SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2 013
Laringitis adalah peradangan pada laring yang dapat disebabkan oleh virus,
bakteri, atau jamur.Laringitis juga merupakan akibat dari penggunaan suara
yang berlebihan, pajanan terhadap polutan eksogen, atau infeksi pada pita
suara. Refluks gastroesofageal, bronkitis, dan pneumonia juga dapat
menyebabkan laringitis. Laringitis pada anak sering diderita oleh anak usia 3
bulan hingga 3 tahun, dan biasanya disertai inflamasi pada trakea dan
bronkus dan disebut sebagai penyakit croup. Penyakit ini seringkali
disebabkan oleh virus, yaitu virus parainfluenza, adenovirus, virus influenza A
dan B, RSV, dan virus campak. Selain itu, M. pneumonia juga dapat
menyebabkan croup.
Dapat melakukan diagnosis kerja dan penatalaksanaannya pada pasien
dengan laringitis dan tracetis
1. SK Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
1. Panduan Praktis Klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer
2. Standar Pelayanan Minimal (SPM ) Puskesmas
1. Lampu kepala
2. Kaca laring
3. Obat-obatan: analgetik, antipiretik, dekongestan nasal, antibiotik
1. Petugas melakukan anamnesa (sesak nafas,suara parau,nyeri
tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup ).
2. Petugas melakukan pemeriksaan
a. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang
hiperemis,membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara.
b. Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus paranasal
c. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis
yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada
anak berupa anak menjadi gelisah, stridor,air hunger, sesak semakin
bertambah berat dengan retraksi suprasternal dan epigastrium yang
dapatmenyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam
jiwa anak.
d. Pada laringitis kronik, dapat ditemukan nodul, ulkus dan penebalan
mukosa pita suara.
3. Petugas memberikan penatalaksanaan
a. Simptomatik
Parasetamol atau ibuprofen sebagai antipiretik jika pasien demam.
Bila ada gejala nyeri tenggorokan dapat diberikan analgetik dan bila
hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti
fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin.
b. Antibiotik
Bila peradangan dari paru dan bila penyebab berupa streptokokus
grup A dapat ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang
dapat digunakan yaitu penicillin
Proton Pump Inhibitor pada laringitis dengan penyebab GERD
(Laringofaringeal refluks).
c. Kortikosteroid jika laringitis berat.
Laringitis tuberkulosa, sesuai dengan penyakit TBC diberikan obat
antituberkulosa.
Laringitis Luetika diberikan obat sesuai penyakit leutika, penisilin
dengan dosis tinggi.
4. Petugas melakukan konselling dan edukasi (agar pasien istrirahat cukup,
Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk,
menghindari udara kering, minum cairan yang banyak, berhenti merokok
dan konsumsi alkohol
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
Mukosa laring yang hiperemis
Radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
Nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
1.
2.
3.
4.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
ASMA BRONKIAL
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2 013
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak
melebihi 3-4 kali sehari
Medikasi pengontrol
Alternatif / Pilihan
Berat Asma
Alternatif lain
harian
lain
Asma Intermiten
Tidak perlu
------Asma Persisten
Glukokortikosteroid
Teofilin lepas lambat
Ringan
inhalasi
(200-400
g Kromolin
---BB/hari
atau Leukotrienemodifiers
ekuivalennya)
Asma Persisten
Kombinasi
inhalasi Glukokortikosteroid
Ditambah
agonis
Sedang
glukokortikosteroid (400- inhalasi (400-800 g
beta-2 kerja lama
800 g BB/hari atau BB atau ekuivalennya)
oral, atau
ekuivalennya) dan agonis ditambah Teofilin lepas
Ditambah
teofilin
beta-2 kerja lama
lambat, atau
lepas lambat
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 g
BB/hari
atau
ekuivalennya)
ditambah agonis beta2 kerja lama oral, atau
Glukokortikosteroid
inhalasi dosis tinggi
(>800 g BB atau
ekuivalennya) atau
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 g
BB atau ekuivalennya)
ditambahleukotriene
modifiers
Asma Persisten
Berat
Kombinasi
inhalasi
glukokortikosteroid (> 800
g BB atau ekuivalennya)
dan agonis beta-2 kerja
lama. Diambah 1 di
bawah ini :
teofilin lepas lambat
leukotriene modifiers
glukokortikosteroid oral
Prednisolon/
metilprednisolon oral
selang sehari 10 mg
ditambah agonis beta2 kerja lama oral,
ditambah teofilin lepas
lambat
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan,
kemudian turunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma
tetap terkontrol
7. Diagram
Alir
Pemeriksaan :
Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis
Faktor Predisposisi
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan:
Pasien disarankan untuk mengidentifikasi serta
mengendalikan faktor pencetusnya.
a.
b.
c.
d.
Menggunakan
bronkodilator/steroid
inhalasi
sebelum
melakukan exercise untuk mencegah exercise induced
asthma.
8. Unit Terkait
5.
6.
7.
8.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
BRONKITIS AKUT
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
Pemeriksaan :
1. Pada pemeriksaan paru
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sputum
pengecatan Gram
Foto thoraks
dengan
Penatalaksanaan:
Antibiotika
jika
dijumpai
kuman
berdasarkan pemeriksaan dokter.
Terapi lanjutan
8. Unit Terkait
9. Polindes
10. PUSTU
11. IGD
12. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
N
o
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
PNEUMUNIOA
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2 013
bernapas.
Palpasi fremitus dapat meningkat,
Perkusi redup,
Auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai
bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian
menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
Pemeriksaan Penunjang
a. Thorax foto PA terlihat perselubungan pada daerah yang terkena.
b. Laboratorium
Leukositosis (10.000-15.000/mm3) dengan hitung jenis
pergeseran ke kiri (neutrofil batang tinggi). Leukosit <3.000/mm3,
prognosisnya buruk.
Analisa sputum adanya jumlah leukosit bermakna.
Gram Sputum.
3. Petugas memberikan penatalaksanaan
a. Pengobatan suportif seperti istirahat di tempat tidur dan minum
secukupnya untuk mengatasi dehidrasi.
b. Terapi definitif dapat dilakukan menggunakan antibiotik sebagai
berikut:
c. Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP), yaitu:
Golongan Penisilin: penisilin V, 4x250-500 mg/hari (anak 25-50
mg/kbBB dalam 4 dosis), amoksisilin 3x250-500 mg/hari (anak 2040 mg/kgBB dalam 3 dosis), atau sefalosporin golongan 1
(sefadroksil 500-1000mg dalam 2 dosis, pada anak 30
mg/kgBB/hari dalam 2 dosis)
TMP-SMZ
Makrolid
d. Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP),yaitu:
Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan), Sefotaksim,
Seftriakson dosis tinggi.
Makrolid: azitromisin 1x500 mg selama 3 hari (anak 10
mg/kgBB/hari dosis tunggal).
Fluorokuinolon respirasi: siprofloksasin 2x500 mg/hari.
4. Petugas melakukan konselling dan edukasi
a. Edukasi diberikan kepada individu dan keluarga mengenai
pencegahan rekurensi dan pola hidup sehat, termasuk tidak merokok.
b. Pencegahan
Dilakukan dengan vaksinasi, terutama bagi golongan risiko tinggi,
seperti orang usia lanjut, atau penderita penyakit kronis. Vaksin yang
dapat diberikan adalah vaksinasiinfluenza (HiB) dan vaksin
pneumokokal.
7. Diagram
Alir
Pemeriksaan :
Tampak sakit berat, kadang sianosis,
suhu tubuh meningkat dan nadi
cepat, respirasi meningkat tipe cepat
dan dangkal.
Nafas cuping hidung.
Retraksi interkostalis disertai tanda pada
paru
Penatalaksanaan:
Pengobatan suportif seperti istirahat di tempat
tidur dan minum secukupnya untuk
mengatasi dehidrasi.
8. Unit Terkait
Pencegahan (vaksinasi)
13. Polindes
14. PUSTU
15. IGD
16. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
TUBERKULOSIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
17. Polindes
18. PUSTU
19. IGD
20. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
HIPERTENSI ESENSIAL
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2 013
Rekomendasi
Rerata penurunan
TDS
Penurunan berat
badan
5 20 mmHg/ 10 kg
Modifikasi
Rekomendasi
Rerata penurunan
TDS
Dietary Approaches
to Stop
Hypertension
(DASH)
8 14 mmHg
Pembatasan intake
natrium
Aktivitas fisik
aerobic
Pembatasan
konsumsi alcohol
2 8 mmHg
4 9 mmHg
2 4 mmHg
Gagal
jantung
Pasca
infark
miokard
akut
Risiko
tinggi
penyakit
koroner
DM
Penyakit
ginjal
kronik
Pencegah
an stroke
berulang
Diureti
k
Peny
ekat
beta
(BB)
Pengham
bat ACE
(ACEi)
Antagon
is
reseptor
AII
(ARB)
Pengham
bat kanal
kalsium
(CCB)
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
21. Polindes
22. PUSTU
23. IGD
24. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
KANDIDIASIS MULUT
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
antituberkulosa.
Laringitis Luetika diberikan obat sesuai penyakit leutika, penisilin
dengan dosis tinggi.
Petugas melakukan konselling dan edukasi (agar pasien istrirahat
cukup, Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk,
menghindari udara kering, minum cairan yang banyak, berhenti
merokok dan konsumsi alkohol
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
25. Polindes
26. PUSTU
27. IGD
28. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
ULKUS MULUT
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
29. Polindes
30. PUSTU
31. IGD
32. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
PAROTITIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
33. Polindes
34. PUSTU
35. IGD
36. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
antituberkulosa.
Laringitis Luetika diberikan obat sesuai penyakit leutika, penisilin
dengan dosis tinggi.
Petugas melakukan konselling dan edukasi (agar pasien istrirahat
cukup, Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk,
menghindari udara kering, minum cairan yang banyak, berhenti
merokok dan konsumsi alkohol
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
37. Polindes
38. PUSTU
39. IGD
40. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
GASTRITIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
41. Polindes
42. PUSTU
43. IGD
44. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
GASTROENTERITIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
suara.
Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus
paranasal
Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem
subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering
terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, stridor,air
hunger, sesak semakin bertambah berat dengan retraksi
suprasternal dan epigastrium yang dapatmenyebabkan
keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.
Pada laringitis kronik, dapat ditemukan nodul, ulkus dan
penebalan mukosa pita suara.
22. Petugas memberikan penatalaksanaan
16. simptomatik
parasetamol atau ibuprofen sebagai antipiretik jika pasien demam.
Bila ada gejala nyeri tenggorokan dapat diberikan analgetik dan bila
hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti
fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin.
17. antibiotik
bila peradangan dari paru dan bila penyebab berupa streptokokus
grup A dapat ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang
dapat digunakan yaitu penicillin
Proton Pump Inhibitor pada laringitis dengan penyebab GERD
(Laringofaringeal refluks).
18. kortikosteroid jika laringitis berat.
Laringitis tuberkulosa, sesuai dengan penyakit TBC diberikan obat
antituberkulosa.
Laringitis Luetika diberikan obat sesuai penyakit leutika, penisilin
dengan dosis tinggi.
Petugas melakukan konselling dan edukasi (agar pasien istrirahat
cukup, Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk,
menghindari udara kering, minum cairan yang banyak, berhenti
merokok dan konsumsi alkohol
7. Diagram
Anamnese sesak nafas,suara parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
45. Polindes
46. PUSTU
47. IGD
48. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
REFLUKS GASTROESOFAGEAL
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
49. Polindes
50. PUSTU
51. IGD
52. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
DEMAM TIFOID
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
8. Unit Terkait
53. Polindes
54. PUSTU
55. IGD
56. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
INTOLERANSI MAKANAN
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2
013
1. Pengertian
Intoleransi makanan adalah gejala-gejala yang terjadi akbibat reaksi tubuh
terhadap makanan tertentu. Intoleransi bukan merupakan alergi makanan.
Hal ini terjadi akibat kekurangan enzim yang diperlukan untuk mencerna
makanan tertentu. Intoleransi terhadap laktosa gula susu, atau yang umum
digunakan, terhadap agen penyedap monosodium glutamat (MSG), atau
terhadap antihistamin ditemukan di keju lama, anggur, bir, dan daging
olahan. Gejala intoleransi makanan kadang-kadang mirip dengan gejala yang
ditemukan pada alergi makanan.
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
Langkah-
Langkah
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
57. Polindes
58. PUSTU
59. IGD
60. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
ALERGI MAKANAN
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
grup A dapat ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang
dapat digunakan yaitu penicillin
Proton Pump Inhibitor pada laringitis dengan penyebab GERD
(Laringofaringeal refluks).
30. kortikosteroid jika laringitis berat.
Laringitis tuberkulosa, sesuai dengan penyakit TBC diberikan obat
antituberkulosa.
Laringitis Luetika diberikan obat sesuai penyakit leutika, penisilin
dengan dosis tinggi.
Petugas melakukan konselling dan edukasi (agar pasien istrirahat
cukup, Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk,
menghindari udara kering, minum cairan yang banyak, berhenti
merokok dan konsumsi alkohol
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
61. Polindes
62. PUSTU
63. IGD
64. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
KERACUNAN MAKANAN
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
3. Kebijakan
4. Referensi
8. Unit Terkait
65. Polindes
66. PUSTU
67. IGD
68. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
69. Polindes
70. PUSTU
71. IGD
72. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
STRONGILOIDIASIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
grup A dapat ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang
dapat digunakan yaitu penicillin
Proton Pump Inhibitor pada laringitis dengan penyebab GERD
(Laringofaringeal refluks).
39. kortikosteroid jika laringitis berat.
Laringitis tuberkulosa, sesuai dengan penyakit TBC diberikan obat
antituberkulosa.
Laringitis Luetika diberikan obat sesuai penyakit leutika, penisilin
dengan dosis tinggi.
Petugas melakukan konselling dan edukasi (agar pasien istrirahat
cukup, Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk,
menghindari udara kering, minum cairan yang banyak, berhenti
merokok dan konsumsi alkohol
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
73. Polindes
74. PUSTU
75. IGD
76. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
ASKARIASIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
8. Unit Terkait
77. Polindes
78. PUSTU
79. IGD
80. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SKISTOSOMIASIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
30.
47. Petugas melakukan anamnesa (sesak nafas,suara parau,nyeri
tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup ).
48. Petugas melakukan pemeriksaan
Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang
hiperemis,membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita
suara.
Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus
paranasal
Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem
subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering
terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, stridor,air
hunger, sesak semakin bertambah berat dengan retraksi
suprasternal dan epigastrium yang dapatmenyebabkan
keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.
Pada laringitis kronik, dapat ditemukan nodul, ulkus dan
penebalan mukosa pita suara.
49. Petugas memberikan penatalaksanaan
43. simptomatik
parasetamol atau ibuprofen sebagai antipiretik jika pasien demam.
Bila ada gejala nyeri tenggorokan dapat diberikan analgetik dan bila
hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti
fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin.
44. antibiotik
bila peradangan dari paru dan bila penyebab berupa streptokokus
grup A dapat ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang
dapat digunakan yaitu penicillin
Proton Pump Inhibitor pada laringitis dengan penyebab GERD
(Laringofaringeal refluks).
45. kortikosteroid jika laringitis berat.
Laringitis tuberkulosa, sesuai dengan penyakit TBC diberikan obat
antituberkulosa.
Laringitis Luetika diberikan obat sesuai penyakit leutika, penisilin
dengan dosis tinggi.
Petugas melakukan konselling dan edukasi (agar pasien istrirahat
cukup, Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk,
menghindari udara kering, minum cairan yang banyak, berhenti
merokok dan konsumsi alkohol
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
81. Polindes
82. PUSTU
83. IGD
84. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
TAENIASIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
85. Polindes
86. PUSTU
87. IGD
88. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
HEPATITIS A
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
89. Polindes
90. PUSTU
91. IGD
92. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
93. Polindes
94. PUSTU
95. IGD
96. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
Bila ada gejala nyeri tenggorokan dapat diberikan analgetik dan bila
hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti
fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin.
56. antibiotik
bila peradangan dari paru dan bila penyebab berupa streptokokus
grup A dapat ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang
dapat digunakan yaitu penicillin
Proton Pump Inhibitor pada laringitis dengan penyebab GERD
(Laringofaringeal refluks).
57. kortikosteroid jika laringitis berat.
Laringitis tuberkulosa, sesuai dengan penyakit TBC diberikan obat
antituberkulosa.
Laringitis Luetika diberikan obat sesuai penyakit leutika, penisilin
dengan dosis tinggi.
Petugas melakukan konselling dan edukasi (agar pasien istrirahat
cukup, Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk,
menghindari udara kering, minum cairan yang banyak, berhenti
merokok dan konsumsi alkohol
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
97. Polindes
98. PUSTU
99. IGD
100. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2
1. Pengertian
2. Tujuan
013
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu masalah kesehatan akut yang
sering terjadi pada perempuan. Masalah infeksi saluran kemih tersering
adalah sistitis akut, sistitis kronik, dan uretritis. Sebagai tambahan,
pielonefritis diklasifikasikan sebagai kasus komplikasi.
Dapat melakukan diagnosis kerja dan penatalaksanaannya pada pasien
dengan infeksi saluran kemih
3. Kebijakan
4. Referensi
8. Unit Terkait
101.
102.
103.
104.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
GONORE
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
49.
65. Petugas melakukan anamnesa (sesak nafas,suara parau,nyeri
tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup ).
66. Petugas melakukan pemeriksaan
Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang
hiperemis,membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita
suara.
Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus
paranasal
Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem
subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering
terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, stridor,air
hunger, sesak semakin bertambah berat dengan retraksi
suprasternal dan epigastrium yang dapatmenyebabkan
keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.
Pada laringitis kronik, dapat ditemukan nodul, ulkus dan
penebalan mukosa pita suara.
67. Petugas memberikan penatalaksanaan
61. simptomatik
parasetamol atau ibuprofen sebagai antipiretik jika pasien demam.
Bila ada gejala nyeri tenggorokan dapat diberikan analgetik dan bila
hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti
fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin.
62. antibiotik
bila peradangan dari paru dan bila penyebab berupa streptokokus
grup A dapat ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang
dapat digunakan yaitu penicillin
Proton Pump Inhibitor pada laringitis dengan penyebab GERD
(Laringofaringeal refluks).
63. kortikosteroid jika laringitis berat.
Laringitis tuberkulosa, sesuai dengan penyakit TBC diberikan obat
antituberkulosa.
Laringitis Luetika diberikan obat sesuai penyakit leutika, penisilin
dengan dosis tinggi.
Petugas melakukan konselling dan edukasi (agar pasien istrirahat
cukup, Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk,
menghindari udara kering, minum cairan yang banyak, berhenti
merokok dan konsumsi alkohol
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
105. Polindes
106. PUSTU
107. IGD
108. Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2
013
(Laringofaringeal refluks).
66. kortikosteroid jika laringitis berat.
Laringitis tuberkulosa, sesuai dengan penyakit TBC diberikan obat
antituberkulosa.
Laringitis Luetika diberikan obat sesuai penyakit leutika, penisilin
dengan dosis tinggi.
Petugas melakukan konselling dan edukasi (agar pasien istrirahat
cukup, Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk,
menghindari udara kering, minum cairan yang banyak, berhenti
merokok dan konsumsi alkohol
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
109.
110.
111.
112.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
FIMOSIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2
013
6. Prosedur/
LangkahLangkah
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
113. Polindes
114. PUSTU
115. IGD
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
PARAFIMOSIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2
013
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
117.
118.
119.
120.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2
013
6. Prosedur/
LangkahLangkah
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
121. Polindes
122. PUSTU
123. IGD
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2
013
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
125.
126.
127.
128.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
VULVITIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2
013
LangkahLangkah
7. nafas,suara
Diagram parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Anamnese sesak
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
129.
130.
131.
132.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
VAGINITIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
133.
134.
135.
136.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
VAGINOSIS BAKTERIALIS
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2
013
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
8. Unit Terkait
137.
138.
139.
140.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SALPINGITIS
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
141.
142.
143.
144.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
KEHAMILAN NORMAL
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2
013
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
8. Unit Terkait
145.
146.
147.
148.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2
013
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
149.
150.
151.
152.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
153.
154.
155.
156.
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
9. Rekaman Historis
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal
SOP
PUSKESMAS
PULUNG
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Persiapan
6. Prosedur/
LangkahLangkah
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
/UKP-BP/2016
:
: 04 Januari 2016
: 1/2
dr. ENDAH PURWATI
NIP. 19761001 200701 2
013
suara.
Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus
paranasal
Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem
subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering
terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, stridor,air
hunger, sesak semakin bertambah berat dengan retraksi
suprasternal dan epigastrium yang dapatmenyebabkan
keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.
Pada laringitis kronik, dapat ditemukan nodul, ulkus dan
penebalan mukosa pita suara.
106.
Petugas memberikan penatalaksanaan
100.
simptomatik
parasetamol atau ibuprofen sebagai antipiretik jika pasien demam.
Bila ada gejala nyeri tenggorokan dapat diberikan analgetik dan bila
hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti
fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin.
101.
antibiotik
bila peradangan dari paru dan bila penyebab berupa streptokokus
grup A dapat ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang
dapat digunakan yaitu penicillin
Proton Pump Inhibitor pada laringitis dengan penyebab GERD
(Laringofaringeal refluks).
102.
kortikosteroid jika laringitis berat.
Laringitis tuberkulosa, sesuai dengan penyakit TBC diberikan obat
antituberkulosa.
Laringitis Luetika diberikan obat sesuai penyakit leutika, penisilin
dengan dosis tinggi.
Petugas melakukan konselling dan edukasi (agar pasien istrirahat
cukup, Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk,
menghindari udara kering, minum cairan yang banyak, berhenti
merokok dan konsumsi alkohol
7. Diagram
Anamnese sesak nafas,suara parau,nyeri tenggorokan,nyeri telan,demam,batuk kering, pola hidup (keluhan)
Pemeriksaan :
Alir
mukosa laring yang hiperemis
radang akut di hidung
Obstruksi jalan nafas
nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Penatalaksanaan:
Simtomatik
Antibiotik
Kortikosteroid
8. Unit Terkait
157.
158.
159.
160.
9. Rekaman Historis
Polindes
PUSTU
IGD
Rawat Inap
No
Halaman
Yang Diubah
Perubahan
Diberlakukan
Tanggal