Anda di halaman 1dari 14
PENGENALAN UMUM DIPTEROCARPACEAE, KELOMPOK JENIS BERNILAI EKONOMI TINGGI M. Fajr Balai Besar Penclitian Dipterokarpa RINGKASAN Dipterocarpaceae merupakan jenis tumbuh-tumbuhan yang men- dominasi hutan primer dataran rendah di Asia Tenggara dan Afrika. Penyebaran dipterocarpaceae ini dipengaruhi oleh faktor iklim, ketinggian tempat, geologi dan tanah. Famili Dipterocarpaceac lebih kurang berjumlah 512 spesies dalam 16 marga/genera dan 3 snbfamili. Pengenalan jenis dari famili Diptcrocarpaceac bisa melalui pengenalan marga, suku dan pengenalan perbungaan, biji, anakan dan pohonnya. Famili Diptcrocarpaceae merupakan jenis kayu yang bernilai ekonomi tinggi. Famili Dipterocarpaceae selain Tmenghasilkan kayu juga menghasilkan produk non kayu berupa minyak keruing, damar, lemak tengkawang, kapur barus dan tanin. Kata Kunci: Pengenalan, dipterocarpaceae, kelompok jenis, ckonomi IL PENDAHULUAN Dipterocarpaceae merupakan pohon penghasil kayu utama dari hutan ‘hhujan tropis yang banyak terdapat di Indonesia bagian barat, Malaysia, Brunci dan Filipina dan menyebar kearah timur hingga Irian jaya dan Papua Nugini. Dalam industri perkayuan saat sckarang, identifikasi biasa dilakuken secara sederhana. Pengelompokan jenis terpusat pada kelompok meranti merah, ‘tmeranti kuning, meranti putih dan balan. Seharusnya, identifikasi jenis mulai dapat dilakukan berdasarkan taxonomy dan botaninya, baik pada saat inventarisasi tegakan sebelum penebangan, setelah penebangan dan lain- lainnya. Hal ini diantaranya bermanfaat untuk mengurangi beberapa kesalahan dalam identifikasi kayu gelondongan. Newman, dkk (1999), menyatakan ‘bahwa kesalahan identifikasi kayu gelondongan dapat mengakibatkan terjadi pemilihan kayu yang tidak tepat untuk penggunaan akhir, misalnya mersawa (Anisoptera spp), jenis kayu yang tidak awet untuk keperluan konstruksi berat. Info Taknls Dipearakarpa Vol. 2 No, 1, Jull 2008 :9-21 Dewasa ini banyak publikasi menginformasikan penanaman dari beberapa jenis Dipterocarpaceae dengan deskripsi botanis singkat. Biasanya hanya menginformasikan tentang habitat, dan sedikit sekali menyajikan informasi tentang distribusinya, daerah terjadinya dan ruang lingkup ekologi jenis tersebut. Penyajian sejumlah informasi yang tersedia dari jenis komersial yang telah dikenal akan memudahkan beberapa pengamatan yang akan dilakukan dan bermanfaat dalam kaitannya dengan regenerasi hutan. Tulisan ini lebih merupakan suatu ringkasan/rangkuman dari berbagai tulisan mengenai dipterokarpa dengan tujuan sebagai informasi ilmiah bagi pembaca dalam mengenal jenis dipterokarpa schingga bisa memberi wawasan yang lebih kepada para pembaca mengenai kelompok jenis dipterokarpa ini. II, DISTRIBUSI DIPTEROCARPACEAE A. Distribusi Umum Dipterocarpaceac di Dunia Famili Dipterocarpaceae memiliki tiga sub famili yaitn Diptero- earpaceac, Pakaraimoideac dan Monotoideac. Penyebarannya cukup luas mulai dari Afrika, Scychlles, Srilanka, India, China hingga ke wilayah Asia Tenggara (Burma, Thailand, Malaysia, Indonesia). Jumlah jenisnya lebih kurang berjumlah 512 spesies dalam 16 marga/genera (Al Rasyid H. dkk, 1991). Sub famili Pakaraimoideae, pertama kali dijumpai di Guyana Selatan pada ketinggian tempat 0-1.800m dpl. Marga yang masuk sub famili ini antara lain pakaraimoideac. Sclanjutnya sub famili Monotoideac, penyebarannya terbatas di Afrika dan Madagaskar. Sub famili ini terdiri dari dua marga yaitu. Monotes A.De. dan Margueria Gilg. Marga Monotes memiliki 36 jenis pohon dan marga Margueria memiliki jenis pohon lebih sedikit (Al Rasyid H. dkk, 1991) Diantara sub famili tersebut diates, yang terpenting adalah Diptero- carpaceae, karena memiliki jumlah jenis yang banyak dan diantaranya banyak yang diperdagangkan. Sub famili ini memiliki 13 genus dan 470 jenis, diantaranya 9 genus terdapat di Indonesia yaitu Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Vatica, Cotylelobium, Parashorea, Anisoptera dan Upuna. Adapun jumlah jenis dan penyebarannya Di Indonesia disajikan pada Tabel 1. 10 Pengenalan Umum Dipterocarpaceae, Kelompok Jenls Bernilal Ekanoml Tinggl M. Fall Tabel 1. Penyebaran dan jumlah jenis Pohon Dipterocarpaceae di Indonesia Jumlah jenis Number of Spectes) ‘Nama ‘Wilayanpenyebaran (reas of Disiriburion) a Jawa Sumatra| Kalimantan | Sulawesi |Maluke | PAM | trian 1. Shorea 1 | 50 127 2 3 0 0 - Endemic ce) 8 o 1 ° 0 -Non Endemic | 1 | 47 45 2 2 ° 0 2. Hopes 1 | ou 2 2 2 1] 2B = Endemic ov] 3 2 L 8 o fa -NonEndemic | 1 | il 20 1 2 1 2 3. Dryobalanopa o| 2 7 0 0 0 o = Endemic ov) 0 5 0 8 ° 9 -NonEnemic | 9 | 2 2 o 0 o 4 4, atic, aout 35 1 1 ° 1 - Endemic 1] 4 2B 0 0 0 0 -NonEndemic | 2 | 7 12 1 1 0 1 5. Cotyiolebium of a 3 0 8 ° 8 + Endemic o| o 1 o 0 o 0 +NonBudemic | 9 | 1 2 o 0 0 9 6. Anisoptera 1] 4 5 1 é ° 1 = Endemic 0} oo 2 o 8 o 8 +NonEndemie | 1 | 4 3 1 1 o 1 7. Dipterocsrpus 4 25 AL 0 0 2 a - Endemic 1 1 1s 9 0 o 9 -NonBudemic | 3 | 24 26 0 8 2 9 8, Parashorea 0} 3 6 o 0 o 9 + Endemic of} 1 4 0 9 ° 0 +NonEniemic | 9 | 2 2 0 6 ° 0 9. Upuns 0] 0 1 0 8 ° 8 - Endemic o | o 1 o 0 o 9 -Non Endemic | p | 0 D 0 0 D 4 ‘Sumber : Al Rasyid, H. dik, 1991. Secara alam jenis-jenis Dipterocarpaceae merupakan hutan alam campuran dan relatif masih sedikit yang sudah dibudidayakan dalam bentuk ‘hutan tanaman murni, 11 Info Teknie Dipterokarpa Vol. 2 No. 1, Juli 2008: 9-21 B. Distribusi Dipterocarpaceae di Indonesia Penyebaran Dipterocarpaceae di Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Lombok/Bali, Sulawesi dan Irian, Di Sumatera penyebaran Dipterocarpaceae didominasi oleh genus Shorea, Hopea, Anisoptera, Vatica dan Dipterocarpus. Masa kayunya diperkiraken tidak kurang dari 40-100 m/ha. Di Kalimantan bagian timur penyebarannya didominasi genus Shorea, Hopea, Dryobalanops, Vatica, dan Dipterocarpus. Masa kayunya di Kalimantan bagian timur kurang lebih 45-160 m*/ha, sedangkan Kalimantan bagian Tengah dan Barat kurang lebih 30-100 m*/ha. Di Maluku penyebaran. Dipterocarpaceac didominasi oleh genus Shorea (Shorea selanica) dengan masa kayu kurang lebih 120 m‘/ha, Sedangkan di Irian di dominasi oleh genus Vatica yang bercampur dengan jenis-jenis Pomatsia sp dan Intsia sp. Masa kayunya kurang lebih 60 m’/ha (Al Rasyid, H. dkic, 1991). Il. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBARAN DIPTEROCARPACEAE A, Penyebaran berdasarkan Iklim dan Ketinggian Tempat Sebagian besar jenis-jenis Dipterocarpaceae terdapat pada daerah beriklim basah dan kelembaban tinggi, pada ketinggian tempat 0 - 800 m dpl, dan curah hujan diatas 2.000 mm/th dengan musim kemarau yang pendek, Pada ketinggian tempat di atas 800 m dpl sangat sedikit jumlahnya, Jenis Dipterocarpaceae yang tumbuh sampai ketinggian 1.200 m dpl adalah Shorea carapace, S. reroluta dan Vatica odorata. Selanjutnya yang tumbuh sampai ketinggian tempat 1.350 m dpl antara lain Shorea beccariana, S. flaviflora, S. platyciados, S. rubra, Vatica heteroptera. Kemudian yang tumbuh sampai ketinggian tempat 1.500 m dpl antara lain Dipterocarpus longisperma, Vatica dulitensis, Shorea monticola, S. ovata, Vatica oblongifolia dan yang tumbuh sampai ketinggian 1.800 m dpl adalah Shorea pityclados, S. venulosa, Hopea cernua, Vatica grenulata (Al Rasyid, H. dkk, 1991), Begitu pula yang hidup pada iklim musim dan kering dengan jumlah bulan keringnya 3 - 5 bulan/tahun, jumlahnya terbatas antara lain Shorea robusta, S. roxburghtii, 5. obtuse, S. siamensis, Dipterocarpus littoralis, D. dyeri, D. obtusifolius, D. philippinensis, Hopea bilitonensis, H. celebica, H. ferrea, H. gregaria, H. odorata, H. forbesii, H. glebrifolia, H. ultima, ‘Parashorea stellata, Shorea farinose, S. henriyana, S, hypochra, 8. selenica, S, gratissima, S. montigena, Vatica cinerea, dan V. flaforirens (Al Rasyid, H. ‘dkk, 1991). 12 Panganalan Umum Dipterocarpaceae, Kelompok Jenls Bemilal Ekanom! Tinggl M, Fale B. Geologi dan tanah Jenis-jenis Dipterocarpaceae sebagian besar menyukai tanah yang kering, bereaksi asam, bersolum dalam dan liat. Pada kondisi tanah yang asam, akar dari jenis Dipterocarpaceac berasosiasi dengan ektomikoriza schingga mereka dapat bertahan hidup dan berkembang pada tanah dengan kondisi asam tersebut. Biarpun scbagian besar jenis-jenis Dipterocarpaccac menyukai tanah yang kering dan asam, ada juga scbagian kecil yang bisa tumbuh pada tanah dengan kondisi berkapur, berpasir dan gambut, Pada tanah yang berkapur, jenis Dipterocarpaceae yang bisa ditemukan adalah Hopea aptera, H. billitonensis, Shorea guiao, S. harilandii. Pada tanah berpasir antara Jain Dipterocarpus aromatica, Shorea stenoptera, S. falcifera, Hopea bacariana, Upuna borneensis dan Cotylolebium malanaxylon, Pada tanah bergambut antara lain Shorea pltycarpa, S. teysmanniana, S. uliginosa, S. albida, S. packypylla, S. balangeran, Dryobalanops rapa dan Dipterocarpus corieceus (Al Rasyid, H. dkk, 1991). Spesies Dipterocarpaceae juga dapat menyesuaikan diri pada keadaan tanah yang kompleks (Withmore, 1984). Tetapi mempelajarinya sejak dari alam adalah bersifat empiris dan mengetahui keadaan kebiasaannya merupakan hal yang lebih baik dripada mengadakan pengujian dengan berbagai spesies pada berbagai tipe tanah (Voss, RL, 1986). IV. EKOLOGI DIPTEROCARPACEAE Dipterocarpaceae merupakan unsur utama penyusun berbagai tipe hutan dataran rendah, beberapa diantaranya juga terdapat di hutan pegunungan bawah. Kebanyakan berupa pohon-pohon besar dengan tajuk yang sangat dominan. Hutan dataran rendah Dipterocarpaceae di Kepulauan Malaysia bagian barat terletak di paparan Sunda dan dilepas pantai Filipina (khususnya Pulau Visayan dan Pulau Mindanao), merupakan yang terbesar dari seluruh hutan hujan tropis dunia dalam bentuk perawakennya. Hutan ini memiliki perawakan besar den kadang-kadang memiliki pohon penjulang yang tingginya mencapai 70 - 80 m dan jumlahnya banyak, sehingga membentuk petak-potak yang fnas, tidak tegak terpencil seperti lazimnya, Volume kayu pohon besar berdiameter di atas 50 cm biasanya 60 m°/ha dan di beberapa tempat di Kalimantan bagian timur dan Filipina sering mencapai 100-180 m’/ha, suatu ukuran yang menakjubkan dibandingkan dengan 20-30 m’sha yang umum untuk hutan hujan tropis di dunia, rekor yang tertinggi adalah 480 m/ha di Kepulauan Negros (Berbano, 1938). Info Teknls Dipterakarpa Vol. 2 No. 1, Juli 2008: 9-21 Dipterocarpaceae sebagai suku yang mendominasi unsur pohon besar di futan-hutan di Melanesia bagian barat, hal ini juga unik. Di butan-hutan lainnya tidak ada jenis dan marga pohon besar yang sedemikian banyak dari satu suku terdapat bersama-sama di satu tempat. Pada tingkat jenis beberapa pohon yang lebih kecil memperlihatkan pengelompokan serupa, misalnya di Asia Calophyllum dan Syzygium (s.s) tetapi umumnya fenomena ini jarang terjadi (Newman et af,, 1999), Dari paparan Sunda dan ke timur Garis Wallacea, yang membentang di antara Kalimantan dan Sulawesi, jumlah marga dan jenisnya menurun tajam. dibanyak tempat tidak lagi mendominasi hutan seperti halnya di bagian barat, Secara lokal beberapa jenis, kebanyakan jenis agresif yang memerlukan. cahaye, bisa menduduki dan mendominasi hutan tempat-tempat terbuka dan tidak stabil, misalnya lshan pertanian tua, yang tererosi angin, dan lahan yang terganggu kegiatan gunung berapi dan tanah longsor, dan menghasilkan tegakan-tegakan kayu daun lebar ringan yang hampir murni dan sangat betharga. Hal ini tampaknya terjadi pada Anisoptera thurifera di Nugini dan Shorea selanica dan Shorea assamica di beberapa tempat di Maluku, khususnya Pulau Obi. (Newman et al, 1999), . PENGENALAN UMUM DIPTEROCARPACEAE A. Pengenalan Marga, Kelompok Jenis dan Jenis Kelompok kayu perdagangan utama (meranti, balau, mersawa anisoptera, keruing, dan kapur) secara umum batangnya berbentuk silinder dan jarang sekali meruncing, dan banyak diantaranya mencapai ukuran sangat besar, tingginya mencapai 30 m atau lebih. Hopea umumnya berukuran lebih keoil, demikian juga Vatica dan Cotylelobium yang secara umum berupa pohon-pohon kecil, tidak teratur. Semua jenis Dipterocarpaceae mengeluarkan damar atau oleo-resin ketika terjadi luka pada batang. B. Pengenalan Umum Bunga, Biji dan Pohon Untuk mengenal famili Dipterocarpaceae bisa juga dilakukan dengan melihat kondisi perbungaan, biji, dan tingkat pohon (Smits, 2003). a. Bunga Tanda-tanda perbungaan Dipterocarpaceae dikenal dengan bau wangi yang manis sckali tetapi lain daripada misalnya bau Litsea sp. Sclanjutnya jika berbunga umumnya terdapat banyak bunga dibawah pohon. Bunga dari famili Dipterocarpaceae pada umumnya kecil sekali (0,2-1,0 om) hanya dua marga, Dipterocarpus dan Ateria, mempunyai bunga yang lebih besar (Smits, 2003). 14 Pangenalan Umum Diptersearpacese, Kelompok Jenis Bernilal Exanom| Tinggi M, Fale Warma bunga pada umumnya putih sampai kuning kadang-kadang merah. terkadang banyak terbentuk daun baru dimana ranting-ranting muda ini mempunyai wama lain sehingga dapat disalah tafsir sebagai bunga. Bunga- bunga khususnya dari Dipterocarpus sedikit berdamar. Seringkali juga terdapat ranting-ranting kecil di bawah pohon yang sedang berbunga dengan beberapa daun dan bunga dan kadang juga buah yang belum sempurna. b. Biji Biji umumnya bersayap dan bila jatuh dari pohon, berputar seperti helikopter kecil, Biji bissanya selalu jatuh dekat pada pohon induknya, Dipterocarpus mempunyai biji dengan dua sayap besar dan tiga bentuk kecil yang tidak mirip seperti sayap. Anisopiera, Upuna, Cotylelobium dan Hopea mempunyai sayap yang lebih besar daripada tiga sayap yang lainnya. Shorea dan Parashorea mempunyai tiga sayap yang panjang dan dua yang pendek. Anisoptera pada umumnya mempunyai tiga urat pokok ke arah memanjang di sayapnya. Dryobalanops bersayap lima, di mana semua sayap sama besar, sedangkan Vatica kebanyakan tidak mempunyai sayap. c. Pohon Pada umumnya Dipterocarpaceae merupakan pohon yang besar dengan tajuk yang sangat dominan dan mempunyai banyak tipe banir. Umumnya Shorea (meranti), dan Dryobalanops (kapur) mempunyai banir yang konkaf yang tidak berjalan terus terlalu tinggi pada batang pohon. Banir Anisoptera (mersawa) seringkali lurus dan dapat memanjang tinggi ke atas pada batang. Banir dari Dipterocarpus (keruing) sering konveks namun variasi dalam genus ini cukup besar. Hopea (merawan) hampir selalu mempunyai akar terbang atau banir terbang. Kulit dari keruing (Dipterocarpus) mempunyai banyak entisel, sedangkan kalit dari Vatica dan Cotylelobium biasanya agak licin dan terdapat garis horizontal pada kulit batang hampir melingkari batang, kalau kulit dipotong sedikit tidak pernah ada getah keluer yang mengalir, Damar Dipterocarpaceae umumnya berwarna putih, kuning, coklat, atau hitam., VI. HASIL HUTAN DARI FAMILI DIPTEROCARPACEAE A, Kayn Bernilai Ekonomi Tinggi Diketahui bahwa jenis kayu dari famili Dipterocarpaceae merupakan jenis kayu yang bernilai ckonomi tinggi terutama jenis meranti Shorea sp. Sejak tahun 70-2n jenis kayu dari famili Dipterocerpaceae mendominasi produksi kayu dari hutan alam baik untuk keperluan pasar dalam negeri maupun Iuar negeri. 15 jeknls Diptarakarpa, Vol 2 Nov 1,JuN 20089" 21 Beberapa jenis kayu dari famili Dipterocarpaceae itu adalah berasal dari genus Shorea (meranti merah, meranti putih dan meranti kuning dan balau), genus Dryobalanops (kapur), genus Dipterocarpus (keruing), genus Anisoptera (mersawa), genus Hopea (Merawan), genus Vatica Ceesak) (Al (al Rasyid, HL dick, 1991). Adapun daptar jenis kayu perdagangan dari famili Dipterocarpaceae lebih lengkapnya dapat dilihat aie Tabel 2, Tabel 2. Kayu perdagangan dan nama daerah dari famili dipterocarpa- ceae di Indonesia No. Nama jenis Nama daerah pohon ‘A. | Kelompok Meranti Merah iL Shorea acuminata Meranti rumbai_ 2. |S. johorensis Merkuyung 3. | Si tepidote Meranti katuke 4. | 8 feprosula Meranti tembaga 5. | S. macrophylla Tengkawang katuko 6. |S. mactoptera Tengkawang jantung 7. | 8. ovalis Meranti kelungkuing & S. ovata Mandirawan 9. | 8. pachyphylia ‘Meranti kerueup 10.) S. patembanica Tengkawang majau 1. | 8 parvifolia Meranti sabut 12. | 8 paucifora Meranti udang 13. | Si pinanga Awing lanyang 14.) 8. platycarpa Meranti kait 15.) 8. quadrinervis ‘Tengkolong 16. | S platyelados ‘Meranti abang 17. | S. sandakanensis - 18.) 8. selanica ‘Meranti bopake 19. | 8. amithiana Merembong 20.| S. stenoptera Tengkawang lelon 21. |S. tayamanniana Kelopak 22.| 8 uliginosa Meranti long B. | Kelompok Meraati Putih 23. | 8. Shorea bracteoiata Damar kedontang 24 | S\ javanica Damar kaca 25 | S. assamica markunyit 26 | S lameliate Damar tunan 16 Pengenalan Umum Dipterocarpaceae, Kelampok Jenls Bernital Ekonom| Ti M. | Lanjutan Tabel 2 No. ‘Nama jenis ‘Nama daerah pohon 27 | 8. ochracea Damar kabaeag 28 | 8. retinodes Damar munsarai 29 |S. virescens Damar maja 30 | S.polyandra Meranti kenuar C. | Kelompok Meranti Kuning 31 | Shorea acuminatissima Damar parkit 32 | 8. faguetiana Damar siput 33 | S.gibbosa Damar buah 34 |S Ropeifalia Damar kunyit 35 |S. muitiftora Damar tanduk D. | Kapur 36 | Dryobalanops aromatica Kapur singkal 37 | D. lenceolata Kapur tanduk Keruing 38 | Dipterocarpus borneensis Keruing daun halus 39 | D. caudiferus Keruing anderi 40 | D. confertus Keruing tempuning 41 | D. cornutus Keruing gajah 42 |_D. crinitus Keruing bulu 43 | D. hasseliit - 44 | D. kunsttori Kenning logam 45 | D. retusus Keruing guming 46 | D. gracilis Kenning Keladan E. | Mersawa 47 | Anisoptera costata Mexsawa 48 | A. grassivenia Mezsawa 49 | A. marginate Mexsawa F. | Merawan 50 | Hopes dasyrachis ‘Mezawan 51 | Hi. deyobalanoides ‘Mezawan 52 | HA. mangerawan ‘Merawan 53 | A. sericea ‘Merawan 17 Info Taknls Dipearakarpa Vol. 2 No, 1, Jull 2008 :9-21 Lanjutan Tabel 2 No. Nama jenis Nama daerah pohon G | Resak 54 | Vatica oblongafolia Resak 38| FV rassak Resak 56 | Fvenulosa Resak HL | Balaw 57 | Shorea giauca Balau bunga 58 |S. atrinervesa Balau hutan 59] 8 fatcifera Balau laut 60 | 8 taevis Balau tanduk Sumber : Al Rasyid, 1. dek, 1991. B. Hasil Hutan Non Kayu Menurat Yusliansyah (2007), selain menghasilkan kayu yang bernilai ekonomi tinggi, Dipterocerpaceae juga menghasilkan produk non kayunya 1, Minyak Kerning Minyak keruing merupakan resin cair dengan nama ilmiah Oleoresin, nama lain adalah balsam, damar minyak atau minyak lagan. Minyak keruing berbau harum, lengket dan berminyak. Minyak keruing ini dihasilkan dari Diptercarpus spp. Menurut Boer dan Ella (2001) dalam Yusliansyah (2007), Diptercarpus spp terdiri dari 70 jenis yang tersebar di Srilanka, India, Burma, Thailand, Indi-China, Cina Selatan, Philipina, Malaysia dan Indonesia, Minyak keruing diperoleh melalui penyadapan dengan cara membuat lobang sadap berbentuk segitiga pada batang pohon berdiameter minimal 50 cm dan berada pada ketinggian 1 meter di atas permukaan tanah. Minyak keruing ini berguna untuk lampu penerangan (cbor), dempul pada kapal kayu, dan pelapis untuk meningkatkan ketahanan kayu terhadap air, sebagai pernis ruangan dan. juga bahan obat-obatan antara lain sebagai did-infectant, laxative, diuretic, stimulan ringan, dan analgesic liniments. 2, Damar Damar merupakan resin keras (hard resin) yang banyak terdapat pada batang pohon Shorea spp, Hopea spp, berbentuk keras atau repuh, dengan warna bervariasi tergantung dari jenis dan mempunyai kandungan senyawa yang kompleks. Pemanenan damar dilakukan melalui penyadapan dengan cara membuat lobang pada batang pohon yang akan disadap, berbentuk segitiga mengarah ke pusat batang. Di Krui, Propinsi Lampung, penyadapan damar Pangenalan Umum Dipterocarpaceas, Kelompok Jenis Bemilal Ekenom! Tingg! M, Fapet dilakukan pada batang pohon Shorea javanica berumur 20 tahun, dengan diameter batang berkisar antara 25 hingga 30 cm. 3. Lemak Tengkawang Biji tengkawang atau Hipe nut mengandung lemak (green butter) yang Sapat diolah menjadi minyak goreng, pengganti coklat, bahan farmasi, Kosmetik, sabun, dan margarin. Proses pengolahan minyak tengkawang menjadi lemak diawali dengan pemisahan biji dari daging buah. Pemisahan ini dapat dilakuken dengan cara perendaman dalam air mengalir dan penjemuran. di atas bara api (pengasapan), Biji tengkawang yang mengandung lemak tersebut selanjutnya diekstrak dengan cara perebusan, pengempaan atau penggunaan bahan kimia. Lemak yang diperoleh selanjutnya dimurnikan dengan cara penetralan dalam alkali, perucatan dan penghilangan bau. 4. Kapur Barus Kapur barus atau kemper diperoleh dari pohon kapur (Dryobalanops aeromatica dan D. beccarii), berbentuk Kristal padat berwarna putih atau minyak. Pengambilan kepur barus harus dilakukan pada saat pohon kapur ditebang, kemudian dipotong-potong menjadi kayu bangunan. Kapur barus digunaken sebagai bahan obat-obatan, parfum, dan sintetis (paduan) organik. 5. Tanin Tanin merupakan bahan penyamak kulit dan pembuatan tinta. Tanin di dapat melalui ekstraksi kulit kayu pohon Hopea yaitu Hopea acuminate dan Hopea odorata, sedangkan dari Shorea yaitu Shorea leprosula, S. negrosensis dan S. siamensis. VIL, DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI BANGSA. INDONESIA Pada era 70-an sampai 80-an, Indonesia masih sangat mengandallan devisa negara dari sektor kehutanan. Pada waktu itu merupakan era emas produksi hasil hutan (kayu log), dimana dari ekspor kayu log diperoleh devisa negara sebesar US$ 1,8 milyar setiap tahunnya. Setelah tahun 80 sampai 90- an, produksi kayu log diubah menjadi cra industri kehutanan. Dari industri kehutanan ini, Indonesia memperoleh devisa negara sebesat US$ 4 milyar, Pada puncak momentum industri kehutanan dan ekspor kayu log, sektor kehutanan mampu memberikan kontribusi devisa negara sebesar US$ 7-8 milyar (Ngadiono, 2004). Salah satu dampak sosial ekonomi bagi bangsa Indonesia akibat pembangunan kehutanan pada waktu itu ialah bisa meningkatkan pendapatan negara, memacu pembangunan daerah, meningkat- 19 Info Taknls Dipearakarpa Vol. 2 No, 1, Jull 2008 :9-21 kan penerimaan devisa ekspor, menjadi penyedia bahen baku industri pengolahan kayu, memperluas lapangan kerja dan membuka kesempatan kerja sehingga meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kondisi hutan alam yang masih bagus dengan produksi kayu yang tinggi sehingga sangat mendukung devisa negara. Besarnya devisa negara tersebut karena produksi kayu yang besar dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Jenis-jenis dari famili Diptero- carpaceac terutama dari jenis meranti Shorea sp merupakan pendukung utama produksi kayu dan termasuk bagian penting yang mendukung devisa negara saat itu. VIM. PENUTUP 1. Dipterocarpaceae merupakan jenis tumbuh-tumbuhan yang mendominasi ‘hutan primer dataran rendah di Asia Tenggara dan Afrika. 2. Penyebaran Dipterocarpaceae ini dipengaruhi oleh faktor iklim, ketinggian tempat, geologi dan tanah, 3, Famili Dipterocarpaceac lebih kurang berjumlah 512 spesics dalam 16 marga/gencra dan 3 subfamili. 4, Pengenalan jenis dari famili Dipterocarpaceae bisa melalui pengenalan marga, suku dan pengenalan perbungaan, biji, anakan dan pohonnya. 5. Famili Dipterocarpaceas merupakan jenis kayu yang bernilai ekonomi 6. Famili Dipterocarpaceac sclain menghasilkan kayu juga menghasilkan produk non kayu berupa minyak keruing, damar, lemak tengkawang, kapur barus dan tanin, DAFTAR PUSTAKA AlRasyid, H. dkk, 1991. Vadernikum Dipterocarpaceae. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutan Dephut. Berbano, $.A, 1938, Some Economic Asfect of Logging in Northern Negros. Phillipine Journal of Forestry I, 233-54. Newman, M.F, Burgess P-F, Whitmore, T.C, 1999. Pedoman Identifikasi Pohon-pohon Dipterocarpaceae Pulau Kalimantan. Prosea Indonesia. Bogor. ‘Negadiono, 2004. Pengelolaan Hutan Indonesia. Yayasan Adi Sanggoro. Bogor 20 Pengenalan Umum Dipterocarpaceae, Kelompok Jenls Bernifal Ekanom! Ting M. Fajri Smits, W.T.M, 2003. Pedoman Sistem Cabutan Bibit Dipterocarpaceae. Edisi Khusus No. 6, 2006. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehntanan Kalimantan. Samarinda, Voss, R.L, 1986. dalam Beberapa Aspek Ekologi Daripada Regenerasi Spesies Dipterocarpaceac di Kalimantan Timur. Prosiding Edisi Kedua, 1986. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan. Hal 127- 134, Samarinda. Withmore, 1984. dalam Beberapa Aspck Ekologi Daripada Regencrasi Spesies Dipterocarpaceae di Kalimantan Timur. Prosiding Edisi Kedua, 1986, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan. Hal 127-134. Samarinda. Yusliansyah, 2007. Hasil Hutan Ikutan Dari Diptercarpaceac. Info Teknis Dipterokarpa Vol. 1 No 1. 21

Anda mungkin juga menyukai