Kel 3 Kep Kel
Kel 3 Kep Kel
Disusun oleh:
KELOMPOK III
ARGA FRENADA
BRI YUDISTIRA
DENA
YOGA SWANDANA
HELISA
YULIA SUMALITRA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah tentang Konsep Keluarga pentingnya budaya,
pendekatan lintas budaya, kelas sosial keluarga, komposisi keluarga, pengumpulan data
berdasarkan keluarga ini tepat pada waktunya.
Kami mengetahui makalah yang penulis susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka
dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku dosen-dosen
pembimbing penulis serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun
kami dari yang salah menjadi benar.
semoga dengan makalah yang kami susun ini, kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat
menambah dan memperluas pengetahuan kita. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek yang paling penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga
unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau sipenerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. keberhasilan keperawatan di Rumah Sakit dapat menjadi sia-sia jika
tidak menjadi tidak dilanjutkan oleh keluarga di rumah. Secara empires dapat dikatakan
bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan
atau sangat signifikan. Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat
dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu,
dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian
pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan nilai-nilai, dan budaya keluarga,
sehingga keluarga dapat menerima. Pada modul ini akan diuraikan mengenai pengertian
keluarga, tipe keluarga, fungsi keluarga, dan struktur keluarga serta peran perawat
keluarga.
B. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep
keluarga.
C. Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Keluarga
A. Pengertian Keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan dua pengertian keluarga.
Duvall dan Logan, 1986 menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,
serta social dari tiap anggota keluarga.
Bailon dan Maglaya, 1978 mengatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih
individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya.
B. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengtahui berbagai tipe keluarga.
1. Tipe Keluarga Tradisional, terdiri dari :
a. Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak
(kandung atau angkat).
b. Keluarga besar, yaitu keluarga ini ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubunga darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.
c. Keluarga Dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-istri tanpa
anak.
d. Single Parent, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau angkat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
e. Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa.
f. Keluarga lansia, yaitu suatu tumah tangga yang terdiri dari suami-istri yang
berusia lanjut.
Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
b. Orang tua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
c.
Homoseksual, dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah
tangga.
C. Fungsi Keluarga
Friedman, 1986 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yaitu :
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi Reproduksi
4. Fungsi Ekonomi
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik maupun di
rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak
pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. perawat
dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan
dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota
keluarga yang sakit.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengakjian
tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan (penasehat)
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan.
Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka hubungan perawatkeluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
dipercaya.
6. Kolaborasi
Pewrawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal.
7. Fasilitator
peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga didalam menghadapi
kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Kendala yang sering di alami
keluarga adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan: masalah
ekonomi, dan social budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan
baik maka perawat komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan,
misalnya system rujukan dan dana sehat.
8. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi
masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifiksai lingkungan baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Konsep Kebudayaan
A. Kebudayaan
Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem nilai yang berbeda dan karena hal
tersebut menentukan tujuan hidup yang berbeda serta menentukan cara berkomunikasi
kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada pada masingmasing budaya. Selain konsistensi warisan budaya, terdapat enam fenomena budaya yang
diidentifikasi oleh Giger & Davidhizar (1995) dalam Potter dan Perry ( 2005 ) yang
bervariasi diantara kelompok budaya. Keenam fenomena ini adalah kontrol lingkungan,
variasi, biologis, organisasi sosial, komunikasi, ruang/jarak, dan waktu.
Perkembangan anak pada usia antara tiga-enam tahun adalah perkembangan sikap
sosialnya. Konsep perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak dalam hubungannya
dengan lingkungan sosial untuk mandiri dan dapat berinteraksi atau untuk menjadi
manusia sosial. Interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, suatu hubungan yang
menimbulkan perasaan sosial yang mengikatkan individu dengan sesama manusia,
perasaan hidup bermasyarakat seperti tolong menolong, saling memberi dan menerima,
simpati dan empati, rasa setia kawan dan sebagainya.
B. Pentingnya Budaya
Latar belakang kultur keluarga merupakan hal yang penting untuk memahami perilaku
sistem nilai dan fungsi keluarga, karena budaya mempengaruhi dan membatasi tindakantindakan individual maupun keluarga. Perbedaan budaya menjadikan akar miskinnya
komunikasi antar individu dalam keluarga. Dalam konseling keluarga kebudayaan
merupakan hal yang sangat penting. Pengkajian terhadap kultur / kebudayaan keluarga
meliputi :
a. Identitas suku bangsa
b. Jaringan sosial keluarga ( kelopok etnis yang sama )
c. Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis bersifat
homogen )
d. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi dan pendidikan
10
e.
f.
g.
h.
11
12
Nama Keluarga
Jenis Kelamin
Hubungan
Tempat/Tanggal Lahir
Pekerjaan
Pendidikan
Bapak
Ibu
Anak tertua
13
b.
kebutuhan sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun biaya sekolah, membiasakan
belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan
tugas-tugas sekolahnya,
memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan
anak, membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan sekitar.
b. Keluarga Dengan Anak Remaja
Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 19-20
tahun.
14
Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai
menurun perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada
tahapan ini seringkali ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dan anak remaja,
apabila hal ini tidak diselesaikan akan berdampak pada hubungan
selanjutnya. Tugas
keluarga pada tahapan ini antara lain : memberikan perhatian lebih pada anak remaja,
bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah ataupun kegiatan diluar sekolah,
memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi
terbuka dua arah.
c. Keluarga Dengan Melepas Anak Ke Masyarakat
Remaja yang akan beranjak dewasa harus sudah siap meninggalkan kedua orang tuanya
untuk memulai hidup baru, bekerja, dan berkeluarga, sehingga tugas keluarga pada
tahapan ini antara lain : mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk
mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua
dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anakanak.
d. Keluarga Dengan Tahapan Berdua Kembali
Tugas keluarga setelah ditinggal pergi anak-anaknya untuk memulai kehidupan baru
antara lain : menjaga keintiman pasangan, merencanakan kegiatan yang akan datang,
tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak dan cucu, mempertahankan kesehatan
masing-masing pasangan.
e. Keluarga Dengan Masa Tua
Masa tua bisa dihinggapi perasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga tugas keluarga pada
tahapan ini adalah : saling memberikan perhatian yang menyenangkan antara pasangan,
memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, merencanakan kegiatan untuk
mengisi waktu tua seperti dengan berolahraga, berkebun, mengasuh cucu. Pada masa tua
pasangan saling mengingatkan akan adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini.
(Santun & Dermawan, 2008)
15
BAB. III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga sebagai tempat pendidikan utama (individu belajar nilai-nilai, norma-norma
dan sikap perilaku) dan tempat membina hubungan interpersonal dengan lingkungan.
Sebagai system, keluarga merupakan supra system individu (anggota keluarga) dan
merupakan sub system masyarakat. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa keluarga
merupakan titik sentral pelayanan kesehatan , sehingga dengan memberi pelayanan
kesehatan kepada keluarga sekaligus dua kegiatan telah kita lakukan, yaitu memberi
pelayanan kepada individu (sub system) dan masyarakat (supra system). Dengan demikian
sangatlah tepat tujuan pembangunan Indonesia yang berkeinginan untuk menciptakan
keluarga bahagia dan sejahtera. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima
oleh keluarga, maka perawat harus mengerti dan memahami tipe dan strukutur keluarga serta
mengetahui tingkat pencapaian keluarga dalam melaksanakan fungsinya.
16
Daftar Pustaka
Allender, J.A., dan Spradley, B.W. (2001). Community health nursing: concepts and practice. 5th
Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Bailon, G dan Maglaya. (1978). Family health nursing. Philippines: UP. College of Nursing
Fiedman, M.M. (1998). Family nursing: theory and practice. 3rd Ed. Alih bahasa: Ina Debora,
R.L & Yoakim Asy. Jakarta: EGC
Friedman, M.M., Bowden, V.R., dan Jones, E.G. (2003). Family nursing: research, theory, and
practice. 5th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Rekawati, E. (2000). Asuhan keperawatan keluarga. Disajikan pada Pelatihan Asuhan
Keperawatan Keluarga oleh FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Sahar, J. (2003). Penerapan asuhan keperawatan keluarga disajikan dalam seminar seminat
komunitas di Semarang. Tidak dipublikasikan.
17