Makalah Ispa Fix
Makalah Ispa Fix
DEFINISI
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi akut saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah beserta
adnaksanya (Depkes RI, 1993).
ISPA adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang
berlangsung sampai 14 hari lamanya. Saluran pernafasan adalah organ
yang bermula dari hidung hingga alveoli beserta segenap adneksanya
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Sedangkan yang
dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke
dalam tubuh dan berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit
(Depkes, 2000).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti
rhinitis, fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah
seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia, yang dapat
berlangsung selama 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk
menentukan batas akut dari penyakit tersebut. Saluran pernafasan adalah
organ mulai dari hidung sampai alveoli beserta organ seperti sinus, ruang
telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2008).
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat
jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal. Bila
sudah dalam kegagalan pernafasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang
lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah
berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan
pernafasan (Depkes RI, 2008).
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah suatu penyakit yang
terbanyak di diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun
di negara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk
rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran
pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan
sampai pada masa dewasa. (Suprajitno, 2004)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), atau aspirasi
substansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran
pernapasan (Wong, 2003).
Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernapasan diatas laring, tetapi kebanyakan,
penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau
berurutan. Gambaran patofisioliginya meliputi infiltrat peradangan dan
edema mukosa, kongesti vaskuler, bertambahnya sekresi mukus, dan
perubahan dan struktur fungsi siliare (Behrman, 1999).
B. KLASIFIKASI ISPA
I.
II.
demam
disertai
menggigil,
rasa
sakit
pada
Penyebab ISPA
1. Virus Utama :
2. Bakteri
Utama:
Streptococus,
pneumonia,
haemophilus
influenza,
Staphylococcus aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia
sekolah: Mycoplasma pneumonia.
Faktor lingkungan
1. Pencemara udara dalam rumah .
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk
memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme
pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA.
Hal ini dapat terjadi pada rumah yang ventilasinya kurang dan
dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur,
ruang tempat bayi dan balita bermain (Putra Prabu, 2009).
2. Ventilasi rumah
Ventilasi adalah proses penyediaan udara atau pengarahan
udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara
mekanis. Membuat ventilasi udara serta pencahayaan di dalam
rumah sangat diperlukan karena akan mengurangi polusi asap
yang ada di dalam rumah sehingga dapat mencegah seseorang
menghirup
asap
tersebut
yang
lama
kelamaan
bisa
II.
badan
lahir
menentukan
pertumbuhan
dan
zat-zat
gizi
yang
diperoleh
pada
tahap
5. Status Imunisasi
Faktor perilaku
Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek
penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun
oleh anggota keluarga lainnya. Peran aktif keluarga atau
masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting karena penyakit
ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam
masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius
oleh kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita,
sehingga itu balita dan anggota keluarganya yang sebagian besar
dekat dengan balita mengetahui dan terampil menangani penyakit
ISPA ketika anaknya sakit (Putra Prabu, 2009).
D. PATOFISIOLOGI
9
10
pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paruparu sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus
diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa
sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak
sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran
nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar,
merupakan ciri khas sistem imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah IgA
memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran
nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan
dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi
menjadi 4 tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis; penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap Inkubasi; virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya memang sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit; dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul
gejala demam dan batuk
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis, dan dapat
meninggal akibat pneumonia.
11
Invasi saluran
nafas
Merusak lapisan
epitel & mukosa
Aktivitas kelenjar
mukus
Suplai darah ke
jaringan
Saluran
Pencernaan
Iritasi
Batuk/ pilek
Infeksi
Sesak
Respon
Hipotalamus
Penurunan
ekspansi paru
Merangsang
pelepasan zat pirogen
Suhu tubuh
Mual
Muntah
Anorexia
Pengeluaran cairan
mukosa > normal
Asma
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Kejang
Keluarga takut
Hipertermi
Kurang informasi
Peradangan tonsil
Nyeri
Sakit menelan
Malas makan
Nutrisi <
kebutuha
n tubuh
Keluarga
bertanya-tanya
Kurang
pengetahuan
12
E. MANIFESTASI KLINIS
I.
II.
13
14
III.
15
16
makanan
yang
cukup
gizi,
sedikit-sedikit
tetapi
18
mengakibatkan
seseorang
tersebut
seseorang
kekurang
kekurangan
suplay
oksigen
oksigen
ke
sehingga
otak
dan
mengakibatkan syok.
19
6. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia. Selain itu dapat
pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta
(Adelle, 2002)
I. PENCEGAHAN
Menurut Depkes RI (2002), pencegahan ISPA antara lain:
1. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik dapat mencegah atau
menghindari penyakit infeksi. Makanan bergizi, banyak minum air
putih, olahraga teratur, serta istirahat yang cukup dapat menjaga badan
untuk tetap sehat. Karena, dengan tubuh yang sehat maka kekebalan
tubuh juga akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah
virus/bakteri penyakit yang akan masuk dalam tubuh.
2. Imunisasi
Pemberian imunisasi sangat diperlukan baik anak-anak maupun
orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh
supaya tidak mudah terserang penyakit yang dibawa oleh virus/bakteri.
3. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Kebersihan diri merupakan sumber kenyamanan yang paling utama.
Kebersihan diri yang tidak terawat akan mempermudah menempelnya
kuman-kuman di tubuh, yang dapat menjadi jalan masuk berbagai jenis
penyakit.
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur/asap rokok yang berada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap yang bisa
menyebabkan ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi
sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap sehat bagi manusia.
20
21
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
g. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
h. Mengatasi batuk, Dianjurkan memberi obat batuk yang aman.
22
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. (NN, 2009).
Menurut Khaidir Muhaj (2008):
1. Identitas Pasien
a. Umur: Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai
anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan
lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Anggana
Rafika, 2009).
b. Jenis kelamin: Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang
dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009).
c. Alamat: Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah
anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko
untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa
kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna
prevalensi ISPA berat. Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan
penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara
didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik
maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan
asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe
akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009)
23
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: Klien mengeluh demam
b. Riwayat penyakit sekarang: Dua hari sebelumnya klien mengalami
demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi,
nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
c. Riwayat penyakit dahulu: Klien sebelumnya sudah pernah
mengalami penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit keluarga: Menurut anggota keluarga ada juga yang
pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
e. Riwayat sosial: Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan
yang berdebu dan padat penduduknya.
f. Riwayat Tumbuh Kembang : BB, TB, perkembangan tiap tahap
(berguling, duduk, merangkak, berjalan)
g. Riwayat Nutrisi : Pemberian ASI, pemberian susu formula, pola
perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernapasan :
a. Pengkajian tanda tanda vital dan kesadaran klien
b. Inspeksi :
1) Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan.
2) Tonsil tanpak kemerahan dan edema.
3) Tampak batuk tidak produktif.
4) Tidak ada jaringna parut pada leher.
5) Tidak
tampak
penggunaan
otot-
otot
pernapasan
24
makan:
menurun,
Mulut:
bersih,
Mukosa:
lembab,
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
26
C. INTERVENSI
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu
klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan
dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994).
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru.
Tujuan: bersihan jalan nafas efektif
Kriteria hasil: Jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada
dyspnea, dan sianosis.
Intervensi:
Intervensi
Rasional
Mandiri :
mempelajari
melakukan
batuk,
misalnya menekan dada dan batuk
efektif sementara posisi duduk tinggi.
4. Cairan
(khususnya
yang
hangat)
memobilisasi dan mengluarkan secret
dan
Kolaborasi :
5. Bantu mengawasi efek pengobatan
nebulizer dan fisioterapi lain, mis.
Spirometer insentif, IPPB, tiupan
botol, perkusi, postural drainage.
Lakukan tindakan diantara waktu
makan dan batasi cairan bila mungkin.
6. Alat untuk menurunkan spasme bronkus
dengan mobilisasi secret. Analgesic
diberikan untuk memperbaiki batuk
dengan menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara hati-hati,
6. Berikan obat sesuai indikasi mukolitik,
karena dapat menurunkan upaya batuk
ekspektoran, bronchodilator, analgesic.
atau menekan pernafasan.
28
Rasional
1. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan perawatan
selanjutnya
4.
5.
6.
Kolaborasi :
7. Kolaborasi dengan
pemberian obat
3. Nutrisi
dokter
kurang
dalam
7. Untuk
mengontrol
menurunkan panas
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
infeksi
dan
dengan
Rasional
\
1. Berguna untuk menentukan kebutuhan
29
klien
dahak.
sakit
Rasional
Mandiri
30
1. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya 1. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor
(dengan skala 0-10), faktor yang
yang berhubungan merupakan suatu hal
memperburuk atau meredakan nyeri,
yang amat penting untuk memilih
lokasi, lama, dan karakteristiknya
intervensi yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan dari terapi
yang diberikan
2. Mengurangi
penyakit
bertambah
beratnya
Kolaborasi :
4. Berikan obat sesuai indikasi
4. Kortikosteroid
digunakan
untuk
mencegah reaksi alergi atau menghambat
pengeluaran histamin dalam inflamasi
pernafasan. Analgesik untuk mengurangi
nyeri.
31
Intervensi:
Intervensi
Mandiri :
1. Batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional
1. Menurunkan potensi terpajan pada
penyakit infeksius
2. Menurunkan konsumsi atau kebutuhan
keseimbangan oksigen dan memperbaiki
pertahanan klien terhadap infeksi,
meningkatkan penyembuhan.
Kolaborasi :
5. Pemberian obat sesuai hasil kultur
32
D. IMPLEMENTASI
Implementasi
adalah
pengolahan
rencana
33
34