Jurding Mata
Jurding Mata
JURNAL READING
ABLATIO RETINA
Oleh:
Diah Intan Firdaus
(201520401011133)
M. Zianuddin
(201520401011
(201520401011
Pembimbing:
dr. Kartini Hidayati, Sp. M
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, multilapis
yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina
membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan berakhir di
tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang
garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal.
Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina
sehingga juga bertumbuk dengan membrane Bruch, koroid dan sklera
Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1. Epitelium pigmen retina
Merupakan lapisan terluar dari retina. Epitel pigmen retina terdiri dari satu lapisan
sel mengandung pigmen dan terdiri atas sel-sel silindris dengan inti di basal. Daerah
basal sel melekat erat membran Bruch dari koroid. Fotoreseptor dipelihara oleh epitel
pigmen retina, yang berperan pada proses penglihatan. Epitel pigmen ini bertanggung
jawab untuk fagositosis segmen luar fotoreseptor, transportasi vitamin, mengurangi
hamburan sinar, serta membentuk sawar selektif antara koroid dan retina.
2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut
Sel-sel batang dan kerucut di laisan fotoreseptor mengubah rangsangan cahaya
menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke korteks
penglihatan ocipital. Fotoreseptor tersusun sehingga kerapatan sel-sel kerucut
meningkat di di pusat makula (fovea), dan kerapatan sel batang lebih tinggi di perifer.
Pigmen fotosensitif di dalam sel batang disebut rodopsin. Sel kerucut mengandung
3
tiga pigmen yang belum dikenali sepenuhnya yang disebut iodopsin yang
kemungkinan menjadi dasar kimiawi bagi tiga warna (merah,hijau,biru) untuk
penglihatan warna. Sel kerucut berfungsi untuk penglihatan siang hari (fotopik).
Subgrup sel kerucut responsif terhadap panjang gelombang pendek, menengah, dan
panjang (biru, hijau merah). Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam
(skotopik). Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini terlihat beragam corak abuabu, tetapi warnanya tidak dapat dibedakan. Waktu senja (mesopik) diperantarai oleh
kombinasi sel kerucut dan batang
3. Membrana limitans externa
4. Lapisan inti luar sel
fotoreseptor,
Ini
terdiri
dari
inti
dari
Makula
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub
posterior. Di tengah tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula
dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh
pigmen luteal (xantofil) yang berdiameter 1,5 mm. Secara histologis makula
merupakan bagian retina yang lapisan ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis
sel. Secara klinis, makula adalah bagian yang dibatasi oleh arkade arkade pembuluh
darah retina temporal. Di tengah makula sekitar 3,5 mm di sebelah lateral diskus
optikus terdapat fovea yang secara klinis jelas jelas merupakan suatu cekungan
yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop.
Fovea
Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens. Secara
histologi, fovea ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan
lapisan parenkim karena akson akson sel fotorreceptor (lapisan serat Henle)
berjalan oblik dan pergeseran secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke
permukaan dalam retina.
Foveola
Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, disini fotoreseptornya adalah sel
kerucut dan bagian retina yang paling tipis. Semua gambaran histologis ini
memberikan diskriminasi visual yang halus. Ruang ekstraseluler retina yang
normalnya kosong potensial paling besar di makula dan penyakit yang menyebabkan
penumpukan bahan di ekstrasel dapat menyebabkan daerah ini menjadi tebal sekali
Macula
Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaria yang berada tepat
diluar membrana
pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotorreceptor, dan lapisan epitel pigmen retina
serta cabang cabang dari arteri sentralis retinae yang mendarahi dua pertiga sebelah
dalam. Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah terkena
kerusakan yang tak dapat diperbaiki kalau retina mengalami ablasi. Pembuluh darah
retina mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang yang membentuk sawar darah
retina. Lapisan endotel pembuluh khoroid dapat ditembus. Sawar darah retina sebelah
luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.
3.2 Ablatio Retina
3.2.1 Definisi
Ablasio retina (retinal detachment) adalah pemisahan retina sensorik,
yakni lapisan fotoreseptor (sel kerucut dan batang) dan jaringan bagian dalam,
epitel pigmen retina dibawahnya. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih
melekat erat dengan membran Bruch.
Ablatio Retina
3.2.2
Epidemiologi
Penyebab palingPenyebab The most common worldwide etiologic factors
cedera paintball pada anak-anak dan remaja merupakan penyebab umum dari cedera
mata, yang termasuk ablasio retina traumatik.
3.2.3
Klasifikasi
Usia. Kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 60 tahun. Namun
usia tidak menjamin secara pasti karena masih banyak faktor yang
mempengaruhi
b) Jenis kelamin. Keadaan ini paling sering terjadi pada laki laki dengan
perbandingan laki : perempuan adalah 3 : 2
c)
d)
e)
f)
perforasi bola
o Ablasio retina eksudatif halus dan cembung. Pada puncak tumor itu
biasanya bulat dan tetap dan bisa menunjukkan gangguan pigmen.
o Kadang-kadang, pola pembuluh retina mungkin terganggu akibat adanya
neovaskularisasi di puncak tumor.
o Pergeseran cairan ditandai dengan mengubah posisi daerah terpisah dengan
gravitasi adalah ciri khas yang dari detasemen retina eksudatif.
o Pada tes transillumination satu ablasio sederhana muncul transparan
sedangkan ablasio padat.
Ablasio retina tipe eksudatif akibat dari hasil metastase karsinoma payudara
b. Ablatio Retina Traksi
Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan
parut pada korpus vitreus (badan kaca). Pada badan kaca terdapat jaringan
fibrosis yang dapat disebabkan diabetes melitus proliferative, trauma, dan
perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi. Tipe ini juga dapat terjadi
sebagai komplikasi dari ablasio retina regmatogensa.
Ablasio retina tipe regmatogenosa yang berlangsung lama akan
membuat retina semakin halis dan tipis sehingga dapat menyebabkan
terbentuknya proliferatif vitreotinopathy (PVR) yang sering ditenukan pada
tipe Regmetogenosa yang lama. PVR juga dapat terjadi kegagalan dalam
penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa. Pada PVR, epitel pigmen
retina, sel glia, dan sel lainya yang berada di dalam maupun di luar retina
10
Diagnosis
Ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi
dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Gejala umum pada ablasio retina yang sering dikeluhkan penderita
adalah:
a. Floaters (terlihatnya benda melayang laying) yang terjadi karena
adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang
lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri.
b. Photopsi/light flashes (kilatan cahaya), tanpa adanya sumber cahaya di
sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam
keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap.
c. Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh penglihatannya
sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama semakian luas. Pada
11
12
Penatalaksanaan
Tujuan utama
bedah
ablasi
adalah
untuk
menemukan
dan
Spons silikon dijahit pada bola mata untuk menekan sklera di atas
robekan retina setelah drainase cairan sub retina dan dilakukan crioterapi
Penekanan yang didapatkan dari spons silikon, retina sekarang melekat kembali dan
traksi pada robekan retina oleh vitreus dihilangkan
2. Retinopeksi pneumatik
Retinopeksi pneumatik merupakan metode yang juga sering digunakan pada
ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian
superior retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan
gelembung gas ke dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi
robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika
robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanya akan
hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi
14
Prognosis
Prognosis dari penyakit ini berdasarkan pada keadaan makula sebelum dan
15
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2004. Masalah Kesehatan Mata Anda Dalam PertanyaanPertanyaan.Edisi 2. Jakarta : FKUI
Ilyas, Sidarta. 2009. Dasar-dasar pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Edisi 3.
Jakarta:Balai Pustaka.
Ilyas,Sidarta. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
James, Chew, Bron. 2005. Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Erlangga
Maguire JI. Postoperative endophthalmitis: optimal management and the role and
timing of vitrectomy surgery. Eye 2008;22(10):1290-300.
Nurwasis. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata.
Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya.
Vaughan & Asbury. 2007 Oftalmologi Umum. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC
16