Anda di halaman 1dari 5

BAHAYA BERAT BADAN BERLEBIH BAGI KESEHATAN

Oleh: Bambang Sediyarso, Am. Kep


Sekitar 300 juta orang di seluruh dunia saat ini mengalami obesitas dan menurut survey NHANES III terbaru yang dilaksanakan dari tahun
1988-1994, dilaporkan bahwa 59.4% pria dan 50.7% wanita di Amerika Serikat mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.
Di Amerika Serikat dan banyak negara-negara maju, penyakit ini diperkirakan menjadi pembunuh utama, menggeser faktor lainnya yaitu
kebiasaan merokok. Angka kejadian obesitas pun juga sudah mulai menunjukkan peningkatan bahkan mulai menjadi trend di negara-negara
berkembang, salah satunya Indonesia.
Selain mengancam kesehatan, berat badan berlebih dan obesitas juga merugikan negara secara ekonomi. Di Amerika Serikat, kerugian
finansial yang harus ditanggung negara akibat masalah ini dapat mencapai 5.7% pendapat negara atau sekitar USD 99.2 juta pada tahun 1995.
Sekitar USD 51.6 miliar uang negara dihabiskan untuk pengobatan penyakit-penyakit terkait kondisi berat badan berlebih dan obesitas. Sungguh
kerugian yang cukup besar hingga negara ini pun mulai menempatkan masalah ini menjadi hal yang cukup penting untuk diantisipasi.
Apa itu berat badan berlebih (overweight) dan obesitas?
Overweight (kelebihan berat badan) adalah suatu kondisi dimana terjadi kelebihan berat badan dengan IMT/BMI 25 hingga 29.9 kg/m2.
Obesitas adalah suatu kondisi dimana terjadi abnormalitas lemak tubuh yang tinggi dan IMT/BMI lebih dari atau sama dengan 30 kg/m2.
Overweight dan obesitas merupakan hasil dari interaksi yang kompleks/rumit antara faktor genetika dan lingkungan (genotip dan fenotip) yang
dicirikan oleh ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar (intake dan output) yang disebabkan oleh gaya hidup sedentary (tidak aktif
bergerak), berlebihnya konsumsi makanan karena sumber daya yang berlimpah, atau gabungan keduanya.
Penyebab dan faktor risiko terjadinya berat badan berlebih (overweight) dan obesitas
Terjadinya overweight dan obesitas melibatkan beberapa faktor :
Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga
makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan
faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33 % terhadap berat badan
seseorang.
Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti.
Lingkungan ini termasuk perilaku gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya).
Seseorang tentu saja tidak dapat merubah pola genetiknya, tetapi dia dapat merubah pola makan dan aktivitasnya.
Faktor psikis
Segala sesuatu yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi
terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah
yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya
serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Adanya penyakit yang mendasarinya
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya ;
1. Hipotiroidisme
2. Sindroma Cushing
3. Sindroma Prader-Willi
4. Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
Penggunaan obat-obatan
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.
Faktor perkembangan sedari kecil
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.
Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak hingga 5 kali lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat
dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
Jumlah aktivitas fisik yang dilakukan
Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang
makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan
tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami overweight dan obesitas.
Cara menentukan kriteria berat badan dan maknanya
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan
adalah sekitar 25 - 30 % pada wanita dan 18 - 23 % pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30 % dan pria dengan lemak tubuh lebih dari
25 % dianggap mengalami obesitas. Atau dengan kata lain seseorang yang memiliki berat badan 20 % lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat
badannya yang normal, dianggap mengalami obesitas.
Ada 2 cara mengukur proporsi berat badan:
Indeks Massa Tubuh (IMT)/Body Mass Index (BMI)

Rumus:

Kriteria

Lingkar perut
Cara mengukur:

Kriteria

Makna: semakin besar lingkar perut, semakin tinggi risiko untuk terkena penyakit (terutama penyakit-penyakit
metabolik)
Pria dengan LP > 102 cm akan berisiko lebih tinggi, sedangkan pada wanita, lingkar perut > 88 cm juga berisiko
tinggi terkena penyakit
Berikut kaitan antara IMT/BMI, LP (Lingkar Perut) dan risiko terjadinya penyakit:
Makna:
semakin tinggi angka IMT/BMI (sehingga masuk kategori
obesitas hingga yang ekstrim), diikuti pula dengan
membesarnya LP, semakin tinggi pula risiko untuk terkena
penyakit berisiko tinggi seperti diabetes (kencing manis),
hipertensi dan stroke.

Mengapa berat badan berlebih (overweight) dan obesitas berbahaya?


Kegemukan bisa menjadi masalah yang serius karena bisa menjadi faktor penyebab munculnya berbagai penyakit. Kelebihan berat badan atau
obesitas bukan hanya sekedar mempengaruhi lebar pinggang, tetapi menimbulkan efek yang lebih buruk lagi. Sejumlah masalah kesehatan yang
serius, merupakan bahaya akibat obesitas yang bisa terjadi, adalah sebagai berikut:
Dislipidemia terganggunya kadar profil lipid sehingga beberapa golongan lipid seperti kolesterol dan trigliseride kadarnya meningkat. Hal ini
predominan terjadi pada obesitas abdominal (gemuk di daerah perut)
a. Meningkatnya kolesterol total
b. Meningkatnya kadar trigliserida
c. Turunnya kadar HDL (kolesterol baik)
d. Meningkatnya kadar LDL (kolesterol jahat)
Hipertensi
Obesitas memiliki hubungan yang erat dengan penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal ini bisa terjadi akibat dari seringnya
mengkonsumsi makanan penyebab darah tunggi, kolesterol dan lemak berlebih yang akhirnya dapat memicu penyempitan pembuluh darah
sehingga tekanan darah menjadi naik.
Diabetes
Resiko yang bisa dialami oleh seseorang yang menderita obesitas adalah penyakit diabetes tipe 2. Pada penderita obesitas, insulin yang
dihasilkan oleh pankreas terganggu oleh komplikasi-komplikasi obesitas sehingga tidak dapat bekerja maksimal untuk membantu sel-sel
menyerap glukosa. Karena kerja insulin menjadi tidak efektif, maka pankreas terus berusaha untuk menghasilkan insulin lebih banyak yang
akibatnya kemampuan pankreas semakin berkurang untuk menghasilkan insulin. Kondisi ini pada umumnya disebut resistensi insulin yang
merupakan faktor penyebab seseorang mengalami diabetes tipe 2.
Atherosclerosis pengerasan dinding pembuluh darah akibat tingginya oksidan dari radikal bebas yang dilepaskan oleh jaringan lemak yang
diperburuk dengan tingginya kadar kolesterol dan LDL yang membentuk plak. Akibatnya, diameter pembuluh darah menyempit, terjadi
pengentalan darah dan terbentuk thrombus/gumpalan yang suatu saat dapat terlepas dan menyumbat.
Penyakit Jantung
Bahaya obesitas dapat memicu terjadinya serangan jantung, sebab lemak yang berlebih dapat menutupi pembuluh darah pada jantung sehingga
menjadi tersumbat. Jika hal ini terjadi, maka serangan jantungpun dapat terjadi termasuk jantung koroner.
Stroke
Menurut penelitian, seseorang yang menderita obesitas ternyata lebih beresiko terserang stroke daripada orang yang memiliki ukuran tubuh
sedang. Hal ini terjadi karena penderita obesitas cenderung memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan terkena diabetes yang akan
memicu terjadinya stroke.
Gangguan Otak
Menurut penelitian terbaru, ada sejumlah kasus obesitas yang berbahaya bagi otak. Seperti yang dilansir dari My Health News Daily, bahwa
obesitas dapat mempengaruhi otak seperti berikut ini:
a. Kecanduan makan, sebab menurut penelitian obesitas dapat mengubah pola makan secara otomatis. Sehingga jika hal ini terjadi, maka
berat badan akan bertambah karenakan otak butuh dipuaskan oleh makanan utamanya yang manis dan berlemak.
b. Mengubah kinerja sistem imun, Resiko inflamasi menjadi meningkat. Kemudian inflamasi ini akan mempengaruhi otak dan
menghancurkan beberapa bagiannya sehingga suasana hati mudah berubah hingga sulit untuk menghentikan kebiasaan makan yang
berlebih.
c. Demensia, Berhubungan dengan inflamasi akibat obesitas, ternyata dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi gampang stres. Ukuran
otak juga bisa mengecil akibat adanya lemak di perut sehingga resiko demensia dapat meningkat.
d. Diet yoyo, yakni diet berputar yang mengakibatkan penurunan dan peningkatan berat badan secara berkelanjutan. Diet ini bisa membuat
berat badan menjadi bertambah lebih cepat, dan perputarannya bisa mempengaruhi otak sehingga gampang stres.
e. Merusak memori, Menurut studi Journal of the American Geriatric Society, hormon yang diproduksi oleh lemak bisa menyebabkan
inflamasi sehingga mempengaruhi bagian kognitif yang akibatnya membuat seseorang akan kehilangan ingatan.
f. Penelitian oleh dr Kostas Trakas dari University of Toronto, Kanada menegaskan bahwa obesitas selain berdampak buruk bagi tubuh juga
berdampak buruk bagi kemampuan berpikir/kognitif. Orang-orang yang mengalami obesitas memiliki kemampuan pemahaman lebih
lambat.
Gangguan Saluran Pernapasan
Bahaya obesitas dapat menyebabkan gangguan pernafasan, karena terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan pada
dinding dada hingga menekan paru-paru. Jika hal ini dibiarkan dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam bernapas. Pada saat
tidur, gangguan pernapasan ini bisa terjadi sehingga menyebabkan pernafasan bisa berhenti untuk sementara (obstructive sleep apnea),
sehingga menimbulkan ciri ciri-ciri kurang tidur, seperti sering mengalami kantuk di siang hari.
Osteoartritis
Saat mengalami obesitas, maka resiko terkena osteoartritis (peradangan sendi) akan semakin rentan. Bagian pada tubuh yang biasa
mengalaminya adalah bagian leher, tangan, kaki, dan lutut. Hal ini terjadi karena lemak terus tertimbun dalam tubuh menyebabkan beban tubuh
semakin berat dan bertambah. Akibatnya, cairan sendi menjadi berkurang lebih cepat sehingga, bagian-bagian tulang akan saling bergesekan
dan rasa nyeripun akan timbul. Tak jarang, robekan-robekan pada tulang rawan sendi bisa terjadi. Walaupun tubuh memiliki sistem yang dapat
memperbaikinya, namun jika terus menerus berlangsung, maka robekan bisa menjadi parah.
Gangguan Kesuburan
Bahaya obesitas bisa mengganggu kesuburan khususnya bagi wanita, akibat berat badan yang berlebih. Dampak dari obesitas ini, ovarium yang
memproduksi sel telur tidak memungkinkan wanita untuk hamil. Walaupun terjadi pembuahan, maka janin sulit berkembang secara normal

sehingga keguguran sangat rentan terjadi. Selain itu, menstruasi menjadi tidak teratur akibat ketidakseimbangan hormon yang dipicu oleh
obesitas.
Depresi
Depresi merupakan gangguan kesehatan yang bisa disebabkan oleh obesitas. Kurang percaya diri hingga minder bisa mengakibatkan tekanantekanan emosional terjadi. Tak jarang kebiasaan buruk seperti menjadi lebih sensitif dan mudah marah, menjadi salah satu emosi yang
dikeluarkan saat merasa depresi sehingga gampang stres.
Resiko terkena Kanker
Pada pria, kegemukan juga dapat mengakibatkan meningkatnya risiko terkena berbagai jenis kanker seperti adenokarsinoma esofagus, kanker
kantung empedu, kanker ginjal, kanker pankreas, kanker tiroid, dan kanker kolon. Sementara pada wanita, kegemukan dapat meningkatkan
risiko terkena kanker ginjal, kanker kantung empedu, adenokarsinoma esofagus, dan kanker rahim/endometriosis.
Batu Empedu obesitas sangat berkaitan dengan meningkatnya risiko terjadinya batu empedu terutama pada wanita berusia lebih dari 40
tahun.
Tatalaksana berat badan berlebih (overweight) dan obesitas
Pengaturan diit
a. Pada mayoritas orang yang mengalami kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas, pengaturan diet untuk mengurangi asupan kalori
yang diperlukan yang idealnya dilakukan hingga mencapai target berat badan ideal. Apabila berat badan sudah bertahan di titik stabil dengan
asupan kalori yang sama sedikitnya, maka kelebihan berat badan akan hilang secara bertahap.
b. Low Calorie Diet (LCD) menurut berbagai penelitian, telah terbukti sangat baik menurunkan berat badan total rata-rata 8% selama 6 bulan,
yang diiringi dengan oengurangan lingkar perut yang signifikan. LCD merupakan diet dengan takaran asupan 800 hingga 1500 kkal per hari.
Very Low Calorie Diet (VLCD)- 250 hingga 800 kkal per hari - tidak disarankan karena kurang sukses mencapai dan mempertahankan berat
badan yang diinginkan dalam jangka panjang.
c. Usaha edukasi diet harus dijabarkan secara khusus dan per point sebagai berikut:
Nilai energi dari berbagai sumber bahan makanan
Komposisi makanan lemak, karbohidrat (juga mencakup serat), dan protein
Membaca label nutrisi untuk menenrukan kandungan kalori dan komposisi makanan
Lebih memilih membeli makanan yang berkalori rendah
Menghindari/mengurangi bahan makanan yang berkalori tinggi selama menyiapkan makanan dan memasak (misal minyak dan lemak)
Menghindari konsumsi berlebih makanan berkalori tinggi (baik makanan berlemak tinggi maupun berkarbohidrat tinggi)
Mempertahankan asupan air yang cukup
Mengurangi porsi makan
Membatasi konsumsi minuman beralkohol
Pengaturan aktifitas fisik
a. Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen yang penting dalam program penurunan berat badan karena aktifitas menyebabkan
peningkatan pembakaran energi. Peningkatan aktifitas fisik juga dapat menghambat asupan makanan dan mempertahankan berat badan
yang diinginkan. Secara keseluruhan, aktifitas fisik yang kontinu dapat mengurangi semua risiko penyakit jantung dengan cara meningkatkan
kesehatan paru-paru dan jantung yang pada akhirnya akan memperbaiki mood, kepercayaan diri dan kegiatan fisik sehari-hari (ADL/activity
of daily living).
b. Pada awalnya, rata-rata durasi waktu aktifitas fisik adalah selama 30 hingga 45 menit, 3 hingga 5 hari seminggu. Untuk orang-orang dengan
obesitas, aktifitas fisik harus dimulai secara perlahan, dan intensitasnya harus ditingkatkan secara bertahap. Aktifitas fisik awalnya dapat
dimulai dengan jalan atau berenang dengan kecepatan yang pelan. Seiring dengan waktu, intensitas, beban latihan akan meningkat dengan
sendirinya (sehingga dapat melakukan beberapa olahraga dengan intensitas sedang misal: jalan cepat, bersepeda, dansa aerobic, lompat
tali dsb).
Terapi perilaku/ behavioral therapy
a. Tujuan dari terapi perilaku adalah untuk merubah perilaku makan dan aktifitas orang-orang yang mengalami obesitas. Sebagian besar
program-program weight loss terkemuka menggunakan terapi ini dalam paket mereka yang meliputi edukasi tentang nutrisi dan aktifitas fisik.
b. Strategi terapi perilaku meliputi beberapa hal berikut yaitu:
Mengawasi dan menilai/memonitor perilaku makan dan aktifitas fisik oleh diri sendiri membuat catatan frekuensi, intensitas, dan tipe
aktifitas fisik yang dapat menurunkan berat badan serta catatatn menu makanan apa saja yang dimakan
Manajemen stres stress dapat memicu pola makan yang abnormal, dan manajemen stress dapat mengendalikan keinginan untuk makan
makanan berlebih. Contoh manajemen stress adalah meditasi dan teknik relaksasi
Mengendalikan rangsangan/stimulus belajar untuk berhati-hati selama berbelanja. Pilihlah makanan sehat, singkirkan makanan berkalori
tinggi dari rumah anda, batasi waktu dan restoran tempat anda makan, dan secara sadar menghindari situasi dimana dapat terjadi makan
yang berlebihan (misal: acara resepsi pernikahan, arisan dsb)
Memikirkan pemecahan masalah mengoreksi pola makan dan aktifitas fisik diri sendiri tanpa menyalahkan
Mengubah pola pikir (cognitive restructuring) tanamkan pada pikiran anda bahwa perilaku dapat diubah, dan perlama waktu jalan kaki
dan mengurangi konsumsi makan yang spesifik (misal yang full carbo)
Dukungan sosial anggota keluarga, teman atau bahkan rekan kerja dapat membantu anda mempertahankan motivasi untuk sehat dan
memberikan aura positif
Terapi kombinasi - Terapi ini adalah gabungan dari 3 terapi sebelumnya dan menurut penelitian, hasil yang jauh lebih baik daripada terapi
tunggal saja. Untuk mencapai berat badan yang diinginkan, disarankan untuk mempertahankan terapi ini paling sedikit 6 bulan sebelum
mempertimbangkan terapi dengan obat-obatan.

Farmakoterapi (terapi dengan obat-obatan)


a. Penggunaan obat-obatan dapat menjadi salah satu alternatif terapi penurunan berat badan yang cukup efektif namun tidak sebaik terapiterapi di atas. Obat-obatan yang digunakan biasanya bekerja menekan nafsu makan atau mencegah penyerapan lemak di usus.
b. Kisaran penurunan berat badan menggunakan terapi obat adalah sekitar 2 hingga 10 kg.
c. Namun penggunaan terapi obat bukan merupakan terapi pertama dan utama dalam menurunkan berat badan. Bukan hanya disebabkan
karena tidak semua pasien respon dengan obat jenis ini, tetapi juga dikarenakan banyaknya efek samping, contohnya
takikardi/meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, serta berkurangnya asupan vitamin larut lemak.
d. Penggunaan obat-obat herbal sangat tidak disarankan, bukan hanya karena kadarnya tidak bisa diukur, tapi juga karena tidak dapat
diperkirakan seberapa besar efek samping yang ditimbulkan (yang bisa juga berbahaya)
e. Bagi orang-orang yang mengalami overweight atau obesitas ringan tanpa risiko tinggi, terapi non farmakologis tetap menjadi terapi utama.
Pembedahan
a. Merupakan salah satu terapi pilihan bagi pasien dengan obesitas berat dan resisten (BMI 40 atau BMI 35 dengan faktor risiko) dimana
terapi lainnya sudah gagal dan terdapat banyak komplikasi di pasien.
b. Tujuan dari terapi pembedahan dalam menurunkan berat badan adalah dengan cara memodifikasi pencernaan untuk mengurangi asupan
makanan. Intervensi bedah yang umumnya dilakukan adalah gastroplasti, gastric partitioning, dan bypass lambung yang ditujukan untuk
mengurangi konsumsi makanan.
c. Pembedahan memberikan hasil yang signifikan dalam menurunkan berat badan namun disertai dengan kejadian ikutan post prosedur yang
tidak diinginkan, misalnya malnutrisi akibat hilangnya beberapa fungsi penyerapan bahan makanan sehingga monitoring post pembedahan,
terutama kadar asam folat, B12 dan zat besi, harus diawsi dengan ketat.
Jangan sepelekan masalah berat badan. Selain untuk menunjang penampilan, berat badan yang ideal juga baik bagi kesehatan. Setelah
mengetahui berbagai informasi yang sudah disampaikan di atas, diharapkan gaya hidup yang sehat dengan berat badan ideal dapat menunjang dan
menjaga kesehatan kita hingga di masa mendatang.
Selamat membaca dan salam sehat J
Sumber:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

http://halosehat.com/penyakit/obesitas/16-bahaya-obesitas-terhadap-kesehatan-hingga-kanker
http://www.indosiar.com/ragam/obesitas--penyakit-kelebihan-berat-badan_21451.html
http://puskeshaji.depkes.go.id/webs/berita-504-bahaya-obesitas.html#.V0PMPCGgbIU
http://bahayaobesitas.com/apa-itu-obesitas/
http://www.medscape.com/resource/obesity
http://the-coach.mi-comm.com/2015/03/19/penelitian-tentang-bahaya-obesitas/
NLBHI Obesity Education Initiative. Clinical Guideline on The Identification, Evaluation, and Treatment of Overweight and Obesity in
Adults:
The
Evidence
Report.
NIH
Publication
No.
98-4083.
US:
September
1998.
Source:
http://www/nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/ob_gdlns.pdf

Anda mungkin juga menyukai