Trauma Mata Akibat Benda Tumpul
Trauma Mata Akibat Benda Tumpul
HifemaEtCausaBendaTumpul
Pembimbing:
dr.Hermansyah,SpM
dr.MustafaK.Shahab,SpM
dr.HenryA.W,SpM
dr.GartatiIsmail,SpM
dr.AgahGadjali,SpM
Disusunoleh:
SitiTasyaPutriSavira
1102011262
KEPANITERAANKLINIKILMUPENYAKITMATA
RUMAHSAKITBHAYANGKARATK.1RADENSAIDSUKANTO
1
FAKULTASKEDOKTERANUNIVERSITASYARSI
PERIODE18JULI24SEPTEMBER2016
LAPORANKASUS
I.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
II.
IdentitasPasien
Nama
Umur
Jeniskelamin
Tanggallahir
Agama
Kebangsaan/suku
Pendidikan
Perkerjaan
Alamat
Status
Tanggalpemeriksaan
:Tn.E
:42tahun
:LakiLaki
:12Desember1975
:Islam
:Indonesia/Jawa
:SMA
:Pedagang
:Bogor
:menikah
:26Juli2016
Anamnesis
Anamnesisdilakukansecaraautoanamnesispadatanggal26Juli2016.
Keluhanutama:
Penglihatanmatakirinyeri.
Keluhantambahan:
Pasienmerasamatakiriberairdanmerah
Riwayatpenyakitsekarang:
Pada pagi hari pasien sedang membersihkan dagangan di toko. Pada saat
menghilangkan debu pada celana dagangan, gantungan harga yang terdapat pada
celana terbang dan melukai matanya. Kemudian pasien merasa penglihatannya
berbayang,matanyeri,danberair.
Riwayatpenyakitdahulu:
Riwayatmenggunakankacamata()
Riwayatpenyakitdiabetesmellitusdisangkal
Riwayatpenyakithipertensidisangkal
Riwayatpenyakitserupadisangkal
Riwayatoperasipadamatadisangkal
Riwayatalergiobatdanmakanandisangkal
Riwayatpenyakitkeluarga:
III.
Riwayatkeluargadengansakityangsamadisangkal
Riwayatpenyakitdiabetesmellitusdisangkal
Riwayatpenyakithipertensidisangkal
PemeriksaanFisik
StatusGeneralis:
Keadaanumum :Baik
Kesadaran
:ComposMentis
TandaVital
Tekanandarah:130/80mmHg
Nadi
:80kali/menit
Respirasi
:20kali/menit
Suhu
:36.6C
StatusOftalmologi
Lapang Pandang
Palpebra Superior
Palpebra Inferior
Konjungtiva tarsal
superior
Konjungtiva tarsal
inferior
Konjungtiva bulbi
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
Lensa
TIO
Funduskopi
OD
5/5 F
OS
/60 F
Ortoforia
KeadaanMataPasien
KeadaanMataPasiendilihatdenganSlitlamp(OS)
IV. Resume
Pasien lakilaki berusia 42 tahun, datang ke poli mata dengan keluhan
Penglihatanmatakirinyeri.Pasienmerasamatakiriberairdanmerah.
Padapemeriksaanfisikdidapativisuspada OD /60 F OD5/5 F
V. DiagnosisKerja
HifemaetCausetraumatumpul
VI. Penatalaksanaan
Mata di istirahatkan seebaiknya di rawat di rumah sakit akan mendapatkan
perawatankhusus
VII. Edukasi
Matadiistirahatkan35hari
7
Berbaringdiganjal2bantalhinggaposisisetengahduduk
VIII. Prognosis
AdVitam
AdFuntionam
AdSanationam
:dubiaadbonam
:dubiaadbonam
:dubiaadbonam
TINJAUANPUSTAKA
I.
MataNormal
AnatomidanFisiologiMata
Anatomi mata
Kelopak mata
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,serta
mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan
kornea.Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk ,melindungi bola
mata terhadap trauma,taruma sinar dan pengeringan bola mata.Pada kelopak mata
terdapat bagian-bagian seperti :2
di dalamnya
Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
Sistem lakrimal
Sistem sekresi lakrimal terletak di daerah temporal bola mata.Sistem ekskresi mulai
pada pungtum lakrimal,kanalikuli lakrimal,sakus lakrimal,duktus nasolakrimal,meatus
inferior.Sistem lakrimal terdiri dari 2 bagian iaitu :2
Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang.Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva
ini.Konjungtiva terdiri atas tiga bagian iaitu:2
dari tarsus.
Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera
bawahnya.
Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
10
Bola mata
Epitel
Membran Bowman
Stroma
Membran Descement
Endotel
12
M.oblik inferior
Mempunyai origo pada fossa lakrimal tulang lakrimal,berinsersi pada
sklera posterior 2mm dari kedudukan makula,dipersarafi saraf okulomotorius
M.rektus inferior
Mempunyai origo pada anulus Zinn,berjalan antara oblik inferior dan
bola mata atau sklera dan insersi 6mm di belakang limbus yang pada
persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen
Lockwood.Menggerakkan mata depresi (gerak primer) dan eksoklotorsi
M.rektus medius
Mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf
optik.Menggerakkan mata untuk aduksi (gerakan primer.)2
M.rektus superior
Mempunyai origo di anulus Zinn dekat fisura orbita superior beserta
lapis dura saraf optik.Fungsinya menggerakkan mata elevasi terutama bila
mata melihat ke lateral : aduksi terutama bila tidak melihat ke lateral dan
insklitorsi.2
Hifema
Hifema adalah suatu keadaan dimana adanya darah dalam bilik mata
depan
yang bersal dari pembuluh darah iris dan badan siliar yang pecah yang dapat
terjadi
akibat trauma ataupun secara spontan, sehinnga darah terkumpul di dalam
bilik mata,
yang hanya mengisi sebagian ataupun seluruh isis bilik mata depan.
Perdarahan bilik
depan bola mata akibat rudapaksa ini merupakan akibat yang paling sering
dijumpai
karena persentuhan mata dengan benda tumpul. Berat ringannya traumatik
hifema ini
selain tergantung pada tingginya perdarahan juga tergantung pada ada
tidaknya komplikasi yang menyertainya.
14
Pemeriksaan
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata harus dilakukan secara lengkap. Semua hal yang berhubungan
dengan cedera bola mata disingkirkan. Dilakukan pemeriksaan hifema dan menilai
perdarahan ulang. Bila ditemukan kasus hifema, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
secara teliti keadaan mata luar. Hal ini penting karena mungkin saja pada riwayat
trauma tumpul akan ditemukan kelainan berupa trauma tembus, seperti:2
Ekimosis
Laserasi kelopak mata
Proptosis
Enoftalmus
Fraktur yang disertai gangguan pada gerakan mata
Kadang-kadang kita menemukan kalainan berupa defek epitel, edema kornea dan
imbibisi kornea bila hifema sudah terjadi lebih dari 5 hari. Ditemukan darah di dalam
bilik mata depan. Menentukan derajat keparahan hifema, antara lain:2
Saat melakukan pemeriksaan, hal terpenting adalah hati-hati dalam memeriksa kornea
karena akan meningkatkan resiko bloodstaining pada lapisan endotel kornea.
Keadaan iris dan lensa juga dicatat, kadang-kadang pada iris dapat terlihat
iridodialisis atau robekan iris. Akibat trauma yang merupakan penyebab hifema ini
mungkin lensa tidak berada di tempatnya lagi atau telah terjadi dislokasi lensa bahkan
luksasi lensa.2
Pemeriksaan Slit-Lamp Biomicroscopy
15
Pemeriksaan ini adalah cara pilihan untuk memeriksa mata. Ia untuk menentukan
kedalaman COA dan ridocorneal contact, aqueous flare, dan synechia posterior Pasien
duduk di kerusi pemeriksaan, meletakkan dagu dan dahu pada alat pemeriksa.
Menggunakan biomicroscope, dokter memeriksa mata pasien. Sebuah strip halus,
diwarnai dengan fluorescein pewarna neon, menyentuh ke sisi mata, warna ini untuk
membantu pemeriksaan. Zat warna secara alami dibilas keluar dari mata dengan air
mata. 2
Tes berikutnya tetes mata. Tetes memakan waktu sekitar 15 sampai 20 menit untuk
bekerja, setelah pemeriksaan diulang, bagian belakang mata yang akan diperiksa.
Pasien akan mengalami beberapa sensitivitas cahaya selama beberapa jam setelah
ujian ini, dan tetes juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan dalam mata, yang
menyebabkan mual dan nyeri. Pasien yang mengalami gejala serius disarankan untuk
mencari bantuan medis segera.2
Orang dewasa tidak perlu persiapan khusus untuk ujian, namun anak-anak mungkin
perlu beberapa persiapan, tergantung pada usia, pengalaman sebelumnya, dan tingkat
kepercayaan.2
ii.
iii.
kontak
Penyanggah mesin terdiri dari Joystick dan Sandaran Kepala
Pemeriksaan Funduskopi
Penilaian fundus perlu dicoba tetapi biasanya sangat sulit sehingga perlu situnggu
sampai hifema hilang. Pemeriksaan funduskopi diperlukan untuk mengetahui akibat
trauma pada segmen posterior bola mata. Kadang-kadang pemeriksaan ini tidak
mungkin karena terdapat darah pada media penglihatan. Pada funduskopi kadangkadang terlihat darah dalam badan kaca. Pemberian midriatika tidak dianjurkan
kecuali bila untuk mencari benda asing pada polus posterior.2
Tes ini adalah menguji ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan. Mungkin
terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau humor vitreus, kesalahan
refraksi atau penyakit saraf.2
Luas lapang pandang
Mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma, arteri cerebral yang patologis
atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat trauma. 2
Pemeriksaan Goneoskopi
Untuk mencari pembuluh darah rusak dan resesif sudut.2
Pemeriksaan penunjang
CT-Scan Orbita
Potongan dilihat pada axial dan koronal, dengan 1 3 mm potongan sepanjang
orbita. Pemeriksaan ini dijalankan pada indikasi seperti fraktur orbital atau
kehilangan kesedaran.2
Pemeriksaan laboratorium
Diagnosis
Working Diagnosis
Diagnosis kerja yang dipilih untuk kasus ini adalah hifema .Hifema atau darah
di dalam bilik mata depan / kamera okuli anterior (COA) dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar .Pasien akan mengeluh
sakit ,disertai dengan epifora dan blefarospasme .Penglihatan pasien akan sangat
menurun .Bila pasien duduk ,hifema akan terlihat berkumpul di bagian bawah bilik
mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan .Kadangkadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis .3
Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang
ditinggikan 30 derajat pada kepala ,diberi koagulasi ,dan mata ditutup .Pada anak
yang gelisah ,dapat diberikan obat penenang .Asetazolamid diberikan bila terjadi
penyulit glaukoma.3
Biasanya hifema akan hilang sempurna .Bila berjalan penyakit tidak berjalan
demikian maka sebaiknya penderita dirujuk .3
Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada
pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbisi kornea ,glaukoma sekunder
,hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda
hifema akan berkurang.3
Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi
perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan
lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang .3
Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat
suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran caian mata .Zat
besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan
dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan .Hifema spontan pada anak sebaiknya
dipikirkan kemungkinan leukimia dan retinoblastoma .3
Klasifikasi Hifema
19
Menurut Rakusin :
Selain hifema ,juga terdapat mikrohifema traumatik dan hifema post-surgikal dan
hifema non-traumatik(spontan) .Tanda-tanda pada mikrohifema traumatik adalah
terendapnya sel darah merah (SDM) , terlihat hanya dengan slit lamp .Kadang-kadang
,mungkin SDM nya cukup untuk kita melihat tanpa slit lamp .Bagi hifema nontraumatik pula ,bisa disertai dengan penurunan penglihatan atau hilang penglihatan
transien (perdarahan yang intermitten boleh mengkaburi visus buat sementara )3
Differential Diagnosis
1. Hematoma Palpebra
Merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit kelopak
akibat pecahnya pembuluh darah palpebra .Merupakan kelainan yang sering
terlihat pada trauma tumpul kelopak .Trauma dapat terjadi akibat pukulan tinju
atau benda-benda keras lainnya .Dapat tidak berbahaya atau pun sangat berbahaya
karena mungkin ada kelainan lain di belakangnya .Pada keadaan yang lebih gawat
,akan terbentuk hematoma kaca mata .Ianya terjadi apabila perdarahan terletak
lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk kaca mata hitan yang
sedang dipakai .Hematoma kaca mata dapat terjadi akibat pecahnya
A.oftalmika ,maka darah masuk ke dalam kedua rongga orbita melalui fisura
orbita .Akibat darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita
20
kelopak mata maka akan berbentuk gambaran hitam pada kelopak seperti
seseorang memakai kaca mata .3
2. Pendarahan Subkonjungtiva
Kebanyakan perdarahan subkonjungtiva terjadi secara spontan tanpa ada
penyebab yang pasti karena perdarahan ini datang dari pembuluh darah konjungtiva.
Beberapa hal berikut bisa saja menghasilkan perdarahan subkonjungtival yang
spontan seperti: bersin, batuk, muntah, menggosok mata, trauma (perlukaan), tekanan
darah tinggi, kelainan perdarahan atau kelainan medis yang menyebabkan perdarahan.
Perdarahan subkonjungtiva juga dapat terjadi bukan secara spontan dan merupakan
akibat dari infeksi mata yang parah, trauma terhadap kepala atau mata, atau setelah
operasi mata atau kelopak mata. Gejala pendarahan subkungjungtiva adalah sangat
jarang orang merasakan nyeri saat perdarahan dimulai. Ketika perdarahan pertama
kali terjadi mungkin mengalami rasa tidak nyaman atau rasa ada sesuatu di di mata
atau di balik kelopaknya. Apabila perdarahan selesai, beberapa orang masih
merasakan iritasi yang sedang atau semata-mata rasa tidak nyaman yang membuat dia
selalu membawa pikirannya untuk mengamati matanya sendiri. Perdarahan sendiri
adalah sesuatu yang pasti, wilayah merah terang yang berbatas tegas berada di sklera.
Dalam area itu biasanya seluruh bagian putih tertutupi oleh darah. Perdarahan akan
tampak meluas/membesar dalam 24 jam pertama setelah onset (pertama kali terjadi)
dan secara perlahan berkurang ukurannya bersamaan dengan darah diserap kembali. 3
Etiologi
Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena
bola, batu, peluru senapan angin, dll. Selain itu, hifema juga dapat terjadi karena
kesalahan prosedur operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hifema
namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata (contohnya retinoblastoma), dan
kelainan pembuluh darah (contohnya juvenile xanthogranuloma). 3
Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh
kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan
jaringan iris, korpus siliaris dan koroid.Jaringan tersebut mengandung banyak
pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan. Perdarahan di dalam bola
21
mata yang berada di kamera anterior akan tampak dari luar. Timbunan darah ini
karena gaya berat akan berada di bagian terendah.3
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:3
Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan
pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen
Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile
xanthogranuloma).
Patofisiologis
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada
pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan
dalam bilik mata depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu
trauma yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat
menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga
pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma
22
diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior
sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral
sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti,
oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap
sehingga akan menjadi jernih kembali. 4
Reaksi peradangan
Peradangan akut merupakan respon langsung tubuh terhadap cedera atau
kematian sel.Gambaran makroskopis peradangan digambarkan pada 2000 tahun lalu
dan masih dikenal sebagai tanda-tanda pokok peradangan yang mencakup
kemerahan ,panas,nyeri dan pembengkakan atau dalam bahasa Latin klasik
rubor,kalor,dolor dan tumor.Pada abad terakhir ditambahkan tanda pokok yang kelima
iaitu perubahan fungsi atau fungsio laesa.4
Manifestasi klinis5
Pasien yang datang dengan hifema biasanya akan mengeluh nyeri dan mata berair.
Penglihatan ketajaman pasien biasanya menurun dan terdapat penumpukan darah
pada mata yang dapat dilihat sekiranya pendarahannya banyak. Semasa pasien duduk
akan terlihat darah terkumpul pada bagian bawah segmen anterior mata dan hifema
akan terlihat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Selain itu, bias juga terdapat
peningkatan tekanan intraocular yang bisa terjadinya glukoma.5
Terjadinya hifema akan menyebabkan penurunan visus mata karena mata
menggangu media refraksi mata. Darah yang mengisi kamera okuli secara langsung
ini akan mengakibatkan tekanan intraocular mata meningkat karena pertambahan
volume pada mata oleh darah. Kenaikan tekanan intraokuler ini disebut glaukoma
23
sekunder. Glaukoma sekunder juga dapat terjadi akibat massa darah yang menyumbat
jaringan trabekulum yang berfungsi membuang humor aqueous yang berada di
kamera anterior. Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior akan
mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea.
Terdapat pula tanda dan gejala yang relative jarang: penglihatan ganda,
blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat.5
Penatalaksanaan
Banyak aspek yang menjadi kontroversi ,termasuklah hospitalisasi dan tirah
baring total di mana dipersoalkan adakah ianya diperlukan .Tetapi suatu kondisi
persekitaran yang atraumatik dibutuhkan .Hospitalisasi dipertimbangkan pada pasien
non-compliant ,pasien dengan perdarahan diathesis atau diskrasia darah ,pasien
dengan kecederaan orbital atau cedera okular berat yang lain ,dan juga pada pasien
dengan peningkatan TIO dan sickle cell .6
Hospitalisasi dan rawatan yang agresif juga dipertimbangkan juga untuk kasus
anak-anak terutama pada anak-anak yang berisiko amblyopia misalnya pada anakanak yang berusia sekitar 7-8 tahun atau apabila dicurigai kasus penderaan .6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
24
Peningkatan TIO terutama selepas trauma ,bisa transien atau akut .Meninggikan
kepala pasien dapat menurunkan TIO dan dengan itu masalah sel darah merah dapat
diselesaikan.6
Penyakit / trait non-sickle cell (>30mmHg) :6
b.i.d)
Jika TIO masih tinggi ,tambahkan agonis alpha topikal (misalnya
Apraclonidine 0,5% atau Brimonidine 0,2% t.i.d) atau carbonic anhidrase
inhibitor topikal (misalnya Dorzolamide 2% atau Brinzolamide 1% t.i.d)
.Elakkan dari menggunakan analog Prostaglandin dan miotika (dapat
menyebabkan inflamasi) .Pada anak balita ,agonis alpha topikal
dikontraindikasikan .
Jika terapi obat topikal gagal ,tambahkan Asetazolamid (500mg p.o
20mg/kg/hari dibagi 3 kali per hari untuk anak-anak ) atau Manitol (1-2g/kg
IV dalam waktu 45 menit sehari) .Jika Manitol benar-benar dibutuhkan untuk
mengawal TIO ,evakuasi pembedahan akan segera dilakukan .
0,5% b.i.d)
Penggunaan obat-obatan yang lain harus digunakan dengan sangat berhatihati .Dorzolamide topikal dan Brinzolamide dapat menurunkan pH
aqueous dan menginduksi peningkatan sickle cell .Miotika atau
8.
pembedahan diantisipasi .
Jika dihospitalisasi ,gunakan antiemetik p.r.n untuk mual hebat atau muntah
6
9.
Pasien perlu harus berjumpa dokter setiap hari selama 3 hari selepas trauma
inisial untuk diperiksa visual acuity ,TIO ,dan untuk pemeriksaan slit lamp
.Dilihat jika ada perdarahan baru ,peningkatan TIO ,tumpukan darah kornea
dan cedera intraokular lain .Hemolisis yang mungkin muncul seperti fluid
merah terang harus dibedakan dari perdarahan semula yang mana sepatutnya
akan membentuk bekuan merah terang yang baru .Jika TIO meningkat
2.
3.
4.
5.
6.
cedera mata.6
Pasien harud menghindar dari aktivitas fisikal berat (termasuk Valsalva
Manuever atau menunduk bawah) selama 1 minggu setelah perdarahan semula
atau cedera inisial .Waktunya harus diperpanjang > 1 minggu kalau darah
masih kekal dalam COA .6
2. Iridosiklitis
Pada trauma tumpul dapat terjai reaksi jaingan uvea sehingga
menimbulkan iridosiklitis atau radang uvea anterior .Pada mata akan terlihat
mata merah ,akibat adanya darah di dalam bilik mata depan amak akan
terdapat suar dan pupil yang mengecil dengan tajam penglihatan menurun .2
27
29
Daftar pustaka
30
1. TRAUMA, David VF, Kenneth LM, Physical Examination, McGraw Hill. 8th
Ed. 2008. 422-31
2. Prof.dr.H.Sidarta Ilyas,SpM ,Ilmu penyakit mata,Edisi ketiga,2010, ,Fakultas
Kedokteran UI,halaman 1-12
3. S ankar PS, Chen TC, Grosskreutz CL, Pasquale LR. Traumatic hyphema. Int
Ophthalmol Clin 2002;42:57-68
4. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,Edisi 6,Vol
1,2006,Penerbit Buku Kedokteran EGC,halaman 56-58
5. lyas,Sidharta.Katarak lensa mata Keruh. Glosari Sinopsis. Cerakan Kedua.
Balai Penerbitan FKUI. Jakarta. 2007.
6. Ilyas, Sidharta; Mailangkay; Taim, Hilman; Saman,Raman;
Simarmata,Monang; Widodo,Purbo.Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum
dan mahasiswa kedokteran. Edisi kedua. Sagung Seto.Jakarto. 2002.
7. Ilyas,Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ketiga. Balai
PenerbitanFKUI.Jakarta. 200
31