
, dan thyristor T3 dan T4 akan tersambung dari + ke 2 .
Operasi konverter pada Gambar 2-3a dapat dibagi menjadi dua mode identik;
mode 1 ketika T1 dan T2 tersambung, dan mode 2 ketika T3 dan T4 yang
tersambung. Arus keluaran pada mode in semua mirip dan kita perlu
memperhatikan hanya pada satu mode untuk memperoleh arus keluaran iL.
Mode 1 valid untuk t ( + ). Jika vs=
2 Vs sin t merupakan
IL =
E
E
2Vs
2Vs
sin( ) e( R / L )( / t ) .......
sin(t ) + I Lo +
R
R
2
Z
(2-17)
Pada akhir dari mode 1 pada kondisi keadaan tunak iL ( t = + ) = IL1 = IL0.
Dengan penerapan kondisi ini pada persamaan (2-17) dan menyelesaikan untuk iL0
diperoleh
Z
R
1 e ( R / L )( / )
I Lo = I L1 =
(2-18)
; Untuk ILo 0
Nilai kritis dari ketika I0 menjadi nol dapat diselesaikan untuk nilai yang
diketahui dari , R, L, E, dan Vs. Arus rms thyristor dapat ditentukan dari
persamaan (2-17) sebagai
1
IR =
2
i d (t )
1/ 2
2
L
IA =
1
2
d (t )
2
2
Vm sin td (t ) =
Vm
(1 + cos ) ........................................
(2-19)
dan Vdc dapat diubah-ubah dari 2Vm/ sampai 0 dengan mengubah dari 0 sampai
dengan . Tegangan keluaran rms diberikan oleh
Vrms
2
=
2
V sin td (t )
2
m
1/ 2
V 1
sin 2
= m +
2
2
1/ 2
..................................................
(2-20)
(a) Rangkaian
Kontrol sudut simetris memperbolehkan operasi pada satu kuadran dan gambar
2-5a memperlihatkan semikonverter satu fasa, dengan saklar S1 dan S2 yang
dikomutasi paksa. Saklar S1 dinyalakan pada t = ( ) / 2 dan dimatikan pada
2
2
( + ) / 2
( ) / 2
Vm sin t d (t) =
2Vm
sin
.................................
(2-21)
2
2
( + ) / 2
( ) / 2
V2m sin2
Vm 1
( + sin )
]1 / 2
1/ 2
...............................................................
(2-22)
iT1
+
S1
Io = Ia
S2
iT2
Dm
Is
Vs
Vo
D1
D2
B
e
b
a
n
iDM
-
(a) Rangkaian
BAB III
ANALISA HARMONISA MENGUNAKAN DERET FOURIER
3.1 Hamonisa
Hal ini disebut frekuensi harmonisa yang timbul pada bentuk gelombang aslinya
sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut angka urutan harmonisa.
Misalnya, frekuensi dasar suatu sistem tenaga listrik adalah 50 Hz (di Indonesia),
maka harmonisa kedua adalah gelombang dengan frekuensi 100 Hz, harmonisa
ketiga adalah gelombang frekuensi 150 Hz dan seterusnya. Gelombanggelombang ini menumpang pada gelombang aslinya sehingga terbentuk
gelombang cacat yang merupakan jumlah antara gelombang asli dengan
gelombang harmonisanya.
Setiap fungsi periodik f(t) dapat diuraikan menjadi deret trigonometri tak
berhingga dan disebut deret Fourier. Supaya dapat diuraikan menjadi deret
Fourier, fungsi tersebut harus memenuhi kondisi sebagai berikut:
Integral
Fungsi f(t) merupakan fungsi kontiniu atau fungsi yang tidak kontiniu
yang diskontiniuitasnya tertentu dalam satu periode.
Ambil suatu fungsi periodik f(t) maka deret Fourier untuk fungsi tersebut
sebagai berikut :
f (t ) = An + A1 cos( wt ) + A2 cos(2wt ) + A3 cos(3wt ) + ...
+ B1 sin( wt ) + B2 sin( 2 wt ) + B3 sin(3wt ) + ...
(3-1)
n =1
A0, An, dan Bn disebut koefisien Fourier dan ditentukan dengan rumus:
A0 =
An =
Bn =
1
2
1
f (t )d (t ) .........................................................................
(3-2a)
f (t ) cos(nt )d (t ) .............................................................
(3-2b)
f (t ) sin(nt )d (t ) .............................................................
(3-2c)
n = 1, 2, 3,
Bn =
Bn =
Bn =
f (t ) sin(nt )d (t )
0
f (t ) sin(nt )d (t )
[ f (t ) sin(nt )d (t ) + f (t ) sin(nt )d (t )]
Bn =
Bn =
[ f ( ) sin( n )d ( ) + f (t ) sin( nt )d (t )]
[ f ( ) sin( n )d ( ) + f (t ) sin( nt )d (t )]
Bn = 0
Karena fungsi simetri genap maka koefisien A0 dan An dapat ditentukan sebagai
berikut :
A0 =
An =
An =
1
2
f (t )d (t )
0
f (t ) cos(nt )d (t )
0
f (t ) cos(nt )d (t )
0
(3-3a)
n =1
A0 =
An =
f (t )d (t ) ............................................................................
(3-3b)
f (t ) cos(nt )d (t ) .............................................................
(3-3c)
Fungsi simetri ganjil mempunyai sifat simetri terhadap titik awal dan mempunyai
hubungan:
f(t) = - f(-t)
Untuk fungsi simetri ganjil dapat dibuktikan bahwa koefisien An = 0 atau
komponen sinusnya hilang.
An =
An =
An =
f (t ) cos(nt )d (t )
0
f (t ) cos(nt )d (t )
[ f (t ) cos(nt )d (t ) + f (t ) cos(nt )d (t )]
An =
An =
An =
[ f ( ) cos(n )d ( ) + f (t ) cos(nt )d (t )]
[ f ( ) cos(n )d ( ) + f (t ) cos(nt )d (t )]
[ f ( ) cos(n )d ( ) + f (t ) cos(nt )d (t )]
An = 0
Bn =
Bn =
f (t ) sin(nt )d (t )
0
f (t ) sin(nt )d (t )
0
(3-4a)
n =1
Bn =
f (t ) sin(nt )d (t ) ..............................................................
(3-4b)
An =
An =
An =
f (t ) cos(nt )d (t )
f (t ) cos(nt )d (t )
[ f (t ) cos(nt )d (t ) + f (t ) cos(nt )d (t )]
Misalkan integral pertama ruas kanan sama dengan F dan dengan mengambil t =
- maka integral pertama ruas kanan dapat diuraikan menjadi :
F
f (t ) cos(nt )d (t )
f ( ) cos[(n )]d ( )
= cos(n ) f ( ) cos(n )d ( )
0
[1 cos(n )] f (t ) cos(nt )d (t )
0
An =
f (t ) cos(nt )d (t )
, n ganjil
=0
, n genap ............................................
(3-5)
f (t ) sin(nt )d (t )
, n ganjil
=0
, n genap ............................................
(3-6)
(a
n =1, 2 , 3,..
cos nt + bn sin nt )
cos nt + bn sin nt )
Vo (t ) = Vdc +
(a
n =1, 2 , 3,..
dengan
Vdc =
V
2
V m sin td (t ) = m (1 + cos )
an =
1
V m sin t cos ntd (t )
; = sudut tunda
Vm cos(n + 1) cos(n 1)
n + 1
n 1
bn =
1
Vm sin t sin ntd (t )
Vm sin( n + 1) sin( n 1)
n + 1
n 1
Impedansi beban
Z = R + j (nL) = R 2 + (nL) 2
1/ 2
< n
dan n = tan 1 (nL / R). Dengan membagi Vo(t) dengan impedansi beban dan
menyederhanakan suku sinus dan kosinus yang menghasilkan arus beban sesaat.
Io(t) = Idc +
n =1, 3, 5,..
2 I n sin( nt + n n )
1
2
(a n2 + bn2 )1 / 2
R 2 + (nL) 2
(a
n =1, 2 , 3,..
cos nt + bn sin nt )
dengan
2
Vdc =
2
1
an =
bn =
sin td (t ) =
Vm
(1 + cos )
; = sudut padam/pemadaman
Vm cos(n + 1) cos(n 1)
n + 1
n 1
1
Vm sin( n + 1) sin( n 1)
n + 1
n 1
Impedansi beban
Z = R + j (nL) = R 2 + (nL) 2
1/ 2
< n
dan n = tan 1 (nL / R). Dengan membagi Vo(t) dengan impedansi beban dan
menyederhanakan suku sinus dan kosinus yang menghasilkan arus beban sesaat.
Io(t) = Idc +
n =1, 3, 5,..
2 I n sin( nt + n n )
1
2
(a n2 + bn2 )1 / 2
R 2 + (nL) 2
[a
Vo (t ) = Vdc +
n =1, 2 , 3,..
cos(nt ) + bn sin( nt )]
dengan
2
Vdc =
2
( + ) / 2
m
( )/2
sin td (t ) =
2Vm
sin
; = sudut konduksi
( + ) / 2
an =
2
Vm sin t cos ntd (t )
( ) / 2
Vm cos(n + 1) / 2 cos(n 1) / 2
n +1
n 1
( + ) / 2
bn =
2
Vm sin t sin ntd (t )
( ) / 2
Vm sin( n + 1) / 2 sin( n 1) / 2
n +1
n 1
Impedansi beban
Z = R + j (nL) = R 2 + (nL) 2
1/ 2
< n
dan n = tan 1 (nL / R). Dengan membagi Vo(t) dengan impedansi beban dan
menyederhanakan suku sinus dan kosinus yang menghasilkan arus beban sesaat.
Io(t) = Idc +
n =1, 3, 5,..
2 I n sin( nt + n n )
1
2
(a n2 + bn2 )1 / 2
R 2 + (nL) 2
BAB IV
ANALISA HARMONISA PENYEARAH TERKENDALI
SATU FASA
Vo (t ) = Vdc +
(a
n =1, 2 , 3,..
cos nt + bn sin nt )
Vo (t ) = Vdc +
(a
n =1, 2 , 3,..
cos nt + bn sin nt )
dengan
Vdc =
Vm
2
=
(1 + cos )
V
td
t
sin
)
m
; = sudut tunda
1
a n = Vm sin t cos ntd (t )
Vm cos(n + 1) cos(n 1)
n + 1
n 1
bn =
1
Vm sin t sin ntd (t )
Vm sin( n + 1) sin( n 1)
n + 1
n 1
Impedansi beban
Z = R + j (nL) = R 2 + (nL) 2
1/ 2
< n
dan n = tan 1 (nL / R). Dengan membagi Vo(t) dengan impedansi beban dan
menyederhanakan suku sinus dan kosinus yang menghasilkan arus beban sesaat.
Io(t) = Idc +
n =1, 3, 5,..
2 I n sin( nt + n n )
1
2
R 2 + (nL) 2
;E=5V
; L = 25 mH
; R = 33.33
= 2 x 60 = 377 rad/s
Vm = 2 x 45 = 63,64 V
Vdc =
Vm
(1 + cos )
63,64
(1 + cos 60)
3,14
= 30,40 Volt
Idc
30,40 5
= 0,76
33,33
a1
cos(n + 1) cos(n 1)
=
n 1
n +1
sin( n + 1) sin( n 1)
=
n 1
n +1
b1
sin(1 + 1) sin(1 1)
1 1
1+1
cos(1 + 1) cos(1 1)
=
1 1
1+1
= -0,25
= 0,433
a3
= 0,125
b3
= -0,649
a5
= 0,292
b5
= 0,216
a7
= 0,229
b7
= 0,108
a9
= 0,0125
b9
= -0,195
=tan-1 ( a 1/ b 1)
= tan-1 (nL/R)
= tan-1 (-0,25/0,433)
= tan-1 (1x377x0,025/33.33)
=-30o
= 15,79o
= 10,9o
= 40,31o
= 53,5o
= 54,72o
= 64,8o
= 26,80o
= -3,7o
= 68,55o
iL
= 0,76 +
Vm
[R + (nL)
2
2 1/ 2
[0,499(t 30
15,79o )
63,64
2 1/ 2
[0,499(t 45,79 )
o
(a n2 + bn2 )1 / 2
Vm
R 2 + (nL )2
63,64
(0,499 )
2
(33.33 + (9,425 x1)
2
= 0,206 A
Vo (t ) = Vdc +
(a
n =1, 2 , 3,..
cos nt + bn sin nt )
dengan
Vdc =
an =
2
2
1
sin td (t ) =
Vm
(1 + cos )
Vm cos(n + 1) cos(n 1)
n + 1
n 1
1
bn =
Vm sin( n + 1) sin( n 1)
n + 1
n 1
Impedansi beban
Z = R + j ( n L ) = R 2 + ( n L ) 2
1/ 2
< n
dan n = tan 1 (nL / R). Dengan membagi Vo(t) dengan impedansi beban dan
menyederhanakan suku sinus dan kosinus yang menghasilkan arus beban sesaat.
Io(t) = Idc +
n =1, 3, 5,..
2 I n sin( nt + n n )
(a n2 + bn2 )1 / 2
In =
R 2 + ( n L ) 2
= 60o
;E=5V
; R = 33.33
; L = 25 mH
= 2 x 60 = 377 rad/s
Vm = 2 x 45 = 63,64 V
Vdc =
Vm
(1 + cos )
63,64
(1 + cos 60)
3,14
= 30,40 Volt
30,40 5
= 0,76
33,33
Idc
a1
cos(n + 1) cos(n 1)
=
n 1
n +1
b1
sin( n + 1) sin( n 1)
=
n 1
n +1
cos(1 + 1) cos(1 1)
=
1 1
1+1
= -0,25
= 0,433
sin(1 + 1) sin(1 1)
1 1
1+1
a3
= 0,125
b3
= -0,649
a5
= 0,292
b5
= 0,216
a7
= 0,229
b7
= 0,108
a9
= 0,0125
b9
= -0,195
=tan-1 ( a 1/ b 1)
= tan-1 (nL/R)
= tan-1 (-0,25/0,433)
= tan-1 (1x377x0,025/33.33)
=-30o
= 15,79o
= 10,9o
= 40,31o
= 53,5o
= 54,72o
= 64,8o
= 26,80o
= -3,7o
= 68,55o
iL
= 0,76 +
Vm
[R + (nL)
2
2 1/ 2
[0,499(t 30
15,79o )
63,64
2 1/ 2
[0,499(t 45,79 )
o
Vm
(a n2 + bn2 )1 / 2
R 2 + (nL )2
63,64
(0,499 )
2
(33.33 + (9,425 x1)
2
= 0,206 A
Vo (t ) = Vdc +
[a
n =1, 2 , 3,..
cos(nt ) + bn sin( nt )]
dengan
2
Vdc =
2
( + ) / 2
m
)/2
sin td (t ) =
2Vm
sin
( + ) / 2
2
an =
Vm sin t cos ntd (t )
( ) / 2
Vm cos(n + 1) cos(n 1)
n + 1
n 1
( + ) / 2
2
bn =
Vm sin t sin ntd (t )
( ) / 2
Vm sin( n + 1) sin( n 1)
n + 1
n 1
Impedansi beban
Z = R + j (nL) = R 2 + (nL) 2
1/ 2
< n
dan n = tan 1 (nL / R). Dengan membagi Vo(t) dengan impedansi beban 2 dan
menyederhanakan suku sinus dan kosinus yang menghasilkan arus beban sesaat.
Io(t) = Idc +
n =1, 3, 5,..
2 I n sin( nt + n n )
1
2
(a n2 + bn2 )1 / 2
R 2 + (nL) 2
= 97,16o
;E=5V
; L = 25 mH
; R = 33,33
= 2 x 60 = 377 rad/s
Vm = 2 x 45 = 63,64 V
Vdc =
2Vm
sin
2x63,64
97,16
sin
3,14
2
= 30,40 Volt
30,40 5
= 0,76
33,33
Idc
a1
cos(n + 1) cos(n 1)
=
n 1
n +1
b1
sin( n + 1) sin( n 1)
=
n 1
n +1
1+1
11
1+1
11
= -0,484
= -0,124
a3
= 0,703
b3
= 0,24
a5
= -0,341
b5
= -0,039
a7
= 0,189
b7
= 0,026
a9
= -0,098
b9
= -0,199
= 75,63o
= 15,79o
= 70,85o
= 40,31o
= 83,47o
= 54,72o
= 82,16o
= 26,80o
= 26,22o
= 68,55o
iL
= 0,76 +
2.Vm
[R + (nL)
2
2 1/ 2
[0,499(t + 75,63
15,79 o )
2 x63,64
2 1/ 2
[0,499(t + 59,84
1
2
2.Vm
R 2 + (nL )
2 x63,64
(0,499)
2
2
(33.33 + (9,425 xn)
2
= 0,413 A
4.2
KOMPONEN FOURIER
Semikonverter
4.3
Riak Tegangan
Pada sisi keluaran menimbulkan riak tegangan atau faktor ripple. Untuk
menghitung riak tegangan pada semikonverter, kontrol sudut extinction dan
kontrol sudut simetris, kita peroleh:
Riak Tegangan Semikonverter
Keluaran tegangan Dc rata-rata (Vdc) pada sudut penyalaan 60o untuk
semikonverter.
Vdc
=
=
Vm
[1 + cos ]
63,64
(1 + cos 60 o )
3,14
= 30,40 volt
dan tegangan efektkif
Vrms
Vm 1
sin 2
+ 2
2
1/ 2
63,64 1
sin 2
=
/ 3 + 2
2
1/ 2
= 41,29 Volt
Vac
2
= V rms
Vdc2
41,29 2 30,40 2
= 27,94 volt
Faktor ripple yang mengukur kandungan ripple
RF
Vac
Vdc
27,94
30,40
= 0,9190
atau 91,90%
Vm
[1 + cos ]
63,64
(1 + cos 60 o )
3,14
= 30,40 volt
dan tegangan efektkif
Vrms
Vm 1
sin 2
+ 2
2
1/ 2
1/ 2
63,64 1
sin 2
=
/ 3 + 2
2
= 41,29 Volt
Vac
2
= V rms
Vdc2
41,29 2 30,40 2
= 27,94 volt
Faktor ripple yang mengukur kandungan ripple
RF
Vac
Vdc
27,94
30,40
= 0,9190
atau 91,90%
2Vm
sin
2x55
97,16
sin
3,14
2
= 30,40 volt
dan tegangan efektkif
Vrms
V 1
= m ( + sin )
2
1/ 2
63,64 1
=
+ sin 97,16 o
2 1,85
1/ 2
= 41,85 Volt
Vac
2
= V rms
V dc2
41,85 2 30,40 2
= 28,76 volt
Faktor ripple yang mengukur kandungan ripple
RF
Vac
Vdc
28,76
30,40
= 0,9460
atau 94,60%
4.5 Bentuk Gelombang Arus Sumber, Arus Beban, dan Tegangan Beban
Semikonverter
Gambar 4-2 Gelombang Arus Sumber, Arus Beban, dan Tegangan Beban
Amplitudo
3.00E+00
2.50E+00
2.00E+00
1.50E+00
Semikonverter
1.00E+00
Sudut Extinction
5.00E-01
Sudut Simetris
0.00E+00
1
Gambar 4-3
Harmonisa ke-
4
5
6
Harmonisa ke-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
KESIMPULAN
5.2.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Hayt, William H.,Kemmerly, Jack E., & Durbin, Steven M., Rangkaian Listrik,
Jilid 2, Edisi keenam Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005.
Rashid, Muhammad H., Elektronika Daya, Jilid 1, PT. Prenhallindo, Jakarta.1999.
Rashid, Muhammad H., Power Electronis Circuits, Devices,and Applications,
Third Edition, Pearson Prentice Hall.2004.
Rashid, Muhammad H., SPICE